Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada kehamilan dan persalinan adalah
masalah besar dinegara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama mortalitas

wanita muda pada masa puncak

produktivitasnya. Oleh karena itu,pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui


departemen kesehatan untuk mempercepat penurunana AKI yaitu dengan
mengupayakan setiap persalinan ditolong minimal didampingi bidan dan
pelayanan obstetric sedekat mungkin kepada semua ibu hamil.
(Saifuddin,2002)
Sampai saat ini angka kemtian ibu (AKI ) melahirkan tidak dapat
turun seperti yang diharapkan. Menurut laporan BKKBN pada bulan juli
2005.AKI masih sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 1994)
manjadi 125 per 100.000 pada tahun 1999 dan menurunnya lagi menjadi 125
per 100.000 pada tahun 2010. Tetapi pada kenyataannya AKI hanya berhasil
diturunkan menjadi 334 per 100.000 pada tahun 1997 dan menjadi 307 per
100.000 pada tahun 2003 menurut survey demografi kesehatan Indonesia.
Telah diketahui bahwa angka kematian maternal dinegara yang
maju,disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang berasal dari luar pelayanan
kebidanan yang sangat memegang peranan penting tersebut,faktor-faktor itu
adalah kekurangan gizi dan anemia,paritas tinggi dan usia lanjut.
(Sarwono,2002)
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang
normal,kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social yang ibu dan
keluarga menantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu
adalah untuk melahirkan bayiinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau
persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi,disamping itu bersama
keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,dan janin
turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran dengan letak sungsang merupakan hal yang
patologis sehingga membutuhkan pengawasan dan ketrampilan tenaga

kesehatan yang lebih.dan membutuhkan kolaborasi dengan dokter. Letak


sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada dibagian kavum uteri. (Sarwono,2002)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny I Umur 29 Tahun G2
P1001 Ab000 Usia Kehamilan 38-39 minggu diBPS HJ. Sri Hartatik diharapkan
mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin bermasalah
secara benar dan menyeluruh.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kepada klien hamil secara
komprehensif terutama pada kehamilan 38-39 minggu.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah yang muncul dari hasil
pengkajian
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah potensial yang muncul dari
identifikasi masalah atau diagnose.
4. Mahasiswa dapat mengembangkan rencana/intervensi pada masalah yang
muncul sesuai dengan rasional dan rencana tindakan yang ilmiah.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi sesuai masalah yang terjadi.
6. Mahasiswa dapat mengevaluasi semua tindakan yang telah dilakukan.
7. Mahasiswa mampu mendomentasikan

asuhan kebidanan secara

menyeluruh.
1.1 Manfaat
1.3.1. Bagi Institusi Pendidikan
Asuhan Kebidanan ini diharapkan dapat memberi manfaat
khususnya dalam memperbanyak referensi tentang asuhan kebidanan yang
patologis terutama kasus persalinan dengan letak sungsang.

1.3.2. Bagi Tempat Praktek

Asuhan Kebidaan ini diharapkan daapt memberikan masukan guna


peningkatan kualitas pelayanan intranatal care dengan kasus patologis
sehingga angka kematian ibu dan bayi berkurang.
1.3.3. Bagi Masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah
pengetahuan khususnya pada ibu hamil dan ibu hamil normal yang
mengalami masalah dengan kandunganya seperti letak sungsang.
1.4 Metode penulisan
Data dalam penulisan asuhan kebidanan ini didapat dengan cara:
a) Studi kasus
Dengan membaca dan memplajari buku-buku referensi yang berhubungan
dengan masalah yang dituli. Tujuanya agar mendapatkan data dasar yang
teoritis dan bersifat ilmiah.
b) Observasi
Dengan pengamatan secara langsung meliputi inspeksi,palpasi,perkusi dan
auskultasi.
c) Wawancara
Mengadakan tanya jawab secara langsung kepada klien, keluarga atau
tenaga kesehatan atau keadaan klien. Tujuanya adalah untuk memperoleh
data secara langsung dari sumber data.
d) Mempelajari kasus
Dengan melihat rekam medis klien terhadap program pengobatan melalui
catatan medik.
1.5 Sistematika penulisan
Lembar judul
Lembar pengesahan judul
Lembar pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Manfaat
1.4 Metodologi Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II: Tinjauan Teori
2.1 Konsep Persalinan
2.2 Konsep Letak Sungsang
2.3 Konsep Menejemen kebidanan varney
BAB III: Tinjaun khusus
3.1 Pengkajian
3.2 Identifikasi dignosa / masalah potensial
3.3 Antisipasi masalah potensial
3.4 Identifikasi kebutuhan segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV: Pembahasan
BAB V : Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
2.1.1

Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Sarwono,
2002 )
Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat
besar artinya sebab sangat mendalam kesannya. (Christina, 2005)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain. (Mochtar, Rustam 2002)

2.1.2

Proses Terjadinya Persalinan


Proses terjadinya persalinanmasih belum dapat diketahui dengan pasti
sehingga kemungkinan semau faktor bekerja sama sebagai pemicu
persalinan menjadi multi faktor
a. Teori penurunan kepala
Satu sampai dua minggu sebelum partus mulai dari penurunan
kadar hormone estrogen dan progesterone.Progesteron belkerja sebagai
penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his apabila kadar progesterone turun
b. Teori plasenta menjadi tua
Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunya kadar
progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah,hal ini
dapat menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.Jika melewati batas tertentu tersebut akan dapat terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat terjadi.

d. Teori oksitosin internal


Oksitosin

dikeluarkan

oleh

kelenjar

hipofisis

parst

posterior.Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat


mengubah sensitivitas otot rahim,sehingga sering terjadi kontraksi
brakton hicks.
e. Teori prostaglandin
Kontraksi prostraglamdin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh desidua.Pemberian prostraglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dapat dikeluarkan.
f. Teori hipotalamus pituitary dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi

kelambatan

persalinan

karena

tidak

terbentukoleh

hipotalamus.Pemberian kortikostesroid yang dapat menyebabkan


maturitas

janin,induksi

persalinan.

Glandula

suprarenal

merupakanpemicu terjadinya persalinan.


2.1.3 Beberapa istilah yang ada hubungannya dengan partus
1. Menurut cara persalinan
- Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah proses
kelahiran bayi pada LBK (Letak Belakang Kepala) dengan tenaga
ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
- Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan
bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan melalui operasi
caesaria.
2. Menurut tua (umur) kehamilan
- Abortus (keguguran) : terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
hidup, berat janin di bawah 1000 gr, tua kehamilan di bawah 28
minggu.
- Partus prematurus : persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan
28-36 minggu. Janin dapat hidup tetapi premature, berat janin antara
1000-2500 gram.

- Partus matures (aterm)/ cukup bulan : partus pada kehamilan 37-40


minggu, janin matur, BB di atas 2500 gr.
- Partus post maturus (serotinus) : persalinan yang terjadi 2 minggu/
lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut post matur.
- Partus presipitatus : partus yang berlangsung cepat, mungkin di
kamar mandi, di atas becak, dsb.
- Partus percobaan : suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalipelvik.
(Mochtar, Rustam 2002)
2.1.4

Tanda-tanda Permulaan Persalinan


1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu
kelihatan
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering kencing atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut, pinggang karena adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus, kadang disebut false labor pains
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (blood show)

2.1.5

Tanda-tanda Inpartu
1.Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2.Keluar lender bercampur darah yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada serviks.
3.Kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4.Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

2.1.6

Menurut Rustam mochtar (2002) faktor-faktor yang berperan dalam


persalinan
1.

Kekuatan mendorong janin keluar (power)


-

HIS

Kontraksi otot-otot dinding perut

Kontraksi diafragma

Liga mentos actron terutama ligamen rotundum

2.

Faktor jalan lahir (passage)


Jalan lahir lunak dan jalan lahir keras

3.

Faktor janin (passenger)


Janin dan plasenta

4.

Psikis

5.

Penolong
Pada

waktu

partus

akan

terjadi

perubahan-perubahan

pada

uterus,serviks,vagina,dan dasar panggul.


2.1.7

Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
1. Kala I
Partus dimulai jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan
lender bercampur darah. Lendir yang bercampur darah ini berasal
dari lendir kanalis servikalis karena serviks membuka/ mendatar.
Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh. Pembuluh kapiler
yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran

karena

serviks

membuka.

Proses

membukanya servikd sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :


a. Fase laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3
cm.
b. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
- Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm, tadi
mencapai 4 cm.
- Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4
menjadi pembukaan 9 cm.
- Fase deselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 menjadi
pembukaan lengkap.

2. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira
2-3 menit sekali karena biasanya, dalam hal ini kepala janin sudah
masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada
otot-otot dasar panggul, yang secara refleks toris menimbulkan rasa
mengejan. Wanita merasakan pula tekanan pada rectum dan hendak
BAB. Perinium menonjol dan melebar dengan anus membuka.
Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada waktu his. Jika dasar panggul sudah lebih
berelaksasi kepala janin tidak masuk lagi di luar his dan dengan his
dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
sub-oksiput di bawah symfisis dan dahi. Muka dan dagu melawan
perineum. Setelah istirahat sebentar his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II
berlangsung 1,5 jam pada multigravida 0,5 jam.
3. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri
agak ke atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
4. Kala IV
Dimulia dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
pos partum.Seperti diterangkan di atas, kala ini dianggap perlu
untuk mengamati apakah ada perdarahan post partum.

2.2. KONSEP LETAK SUNGSANG


2.2.1 Definisi
Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala
berada di fundus dan bokong di bawah. (Rustam, Mochtar, 2002)
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kapala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri . (Sarwono,2002)
Kepala

yang

merupakan

bagian

terbesar

lahir

terlebih

dahulu,sedangkan persalinan letak sungsang justru kapela yang merupakan


bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. (Manuaba,2002)
2.2.2 Menurut Manuaba (2002) Etologi Letak sungsang adalah :
1. Sudut ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Septum pada rahim
- Uterus dupleks
- Mioma bersama kehamilan.
b. Keadaan plasenta
- Plasenta letak rendah
- Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Deformitas tulang panggul
- Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala.
2. Sudut janin
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramnion atau oligohidramnion
- Prematuritas

10

2.2.3 Patofisiologis (Mochtar, 2002)


1. Bagi Ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, juga karena dilakukan
tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi
mudah terkena infeksi.
2. Bagi anak
Prognosa tidak begitu baik, karena adanya peredaran darah placenta
setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara
kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia. Oleh karena itu setelah
pusat leher, maka janin harus dilahirkan dalam waktu 8 menit.
2.2.4.Klasifikasi
1. Letak bokong (Frank Breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas
2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong
3. Letak bokong tidak sempurna (Incomplete Breech)
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang
terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
- Kedua kaki : letak kaki sempurna
Satu kaki

: letak kaki tidak sempurna

- Kedua lutut : letak lutut sempurna


Satu lutut

: letak lutut tidak sempurna

Posisi bokong ditentukan oleh sacrum ada 4 posisi :


a. Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
b. Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
c. Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
d. Ringh sacrum posterior (sakrum kanan belakang)
(Rustam, Mochtar. 1998 )
2.2.5.Diagnosis
1. Palpasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong dan punggung di
kiri atau kanan.

11

2. Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat
3. Pemeriksaan dalam
Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang-kadang
kaki.
2.2.6.Prognosis
1. Bagi bayi
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, juga karena
dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus
lebih lama, jadi mudah terkenal infeksi.
2. Bagi anak
Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan darah
plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat
terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat dan supaya janin hidup, janin
harus dilahirkan dalam waktu 8 menit.
2.2.7.Penanganan menurut Cunningham(2005)
1. Sikap sewaktu hamil
Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik,
maka usahakan merubah letak janin dengan versi luar.
Tujuannya adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala.
Hal ini dilakukan pada primi dengan kehamilan 34 minggu, multi
dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada panggul sempit,
gemeli atau plasenta previa.
Syarat :
-

Pembukaan kurang dari 5 cm

Ketuban masih ada

Bokong belum turun atau masuk PAP

Teknik
1. Lebih dahulu bokong lepaskan dari PAP dan Ibu berada dalam
posisi trendelenburg
2. Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong

12

3. Putar ke arah muka atau perut janin


4. Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan
di kepala.
5. Setelah berhasil pasang gurita dan observasi tensi, DJJ, serta
keluhan.

Gambar2.1 Versi Luar


2.2.8

JENIS PIMPINAN PERSALINAN SUNGSANG Pilihan pertama


persalinan pervaginam
a. Persalinan spontan. Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.

Gambar 2.2 perasat bracth


b. Manual aid atau ekstraksi bokong parsial. Setelah bokong lahir spontan
sebatas umbilikus, lengan dan kepala dimanipulasi untuk melahirkan
bayi. Penggunaan cunam untuk melahirkan kepala termasuk kriteria ini
c. Ekstraksi bokong. Janin dilahirkan seutuhnya dengan memakai tenaga
penolong.
Risiko : kepala terjebak (head entrapment) pada aftercoming head akibat
tidak terjadinya moulage kepala, atau pembukaan serviks yang tidak
lengkap. Peristiwa ini terjadi pada 88/1000 persalinan. Risiko ini dapat
dikurangi dengan mempertahankan fleksi dengan menekan suprapubik

13

eksternal

dan

tidak

melakukan

ekstraksi.

Penyebab utama kematian perinatal tanpa kelainan congenital:


1. Robekan tentorium cerebelli akibat traksi pada hiperekstensi kepala,
trauma pada medulla spinalis. Hiperekstensi kepala pada persalinan
presentasi bokong, menyebabkan sudut antara geraham dan vertebra
lebih dari 105 derajat. Prolapsus tali pusat juga terjadi pada 0.5%
persalinan dengan presentasi bokong murni; bokong sempurna 4-5%;
kaki 10%. (Cunninghum,2005)
2. Histerostomatomi atau insisi Duhressen : bila kepala terjebak akibat
pembukaan serviks uteri yag tidak lengkap. Dilakukan insisi pada
daerah serviks jam 2, jam 6 dan jam 10. Bahaya insisi ini adalah
perdarahan dan pelebaran robekan ke segmen,bawah,uterus.
3. Sirkumferensia abdomen dan sirkumferensia kepala janin relatif
seimbang pada kehamilan sebelum 36 minggu. Di atas 36 minggu,
sirkumferensia kepala lebih besar dari abdomen atau toraks.
Penatalaksanaaan persalinan pervaginam : 90% persalinan presentasi
bokong di Amerika Serikat dilakukan dengan sectio cesarea.
Sebenarnya, sectio cesarea juga merupakan risiko morbiditas dan
mortalitas ibu yang lebih tinggi daripada persalinan pervaginam.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi :
1. Usia kehamilan : bayi prematur berrisiko lebih tinggi untuk persalinan
pervaginam, karena rasio lingkar kepala / lingkar abdomen lebih
besar pada awal trimester ke 3 sehingga kemungkinan terjadinya
kepala terjebak lebih besar. Disarankan untuk sectio cesarea pada
kehamilan

kurang dari 34 minggu.

2. Presentasi bokong murni : paling baik

untuk persalinan

pervaginam, karena prolapsus talipusat lebih kecil daripada bokong


sempurna

atau

kaki.

3. Taksiran berat janin : dari studi selama ini, berat janin sekitar
2500-3500 g mempunyai angka morbiditas yang paling rendah pada
bayi.
4. Riwayat persalinan : masih ada kontroversi persalinan pada

14

primipara. Sebagian center menyarankan sectio cesarea, walaupun


alasan

yang

menunjang tidak jelas.

5. Pelvimetri radiologik : pemeriksaan ini memastikan ukuran


panggul, sehingga dapat menentukan imbangan fetopelvik lebih baik.
CT-scan memiliki dosis radiasi 1/3 kali lebih rendah dibandingkan
foto

Rontgen

konvensional.

6. Hiperekstensi kepala : dengan fleksi kepala ke belakang leher,


risiko kepala terjebak dan trauma spinal meningkat. Diagnosis dapat
dibuat

dengan

pemeriksaan

radiologik

atau

ultrasonografi.

7. Pemeriksaan dalam (pelvis) : makin turun presentasi bokong dan


makin lebar pembukaan serviks pada awal persalinan, prognosis
makin

baik.

8. Kemajuan persalinan : bila kemajuan persalinan baik (pembukaan


serviks dan turunnya presenting part lancar), persalinan pervaginam
memiliki prognosis makin baik.
Persalinan pervaginam dianggap aman : usia kehamilan aterm, his
spontan, pembukaan lancar dan ukuran bayi sedang (2000-3500g)
2. Versi luar
Melakukan putaran pada fetus dari dinding abdomen sehingga menjadi
presentasi kepala.
Bahaya : perdarahan fetomaternal, separasi plasenta, kegagalan versi.
Kegagalan versi : kembalinya janin pada posisi semula setelah versi.
Perlu alat ultrasonografi untuk pemandu reposisi janin, dan sebelum dan
sesudah versi luar perlu diberi tokolisis.
Awasi perubahan frekuensi denyut jantung janin, kemungkinan terjadi
gawat janin pada tindakan versi akibat terganggunya sirkulasi janin dari
manipulasi yang mungkin terjadi pada janin / plasenta / talipusat
1. Petunjuk / rekomendasi pada persalinan pervaginam
a. Pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat ada/tidaknya kelainan
bawaan, lokasi plasenta, hiperekstensi kepala, taksiran berat janin
klinik maupun ultrasonografik

15

b. Janin tunggal, terutama presentasi bokong murni, taksiran berat


janin 2500-3500
c. Pelvimetri adekuat (radiologik) : pintu atas panggul, diameter
transversa > 11.5 cm dan diameter anteroposterior > 10 cm,
sedangkan pintu tengah panggul distansia interspinarun > 10 cm
dan diameter anteroposterior > 11.5 cm.
d. Adanya penolong yang trampil, dan fasilitas kamar operasi darurat
untuk sectio cesarea.
e. Tidak ada indikasi obstetrik maupun generalis untuk sectio cesarea
baik bagi ibu maupun janin.
Pilihan kedua : sectio cesarea
Persalinan dengan sectio cesarea tidak sama amannya dengan partus
pervaginam presentasi kepala.
Terjadinya hiperekstensi kepala dan kesulitan melahirkan kepala pada
sayatan uterus yang kecil sering terjadi dan menimbulkan morbiditas bayi
yang meningkat.
2.2.9

Prosedur

Pertolongan

Persalinan

Pervaginam

Pada Presentasi Bokong


Pertolongan Persalinan Spontan (Bracht)
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan.
2. Tahap kedua : fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut, fase di
mana bayi harus dilahirkan cepat karena talipusat terjepit oleh kepala
bayi di pintu atas panggul (batas waktu 8 menit).
3. Tahap ketiga : fase lambat, lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
Kepala harus dilahirkan lambat untuk menghindari terjadinya
perdarahan intrakranial (ruptura tentorium cerebelli) akibat dekompresi
yang mendadak.
Teknik : hiperlordosis badan bayi
Keuntungan :
1. Tangan penolong tidak masuk jalan lahir, sehingga mengurangi
risiko infeksi.
2. Mendekati persalinan fisiologik, mengurangi trauma pada janin.

16

Kerugian :
1.

5-10% mengalami kegagalan.

2. Tidak dilakukan pada panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
(primipara), nuchal arm (lengan menjungkit).

PROSEDUR MANUAL AID (PARTIAL BREECH EXTRACTION)


Indikasi :
1. Bila pertolongan secara Bracht gagal.
2. Efektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual
aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan memakai tenaga penolong secara
klasik (Deventer), Mueller atau Lovset.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-Veit-Smellie,
Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik, atau dengan cunam
Piper
4. Teknik cara Mueller
Melahirkan bahu dan lengan cara Mueller adalah melahirkan bahu dan
lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan
bahu dan lengan belakang
5. Teknik cara Lovset
Prinsip persalinan cara Lovset adalah memutar badan janin dalam
setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi cunam ke bawah
sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di
bawah simfisis.
17

Keuntungan :
1.

Sederhana dan kegagalan jarang

2.

Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan


lahir, sehingga risiko infeksi minimal. Nuchal arm (lengan
menjungkit).
Menolong persalinan letak bokong dengan tarikan ringan sampai
skapula lahir. Sampai batas ini ini tubuh bayi diputar sehingga
diameter biakromialis dalam posisi anteroposterior. Sebatas aksilla
bahu siap dilahirkan. Traksi berlebihan untuk melahirkan bahu
menyebabkan lengan tertinggal di atas kepala dan tersangkut
lengannya di leher (nuchal arm). Untuk itu penolong meletakkan
dua jari sepanjang humerus dan mengusapkan ke muka dan dada
bayi sampai lahir lengan tersebut sambil didorong ke atas. Humerus
bayi harus displint dengan jari penolong dan bukan digaet. Nuchal
arm kadang-kadang dapat dibebaskan dengan memutar badan bayi
searah dengan jari bayi menunjuk, sehingga tangan yang
menjungkit dapat terbebas melewati muka bayi.

3.

Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul


(aftercoming head)

4.

Cara Mauriceau-Veit-Smellie
Tangan penolong dimasukkan dalam jalan lahir, jari tengah
dimasukkan dalam mulut, jari telunjuk dan jari manis mencekam
fossa kanina, sedangkan jari lain mencekam leher. Badan bayi
diletakkan di atas lengan bbawah penolong, seperti menunggang
kuda. Jari telunjuk dan jari tengah penolong dari lengan yang lain
mencekam leher bayi dari arah punggung, mempertahankan posisi
leher dan mencegah terjadinya defleksi atau hiperekstensi kepala.
Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke arah bawah
dan pembantu penolong melakukan ekspresi Kristeller. Bila

18

suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala dielevasi ke arah atas


dengan suboksiput sebagai sumbu (hipomoklion), sehingga lahir
kepala seluruhnya.
5.

Cara Najouk
Kedua tangan penolong mencekam leher bayi dari arah depan dan
belakang. Kedua tangan penolong menarik bahu curam ke bawah,
dan asisten membantu mendorong kepala bayi ke arah bawah, dari
tekanan

suprasimfisis.

Cara

Prague

terbalik

Cara ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di


belakang dekat sakrum dan muka bayi menghadap simfisis.
Satu tangan penolong mencekam leher dari arah bawah dan
punggung bayi diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan
penolong lain memegang kedua pergelangan kaki. Kaki ditarik ke
atas bersamaan dengan tarikan pada bahu bayi, sehingga perut bayi
mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai sumbu (hipomoklion),
kepala bayi dapat dilahirkan.
6.

Cunam Piper
Cunam Piper memiliki lengkung kepala dan lengkung panggul
yang panjang, dapat dipergunakan untuk melahirkan kepala yang
menyusul, ditarik ke bawah.
Indikasi cunam ini setara dengan pertolongan pengeluaran kepala
cara Mauriceau.

7.

Ekstraksi pada presentasi bokong


Teknik ekstraksi kaki (Pinard)

Tangan penolong masuk mencari bokong, pangkal paha sampaiu


lutut, mengabduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah
menjadi fleksi. Tangan yang di luar menekan fundus ke arah
bawah. Setelah kaki bawah fleksi, pergelangan kaki dipegang dan
dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
Kedua tangan penolong memegang betis, kaki ditarik curam ke
bawah sampai pangkal paha lahir.

19

Pangkal paha ditarik curam ke arah bawah sampai trochanter depan


lahir, disusul trochanter belakang dan bokong lahir.
Untuk melahirkan bayi seterusnya, tangan penolong memegang
femuro-pelvik dan ditarik curam ke bawah sampai umbilikus lahir.
Untuk melahirkan bahu, lengan dan kepala dilakukan pertolongan
secara manual aid.
Teknik ekstraksi bokong
1.

Dilakukan pada presentasi


bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar
panggul. Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil
janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan pada lipat
paha. Lipat paha ditarik curam ke bawah.

2.

Setelah trochanter depan


dilahirkan, maka jari telunjuk yang lain segera mengait lipat
paha belakang, dan ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.

3.

Tangan

penolong

memegang femuro-pelvik bayi dan melahirkan bayi dengan cara


manual aid.
2.2.10 SYARAT PARTUS PERVAGINAM PADA LETAK SUNGSANG
- janin tidak terlalu besar
- tidak ada suspek CPD
- tidak ada kelainan jalan lahir
- Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau
multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea
lebih dianjurkan.
2.2.11 SYARAT PIMPINAN MENERAN KALA II PADA PERSALINAN
LETAK SUNGSANG
1. pembukaan lengkap
2. bokong terletak di Hodge III atau lebih
3. ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan
lengkap
4. hati-hati prolaps tali pusat

20

5. hati-hati "aftercoming head".


Penyulit / Komplikasi Yang Mungkin Terjadi
1. Sufokasi : aspirasi darah, lendir, mekonium, air ketuban terhisap ke
jalan napas
2. Prolaps tali pusat
3. Asfiksia
4. Kerusakan jaringan otak
5. Fraktur pada tulang-tulang bayi : humerus, klavikula, femur, dislokasi
bahu, tulang kepala
6. Cedera pleksus brakialis, hematoma otot-otot.
2.3 KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY
Manajemen kebidanan adalah metode kerja profesi dengan menggunakan
asuhan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan jalur kerja
pengorganisasian, pemikiran dan langkah dalam suatu urutan logis yang
menguntungkan baik bagi pasien maupun bidan. Langkah tersebut antara lain :
I.

Pengkajian
a. Data Subyektif
1. Biodata
Meliputi Nama, Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
dan Alamat. Ditanyakan untuk mengetahui status ekonominya.
2. Alasan Datang
Ditanyakan dengan alasan mengapa ibu datang ke rumah sakit.
3. Keluhan Utama
Ditanyakan dengan alasan untuk mengetahui keluhan klien
sehingga datang kerumah sakit.
4. Riwayat Haid
Meliputi Menarche, siklus, lama haid, banyaknya darah yang
keluar dan ada tidaknya kelainan atau keluhan haid serta fluor
albus untuk mengetahui apakah siklus haid pasien teratur atau
tidak.
5. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ada atau tidaknya penyakit kronis atau penyakit menular
lainnya
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui ada tidaknya keluarga yang menderita
penyakit kronis, penyakit menular atau penyakit keturunan
serta ada atau tidaknya keturunan kembar.
21

7. Riwayat Perkawinan
Meliputi berapa kali menikah, berapa lama dan usia saat
pertama kali menikah
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas
yang terdahulu karena ini merupakan kehamilan yang pertama
maka riwayat ini kosong.
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ditanyakan sejak kapan, dimana dan bagaimana antenatalnya,
ada atau tidaknya permasalahan yang berhubungan dengan
kehamilannya dan bagaimana cara mengatasinya.
10. Riwayat KB
Ditanyakan apakah ibu pernah mengikuti KB dan rencana KB
yang akan dipergunakan.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Ditanyakan meliputi Nutrisi, aktivitas, eleminasi, istirahat,
personal hygiene, dan kebiasaan ibu yang biasa dilakukan.
12. Data Psikososial dan Spiritual
Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu dan persalinannya,
hubungan social dengan keluarga dan lingkungan sekitar serta
agama yang dianut.
13. Data Budaya
Untuk mengetahui

kebiasaan

tradisi

yang

dilakukan

berhubungan dengan kondisi ibu, kepercayaan pada takhayul


dan kebiasaan berobat bila sakit.
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
: Baik, sedang, lemah
Kesadaran
: Composmentis, Apatis, Samnolen
Tekanan Darah
: 100/70 130/90 mmHg
Nadi
: 60-100 x/.menit
Suhu
: 36,5 C-37,2C
Pernafasan
: 20-30 x / menit
BB
: > 50 kg
TB
: >150 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Rambut
: warnanya, rontok / tidak, keadaannya

Kepala
Muka

bersih / tidak.
: simetris / tidak
: tampak cloasma dan pucat / tidak

22

Mata

kuning / tidak
Hidung
: tampak secret dan polip / tidak
Telinga: simetris dan tampak keluar secret / tidak
Leher
: tampak pembesaran kelenjar tiroid dan

b.

Payudara
Perut
Genetalia
Anus
Ekstremitas
Kulit
Palpasi
Leher
Payudara

: tampak konjungtiva pucat dan sclera

vena jugularis / tidak


: simetris dan putting susu menonjol / tidak
: ada luka bekas operasi dan strie albicans /
tidak
: bersih, ada varices dan ada oedema / tidak
: bersih dan ada hemoroid / tidak
: simetris dan ada kelainan / tidak
: bersih / tidak.
: teraba pembesaran kelenjat thyroid dan
vena jugularis.
: teraba benjolan

abnormal

dan

ada

kolostrum keluar atau tidak.


Abdoment :
Leopold I

: Untuk menentukan TFU dan untuk


menentukan bagian janin yang berada di
fundus

Leopold II

: Untuk menentukan situs (membujur atau


melintang) dan menentukan punggung
janin sehingga denyut jantung janin dapat
di dengar.

Leopold III

: Untuk menentukan bagian terbawah janin

Leopold IV

: Untuk menentukan berapa jauh kepala


sudah

masuk

PAP

divergen

atau

konvergen.
Ekstermitas
:atas dan bawah teraba oedem atau tidak
c. Auskultasi
Dada : Terdengar ronchi/ tidak,terdengar wheezing / tidak.
Abdoment :
Terdengar bising usus / tidak
Terdengar denyut janin /tidak teratur/tidak normalnya 120160X/menit.

23

d. Perkusi
Reflek patella kanan / kiri
: +/+
3. Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan
laboratorium,USG, foto thorak dan pemeriksaaan inspekulo
4. Terapi
Pengobatan yang diberikan
II. Identifikasi Diagnosa / Masalah
Diagnosa : Ny
G..P.Ab.
Usia
Kehamilan.Janin
Tunggal/Gemelly

Hidup/Mati Intra/Ekstra Uterin

Inpartu

kalaDengan.
Ds
: Data berasal dari klien atau pasien yang mendukung diagnosa
Do
: Data berasal dari hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosa.
III. Antisipasi Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnose, hanya merupakan antisipasi atau
pencegahan bila mungkin.
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan data yang bias menunjukkan situasi yang memerlukan
V.

langkah segera sementara menunggu intervensi dari seorang dokter.


Intervensi
Dx
: Ny .. G..PAb Usia Kehamilan Janin Tunggal
Tujuan

Hidup Intar Uterina Inpartu Kala Dengan.


: Klien mendapatkan pelayanan intranatal care secara

Kriteria hasil

komprehensif.
: Klien mendapatkan

Intervensi

alternative

pemecahan

masalah.
: Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan temuan masalah dan diagnose

VI. Implementasi
Dilakukan sesusai dengan intervensi yang telah dibuat
VII. Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kefektifan dan keberhasilan
dari asuhan yang telah kita berikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

24

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Selasa, 18 September 2012
Jam

: 10.00 WIB

No. Reg

:-

A. Data Obyektif
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama istri
Umur
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Alamat

: NyD
: 22 Tahun
: Jawa
: Islam
: SMP
: IRT
: : Sidoarjo

Nama suami
Umur
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Alamat

: Tn J
: 25 Tahun
: Jawa
: Islam
: SD
: Swasta
: + Rp 700.000/bln
: Sidoarjo

2. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin melahirkan anaknya
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng,mengeliarkan
lendir bercampur darah dan cairan ketuban sudah pecah.
4. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
darah tinggi kencing manis astma maupun penyakit menular seperti
TBC penyakit kuning maupun HIV/AIDS dan ibu juga tidak pernah
menderita tumor maupun kanker.
25

5.Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti
darah tinggi kencing manis astma maupun penyakit menular seperti
TBC penyakit kuning dan tidak sedang menderita tumor maupun
kanker.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga suami maupun keluarga ibu tidak
ada yan mempunyai penyakit menurun seperti darah tinggi kencing
manis asma maupun penyakit menular seperti TBC penyakit kuning
HIV/AIDS dan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai keturunan
kembar dan tidak ada yang menderita penyakit tumor dan kanker.
7. Riwayat Haid
Menarche
: 12 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Jumlah
: Hari 1-2 ganti 2 softek/hari, hari 3 dan seterusnya
1 softek/hari.
Disminorrhoe :Tidak pernah nyeri haid
Flour Albus
: Tidak ada
HPHT
: 27-12-2011
TP
: 02-10-2012
8. Riwayat Pernikahan
Menikah
:1x
Lama Menikah :2 tahun
Usia Menikah :20 tahun
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah menikah ibu tidak pernah ikut KB
apapun.setelah kelahiran anak ini ibu mengatakan ingin ikut kb
suntik 1 bulanan.
10.Riwayat kehamilan ,persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan
Persalinan
Hamil
No
Suami
UK
Penolong Cara
ke1 1
1
3 Bulan Abortus
2 1
2
Hamil ini

Anak
PenyulitSex

26

Nifas
BBL

HP

Ma Hidup

PA

ti

umur

Hari

Men
yusui

Penyulit

11.Riwayat Kehamilan,Persalinan dan nifas yang sekarang


a. Riwayat Antenatal
Trimester I
-

Keluhan : Ibu mengatakan sering pusing,mual,muntah dan


nafsu makan berkurang

Periksa :Ibu periksa hamil sebanyak 1X

Tempat Periksa :Ibu mengatakan memeriksakan kehamilanya


di bidan

Penyuluhan :Gizi dan kebersihan diri

Terapi : Vitamin,obat penambah darah dan obat anti mual.

Trimester II
-

Keluhan :Ibu menggatakan sudah tidak mual dan nafsu makan


mulai bertambah

Periksa :Ibu mengatakan periksa 2X dan ibu mulai merasakan


gerakan janin dan ibu mendapat suntik TT yang ke-2

Tempet Periksa :Bidan

Pentuluhan :Gizi dan kebersihan diri

Terapi :Vitamin dan obat penambah darah

Trimester III
-

Keluhan : Ibu mengatakanan sudah mulai tenang tapi sering


kencing

Tempat periksa :Bidan

Hasil :Usia kehamilan 9 bulan ibu mengeluh perutnya kencengkenceng. Tiba di BPS ibu sudah pembukaan 3 cm

27

3. Pola Kebiasaan Sehari-hari


Pola Kebiasaan
Nutrisi

Saat di rumah
Trimester I

Saat di RS
Ibu
mengatakan

Ibu mengatakan makan 3x sehari sedikit tapi sering mendapat


dengan

komposisi

nasi,lauk

pauk,minum

makan

5-6 dengan

1x

komposisi

gelas/hari

nasi,sayur

lauk

dan

Trimester II

minu 1 gelas air putih

Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan komposisi


nasi,sayur lauk minum 5-6 gelas sehari
Trimester III
Ibu mengatakan makan 3x/hari dengan kopmposisi
Aktifitas

nas,sayur,lauk pauk minum 6-7 gelas/hari


Setiap hari ibu melakukan pekerjaan rumah misalnya Ibu
mencuci,memasak dan membersihkan rumah

hanya

tempat

tidur

tidur

di

karena

perutnya

terasa

kenceng-kenceng
Ibu tidak dapat tidur

Istirahat

Ibu mengatakan tidur siang pukul 13.00-15.00 WIB

Personal Hygiene

Tidur malam pukul 21.00-05.00 WIB


karena perutnya mules
Ibu mandi dan gosok gigi 2x /hari keramas 3x Saat dikaji pasien tidak
seminggu dan ganti baju setiap selesai mandi dan mandi

Eliminasi

Kebiasaan lain-lain

celana ganti jika basah dan kotor


BAB :1-2X/hari (konsistensi lunak,bau khas)

BAK waktu dipasang

BAK :5-6X/hari (Warna kuning,jernih dan bau khas)

kateter

Ibu mengatakan tidak pernah merokok tidak minum Ibu mengatakan tidak
minuman beralkohol dan tidak minum jamu-jamuan

pernah merokok tidak


minum
beralkohol

minuman
dan

tidak

minum jamu-jamuan

14. Data Psikososial,Budaya dan Spiritual

28

a. Psikologis
Ibu mengatakan ibu dan suami serta keluarga sangat mengharapkan
kelahiran anak ini namun sekarang ibu cemas karena mau
melahirkan dan letak janin sungsang.
b. Sosial
Ibu tinggal dengan suami dan satu anaknya hubungan diantara
mereka harmonis begitu juga dengan tetangga dam masyarakat
sekitar.
c. Budaya
Ibu mengatakan menganut dalm keluarga menganut budaya jawa
seperti selamatan 7 bulanan.
d. Spiritual
Ibu beragama islam dan selalu mengerjakan sholat lima waktu dan
kadang-kadang ikut pengajian di kampungnya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 84 x / menit
Suhu
: 36,8 C
Pernafasan
: 24 x / menit
Berat Badan
: 47 kg
BB sebelum hamil
: 43 kg
Tinggi Badan
: 152 cm
Lila
: 23 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala
: Simetris,tidak
tampak

benjolan

yang

Rambut
Wajah

abnormal,tidak ada lesi kulit kepala bersih


: Hitam tidak rontok bersih dan tidak berketombe
: Tidak pucat tampak closma gravidarum dan

Mata

tidak ada oedem


: Simetris Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

Hidung
Telinga

ikterus.
: Simetris,bersih ,tidak aka secret, tidak ada polip
: Simetris, tidak ada serumen , bersih

29

Mulut

: Bibir lembab tidak ada stomatitis.lidah bersih dan

Leher

tidak ada karies


: Tidak tampak ada pembesaran kelenjar thyroid

Ketiak
Payudara

dan pembengkakan vena jugularis


: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
: simetris, membesar,tagang punting

Abdomen

menonjol dan hyperpigmentasi areola mammae


: Membesar terdapat linea alba linae nigra tidak

susu

strie albicans dan strie lividae tidak ada luka

Genetalia

bekas operasi.
: Bersih, tidak

ada

oedem,

tidak

ada

varices,penyebaran rambut pubis merata ,tidak

terdapat condilomata acuminata.


Anus
: Bersih, tidak ada hemoroid.
Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada gangguan

pergerakan, tidak ada varices.


Integumen : Bersih dan lembab
b. Palpasi
Kepala
: Tidak ada benjolan abnormal
Leher
: Tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar

Payudara

thyroid maupun vena jugularis


: Tidak teraba ada benjolan abnormal,tidak ada
nyeri tekan dan kolostrum sudah keluar dari
payudara kanan dan kiri.

Abdomen :
- Leopold I : TFU 2 jari bawah prosesus xypoideus(27 cm),
teraba
- Leopold II

bagian

besar,bulat,keras,melenting

(kepala)
: Pada bagian kiri

ibu teraba bagian lurus,

panjang, dan datar (punggung kiri)


Sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil
janin
- Leopold III : Teraba

bagian

terdahulu

melenting (bokong)

30

bulat

kurang

- Leopold IV : Bagian terdahulu masuk PAP 3/5 bagian dan

tidak dapat digoyangkan.


Ekstremitas: atas : simetris, tidak teraba benjolan yang
abnormal
Bawah : Simetrid,tidak ada oedem dan tidak ada
varises

c. Auskultasi
Dada
Abdoment

: Tidak terdengar ronchii dan wheezing


: DJJ (+) 10,14.9 =132 x/menit terdengar dibagian

atas pusat sebelah kiri.


d. Perkusi
Reklek Patella kanan/ kiri
: +/+
3. Tafsiran berat badan janin
(TFU-11)X155=Berat badan janin
(27-11) X 155 =2480 Kg
4. Periksa dalam
VT : Jam 14.00 WIB
Vulu/Vagina
: Pengeluaran lendir bercampur darah
Pembukaan
: 3 cm
Efficement
: Teraba lunak dan tipis effacement 25 %
Ketuban
: (-) atau pecah
Bagian terdahulu janin : Teraba bokong
Bagian Terdahulu
:Penurunan
: 3/5 bagian pada H III
Tidak teraba bagian terkecil janin
3.2 . IDENTIFIKASI DIAGNOSA /MASALAH
Dx

:G2 P0000 Ab100 Usia Kehamilan 38-39 Minggu janin tunggal


hidup intra uterin letak sungsang dengan inpartu kala 1 fase

Ds

laten
: Ibu mengatakan ingin melahirkan anaknya
Ibu mengatakan usia kehamilan 9 bulan perutnya kencengkenceng mengeluarkan lendir bercampur darah dan ketuban

Do

sudah pecah
HPHT
: 27-11-2011
TP
: 02-10-2012
: Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan

Palpasi

31

: Baik
: Composmentis
: 110/80 mmHg
: 84 x / menit
: 36,8 C
: 24 x / menit

- Leopold I

: TFU 2 jari bawah prosesus xypoideus(27 cm),


teraba

- Leopold II

bagian

(kepala)
: Pada bagian kiri

besar,bulat,keras,melenting
ibu teraba bagian lurus,

panjang, dan datar (punggung kiri)


Sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil
janin
- Leopold III : Teraba

bagian

terdahulu

bulat

kurang

melenting (bokong)
- Leopold IV : Bagian terdahulu masuk PAP 3/5 bagian dan
tidak dapat digoyangkan.
His

:Teratur dalam 10 menit 3X lamanya 30-40 detik.

Auskultasi

: DJJ : (+) 10,14,9=132x/menit terdengar dibagian di atas


pusat sebelah kiri atas

3.3 . ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi fetal distress
Potensial terjadi asfiksia
3.4 . IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Pasang O2
Siapkan alat resusitasi
3.5. INTERVENSI
Dx

: G2 P0000 Ab100 Usia Kehamilan 38-39 Minggu janin tunggal hidup


intra uterin letak sungsang dengan inpartu kala 1 fase laten

Tujuan Jangka Pendek

: Setelah

selama

dilakukan
6

jam

asuhan

diharapkan

kebidanan
pembukaan

lengkap
Tujuan Jangka Panjang

: Setelah

dilakukan

asuhan

kebidanan

selama 24 jam diharapkan tidak terjadi


komplikasi
Kriteria Hasil

: Ibu ingin meneran. Ada dorongan ingin


meneran tekanan anus,perineum menonjol
vulva dan spingterani membuka

Pembukaan

:10 cm
32

His dalam 10 menit lamanya 5x dalam 45 detik adekuat


Intervensi
1. Observasi keadaan umum ibu dan janin tiap 1 jam (His DJJ Kontraksi
Nadi) Tiap 4 jam (Tekanan darah,urine dan pembukaan serta penurunan
kepala)
R/ Untuk mengidentifikasi terjadinta kelainan
2. Lakukan persiapan pertolongan persalinan
R/Persiapan yang baik dapat menunjang proses persalinan
3. Kolaborasi dengan dokter
R/Letak sungsang memberikan prognosis yang buruk bagi ibu dan janin
bila lahir pervagianam
4. Anjurakan pada ibu untuk BAB
R/Mengosongkan rectum membantu penurunan bagian terndah janindan
mencegah agar tidak BAB saat persalinan sehingga menghindari infeksi
nosokomial.
5. Kosongkan kandung kemih
R/ Kandung kemih yang penuh menghambat terjadinya kontraksi
6. Anjurkan pada ibu untuk miring kiri
R/Tidur terlentang terjadi penekanan vena cava inferior dan dapat terjadi
hipoksia.
7. Berikan pada ibu nurtrisi
R/Kalori yang cukup dapat digunakan sebagai tenaga,mengurangi
dehidrasi yang dapat mempengaruhi his
8. Ajari ibu cara meneran yang benar
R/Meneran yang benar mencegah terjadinya laserasi atau edema serviks
atau jalan lahir
3.6 . IMPEMENTASI
Tanggal

: 18 September 2012

Jam

: 14.30

Dx

: G2 P0000 Ab100 Usia Kehamilan 38-39 Minggu janintunggal hidup


intra uterin letak sungsang dengan inpartu kala 1 fase laten

1. Memeriksa keadaan umum ibu dan janin

33

Jam
15.30
16.00
16.30
17.30

TD
N
110/80 84
80
82
84

S
36.8

RR
24
20
24
24

HIS
3,10,40
4,10,40
4,10,45
5,10,45

DJJ
132
140
148

Ket
Jam

17.30

WIB

Vulva vagina lendir


darg pembukaan 10
cm Eff tidak teraba
ket(

bokong

disekitar

bag

terdahulu

tidak

teraba bagian kecil


2. Menyiapkan

pertolongan

persalinan,mamakai

janin
sarung

tangan

dan

memasukkan oksitosin 1 ampul kedalam spuit


3. Melakukan kolabaorasi dengan dokter
4. Menganjurkan pada ibu untuk BAK dan BAB
5. Menganjurkan pada ibu untuk miring kiri
6. Menberi asupan nutrisi yang cukup pada ibu
7. Mengajari pada ibu cara meneran yang benar
3.7 . EVALUASI
Tanggal:18 September 2012
Jam

: 18.30

Dx

: G2 P0000 Ab100 Usia Kehamilan 38-39 Minggu janin tunggal hidup


intra uterin letak sungsang dengan inpartu kala 1 fase laten

: Ibu mengatakan ingin meneran

: Vulva vagina : Pengeluaran lendir bercampur darah


Pembukaan :10 cm
Efficement 100 % portio tidak teraba
Ketuban (-) / Jernih Bau Khas
Bagian terdahulu janin : Teraba bokong
Penurunan : 4/5 pada H III sacrum jam 3 dan tidak teraba bagian
terkecil janin.

: G2 P0000 Ab100 Usia Kehamilan 38-39 Minggu Janin Tunggal


Hidup Intra Uterin Inpartu
Murni
34

Kala II Dengan Ptresentasi Bokong

: Jelaskan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap


1. Pimpin ibu meneran
2. Menolong persalinan dengan prasat Bracht
3. Melakukan penangganan bayi baru lahir resusitasi jika bayi
4.
5.
6.
7.
8.
9.

tidak menangis
Melakukan manejemen aktif kala III
Memberikan suntikan oksitosin 10 Unit secara IM
Penegangan tali pusat
Pengeluaran plasenta
Melakukan Masase Uterus
Melakukan penilaian perdarahan dengan cara memeriksa

kelengkapan bagian plasenta serta evaluasi laserasi


10. Melakukan
observasi
perdarahan,kontraksi,kandung
kemih,TFU

35

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal

:18 September 2012

Jam

: 20.30 WIB

DS

: Ibu mengatakank sudah lega bisa melahirkan dengan normal dan


perut ibu sedikit mules

DO

: Wajah ibu tampak gembira /ceria

KU

: Baik

Kesadaran

: Komposmentris

Nadi

: 80x/menit

TD

: 120/80 mmHg

RR

: 20X/ menit

Suhu

: 36,5 o C

TFU

: Setinggi pusat dan kontraksi baik

: Timbul masalah sehubungan dengan proses involusi

:
1. Jelaskan pada ibu penyebab perut teras mules
2. Lakukan rooming in
3. Jelaskan pada ibu untuk segera mobilisasi secara bertahap misalnya dengan
mika/miki

36

BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut Rustam moechtar, 2000 Persalinan kala I adalah kala waktu
pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm dan kala II
merupakan fase dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir lengkap. Oleh
karena itu pada masa ini diperlukan dukungan mental dan emosional pada ibu
untuk mengurangi masalah yang ibu hadapi. Dalam pembuatan asuhan kebidanan
pada Ny DUmur 22 Tahun Usia Kehamilan 38-39 Minggu Tunggal Hidup Intra
Uterin Inpartu Kala I fase Laten Dengan Presentasi Bokong Sempurna tidak
didapatkan kesenjangan antara teori dan praktek yang ada di lapangan.
Pada identifikasi masalah atau diagnosa didapatkan dari anamnesis
maupun pemeriksaan langsung yaitu asuhan yang diberikan

tidak ada

kesenjangan. Berdasarkan dari diagnosa dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan


adanya kesenjangan dan masalah potensial yang terjadi adalah fetal distress dan
asfiksia karena ada data yang mendukung.
Pada intervensi disusun beberapa rencana bedasarkan diagnosa yang
diambil dan sudah dilakukan implementasi sesuia intervensi yang telah dibuat dan
dilakukan sesuia keadaan klien. Pada tinjauan kasus disebutkan bahwa observasi
DJJ dilakukan setiap 30 menit dan pada kenyataan juga dilakukan tiap 30 menit.
Menurut Hanifa Wiknyosastro evaluasi atau observasi DJJ bayi dilakukan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi pada janin dan pelaksanaan dilakukan setiap
30 menit pada waktu kala I fase aktif. Sehingga tidak di dapatkan kesenjangan
antara tepru dengan praktek.

37

Dalam kasus diatas pertolongan persalinan pervaginam dengan menunggu


persalinan spontan atau prasat Bread merupakan alternatife pilahan selain SC tapi
harus memperhatikan syarat-syaratnya. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktek. Dalam kasus di atas menunjukkan bahwa di RS DKT
Sidoarjo telah melakukan asuhan kebidanan kepada klien atau pasien sesuai
dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

38

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Ny D Umur 22 tahun G 2
P000 Ab100 Usia Kehamilan 38-39 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterin
Inpartu Kala I Fase Laten Dengan Presentasi Bokong Sempurna.Penulis
menyimpulkan:
1. Pada pengkajian data asuhan yang diberikan sudah komprehensif untuk
dapat menegakan diagnosa.
2. Pada identifikasi masalah atau diagnosa asuhan yang diberikan sudah
sesuai dengan teori
3. Pada identifikasi masalah potensial sudah dilakukan dengan komprehensif
dan pada langkah ini muncul masalah potensial yaitu fetal distress dan
asfiksia.
4. Pada identifikasi kebutuhan segera sudah dilakukan secara komprehensif
dan pada langkah ini kebutuhan segeranya adalah memasang oksigen dan
persipan alat resusitasi.
5. Pada intervensi,implementasi dan evaluasi yang diberikan sudah
komprehensif dan hasil yang diharapkan sesuai dengan apa yang kita
harapkan.
5.2 Saran
5.2.1. Bagi petugas kesehatan
a) Diharapkan dalam memberikan asuhan memegang prinsip memenuhi
kebutuhan klien walaupun dalam waktu singkat.
b) Diharapkan petugas kesehatan mempunyai

pengetahuan

dan

kemampuan yang cukup untuk dapat melekukan tindakan secara


komprehensif.
5.2.2. Bagi keluarga atau pasien
Selalu kooperatif dengan petugas kesehatan sehingga pelayanan
kesehatan yang di dapatkan bisa secara maksimal.Selain itu bagi ibu harus
tetap menjaga bayinya dan dapat merawat dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arief manjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3 jilid 1, Jakarta: EGC
Cunningham, F. Gary.Et. Al,2005. Obstetri Williams ed.21 vol.1.Jakarta:EGC
Doengoes, Roestam, 2001 Dasar-dasar keperawatan maternal Edisi 6.Jakarta:EGC
39

Manuaba, 2002 Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri edisi ke-2, Jakarta: EGC
POGI, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBP-SP
Saifuddin, Bari Abdul. 2002, Buku Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
Jakarta: YBP-SP

40

Anda mungkin juga menyukai