LAPORAN PRAKTIK
Oleh :
ESTI WIDAYANTI
NIM. 201908030
2020
2
BAB 1
PENDAHULUAN
UNICEF, dan UNDP melakukan upaya aman ke ibu dengan harapan dapat
mengurangi AKI dsri 225 / 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000 menjadi
diperlukan dalam kondisi kondisi tertentu. Tindakan operasi ini juga bisa
caesarea .
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
selanjutnya.
praktik.
4
perubahan – perubahan fisik yang terjadi pada ibu nifas dan bagaimana
cara penanganannya.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
(Ambarwati, 2010).
hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin,
2011).
(Saifuddin, 2009).
6
3) Remote puerperium: Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
(Ambarwati, 2010).
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan
baik.
konseling KB.
(Saleha, 2009).
uteri
(Bonding Attachment)
perdarahan abnormal
perdarahan abnormal
PP yang ia alami
(Ambarwati, 2010)
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi
di bawah ini:
Lembut/
Placenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm
lunak
Pertengahan antara
7 hari 500 gr 7,5 cm 2 cm
simpisis dan pusat
(Ambarwati, 2010)
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri
dengan cara:
cm setiap hari.
pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada
hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi
2) Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada
beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
(Ambarwati, 2010).
3) Endometrium
pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga
(Saleha, 2009).
4) Serviks
Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah
menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap
12
Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi
menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan
rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.
sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang
untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai
haemorrhoid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian
cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari
dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan
sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus
sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung
buang air kecil masih tertinggal urine residual (normal ± 15 cc). Sisa urine
dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat
proses tersebut.
1) Oksitosin
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
2) Prolaktin
Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada
permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-
15
(Saleha, 2009).
menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50%
darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding
vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina. (Saleha, 2009).
Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai
berikut:
1) Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. Sesudah
suhu lebih dari 38 0C, mungkin terjadi infeksi pada klien (Saleha,
2009).
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan
sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi hingga
awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma,
dan volume sel darah yang berubah-ubah. Sering dikatakan bahwa jika
hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau
lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka klien dianggap
telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2% tersebut kurang lebih
kelahiran dan masa nifas. Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien
selama minggu pertama postpartum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa
ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya
(Saleha, 2009).
b. Ambulasi
postpartum.
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
c. Eliminasi
Ibu diminta buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8
melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata
ibu postpartum.
(Saleha, 2009).
setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka
perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian
obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah)
(Saleha, 2009).
Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
(Saleha, 2009).
Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum
lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci.
Cairan sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil
atau buang air besar. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal
yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberitahu
tentang jumlah, warna, dan bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat
diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat
berlebihan.
bayi tidur.
perdarahan.
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai
akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya
Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan
mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara
semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas (Saleha, 2009).
Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Infeksi nifas: Infeksi nifas adalah infeksi luka pada jalan lahir setelah
(Saleha, 2009).
24
1. Definisi
(injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan
oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan
(Ismail, 2012)
d. Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 x sehari.
penyembuhan luka.
a. Malnutrisi
b. Merokok
dapat merusak penyembuhan luka, dan bahkan merokok yang dibatasi pun
Jarang kita temukan wanita baru melahirkan dapat menikmati waktu tidur
sepenuhnya setiap malam. Oleh karena itu semua klien bidan tersebut
d. Stres
penyembuhan luka pada wanita. Tanggap imun yang lemah karena sepsis
sekitar area, kapas, atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan granulasi,
(Boyle, 2008)
berikut ini:
a. Infeksi
b. Komplikasi
membran mukosa
(Ismail, 2012).
1. Definisi
Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva
a. Rupture
b. Episiotomi
Laserasi derajat empat memiliki risiko infeksi serius yang paling tinggi.
(Leveno, 2009)
bidan,Myles,edisi 14.2011.hal:567).
Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau
jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan
ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi
sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif
atau darurat .Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau
29
epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk
dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada
mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri
pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika
kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin.
Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin,
plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu
2. Etiologi
Absolute Relative
( panggul sempit )
3. Patofisiologi
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia,
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan
pembedahan.
b. Diet
boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.
c. Mobilisasi
setelah operasi
menghembuskannya.
d. Kateterisasi
keadaan penderita
1. Antibiotik
saluran pencernaan
paracetamol
neurobian I vit. C.
34
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
6. Komplikasi
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya
b. Perdarahan
3) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
7. Prognosis
4 - 7%.
a. InsisiVertikal
yang paling cepat dibuat.Insisi ini harus cukup panjang agar janin
pemajanan uterus yang hamil dan apendiksnya tidak sebaik pada insisi
vertical.
uterus dan mencapai fundus uterus namun tindakan ini sudah jarang
anterior
tidak menipis.
5. Pada sebagian kasus ibu dengan obesitas berat yang hanya
bergantung pada:
apabila :
1. Pengkajian
multipara
1) Sirkulasi
ditentukan).
4) Neurosensori
anestesi spinalepidural.
6) Pernapasan
7) Keamanan
40
8) Seksualitas
(Doengoes,2001).
pembedahan (Doengoes,2001).
(Doengoes,2001).
(Doengoes,2001)
Kriteria hasil :
c) Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat.
Intervensi :
kebutuhan,
unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi secara
perbedaan diperkirakan.
struktur keluarga.
terlambat.
pembedahan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
terjadinya komplikasi.
d. Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.
gas.
Kriteria hasil :
Intervensi :
mengungkapkan masalah.
c. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.
keadaan bayi.
peristiwa kehidupan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
sesarea.
Kriteria hasil :
a. Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.
b. Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.
Intervensi :
operasi.
penyembahan.
badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau
dan besi.
hematoma.
kemerahan
49
steptococus.
g. Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.
paska
Pengertian
50
kemih secara spontan. Gejala yang ada meliputi tidak adanya kemampuan sensasi
untuk mengosongkan kandung kemih ketika buang air kecil, nyeri abdomen
bawah atau tidak bisa berkemih sama sekali. Retensio urine dapat terjadi secara
Retensio urine akut dapat didefinisikan sebagai rasa nyeri mendadak yang
kateter dengan reduksi urine keluar kurang 50% dari kapasitas sistometer.
Kandung kemih yang normal kosong secara sempurna, pada retensio urine kronik
terjadi kegagalan pengosongan kandung kemih. Retensio urine adalah tidak bisa
dapat mengeluarkan urine lebih dari 50% kapasitas kandung kemih pada saat
2. Etiologi
Secara umum, retensio urine post partum dapat disebabkan oleh trauma
intra partum, reflek kejang sfingter uretra, hipotonia selama hamil dan nifas, ibu
dalam posisi tidur terlentang, peradangan, psikogenik dan umur yang tua
3. Patofisiologi
mekanisme refleks sekunder terhadap rangsang nyeri khususnya di area pelvis dan
kemih yang bisa disebabkan karena peregangan berlebih, infeksi atau fibrosis.
menurun, kurang sensitif terhadap tekanan intra vesikal, serta cepatnya pengisian
Retensio urine post partum dapat terjadi akibat edema periurethra, laserari
obstetrik, atau desensitifitas vesika urinaria oleh anestesi epidural. Pada persalinan
dengan tindakan bedah obstetri sering di jumpai retensio urine post partum. Luka
pada daerah perineum yang luas, hematoma, trauma saluran kemih bagian bawah,
dan rasa sakit akan mengakibatkan retensio uri. Rasa nyeri yang hebat pada
kontraksi juga sfingter uretra eksterna sehingga pasien tidak sadar menahan proses
berkemih.
Edema uretra dan trigonum yang disertai ekstravasasi darah di sub mukosa
dinding kandung kemih menyebabkan retensio urine. Hal ini bisa disebabkan
karena penekanan kepala janin pada dasar panggul terutama partus kala II yang
terlalu lama. Lama persalinan lebih dari atau sama dengan 800 menit berhubungan
dengan retensio urine post partum. Hal lain yang menjadi penyebab edema uretra
dan trigonom adalah trauma kateteritasi yang berulang-ulang dan kasar, dan
52
infeksi saluran kemih yang akan menimbulkan kontraksi otot detrusor yang tidak
adekuat. Pemakaian anastesi dan analgesik pada persalinan seksio sesaria dapat
4. Diagnosa
spontan dalam 24 jam post partum dengan atau tanpa rasa nyeri di suprasimpisis
atau keinginan berkemih dengan atau tanpa disertai kegelisaan tapi tidak dapat
gangguan.
informasi adanya massa yang keras atau tidak keras pada sekitar pelvis dengan
perkusi yang pekak. Vesika urinaria mungkin dapat teraba transabdominal jika
isinya berkisar antara 150-300 cc. Pemeriksaan bimanual biasanya dapat meraba
retensio urine akut. Infeksi traktus urinarius yang berulang dapat merupakan
komplikasi dari gangguan miksi yang lama dan merupakan salah satu indikasi
untuk melakukan manajemen aktif guna menghindari kerusakan lebih lanjut pada
Residu urin adalah sisa volume urin dalam kandung kemih setelah
penderita berkemih setelah penderita berkemih spontan. Pada pasien post partum
spontan dan seksio sesarea, setelah kateter di lepas, bila setelah 4 jam tidak dapat
53
berkemih spontan, dilakukan pengukuran volume residu urin, retensio urin terjadi
5. Penatalaksanaan
Terapi yang tepat untuk pasien dengan retensio urine akut tidak hanya
untuk mengurangi gejala tetapi juga untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada
fungsi vesika urinaria. Peregangan yang berlebihan pada vesika urinaria dapat
menyebabkan dilatasi dari traktus urogenitalia bagian atas yang selanjutnya dapat
mempengaruhi fungsi ginjal. Karena itu tujuan utama kasus ini adalah membuat
buang air kecil spontan. Pada beberapa pasien dengan retensio urine akut mungkin
hanya membutuhkan pemasangan kateter satu kali, tetapi pada pasien lain
yang lama.
dipasang dan ditinggal selama paling sedikit 24 jam untuk mengosongkan vesika
urinaria. Jika kateter sudah dilepas harus segera di nilai apakah pasien sudah
buang air kecil secara spontan. Bila pasien tidak bisa buang air kecil secara
spontan setelah 4 jam, kateter harus dipasang kembali dan volume residu urin
harus di ukur. Apabila volume residu urin > 200 cc atau 100 cc pada post operasi
ganglion atau di organ akhir (end organ) tetapi lebih banyak di sinaps
ergotamin dan polipeptida aktif, akan tetapi belum dapat digunakan secara
tonus dan kontraktilitas otot detrusor, dan juga dapat dipergunakan untuk
urinalisis. Selanjutnya di lakukan kateter buka tutup tiap 4 jam kecuali jika
ada perasaan Pasien ingin berkemih kateter dibuka. Apabila tidak ada rasa
ingin berkemih selama 6 jam maka keteter di buka dan di ukur volumenya.
Proses buka tutup kateter ini dilakukan selama 24 jam dan pasien tetap
minum banyak berkisar 3000 ml/24 jam. Setelah itu kateter di lepas dan
pasien minum biasa 50-100 ml/jam. Diharapkan dalam waktu 6 jam pasien
dapat berkemih spontan. Bila tidak bisa pasien dikateter intemitten untuk
mengetahui volume urin sisa. Bila volume urin sisa kurang dari 200 ml pasien
boleh pulang. Tetapi apabila volume urin sisa lebih dari 200 ml dan kurang
2.3.1 Pengkajian
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
2010).
1) Biodata
( Manuaba,2007 )
(Manuaba, 2007 ).
lingkungannya.
2) Alasan Datang
3) Keluhan Utama
58
4) Riwayat Kebidanan
(Walyani, 2015).
20 - 30 hari).
persalinan.
(1) Jantung
2005).
(2) Hipertensi
(4) Asma
2010).
(5) TBC
(6) Hepatitis
(7) Malaria
(8) HIV
(Saifuddi
(1) Jantung
(Wiknjosastro, 2005).
65
(2) Hipertensi
(4) Asma
(5) HIV
(Saifuddin, 2010).
(6) Anemia
(7) Epilepsi
(8) PMS
(1) Menikah
kehamilannya.
(1) Nutrisi
(2) Istirahat
menahannya.
Amonia (NH3).
diinginkan.
kehamilanya.
kegawat-daruratan.
merugikan kehamilnnya.
kehamilanya.
1) Keadan umum
(1) Baik
(Sulistyawati, 2009).
76
(2) Lemah
2009).
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital
(2) Nadi
77
(3) Pernafasan
(4) Suhu
1) Inspeksi
tidak, pucat/tidak.
serumen/tidak
hiperpigmentasi.
Pengeluaran pervagina.
kekuningan
bawah
(13) .
2) Palpasi
(1) Leher
hyperthyroidismus.
(2) Axila
lain.
(3) Mammae
(4) Abdomen
3) Auskultasi
4) Perkusi
1) Hb
Hb 11 gr% : normal
2) Protein Urine
hasilnya negative
82
kuning
darah
83
2. USG
dengan perubahan yang dapat diambil tindakan yang cepat dan tepat.
urine
Masalah : Nyeri luka oprasi dan tidak dapat berkemih secara spontan
2.3.3 Intervensi
2.3.4 Implementasi
84
2.3.5 Evaluasi
sudah diberikan meliputi penemuan akan bantuan apakah benar - benar telah
S: Subyektif
O: Obyektif
hasil laboratorium dan tes diagnostik lan yang yang dirumuskan dalam
A: Assessment
(Varney, 2007).
85
P : Planning
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
kedungmulyo
Ibu mengatakan nyeri pada luka post sectio caesarea dan tidak
1) Menarche : 13 tahun
3) Lama : 7 hari
5) Konsistensi : normal
6) Dysmenorhoe : tidak
1) Kawin : 1 kali
1) Hamil yang ke :2
Di BPM
6) Status TT : T5
kencing
Jenis penyakit :-
Jenis penyakit :-
1) Pola Nutrisi
7 gelas/hari.
menu nasi, lauk, sayur, dan buah. Minum 8-9 gelas per
hari
2) Pola Eliminasi
unine
4) Pola Aktivitas
a. Fase taking in
keluarga
c. Fase letting go
bayinya
x/mnt.
Jombang
lahir
10 cc
2) Kesadaran : composmentis
3) TD : 110/60 mmHg
4) Suhu : 36,6 oC
5) Nadi : 84 x/m
6) RR : 22 x/m
8) TB : 154 cm
1) Inspeksi
Kebersihan : bersih
cateter
2) PALPASI
Kandung kemih : 30 cc
Laboratorium
1) Hb : 10,8 gr%
2) Golongan darah :B
3) Lekosit : 11.500
4) Trombosit : 131.000
5) Hematokrit : 36,2
6) Eritrosit : 4,03
7) SGOT : 35
8) Kreatiin : 0,9
3.2.1 Diagnosa : Ny. “S” P200002 post Sectio Caesarea hari ke 2 dengan
retensio urine
DS : Ny. “S” mengatakan nyeri pada luka post Sectio Caesarea dan
sakit saat kencing setelah melahirkan anak kedua pada tanggal 11-2-
DO :
- Kesadaran : Composmetis
- Tensi : 110/60
mmhg
- Nadi : 84 x/mnt
- Respirasi : 22 x/mnt
- Suhu : 36 6 C
- Lochea : Rubra
jahitan SC
Masalah : ibu mengatakan takut dan cemas terhadap luka bekas jahitan
3.2 Intervensi
Intervensi:
3.2.1 Lakukan Komunikasi terapeutik
dirasakan.
jadwal
3.2.10 Anjurkan pada ibu untuk tidak membasahi daerah sekitar luka
operasi
meningkatkan kesehatan
nifas
terjadinya infeksi.
3.4 PENATALAKSANAAN
100
Mandi sendiri
Jam 17.30 Memberikan penjelasan pada ibu tentang tanda – tanda infeksi
Jam 17.35 Mengajarkan pada ibu tehnik relaksasi dengan menarik nafas
Jam 17.40 Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayi nya semau bayi.
3.5 EVALUASI
3.5.1 Data Subjektif : Klien mengatakan masih nyeri pada daerah sekitar
3.5.4 Penatalaksanaan :
- Infus RL 20 tts/mnt
urine)
- Memberikan HE tentang :
b. Personal hygiene
Catatan perkembangan
S : Ibu mengatakan masih sedikit nyeri pada daerah sekitar luka oprasi dan bisa
O : Kesadaran : composmentis
KU : composmentis
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36 0C
Respirasi : 20 x/mnt
Kontrksi : baik
Lochea : rubra
TX : dilanjutkan
- Mengajarkan pada ibu tentang pola nutrisi yaitu makan makanan menu
Seimbang, tidak tarak dan minum 8 gelas atau lebih sehari semalam.
- Pesan pada ibu bayi hanya diberi Asi saja sampai 6 bulan.
- Bila ada perdarahan banyak, panas tinggi ibu segera periksa kembali.
103
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas tentang kesesuaian antara teori dan tinjauan
4.1.1 Pengkajian
persalinan sectio caesarea yang dilalui klien yang berdampak pada tidak
“S” P200002 post sectio caesarea hari ke 2 dengan retensio urine telah
tinjauan pustaka dan kasus, tetapi ditemukan suatu masalah yaitu ibu
yang ada dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
diatasi. Diagnosa pada kasus ini adalah Ny. “S” P200002 post sectio
4.1.3 Perencanaan
kondisi yang dialami ibu. Rencana asuhan harus dengan persetujuan ibu
dan semua tindakan harus berdasarkan rasional dan relevan dan diakui
kebenarannya.
juga dilakukan secara menyeluruh pada Ny. “S” P200002 post sectio
bahaya masa nifas, jelaskan tanda tanda infeksi, jelaskan pada ibu
tentang gizi pada ibu nifas, anjurkan pada ibu untuk minum banyak,
anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, anjurkan pada ibu untuk
4.1.4 Penatalaksanaan
4.1.6 Evaluasi
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
dalam melakukan tindakan dan pemberian obat, jelaskan tanda bahaya nifas,
jelaskan tanda tanda infeksi, jelaskan pada ibu tentang gizi pada ibu nifas,
anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi, anjurkan pada ibu untuk
minum banyak, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan tidak melakukan
pekerjaan berat, anjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini, obserasi tanda -
tanda vital.
108
rencana. Pada evaluasi asuhan kebidanan diidentifikasi bahwa tidak ada data
yang menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai
5.2 Saran
kebidanan yang berkwalitas pada ibu hamil, bersalin, dan nifas, dan
pada ibu dan anak serta mengurangi angka mortalitas dan morbiditas
asuhan kebidanan pada ibu nifas post sectio caesarea hari ke 2 dengan
retensio urine dengan tetap dalam proses belajar mengajar dan perbaiki
tentang post sectio caesarea dengan retensio urine pada masa nifas
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2010. Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2010. Jakarta:
Departement Kesehatan RI.