Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang
pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan
adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun
demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada
sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang
proses melahirkan.
Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang terampil dari
bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang
menyenangkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. Sebagai
tenaga kesehatan harus mengetahui dan dapat mengaplikasikan bagaimana
cara membantu proses persalinan secara komprehensif. Proses persalinan
terbagi kedalam empat tahap, yaitu Kala I merupakan tahap pembukaan, Kala
II tahap pengeluaran bayi, Kala III tahap pengeluaran plasenta dan Kala IV
tahap pengawasan (Sulistyawati, 2013 : 4).
Tujuan Pembangunan berkelanjutan 2030 atau Sustainable Development
Goals (SDGs disebut juga dengan Global Goals yang terdiri dari 17
goals/tujuan, 169 target dan ±220 – 300 indikator (sedang dalam proses
perumusan, akan ditetapkan Maret 2016). Seluruh tujuan SDGs adalah sebuah
kesatuan sistem pembangunan, tidak mementingkan satu isu tertentu. Hasil
sementara identifikasi calon indicator SDGs untuk sector kesehatan.
Goal pertama yaitu pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk
malnutrisi, termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan
stunting dan wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja
perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia. Goal kedua yaitu pada
2030, mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000
kelahiran hidup. Goal ketiga pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita
yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian
Balita 25 per 1.000 KH dan goal – goal lainnya. (RAKORPOP
KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA, 1 DESEMBER 2015).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktek Klinik Kebidanan II, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin (INC) secara
Komperehensif baik pada klien dan keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada kasus ibu bersalin (INC).
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan.
berdasarkan data subjektif dan objektif pada kasus ibu bersalin
(INC).
3. Menentukan masalah potensial yang mungkin muncul.
4. Menentukan kebutuhan segera.
5. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
6. Melaksanakan perencanaan yang telah dilakukan.
7. Melaksanakan evaluasi mengaju pada tujuan dan kriteria hasil.
1.3 Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti,
metode ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat
digunakan instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa
atau cheklist.
b. Observasi
Cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-
hal yang telah di teliti.
c. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien
secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk
mendapatkan data yang objektif.
d. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku – buku
serta makalah.
e. Studi Dokumentasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan melihat data dan riwayat
pasien pada rekam medis.
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Format Laporan Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Persalinan
2.1.2 Etiologi Persalinan
2.1.3 Tanda dan Gejala Persalinan
2.1.4 Tahapan Persalinan
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan
2.1.6 Penatalaksanaan
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Pada Persalinan
2. 2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
2. 2.2 Pendokumentasian Secara SOAP
2. 2.3 Bagan dan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian Secara
SOAP
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TOERI

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Definisi Persalinan

Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman


selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan
asfikasi bayi baru lahir.

(Sarwono, 2014.)
Persalinan normal merupakan suatu proses pengeluaran bayi
dengan usia kehamilan yang cukup, letak memanjang atau sejajar sumbu
badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala
bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri. Hampir sebagian
besar persalinan merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-
15%) merupakan persalinan patologik.
(Saifuddin, 2008)
Persalinan adalah proses pengeluarn hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri).
(Sulistyawati, 2013)

Persalinan normal adalah proses membuka dan menipisnya serviks


dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
ialah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan yaitu 37 – 42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

(Hidayat, 2010)

Rangkaian peristiwa mulai dari kenceng – kenceng teratur


sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, placenta, ketuban dan
cairan ketuban)dari uterus atau dengan kekuatan sendiri
(Sumarah. SSIT. Dkk, 2008 : 1)
2.1.2 Etiologi Persalinan
Selama kehamilan dalam tubuh wanita terdapat 2 hormone, yaitu :
a. Estrogen
Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot
rahim, memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis.
b. Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim,
menghambat rangsangan dari luar, gan oksitosin, prostaglandin,
mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron harus dalam komposisi seimbang,
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan
keseimbangan antara estrogen dan progesteron memicu oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis posterior, hal tersebut dapat
menyebabkan kontraksi yang biasa disebut kontraksi Braxton
Hicks, akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya proses
persalinan sesungguhnya.
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses
persalinan belum diketahui secara benar. Namun ada beberapa
teori yang menjelaskan diantaranya :
a. Teori Penurunan Hormon
Saat 1 – 2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi
penurunan kadar estrogen dan progesteron. Progesteron
bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim. Jika kadar
progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh
darah dan timbulnya his.
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam
plasenta mengalami beberapa perubahan, hal ini
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
mengakibatkan tegangnya pembuluh darah, sehingga akan
menimbulkan kontraksi uterus.
c. Teori Distensi Rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan merenggang dalam batas
tertentu.Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
d. Teori Iritasi Mekanis
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus
frankenhauser), bila gangglion ini digeser dan ditekan oleh
kepala janin, maka akan timbul kontraksi.
e. Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron
karena matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin
meningkatkan aktivitasnya dalam merangsang otot rahim
untuk berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai.
f. Teori Hipotalamus – Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya
persalinan.Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan
bayi anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena
tidak terbentuknya hipotalamus.
g. Teori Prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa prostagladin F2 dan E2 yang diberikan
secara intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada
setiap usia kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya
kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan
atau selama persalinan.
h. Induksi Persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai
berikut :
 Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan
ke dalam kanalis serviks dengan tujuan merangsang
fleksus frankenhauser.
 Amniotomi : pemecahan ketuban.
 Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
(Sulistyawati, Ari.2013)

2.1.3 Fisiologi
2.1.3.1 Tanda dan Gejala Terjadinya Persalinan
a. Tanda – tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya beberapa
minggu sebelumnya, wanita memasuki “bulan-nya”
atau ”minggu-nya” atau “hari-nya” yang disebut kala
pendahuluan dengan tanda-tanda sebagai, berikut :
1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu
kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara
kejadian tersebut tidak begitu jelas.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih
(polakisuria) karena tertekan oleh bagian bawah
janin.
4. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang (false
labour pains) oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah uterus.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan
sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah.
(Manuaba, 2010)
6. Cairan lendir bercampur darah (show) terlihat
melalui vagina
(Buku Acuan dan Panduan.2008.Asuhan Persalinan
Normal.Jakarta:JNPK-KR hal 37)
7. Persalinan palsu. Dapat terjadi selama berhari
hari atau intermitten bahkan 3 atau 4 minggu
sebelum persalinan. Hal ini sangat nyeri dan
wanita dapat mengalami kurang tidur dan energy
dalam menghadapinya. Wanita tersebut tidak tahu
cara memastikan apakah ini persalinan yang
sebenarnya karena hanya dapat dipastikan dengan
pemeriksaan dalam.
8. Ketuban pecah.
9. Lonjakan energy.
10. Gangguan pada saluran cerna.
(Hidayat, Asri. 2010)

b. Tanda – Tanda Inpartu


1. Terjadinya His Persalinan, dengan ciri-ciri :
a) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan.
b) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan
kekuatan makin besar.
c) Terjadi perubahan pada serviks.
d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya
dengan berjalan, maka kekuatannya
bertambah.
2. Pengeluaran lendir dan darah.
Dengan adanya his persalinan, terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan :
a) Pendataran dan pembukaan.
b) Pembukaan menyebabkan selaput lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis
terlepas.
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh
darah pecah.
3. Pengeluaran cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat
pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah
pecah, maka ditargetkan persalinan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata
tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri
dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi
vakum, atau sectio caesaria.
(Sulistyawati,2013)
c. Gejala Persalinan
1. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur
dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
Terjadinya his akibat :
a. Kerja hormon oksitosin.
b. Regangnya dinding uterus.
c. Rangsangan terhadap pleksus saraf
frankenhauser yang tertekan masa konsepsi.
2. His yang baik dan ideal meliputi :
a. Kontraksi simultan diseluruh uterus.
b. Kekuatan terbesar (dominan) didaerah fundus.
c. Tempat periode relaksasi diantara dua periode
kontraksi.
d. Terdapat retraksi otot – otot korpus, kemudian
terbuka secara pasif dan mendatar. Ostium
uteri eksterna dan internumpun terbuka.
e. Iskemia dindinng korpus uteri yang menjadi
stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus
diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi
sensasi nyeri.
f. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam
rongga panggul dan peritoneum menjadi
rangsangan nyeri.
g. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering
ketakutan, cemas, atau ekstensi).
h. Prostagladin meningkat sebagai respon
terhadap stress.
(Sarwono prawirohardjo.2009:291)
3. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu
pengeluaran lendir bercampur darah akibat
lepasnya sumbatan mukus yang selama
kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat
terbukanya vaskuler kepieler serviks, dan akibat
progesteron antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus.
4. Dapat disertai ketuban pecah
Ketuban pecah spontan paling sering terjadi pada
saat persalinan aktif yaanng tampak sebagai
semburan cairan yang normalnya jernih dan
sedikit keruh.
5. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan
serviks :
a. Pendataran serviks (obliterasi), pemendekan
saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm
hanya berupa muara melingkar dengan tepi
hampir setipis kertas.
b. Pembukaan serviks (dilatasi serviks)
Selama terjadi kontraksi, serviks mengalami
perenggangan, kontraksi uterus menimbulkan
tekanan pada selaput ketuban sehingga akan
melebarkan saluran serviks.
2.1.3.2 Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 fase, yaitu :
1. Kala I (Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahapan kala I, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal
kali dlam 10 menit selama 40 detik. Kala I berlangsung
antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).
Proses ini dibagi atas 2 fase, yaitu fase laten (8 jam)
dimana serviks membuka sampai 3 cm. Dan fase aktif
(7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm.
(Sulistyawati, Ari.2013)
a. Fase Laten
 Dimulai sejak awal berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
 Berlangsung hingga serviks membuka kurang
dari 4 cm.
 Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir
hingga 8 jam.
 Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih
diantara 20-30 detik.
b. Fase Aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadahi jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
 Dari pembukaan 3cm sampai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1cm/jam (nulipara atau
primigravida) atau >1cm hingga 2cm
(multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
(Buku Acuan dan Panduan.2008.Asuhan
Persalinan Normal.Jakarta:JNPK-KR hal 38)
 Fase Aktif dibagi menjadi 3 fase :
- Periode Akselerasi: Berlangsung 2 jam,
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
- Periode Dilatasi Maksimal: Selama 2 jam
berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm.
- Periode Deselerasi: pembukaan menjadi
lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm.
(Hidayat, Asri. 2010)
2. Kala II (Pengeluaran Bayi)
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir.
Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan
meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit,
dengan durasi 50-100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang
ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati
lengkap diikuti keinginan meneran karena
tertekannya fleksus frankenhouser.
4) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan
mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka
pintu; suboksiput bertindak sebagai hipomochlion,
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung
dan muka, serta kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran
paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada
punggung.
6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka
persalinan bayi ditolong dengan jalan berikut :
a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian
bawah dagu, kemudian ditarik curam kebawah
untuk melahirkan bahu depan dan curam ke
atas untuk melahirkan bahu belakang.
b. Setelah kedua bahu bayi lahir ketiak dikait
untuk melahirkan sisa badan bayi.
c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit.
(Sulistyawati, Ari.2013)
3. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
plasenta. Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10
menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus,
maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :
- Uterus menjadi berbentuk bundar.
- Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke
segmen bawah rahim.
- Tali pusat bertambah panjang.
- Terjadi perdarahan.

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan


secara crede pada fundus uteri.

 Sebab-sebab terlepasnya plasenta


1. Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil dan
setelah bayi lahir uterus merupakan organ
dengan dinding yang tebal dan rongganya
hampir tidak ada. Posisi fundus uteri turun
sedikit dibawah pusat karena terjadi pengecilan
uterus, maka tempat perlekatan plasenta juga
mengecil.
Plasenta harus mengikuti proses pengecilan ini
hingga tebalnya menjadi dua kali lipat daripada
permulaan persalinan. Jadi yang paling penting
dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan
kontraksi uterus setelah anak lahir.
2. Terjadi perdarahan ditempat pelepasan plasenta
yaitu antara plasenta dan desidua basalis, karena
hematom ini membesar maka seolah-olah
plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom
tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
(Sulistyawati,Ari. 2013)
4. Kala IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam.
Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan
pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Tingkat kesadaran pasien.
2. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan.
3. Kontraksi uterus.
4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih
normal jika masih dalam batas 400-500 cc.
(Sulistyawati, Ari.2013)
2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
A. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas :
a. Bagian tulang panggul :
1. 2 tulang pangkal paha (os coxae). Terdiri
atas os ilium, os ischiium, dan os pubis.
2. Os sacrum.
3. Os coccygis.
b. Empat jenis panggul dasar dikelompokkan :
1. Ginecoid (type wanita klasik)
2. Antropoid (mirip panggul antropoid)
3. Android (type panggul pria)
4. Platipeloid (panggul pipih)
c. Bagian Pelvis Minor
1. Pintu Atas Panggul (PAP), merupakan
bagian dari pelvis minor yang terbentuk
dari promontorium-sayap sacrum-linea
terminalis-pinggir atas sympisis- dan
kembali lagi ke promontorium.
2. Cavum pelvis, berada diantara PAP dan
PBP.
3. Pintu Bawah Panggul, dari tuber
ischiadicum – ujung sacrum – bawah
syimpisis.
d. Bidang Hodge
- Hodge I :
Bidang yang dibentuk dari lngkaran PAP
dengan bagian atas sympisis dan
promontorium.
- Hodge II :
Sejajar HI setinggi bagian bawah sympisis.
- Hodge III :
Sejajar HI setinggi spina ischiadica.
- Hodge IV :
Sejajar HI setinggi tulang coccyges.
e. Ukuran-ukuran panggul
- Distancia spinarum :
Jarak antara kedua spina iliaka anterior
superior sinistra dan dekstra. (24-26 cm).
- Distancia cristarum :
Jarak terpanjang antara dua tempat yang
simetris antara crista iliaka sinistra dan
dekstra (28-30 cm).
- Conjugata eksterna (Boudelogue) :
Jarak antara bagian atas sympisis dan
prosesus spinosus lumbal V (18-20 cm).
- Distancia intertrocanterika :
Jarak antara kedua trochanter mayor
- Distancia tuberum :
Jarak antara tuber ischiadicum dekstra dan
sinistra (10,5 cm).

(Sulistyawati, Ari.2010:13)

B. Passanger (isi kehamilan/janin dan plasenta)


1. Tulang – tulang kepala janin terdiri dari :
a. Bagian Tengkorak
- Os frontal / tulang dahi.
- Os parietall / tulang ubun-ubun.
- Os occipital / tulang belakang kepala.
- Os temporal / tulang pelipis.
b. Bagian Muka
- Os nasalis / tulang hidung.
- Os maxilaris / tulang rahang atas.
- Os mandibularis / tulang rahang bawah.
- Os zygomatic / tulang pipi.
- Sutura.
c. Merupakan sela ruang antara 2 tulang
- Sutura frontalis :
Diantara 2 tulang frontal.
- Sutura sagitalis :
Diantara kedua os parietal kanan dan
kiri.
- Sutura koronaris :
Diantara tulang parietal dan frontal.
- Sutura lamdoidea :
Diantara tulang perietal dan oksipital.
- Frontanel / ubun – Ubun.
d. Rongga tulang tengkorak merupakan
pertemuan beberapa sutura.
- Frontanel mayor / frontanel anterior /
ubun – ubun besar. Pertemuan antara
sutura sagitalis, sutura frontalis, sutura
koronaria, berbentuk segiempat panjang.
Fontanel ini menutup pada bayi usia 18
bulan.
- Fontanel minor / fontanel posterior /
ubun – ubun kecil. Berbentuk segitiga
dengan puncak segitiga runcing searah
muka janin dan dasar segitiga searah
dengan punggung janin, merupakan
pertemuan antara sutura sagitalis dengan
sutura lamboidea. Fontanel ini menutup
pada usia 6 – 8 minggu.
2. Ukuran Kepala Janin
a. Diameter
- Diameter sub ocipito breghmatika 9,5
cm.
- Diameter occipitofrontalis. Jarak antara
tulang oksiput dan frontal ± 12 cm.
- Diameter mento occipito ± 13,5 cm.
Merupakan diameter terbesar, terjadi
pada presentasi dahi.
- Diameter submento breghmatika ± 9,5
cm. Atau diameter anteroposterior pada
presentasi muka.
- Diameter melintang pada tengkorak
janin adalah :
- Diameter biparientalis 9,5 cm.
- Diameter bitemporalis 8 cm.
b. Ukuran circum ferensia
- Circumferensia fronto oksipito ± 34 cm.
- Circumferensia mento oksipito ± 35 cm.
- Circumferensia sub mento oksipito ± 32
cm.
c. Ukuran Badan Lain
a. Bahu
- Jaranya ± 12 cm (jarak antara kedua
akromion).
- Lingkar bahu ± 34 cm.
b. Bokong
- Lebar bokong ± 12 cm.
- Lingkar bokong ± 27 cm.
(Sulistyawati, Ari. 2010 : 28)
C. Power (kekuatan)
Kekuatan terdri dari kemampuan ibu
melakukan kontraksi involunter sercara bersamaan
untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunter disebut kekuatan primer,
menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks
berdilatasi, usaha volunter dimulai dari mendorong,
yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan
ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
Kekuatan prmer berasal dari titik pemivu
tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot
disegmen uterus bagian atas titk pemicu, kontraksi
diantar ke uterus bagian bawah dalam bentuk
gelombang, diselingi periode istirhat singkat. Dalam
kekuatan primer ada frekuensi yaitu waktu antar
kontraksi, durasi yaitu lama kontraksi, dan intensitas
yaitu kekuatan kontraksi. Kekuatan sekunder terjadi
segera setelah bagian presentasi mencapai dasar
panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat
endorong keluar sehingga merasa ingin mengedan.
Usaha mendorong kebawah ini disebut kekuatan
sekunder, kekuatan sekunder tidak mempengaruhi
dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi lengkap,
kekuatan ini penting untuk ,endorong bayi keluar
dari uterus dan vagina.
(Sulistyawati, Ari.2013:24)

Power/tenaga yang mendorong anak adalah :

1. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada


persalinan
- His persalinan yang menyebabkan
pendataran dan pembukaan serviks.
- Terdiri dari his pembukaan, his
pengeluaran, dan his pelepasan uri.
- His pendahuluan tidak berpengaruh
terhadap serviks.
2. Tenaga Mengejan :
- Kontraksi otot-otot dinding perut
- Kepala di dasar panggul merangsang
mengejan
- Paling efektif saat kontraksi/his
(Hidayat, Asri. 2010:12)
D. Psikologis
Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan
menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar
bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan
nyeri non farmakologis, memberi analgesia jika
diperlukan, dan yang paling penting berada disisi
pasien adalah bentuk dukungan psikologis

(Nining Wiyati. 2009)

E. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini
Bidan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
Proses tergantung dari kemampuan skill dan
kesiapan penolong dalam menghadappi proses
persalinan.
(Nining Wiyati. 2009 : 23)
2.1.4 Klasifikasi
 Kala I
 Fase Laten
Berlansung selama kurang lebih 8 jam. Terjadi sangat lambat
sampai mencapai diameter 3 cm.
 Fase Aktif
Dibagi atas 3 fase :
 Fase akselerasi dalm waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini
menjadi 4 cm.
 Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
 Fase deselerasi yang pembukaannya melambat kembali, dalam
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm).
pembukaan lengkap berarti bibir serviks dalam keadaan tak
teraba dan diameter lubang serviks adalah 10 cm.

Pada multipara, kala I selesai apabila pembukaan serviks telah


lengkap.

Pada primigravida berlangsung kira – kira 13 jam, sedangkan


pada multigravida kira – kira 7 jam.

(Ari Sulistyawati, 2013 : 65)


 Kala II

 Pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir berlangsung 2


jam primi dan 1 jam pada multi.
 Fase laten
Merupakan fase Kala pengeluaran.
( Sumarah SSIT. Dkk. 2008 : 5 )
 Kala III
Kala tiga persalinan dimulai sef=gera setelah janin lahir, dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala
ini disebut sebagi stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta.
(Sarwono prawiroharjo, 2014 : 297)
Kala III ( lahir bayi sampai lahir placenta )
Berlangsung tidak lebih 30 menit.
( Sumarah SSIT. Dkk. 2008 : 7 )
 Kala IV ( 2 jam ) dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam
pertama post partum.
( Sumarah SSIT. Dkk. 2008 : 8 )
2.1.5 Penatalaksanaan
1) Manajemen kala I
Pengkajian :
Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data
tentang pasien melalui pertanyaan – pertanyaan dan dapat
dilakukan melalui 2 cara :
a. Auto anamnesis :
Anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung, sehingga
data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari
sumbernya.
b. Allo anamnesis :
Anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk
memperoleh data pasien. Hal ini dilakukan pada keadaan
darurat ketika pasien tiak memungkinkan lagi untuk
memberikan data yang akurat.
Interpretasi Data Dasar :
Diagnosa kebidanan :
a. Paritas
i. Primigravida
ii. Multigravida
b. Usia kehamilan.
c. Kala dan fase persalinan.
d. Keadaan janin.
e. Normal atau tidak normal
.
Merumuskan Masalah :
Mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan permasalahan
yang ada.

Mengidentifikasi dan Menetapkan Diagnosa :


Bila ditemui tanda bahaya pada pasien, maka tindakan yang harus
dilakukan adalah merujuk pasien dengan melakukan tindakan
stabilisasi prarujukan terlebih dahulu.

Pelaksanaan Asuhan Kebidanan :


a. Pemantauan secara intensif, terutama pada pasien dengan
resiko tinggi (apabila di rumah sakit).
b. Pemantauan persalinan dengan partograf.
c. Dukungan mental dan spiritual pada pasien dan keluarga.
d. Bimbingan latihan nafas dan relaksasi
e. Memberikan instruksi kepada pendamping mengenai apa yang
harus ia lakukan.
f. Pemantauan intake serta output cairan dan nutrisi.

Evaluasi :
a. Tujuan asuhan kebidanan
b. Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah
c. Hasil asuhan
(Ari Sulistyawati, 2013 : 220 - 223)
2) Manajemen kala II
Pengkajian :
Data yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan kala II
adalah pasien yang ingin meneran.
Diperoleh dari data subjektif dan objektif.

Interpretasi Data Dasar :


Diagnosis nomenklatur
Menginterpretasikan bahwa pasien dalam persalinan kala II,
dengan dukungan :
Data Subjektif :
Pasien mengatakan perut semakin sakit dan ingin meneran.
Data Objektif :
a. Perineum menonjol
b. Vulva dan anus membuka
c. Frekuensi his semakin sering (>3x/menit)
d. Intensitas semakin kuat
e. Durasi his > 40 detik.

Merumuskan Masalah :
Interpretasi data dasar dirumuskan dengan diagnose potensial.

Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan


Penanganan segera :
Bidan harus yakin bahwa pada setiap kasus persalinan dengan
diagnosa potensial pada kala II, tindakan rujukan satu – satunya
langkah yang paling aman untuk pasien.

Merencanakan Asuhan :
Perencanaan kala II adalah sebagai berikut :
a. Jaga kebersihan pasien.
b. Atur posisi.
c. Penuhi kebutuhan hidrasi.
d. Libatkan suami dalam proses persalinan.
e. Berikan dukungan mental dan spiritual.
f. Lakukan pertolongan persalinan.

Melaksanakan Asuhan :
a. Menjaga kebersihan pasien
b. Mengatur posisi
c. Memenuhi kebutuhan hidrasi
d. Melibatkan suami dalam proses persalinan
e. Memberikan dukungan mental dan spiritual
f. Melakukan pertolongan persalinan

Evaluasi :
a. Keadaan umum bayi :
Jenis kelamin, spontanitas menangis segera setelah lahir, dan
warna kulit.
b. Keadaan umum pasien :
Kontraksi, perdarahan dan kesadaran/
c. Kepastian adanya janin kedua.
(Ari Sulistyawati, 2013 : 233 – 237)

3) Manajemen kala III


Pengkajian :
Merupakan kala III ini dari evaluasi pada kala II.

Interpretasi Data Dasar :


Diagnosa nomenklatur
Bidan menginterpretasikan bahwa pasien sekarang benar – benar
sudah dalam persalinan kala III.

Menentukan Diagnosa Potensial :


Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kala III
1. Gangguan kontraksi pada kala III
2. Retensi sisa plasenta

Menentukan Tindakan Antisipasi :


Langkah antisipasi yang dapat dilakukan pada kala III
1. Stimulasi putting susu
2. Pengeluaran plasenta secara lengkap.

Perencanaan :
1. Lakukan palpasi. Ada tidaknya bayi kedua
2. Berikan suntikan oksitosin 0,5 cc secara IM
3. Libatkan keluarga dalam pemberian minum
4. Pemotongan tali pusat
5. Lakukan PTT (Penekanan Tali Pusat)
6. Lahirkan tali pusat

Penatalaksanaan :
1. Lakukan palpasi uterus untuk memastikan ada tidaknya bayi
kedua.
2. Memberikan suntik oksitosin 0,5 cc (IM) di otot 1/3 luar paha
dalam waktu kurang dari 1 menit. Setelah bayi lahir.
3. Melibatkan keluarga dalam pemberian minum kepada pasien
sangat penting dilakukan untuk mengambalikan kesegaran
pasien setelah kehilangan banyak cairan dalam proses
persalinan kala II.
4. Melakukan penjepitan dan perawatan tali pusat.
5. Melakukan PTT
6. Melahirkan plasenta.

Evaluasi :
1. Plasenta lahir lengkap pada tanggal …… jam …..
2. Kontraksi uterus baik atau tidak.
3. TFU berapa jari dibawah pusat.
4. Perdarahan sedikit/banyak.
5. Laserasi jalan lahir ada atau tidak
6. Kondisi umum pasien
7. Tanda vita pasien
8. Managemen kebidanan kala IV
(Ari Sulistyawati, 2013 : 237 – 239)
4) Manajemen kala IV
Pengkajian :
Pada kala IV bidan harus melakukan pengkajian yang lengkap dan
jeli, terutama mengenai data yang berhubungan dengan
kemungkinan penyebab perdarahan, karena pada kala IV inilah
kematian pasien paling banyak terjadi. Penyebab kematian pasien
pasca melahirkan terbnyak adalah perdarahan dan ini terjadi pada
kala IV.

Interpretasi Data Dasar :


Masalah yang dapat muncul pada kala IV :
1. Pasien kecewa karena jenis kelamin bayi tidak sesuai dengan
keinginannya.
2. Pasien tidak kooperatif dengan proses IMD.
3. Pasien cemas dengan keadaannya.

Menentukan Diagnosa Potensial :


1. Hipotonis sampai dengan atonia uteri.
2. Perdarahan karena robekan servik.
3. Syok hipovolemik.

Menentukan Tindakan Antisipasi :


1. Eksplorasi sisa plasenta.
2. Kompresi Bimanual Eksterna dan Interna.
3. Pemberian infus dan pemberian utetonika.

Perencanaan :
1. Lakukan pemantauan intensif pada pasien.
2. Lakukan penjahitan luka perineum.
3. Pantau jumlah perdarahan.
4. Penuhi kebutuhan pasien pada kala IV

Pelaksanaan :
1. Melakukan pemantauan pada kala IV
a. Luka atau robekan jalan lahir : serviks, vagina dan vulva.
b. Tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
c. Kontraksi uterus
d. Lochea
e. Kandung kemih
2. Melakukan penjahitan luka perineum.
3. Memantau jumlah perdarahan.
4. Memenuhi kebutuhan pada kala IV.
a. Hidrasi dan nutrisi.
b. Hygiene dan kenyamanan pasien
c. Bimbingan dan dukungan untuk berkemih
d. Kehadiran bidan sebagai pendamping
e. Dukungan dalam pemberian IMD
f. Posisi tubuh yang nyaman
g. Tempat dan alas tidur yang bersih dan kering agar tidak
terkena infeksi
.
Evaluasi :
1. Tanda vital pasien normal
2. Perkiraan jumlah perdarahan total selama persalinan tidak lebih
dari 500 cc
3. Kontraksi uterus baik
4. IMD berhasil
5. Pasien dapat menjalani peran barunya.
(Ari Sulistyawati, 2013 : 239 – 241)
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah- langkahnya
:
1. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien
2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa
3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
5. Perencanaan
6. Implementasi
7. Evaluasi/penilaian
 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara
komperhensif untuk mengkaji pasien
Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk megkaji pasien.
Data dasar tersebut termasuk riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik
dan panggul serta tinjauan catatan saat ini atau catatan lama dari Rumah
Sakit/RB/Puskesmas. Pengumpulan data ini mencakup Data Subjekti
dan Objektif sebagai Berikut :
A. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/
pertanyaan kepada ibu hamil
 Nama
 Usia
 Agama
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Penghasilan
 Telepon dan alamat
2) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat kehamilan saat ini :
Keluhan yang dirasakan oleh ibu persalinan :
- Nyeri pada abdomen
- Nyeri pada punggung, pangkal paha
- Perasaan mual
- Sensasi terbakar pada vagina
3) Riwayat Menstruasi
 Usia menarche
 Jumlah darah haid
 HPHT (Periode menstruasi terakhir)
 Keluhan saat haid
 Lama haid
 Flour albus
 Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus
Neagel : tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
4) Riwayat Kehamilan saat ini
Riwayat kehamilan sekarang digunakan untuk mendeteksi adanya
komplikasi, ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar kehamilan
yang dialami wanita sejak HPHT nya.
5) Riwayat persalinan yang lalu
 Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan
sebelumnya.
 Cara persalinan.
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
 Berat badan lahir.
 Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan.
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
 Tiap komplikasi atau abnormalitas dicatat karena hal ini
dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi.
6) Riwayat penyakit yang pernah diderita
 Penyakit yang pernah diderita
 DM, HDK, ISK
 Jantung
 Infeksi Virus Berbahaya
 Alergi obat atau makanan tertentu
 Pernah mendapat transfusi darah dan insdikasi tindakan tersebut
 Inkompatibilitas Rhesus
 Paparan sinar-X/Rontgen
7) Riwayat penyakit keluarga
 Diabetes Mellitus, hipertensi atau hamil kembar
 Kelainan bawaan
 Kanker
8) Status perkawinan
9) Riwayat psikososial
10) Riwayat KB
11) Riwayat ginekologi
12) Pola kesehatan ibu yang meliputi :
 Pola aktivitas sehari-hari
 Pola eliminasi
 Pola makan dan minum
 Pola istirahat
DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum
 Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
2) Pemeriksaan fisik
 Mata : Sklera ikterus / tidak, konjungtivanya
bagaimana
 Rahang,gigi,gusi: rahang tidak/pucat, stomatitis
ada/tidak, gigi berlubang ad/tidak, gusi berdarah/tidak
 Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid,
kelenjar limfe, dan vena jugularis
 Dada : bentuk payudara, putting susu menonjol/ tidak, areola
hiperpigmentasi/tidak, adakah benjolan abnormal/tidak
 Axilla : Adakah kelenjar limfe
 Sistem respiratori : Ada ronchi / tidak, ada wheejing/tidak
 Sistem kardio : Nyeri dada ada/tidak, palpistasi ada/tidak,
murmur ada/tidak
 Postur tubuh : Normal/scoliosis/kifosis/lordosis
 Ekstremitas : tungkaisimetris/asimetris, oedem ada/tidak,
varises ada/tidak, reflek patella ada/tidak
3) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
 Kepala.
 Mata
 Hidung
 Hiegene mulut dan gigi karies
 Bentuk dan ukuran abdomen
 Payudara (pembesaran dan adanya striae)
 Gerakan janin
 Varises atau pelebaran vena
 Hernia
 Edema
 Kebersihan kulit.
 Vulva/perineum adakah varises, konndiloma, edema, hemoroid, atau
kelainan lain.
Palpasi
 Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV :
Leopold I : menentukan TFU dan bagian janin yang terletak di fundus
uteri (dilakukan sejak TM I).
Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu
(dilakukan mulai akhir TM II)
Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di bagian babwah
uterus (dilakukan mulai akhir TM II)
Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke PAP
(dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu)
TFU (Mcdonald) : TFU ibu hamil yang akan kita jelaskan kali ini,
adalah menggunakan Pita/tali atau Pelvimeter. Tinggi fundus dikalikan
2 dan dibagi 7, maka akan memberikan umur kehamilan dalam bulan
obstetrik. Dan apabila dikalikan 8 dan dibagi 7 memberikan umur
kehamilan dalam minggu.

TBJ : (TFU (cm) – n )x155 gram


n (12) : vertex dibawah spina
n (13): vertex di pertengahan spina atau sejajar dengan
spina
n (14) : vertex di atas spina

Auskultasi
 DJJ menggunakan fetoskop atau doppler (jika UK >16 minggu). DJJ
normal 120-160x/menit.
 Pemeriksaan Panggul luar
Distansia Spinarum : 24 – 26 cm
Distansia Cristarum : 28 – 30 cm
Konjugata Eksterna : 18 – 20 cm
Lingkar Panggul : 80 – 90 cm
Distansia tuberum : ±10, 5 cm
4) Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : >12, 5 g/dl
Protein :-
Reduksi :-
4) Penapisan Ibu bersalin
 Riwayat bedah sesar
 Perdarahan pervaginam
 Persalinan kurang bulan ( < 37 minggu )
 Ketuban pecah dengan meconium kental
 Ketuban pecah lama ( > 24 jam )
 Ketuban pecah saat persalinan kurang bulan ( < 27 minggu )
 Ikhterus
 Anemia berat
 Tanda / gejala infeksi
 Pre eklamsi / hypertensi dalam kehamilan
 TFU 40 cm atau lebih
 Gawat janin
 Primi para fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
 Presentasi bukan belakang kepala
 Presentasi Ganda
 Kehamilan Gemeli
 Talin pusat menumbung
 Syok
 Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi data
menentukan diagnosa
Pengembangan data dasar, interpretasi data, menentukan diagnosa. Ada
beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi atau ditetapkan sebagai
dianosa, tetapi perlu dipertimbangkan untuk pengembangan rencana
pelayanan komprehensif.
 Langkah ke III (ketiga): Identifikasi masalah-masalah potensial
atau diagnosa lain
Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain. Tahapan ini
penting untuk mengantisipasi masalah, pencegahan bila memungkinkan
guna keamanan pelayanan. Kemudianmenentukan tindakan pencegahan
dan persiapan kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan.
 Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi segera/
identifikasi kebutuhan segera
Gambaran proses manajemen berlanjut tidak hanya selama kunjungan
prenatal tetapi tetap berlangsung sampai ketika ia bersalin. Pengkajian
untuk mendapatkan data baru dan pemantauan kegiatan harus tetap
dilakukan.
 Langkah ke V (lima): Perencanaan
Rencana pelayanan komprehensif ditentukan berdasarkan tahapan
terdahulu (langkah pertama, kedua, ketiga, dan keempat) untuk
mengantisipasi masalah serta diagnosa. Selain itu perlu untuk
mendapatkan data yang belum diperoleh atau tambahan informasi data
dasar.
 Langkah ke VI (keenam): Implementasi
Implementasi rencana asuhan yang telah dirumuskan. Rencana yang
telah dirumuskan mungkin semuanya dapat dilaksanakan oleh bidan
secara mandiri atau sebagian dilaksanakan oleh ibu atau tim kesehatan
lainnya.
 Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi.
Evaluasi merupakan suatu penganalisaan hasil implementasi asuhan
yang telah dilaksanakan dalam periode untuk menilai keberhasilannya
apakah benar-benar memenuhi kebutuhan untuk dibantu.Tujuan dari
evaluasi atau penilaian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi asuhan
berdasarkan analisa.
2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP
Data Subyektif
Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat kehamilan saat ini :
Keluhan yang dirasakan oleh ibu persalinan :
- Nyeri pada abdomen
- Nyeri pada punggung, pangkal paha
- Perasaan mual
- Sensasi terbakar pada vagina
Data Obyektif
5) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum
 Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
6) Pemeriksaan fisik
 Mata : Sklera ikterus / tidak, konjungtivanya
bagaimana
 Rahang,gigi,gusi: rahang tidak/pucat, stomatitis
ada/tidak, gigi berlubang ad/tidak, gusi berdarah/tidak
 Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid,
kelenjar limfe, dan vena jugularis
 Dada : bentuk payudara, putting susu menonjol/ tidak, areola
hiperpigmentasi/tidak, adakah benjolan abnormal/tidak
 Axilla : Adakah kelenjar limfe
 Sistem respiratori : Ada ronchi / tidak, ada wheejing/tidak
 Sistem kardio : Nyeri dada ada/tidak, palpistasi ada/tidak,
murmur ada/tidak
 Postur tubuh : Normal/scoliosis/kifosis/lordosis
 Ekstremitas : tungkaisimetris/asimetris, oedem ada/tidak,
varises ada/tidak, reflek patella ada/tidak
7) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
 Kepala.
 Mata
 Hidung
 Hiegene mulut dan gigi karies
 Bentuk dan ukuran abdomen
 Payudara (pembesaran dan adanya striae)
 Gerakan janin
 Varises atau pelebaran vena
 Hernia
 Edema
 Kebersihan kulit.
 Vulva/perineum adakah varises, konndiloma, edema, hemoroid, atau
kelainan lain.
Palpasi
 Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV :
Leopold I : menentukan TFU dan bagian janin yang terletak di fundus
uteri (dilakukan sejak TM I).
Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu
(dilakukan mulai akhir TM II)
Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di bagian babwah
uterus (dilakukan mulai akhir TM II)
Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke PAP
(dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu)
TFU (Mcdonald) : TFU ibu hamil yang akan kita jelaskan kali ini,
adalah menggunakan Pita/tali atau Pelvimeter. Tinggi fundus dikalikan
2 dan dibagi 7, maka akan memberikan umur kehamilan dalam bulan
obstetrik. Dan apabila dikalikan 8 dan dibagi 7 memberikan umur
kehamilan dalam minggu.

TBJ : (TFU (cm) – n )x155 gram


n (12) : vertex dibawah spina
n (13): vertex di pertengahan spina atau sejajar dengan
spina
n (14) : vertex di atas spina
Auskultasi
 DJJ menggunakan fetoskop atau doppler (jika UK >16 minggu). DJJ
normal 120-160x/menit.
 Pemeriksaan Panggul luar
Distansia Spinarum : 24 – 26 cm
Distansia Cristarum : 28 – 30 cm
Konjugata Eksterna : 18 – 20 cm
Lingkar Panggul : 80 – 90 cm
Distansia tuberum : ±10, 5 cm
8) Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : >12, 5 g/dl
Protein :-
Reduksi :-
4) Penapisan Ibu bersalin
 Riwayat bedah sesar
 Perdarahan pervaginam
 Persalinan kurang bulan ( < 37 minggu )
 Ketuban pecah dengan meconium kental
 Ketuban pecah lama ( > 24 jam )
 Ketuban pecah saat persalinan kurang bulan ( < 27 minggu )
 Ikhterus
 Anemia berat
 Tanda / gejala infeksi
 Pre eklamsi / hypertensi dalam kehamilan
 TFU 40 cm atau lebih
 Gawat janin
 Primi para fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
 Presentasi bukan belakang kepala
 Presentasi Ganda
 Kehamilan Gemeli
 Talin pusat menumbung
 Syok
A : Analisa/Assessment

G..P…A..P....A…H….Usia Kehamilan.....inpartu kala...fase…

P : Penatalaksanaan

Kala I fase laten

S : Keluhan Ibu

O : Pemeriksaan Fisik

A : G..P..A.P..A..H usia kehamilan … inpartu kala I fase


laten persalinan. Janin hidup intra uterin

P :

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan


2. Memberikan dukungan emosional pada ibu dan
keluarga
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum jika tidak
ada kontraksi
4. Menganjurkan ibu relaksasi. Yaitu ketika kontaksi ibu
menarik nafas dari hidung dan menghembuskan dari
mulut
5. Menganjurkan ibu BAB dan BAK
6. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring
ke kiri
7. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan jika masih
sanggup
8. Memantau denyut jantung janin, tanda-tanda vital ibu,
his, dan kemajuan persalinan
9. Antisipasi persalinan spontan
10. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar
11. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk segera
memberitahukan bidan bila ada dorongan ingin buang
air besar
12. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang
disampaikan

Kala I fase aktif

S : Keluhan Ibu

O : Pemeriksaan Fisik

A : G..P..A.P..A..H usia kehamilan … inpartu kala I fase


aktif persalinan. Janin hidup intra uterin

P :

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan


2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum jika tidak
ada kontraksi
3. Menganjurkan ibu relaksasi, yaitu ketika kontraksi ibu
menarik nafas dari hidung dan menghembuskan dari
mulut
4. Menganjurkan ibu untuk BAB dan BAK
5. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring
ke kiri
6. Memantau denyut jantung janin, tanda-tanda vital ibu,
his, dan kemajuan persalinan
7. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar yaitu
menarik nafas dari hidung keluarkan dari mulut
seperti dibatukkan
8. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk segera
memberitahukan bidan bila ada dorongan ingin buang
air besar
9. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang
disampaikan
10. Menyiapkan partus set

Kala II

S : Keluhan Ibu

O : Pemeriksaan Fisik

A : G..P..A.P..A..H usia kehamilan … inpartu kala II


persalinan.

P :

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan, bahwa


pembukaan sudah lengkap
2. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik dan posisi
melahirkan yang benar dan nyaman
3. Memberi ibu minum dan makanan
4. Menganjurkan ibu meneran yang benar
5. Melakukan pertolongan persalinan
6. Melakukan IMD

Kala III

S : Keluhan Ibu

O : Pemeriksaan Fisik

A : P..A.P..A..H usia kehamilan … dengan partus


normal

P :

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan


2. Melakukan peregangan tali pusat : pindahkan klem 5-
10 cm depan vulva ibu, tangan kanan tegangkan tali
pusat sejajar lantai, tangan kiri dorsokranial, tarik ke
atas lalu kebawah, sambut plasenta dengan kedua
tangan dan putar searah jarum jam, lakukan masase 15
detik
3. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir
selama 15 detik
4. Memeriksa kelengkapan plasenta (flyzen bersatu,
kotiledon 20 buah, tebal 2 cm, dan diameter 20 cm =
semua lengkap)
5. Memeriksa laserasi jalan lahir Memeriksa kembali
kontraksi ibu.

Kala IV

S : Keluhan Ibu

O : Pemeriksaan Fisik

A : P..A.P..A..H usia kehamilan … kala IV persalinan


normal

P :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu

2. Melakukan pemantauan kala IV

 Pantau kondisi ibu saat ini


 Memantau tekanan darah, nadi, TFU, kandung kemih,
perdarahan
 Melakukan peninjauan uterus tetap berkontraksi
 Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu sehari-hari
 Membersihkan ibu, menganjurkan untuk
menjaga personal hygiene

3. Membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan aktifitas dan


berikan posisi yang nyaman

4. Mengobservasi proses involusi (TFU, kontraksi uterus,


nyeri tekan, perdarahan pervaginam) setiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada 1 jam
kedua)

5. Mengajarkan ibu tentang

 Pemberian ASI eksklusif


 Cara menyusui yang benar
 Menjaga kehangatan bayi
 Perawatan tali pusat bayi
 Tanda bahaya pada masa nifas
 Tanda bahaya pada bayi baru lahir
 Istirahat yang cukup dan mobilisasi

6. Memberikan ibu terapi vitamin A 1 kapsul dan Fe 1×1

7. Mengajarkan ibu cara masase uterus

8. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas:

 Pandangan kabur
 Nyeri abdomen
 Sakit kepala yang hebat
 Nyeri ulu hati
 Lochea berbau busuk

11. Menjahit laserasi


12. Mengisi partograf

SOAP BBL

S : Keluhan Ibu

O : Pemeriksaan Fisik

A : Neonatus cukup bulan usia….jam

P :

1. Mengobservasi TTV dan tangisan bayi


Bayi menangis kuat
2. Menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat untuk
mencegah hipotermi
Bayi di bedong
3. Bodding attachment dan memberikan ASI pada bayi
segera
Bayi mau menghisap
4. Memberikan injeksi VIT K IM di pha kiri
5. Memberikan profilaksis
6. Pemberian tanda pengenal
7. Merawat tali pusat

SOAP NIFAS

S : Keluhan Ibu

O : Pemeriksaan Fisik

A : P....A....P...A....H Post Partum hari ke….


P :
1. Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan
keadaan pasien
Ibu mengetahui tentang kondisinya
2. Mengajurkan untuk istirahat cukup dan untuk
memulihkan tenaganya
Ibu mengeti dan akan melakukan dirumah
3. Menjelaskan bahwa apabila kuran istirahat akan
mengurangi produksi ASI dan memperbanyak
perdarahan yang dapat menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat banyinya dan dirinya
sendiri.
Ibu mengerti dan paham
4. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap
Ibu mengerti dan telah mempratekkan cara mobilisasi
5. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan diri terutama
daerah perineum yaitu dibersihkan dengan air bersih
dan sabun, mengganti pembalut setidaknya 2x/hari
Ibu mengeti dan akan melakukan dirumah
6. Menjelaskan tentang manfaat ASI yang mengandung
bahan yang diperlukan oleh bayi, mudah dicerna,
memberikan perlindungan terhadap infeksi, selalu
segar, bersih, siap untuk minum dan hemat biaya
Ibu mengetahui dan banyak bertanya pada saat
konseling
7. Memberikan ibu terapi tablet penambah darah,
pencegahan perdarahan dan lancer ASI
Ibu mengerti cara meminumnya
8. Memberikan informasi tentang kunjungan ulang setiap
3 bulan sekali atau apabila ada keluhan.
Pasien setuju untuk melakukan kunjungan ulang setiap
apabila ada keluhan.
2.2.3 Bagan alur berfikir Varney dan pendokumentasian secara SOAP

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Kebidanan

7 Langkah Varney 5 Langkah SOAP NOTES


(Competensi Bidan)
Data Data Subjektif dan Objektif
Masalah/Diagnosa
Antisipasi Masalah
Assesment/Diagnosa Assasment/Diagnosa
potensial/diagnosa
lain
Menetapkan
Penatalaksanaan :
Kebutuhan segera
untuk konsultasi, Perencanaan - Konsul
kolaborasi - Tes Diagnostik/lab
Perencanaan - Rujukan
Implementasi Implementasi - Pendidikan/konseling
Evaluasi Evaluasi - Follow Up
BAB IV
PEMBAHASAN

1.1 Konsep Managenen Kebidanan


Pembahasan asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin yang dilakukan
setelah melaksanakan penerapan teori yang digunakan sebagai landasan dalam
melakukan manajemen kebidanan. Dari hasil tersebut dapat diambil adanya
suatu persamaan atau perbedaan antara teori dan praktik. Dalam pengkajian
pada Ny. L di Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) RSUD Kertosono penulis
akan membahas sebagai berikut :
Pengkajian merupakan tahap awal dari manejemen kebidanan
dilaksanakan dengan mewawancarai dan observasi langsung dengan
melakukan pemeriksaan fisik, khusus, maupun penunjang.
Dalam pengkajian, Ny. L mengatakan sejak pukul 01.00 sudah merasakan
kenceng – kenceng semakin lama semakin sering, sakit rasanya dan keluar
darah saja tanpa di ikuti lendir. Ketuban sepertinya belum pecah karena tidak
merembes sama sekali dibaju. Setelah diketahui tidak segera pecah
ketubannya sampai jam 03.00 WIB, ibu dan keluarga memutuskan segera
berangkat ke Rumah Sakit takut kalau ada apa – apa dengan bayinya.
Pada saat pemeriksaan umum yang dilakukan dengan cepat diketahui
bahwa keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, tekanan darah :
110/70 mmHg, pernafasan : 20 x/menit, suhu : 36,5 oC, dan nadi : 90 x/menit.
Ny. L memiliki tinggi badan 150 cm dan berat badan 66 kg. Ny. L tidak
menggunakan cateter karena saat sebelum berangkat ke rumah sakit ibu masih
sempat buang air kecil saat pemeriksaan kandung kemih kosong. Pada
pemeriksaan Head to Toe semuanya normal, kecuali konjungtiva tidak pucat,
colostrum dan ASI belum lancar. Pemeriksa menemukan adanya karies gigi
pada gigi depan bawah bagian belakang dan gigi kurang bersih. Karies gigi
merupakan kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin). Kerusakan gigi bisa
disebabkan oleh bakteri, salah satunya bakteri Streptococcus mutans.
Ny. L mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir 19 – 01 – 2018 dan
Tanggal Perkiraan Lahir 26 – 10 – 2018. Ny. L memiliki seorang putra yang
lahir pada tahun 2010 yang saat ini berusia 8 tahun dan melahirkan anak
pertamanya dengan persalinan spontan ditolong oleh bidan. Saat dilakukan
pemeriksaan khusus didapati hasil saat inspeksi perut melebar dengan arah
memanjang, terdapat linea alba, striae albican, striae lividae dan tidak terdapat
bekas luka operasi. Pemeriksaan palpasi menunjukkan leopold I TFU ibu
diantara px dan pusar / setinggi 29 cm (Mc donald) dan teraba bulat, lunak dan
tidak melenting (bokong bayi). Leopold II pada perut ibu sebelah kiri teraba
keras, dan panjang seperti papan (punggun kiri). Leopold III teraba keras,
melenting dan bulat (kepala), sudah masuk pintu atas panggul. Leopold IV
posisi kepala divergen. Setelah dilakukan VT pembukaan 10 cm, effesement
100%, ketuban utuh, denominator uuk, hodge IV dan kesan panggul normal.
DJJ 147 x/menit dan his 5 x 10 menit x 40 detik. Sehingga dapat diambil
kesimpulan, persalinan ini merupakan persalinan ke – 2 dengan interpretasi
data GIIP1001 usia kehamilan 37 minggu dengan inpartu kala I fase aktif.
Persalinan normal adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal ialah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan yaitu 37 – 42
minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin. (Hidayat, 2010.) dilihat dari Tanda – tanda Permulaan
Persalinan sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya, wanita memasuki “bulan-nya” atau ”minggu-nya” atau “hari-
nya” yang disebut kala pendahuluan dengan tanda-tanda sebagai, berikut
seperti Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara kejadian
tersebut tidak begitu jelas. Hal ini mengakibatkan Ny. L tidak merasa bahwa
sebenarnya semakin sakit perut bawah dan area genetalia merupakan tanda
penurunan kepala bayi. Dan hal ini dapat lebih cepat prosesnya karena
persalinan ini merupakan persalinan yang kedua. Perut kelihatan lebih
melebar, fundus uteri turun. Dengan diketahui TFU hanya 29 cm
menunjukkan kepala bayi sudah turun dan siap untuk dilahirkan dengan
menunggu pembukaan lengkap. Cairan lendir bercampur darah (show) terlihat
melalui vagina. Ibu mengatakan khawatir karena hanya keluar darah saja tanpa
lendir tetapi tak lama kemudian setelah ibu diposisikan miring ke kiri pada
bed persalinan ketuban langsung pecah. Teori bersumber dari Buku Acuan dan
Panduan, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK – KR hal 37.
Pemeriksaan Laboratorium pada 11 september 2018 menyatakan ibu
bergolongan darah A, haemoglobin 11,1 g/dL serta HbsAg negatif.
Haemoglobin 11,1 g/dL merupakan haemoglobin yang masih kurang dengan
haemoglobin normal sekitar 11,5 – 16,5 g/dL. Sehingga ibu membutuhkan
suplemen Fe untuk memenuhi haemoglobin ibu yang kurang dari angka
normal. Perlu juga dilakukan transfuse darah untuk menghindari adanya syok
yang mungkin timbul apabila saat persalinan ibu mengalami perdarahan.
Namun saat dilakukan pemeriksaan head to toe (05 Oktober 2018) pada kedua
mata bagian konjungtiva, konjungtiva sedikit pucat.
Pada pukul 03.35 ketuban Ny. L pecah dan saat dilakukan inspeksi pada
genetalia kepala bayi telah telihat, ibu mengatakan ingin mengejan, terdapat
tekanan pada anus saat diperiksa, perineum menonjol, vulva membuka dan
warna ketuban jernih. Tanda – tanda persalinan berikut sesuai dengan
pernyataan Ari Sulistyawati, 2013 : 233 – 237 yang menyatakan bahwa
perineum menonjol, vulva dan anus membuka, frekuensi his semakin sering
(>3x/menit), intensitas semakin kuat dan durasi his > 40 detik. Sehingga, ibu
dipersiapkan untuk dipimpin persalinan. Ibu mengetahui cara mengejan
dengan baik dan benar sehingga proses persalinan berjalan lancar dan ibu
mengikuti dengan baik apa saja intruksi yang diberikan. Saat dipimpin
persalinan perineum masih kaku sehingga dengan terpaksa dilakukan
episiotomi agar bayi dapat segera keluar. Setelah kepala bayi lahir, tidak
terdapat lilitan tali pusat sehingga prosedur pertolongan persalinan dapat
berjalan dengan lancar. Bayi lahir pukul 03.45 WIB menangis kuat, bergerak
aktif, kulit kemerahan dan jenis kelamin laki – laki. Telah dilakukan Inisiasi
menyusui dini selama kurang lebih 1 jam dan bayi dipindahkan ke alat
penghangat bayi sebelum siap dipindahkan ke Ruang Neonatus. Setelah
tindakan pertolongan persalinan, ibu diberikan infus Ringer Laktat 500 mg 20
tpm dengan blood set transfusion dan pengambilan sampel darah sebanyak 3
cc. Setelah dilakukan stabilisasi ibu dipindahkan ke Ruang Maternitas untuk
diberikan perawatan lanjutan.
Pada kasus pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat dan diawasi oleh dokter dan dilaksanakan oleh bidan, pada perencanaan
tidak ada kesenjangan antara teori dan juga praktiknya.
Evaluasi merupakan sebuah perbandingan dari hasil yang aktual dengan
hasil yang diharapkan. Pada evaluasi ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfikasi bayi baru lahir.
(Sarwono Prawirohardjo, 2014.)
Persalinan adalah proses pengeluarn hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Sulistyawati, Ari. 2015:1)
Dalam pengkajian, Ny. L mengatakan sejak pukul 01.00 sudah merasakan
kenceng – kenceng semakin lama semakin sering dan sakit rasanya dan keluar
darah saja tanpa di ikuti lendir. Ketuban sepertinya belum pecah karena tidak
merembes sama sekali dibaju. Setelah diketahui tidak segera pecah
ketubannya sampai jam 03.00 WIB, ibu dan keluarga memutuskan segera
berangkat ke Rumah Sakit takut kalau ada apa – apa dengan bayinya.
Ny. L mengatakan HPHT 19 – 01 – 2018 dan Tanggal Perkiraan Lahir 26
– 10 – 2018. Ny. L memiliki seorang putra yang lahir pada tahun 2010 yang
saat ini berusia 8 tahun dan melahirkan anak pertamanya dengan persalinan
spontan ditolong oleh bidan. Saat dilakukan pemeriksaan khusus didapati hasil
saat inspeksi perut melebar dengan arah memanjang, terdapat linea alba, striae
albican, striae lividae dan tidak terdapat bekas luka operasi. Pemeriksaan
palpasi menunjukkan leopold I TFU ibu diantara px dan pusar / setinggi 29 cm
(Mc donald) dan teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong bayi).
Leopold II pada perut ibu sebelah kiri teraba keras, dan panjang seperti papan
(punggun kiri). Leopold III teraba keras, melenting dan bulat (kepala), sudah
masuk pintu atas panggul. Leopold IV posisi kepala divergen. Setelah
dilakukan VT pembukaan 10 cm, effesement 100%, ketuban utuh,
denominator uuk, hodge IV dan kesan panggul normal. DJJ 147 x/menit dan
his 5 x 10 menit x 40 detik. Sehingga dapat diambil kesimpulan, persalinan ini
merupakan persalinan ke – 2 dengan GIIP1001 usia kehamilan 37 minggu
dengan inpartu kala I fase aktif.
Pada kasus pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat dan diawasi oleh dokter dan dilaksanakan oleh bidan, pada perencanaan
tidak ada kesenjangan antara teori dan juga praktiknya.
Evaluasi merupakan sebuah perbandingan dari hasil yang aktual dengan
hasil yang diharapkan. Pada evaluasi ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi penulis
Diharapkan mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan teori –
teori manajemen kebidanan yang sesuai dalam praktik Kebidanan.
5.2.2 Bagi institusi
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan bagi yang
membutuhkan Asuhan Kebidanan dan acuan pada penanganan kasus
INC.
5.2.3 Bagi Klien
Diharapkan klien mengetahui tentang pentingnya INC yang harus
dipantau keadaannya hingga dinyatakan boleh pulang dan menjalani
jadwal kontrol nifas di bidan maupun rumah sakit sesuai advice yang
diberikan oleh dokter.
5.2.4 Bagi Lahan Praktik
Diharapkan sebagai fasilitator dalam melaksanakan kebidanan menurut
Helen Varney secara Komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

RAKORPOP KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA, 1 DESEMBER


2015. DIRJEN BINA GIZI KIA selaku KETUA Sekretariat Pembangunan
Kesehatan Pasca – 2015 Kementerian Kesehatan RI Keputusan Menteri
Kesehatan No. 97 Tahun 2015.

Sarwono Prawirohardjo, 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi ke – empat. Jakarta : PT.


Bina Pustaka.

Ari, Sulistyawati, Nugraheny Esti. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.

Sarwono Prawirohardjo, 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi ke – empat. Jakarta : PT.


Bina Pustaka.

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Asri. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Buku Acuan dan Panduan.2008.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan, KB untuk Pendidikan


Bidan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Saifudin. 2008. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Hidayat, Asri. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika

Buku Acuan dan Panduan, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.

Anda mungkin juga menyukai