Pembimbing:
2019
BORANG STATUS FORTOFOLIO
No. ID dan Nama peserta dr. NOVA SURYATI
No. ID dan Nama Wahana RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Topik Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Tanggal (kasus) 10 Desember 2018
Nama Pasien Ny. S No. RM 261898
Tanggal Presentasi Pendamping dr. Andriyan Sulin
Tempat Presentasi Ruang Konfrens RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Objektif Presentasi
Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka
Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil
Deskripsi Perempuan, 46 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan pusing berputar
sejak 8 jam yang lalu.
Tujuan
Bahan bahasan o Tinjauan Pustaka o Riset Kasus o Audit
Cara membahas o Diskusi Presentasi dan diskusi o E-mail o Pos
Data Pasien Nama: Tn. JN No. Registrasi:
Nama RS : RSUD Dr. M. Zein Painan Telp: Terdaftar sejak:
DATA UTAMA UNTUK BAHAN DISKUSI
Diagnostik/gambaran klinis:
Pasien berusia 46 tahun datang dengan keluhan pusing berputar yang bertambah parah sejak 8 jam
SMRS. Gejala muncul pertama kali 3 hari yang lalu. Paien merasakan pusing diseluruh bagian
kepala dan ruangan disekelilingnya ikut berputar. Keluhan muncul secara tiba-tiba, terutama pada
pagi dan malam hari ketika perubahan posisi tubuh saat bangun dari tempat tidur. Pasien juga
merasa sempoyongan saat berdiri dan berjalan. Pusing berkurang saat pasien berbaring dan
menutup mata. Serangan hilang sendiri setelah 10-15 detik. Keluhan juga dirasakan ketika tidur
menyamping ke kiri atau ke kanan. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah dengan frekuensi
(+) 10 kali. Nyeri kepala (-), diplopia (-), blurred vision (-), gangguan pendengaran (-), keringat
dingin (-), sakit perut (-), demam (-), Batuk (-), sesak nafas (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal.
Riwayat pengobatan: Tidak ada
Riwayat kesehatan/penyakit: Keluhan yang sama tidak pernah dialami sebelumnya
Riawayat keluarga : Tidak ada
Riwayat pekerjaan : wiraswasta
Daftar Pustaka:
1. Hain TC. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Vestibular Disorders Association,
hlm 1-10 Diakses melalui http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/bppv/bppv.htm tanggal 20 Desember 2017
2. Moreira MD, Costa VD, Melo JJ, Marchiori LLM. Prevalence and Association of
Benign Paroxysmal Positional Vertigo in The Elderly. Rev CECAC, 2014;
16(15):1533-40
3. Santoro GP. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: management and future
directions. University of Siena Biomedicine and Immunological Sciences, 2012:3-67
4. Jisoo K, Zee DS. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. N Engl J Med,
2014;370:1138-47.
5. Parham K. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: an Integrated Perspective.
Advance in otolaringology, 2014, 792635:1-17
6. Bashiruddin J, Hadjar E, Alvandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Soepardi
EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, Editor : Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai penerbit FKUI. 2008. Hal 94-101
7. Fife TD. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Semin Neurol, 2009;29(5):500-8
8. Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosos and Treatment.
International Tinnitus Journal 2011; 16(2):125-45
9. Edward Y, Roza Y. Diagnosis dan Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV) Horizontal Berdasarkan Head Roll Test. Jurnal Kesehatan Andalas,
2014:3(1):77-82
10. Breven MV, Bertholon P, Brandt T, Fife T, Lmai T, Nuti D et al. Benign Paroxysmal
Positional Vertigo: Diagnostic Criteria. Journal of vestibular Research, 2015:105-17
11. Mohamad A. Benign Paroxysmal Positional Vertigo Involving Multiple Canals.
Journal of otolaryngology, 2017;10(5):1-3
12. Abes GT, Caro RM, Chiong CM, Carllo RJ, Yang NW, Chan A.Clinical Practice
Guidelines vertigo in Adults – 2nd Edition. Journal of Otolaringology-Head and Neck
Surgery, 2014;29:1-16
13. Bhattacharyya N, Gubbels Sp, Schwartz SR, Edlow JA, El-Kashlan H, Fife T, et al.
Clinical Practice guideline: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (Update).
American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Foundation,
2017;156:1-47
14. Lee SH, JiSoo K. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. J clin Neurol, 2010; 6(2):51-
63
15. Walter G, Brandley Dm, et al. Neurology in Clinical Practice Principle of Diagnosis
and Management. Fourth Edition ed: Elsevier Inc; 2004
16. Kaur J, Shamanna K. Management of Benign Paroxysmal Positional Vertigo: A
Comparative Study between Epleys Manouvre and Betahistine. International Tinnitus
Journal, 2017;21(1):30-4
Hasil Pembelajaran:
Mengetahui Penyebab BPPV
Mengetahui Diagnosis BPPV
Mengetahui Penatalaksanaan BPPV
Mengetahui Pencegahan dan Komplikasi BPPV
OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Kesadaran Umum : Tampak sakit sedang
Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 92 x / menit
Frekuensi Nafas : 23 x / menit
Suhu : 36,4º C
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 157 cm
Status Generalisata
KEPALA
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), nistagmus (-)/(-)
Telinga : dalam batas normal
TORAKS
I : Simetris
ABDOMEN
P: Timpani
EKSTREMITAS
STATUS NEUROLOGIS
MOTORIK
- Trofi
- Tonus normotonus normotonus
normotonus normotonus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium ( tanggal 14 mei 2018 )
Hasil Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hasil
Hb 12,1
Leukosit 10.200
Ht 38
Trombosit 311.000
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) adalah penyakit yang sering terjadi
pada sistem vestibular telinga dalam, yang memiliki fungsi penting dalam mengatur
keseimbangan. BPPV dikatakan benign karena penyakit ini tidaklah mengancam nyawa, dan
tidak progresif, tetapi menimbulkan persaan pusing berputar (vertigo), yang terjadi tiba-tiba
BPPV merupakan tipe penyakit yang umum dari vertigo, dilaporkan prevalensinya
antara 10,7 dan 64,0 kasus 100.000 populasi dan prevalensi seumur hidup adalah 2.4%.4
Berdasarkan jenis kelamin BPPV lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki
dengan perbandingan 2:1 hingga 3:1, walaupun pada pasien muda dan BPPV pasca trauma
insiden dapat sama antara laki-laki dan wanita. Berdasarkan usia, BPPV sering terjadi diatas
60 tahun, dimana angka kejadian meningkat tujuh kali lipat dan puncak insiden BPPV adalah
Kondisi ini dikarakteristikan dengan perasaan pusing berputar yang bertahan kurang
dari satu menit, yang dicetuskan oleh perubahan posisi kepala akibat gravitasi. Vertigo
biasanya ditemukan saat pasien bangun, berbaring atau berguling di kasur, memiringkan
kepala atau membungkuk kedepan. Walaupun pasien dengan BPPV terkadang mengalami
pusing dan ketidakseimbangan yang persisten, riwayat tersebut juga selalu disertai dengan
perburukan dengan perubahan posisi kepala. Hampir seluruh pasien juga mengeluhkan mual
BPPV terjadi sebagai akibat dari otokonia, kristal kalsium karbonat berukuran sangat
kecil yang merupakan bagian normal dari anatomi telinga tengah, yang terlepas dari
membran otolitik pada utrikulus dan terkumpul pada salah satu dari kanalis semisirkularis.1
Berdasarkan lokasi nya di telinga tengah, kanalis semisirkularis posterior adalah lokasi yang
paling sering terkena, akan tetapi BPPV juga dapat terjadi di kanalis lateral dan superior.
Pada kebanyakan kasus, manuver diagnosis seperi Dix-Hallpike dan Head roll test dapat
Remisi spontan sering terjadi dan serangan berulang terjadi pada 15% kasus. Pasien
dengan BPPV memiliki risiko yang tinggi untuk jatuh dan ketidakmampuan melakukan
aktivitas sehari-hari.4
Telinga bagian dalam memiliki dua fungsi utama yaitu keseimbangan dan
pendengaran. Koklea merupakan ujung organ pendengaran yang eksklusif yang akan
melanjutkan impuls ke otak. Sistem veritibular perifer terdiri dari lima elemen khusus pada
tiap – tiap bagiannya; tiga kanalis semisirkularis dan dua organ otolitik, sakulus dan
utrikulus. 5
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin), terlindung oleh
tulang yang paling keras yang dimilik oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga dalam,
tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin
tulang dan labirin membran. Antara labirin tulang dan labirin membran terdapat perilimfe,
sedang endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih
tinggi daripada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang
terapung falam perilimfa yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis
semi-sirkularis (kss), yaitu kss horizontal (lateral), kss anterior (superior), dan kss posterior
(inferior). Selain tiga kanalis ini ada pula utrikulus dan sakulus.5
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibbulum labirin tulang.6 Utrikulus dan
sakulus mendeteksi akselerasi linear, termasuk deteksi terhadap gravitasi. Organ reseptornya
adalah makula. Makula utrikulus terletak pada dasar utrikulus kira-kira di bidang kanalis
semisirkularis horizontal. Makula sakulus terletak pada dinding medial sakulus dan terutama
terletak di bidang vertikal. Pada setiap makula terdapat sel rambut yang mengandung
endapan kalsium yang disebut otolith (otokonia). Makula pada utrikulus diperkirakan sebagai
Labirin kinetik teridiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis
terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus disebut ampula. Didalamnya terdapat
krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh
suatu substansia gelatin yang disebut kupula.6,8 Kupula adalah sensor gerak untuk kanalis
semisirkularis dan teraktifasi oleh defleksi yang disebabkan oleh cairan endolimfe.8
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan
proprioseptif. Gabungan informasi ketiga organ tersebut akan diolah di SSP, sehingga
Definisi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan vestibuler yang
paling sering ditemui, dengan gejala rasa pusing berputar diikuti mual muntah dan keringat
dingin, yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi tanpa adanya
keterlibatan lesi di susunan saraf pusat.9 BPPV adalah penyakit yang umum pada sistem
vestibular telinga bagian dalam yang merupakan bagian penting dalam mengontrol
keseimbangan. BPPV bukanlah penyakit berbahaya, yang berarti tidak mengancam nyawa
dan umumnya tidak progresif. BPPV menyebabkan perasaan pusing berputar yang disebut
vertigo baik paroksismal dan posisi, yang terjadi tiba-tiba dengan perubahan posisi.1
BPPV adalah penyebab tersering dari vertigo berulang yang disebabkan oleh
stimulasi abnormal dari cupula oleh otolith yang melayang bebas (canalolithiasis) atau otolith
yang melekat pada cupula (cupulolithiasis) pada salah satu dari tiga kanalis semisirkularis.3
Epidemiologi
BPPV adalah penyebab tersering vertigo pada orang dewasa, diperkirakan sekitar 20-
30% kasus. Berdasarkan jenis kelamin BPPV lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
laki-laki dengan perbandingan 2:1 hingga 3:1, walaupun pada pasien muda dan BPPV pasca
traumainsiden dapat sama antara laki-laki dan wanita. Berdasarkanusia, BPPV sering terjadi
diatas 60 tahun, dimana angka kejadian meningkat tujuh kali lipat dan puncak insiden BPPV
adalah pada usia 50-60 tahun. BPPV merupakan penyebab vertigo tersering pada orang
dewasa, karena dilaporkan sekitar 30% individu pernah mengalami setidaknya satu episode
Mizukoshi dkk melaporkan insiden BPPV di Jepang adalah 10,7 hingga 17,3 kasus
per 100.000 pertahun, walaupun mungkin lebih rendah dari insiden yang sebenarnya karena
kebanyakan kasus BPPV teratasi secara spontan setiap bulan. Pada sebuah register data yang
dikumpulkan dari 13 negara selama 28 bulan didapatkan 1/3 populasi didiagnosis dengan
BPPV.3
BPPV lebih sering terjadi pada telinga kanan, hal ini mungkin berkaitan dengan
kebiasaan posisi tidur menghadap kanan pada beberapa populasi. Menurut lokasi kanalis
semisirkularis, BPPV biasanya hanya mengenai satu kanalis semisirkularis, umumnya adalah
bagian posterior (60-90% kasus), tapi dapat jugamengenai kanalis posterior dan lateral pada
telinga yang sama. BPPV kanalis posterior dapat berubah menjadi kanalis lateral setelah
manuver reposisi. Trauma kepala adalah penyebab paling umum pada BPPV yang mengenai
kanalis posterior bilateral.3 Biasanya dapat terjadi remisi spontan dalam beberapa hari sampai
minggu dan berulang kembali pada sekitar 50% pasien. Walaupun BPPV biasanya dapat
sembuh dengan sendirinya, tetapi dapat mengakibatkan beban sosio-okonomi pada pasien
tersebut.10
Etiologi BPPV dapat dibedakan menjadi: BPPV primer dan BPPV sekunder. BPPV
primer terjadi spontan, dan dikaitkan dengan beberapa faktor risiko seperi usia tua,
akibat adanya kelainan pada telinga, seperti penyakit meniere, neuritis vestibularis, penyakit
vaskular dan autoimun pada labirin, otosklerosis, otitis media supuratif kronik atau pasca
pembedahan telinga. BPPV pasca trauma, terjadi ketika gejala muncul 24-72 jam setelah
trauma kepala. Trauma kepala ringan seperti luka di dalam rumah, olahraga, sekolah ataupun
Penyebab utama BPPV pada orang berusia kurang dari 50 tahun adalah trauma dan
diasumsikan sebagai akibat dari gegar otak yang menyebabkan pelepasan otokonia.Pada
orang yang berusia lebih dari 50 tahun, BPPV biasanya terjadi idiopatik, tetapi sering
dikaitkan dengan degenerasi membran otolit alami yang berhubungan dengan penuaan.BPPV
juga dikaitkan dengan migrain dan ototoksisitas.Virus yang menyerang telinga (terutama
virus yang menyebabkan neuritis vertibular) dan penyakit meniere penyebab signifikan tetapi
jarang ditemukan.BPPV dapat ditemukan setelah operasi sebagai akibat dari trauma telinga
dalam selama tindakan operatif yang dikombinasikan dengan posisi supine yang lama
(tertidur dengan kepala menghadap atas). BPPV juga mungkin terjadi akibat inaktivitas
Patofisiologi
BPPV terjadi sebagai akibat dari otokonia, kristal kalsium karbonat berukuran sangat
kecil yang merupakan bagian normal dari anatomi telinga tengah, yang terlepas dari
membran otolitik pada utrikulus dan terkumpul pada salah satu dari kanalis semisirkularis.
menstimulasi cupula untuk mengirimkan sinyal yang salah ke otak, menyebabkan vertigo dan
mencetuskan nistagmus (gerakan kepala involunter). Peran kritis terhadap reseptor kanalis
semisirkularis didukung oleh arah dari nistagmus posisi pada BPPV yang mencerminkan
hubungan eksitasi dan inhibisi dari reseptor kanal dengan otot mata ekstraokular yang
spesifik.1
1. Canalolithiasis
terjadi gerakan sebaliknya dan timbul pula nistagmus pada arahyang berlawanan.11
2. Cupulolithiasis
sebagai adanyasuatu bendaberat yang melekat pada puncak sebuah tiang.Karena berat
bendatersebut, maka posisi tiangmenjadi sulit untuk tetap dipertahankan pada posisi
netral. Tiang tersebut akan lebihmengarah ke sisi benda yang melekat. Oleh karena itu
(dizziness).11
Canalolitiasis dan cupulolitiasis menyebabkan cupula pada kanal yang terkena menjadi
sensitif terhadap gravitasi yang sehingga munculnya gejala dan nistagmus ketika kepala
berubah posisi.11 Alasan terlepasnya kristal kalsium dari makula belum diketahui dengan
jelas. Debris kalsium diperkirakan dapat pecah dan terlepas karena trauma atau infeksi virus ,
atau dapat juga berkaitan dengan perubahan protein dan matriks gelatin dari membran otolit
sekitar 75-80% kasus, kanalis lateral sekitar 15-25% kasus, kanalis anterior yang jarang
terjadi hanya sekitar 1-2% kasus dan kanalis multipel sekitar 6-20% kasus.11Ampula kanalis
semisirkularis posterior berada di bagian bawah vestibula, ketika posisi kepala berbaring
ataupun berdiri. Suspensi fragmen didalam labirin cenderung terdeposit di bagian ini, akibat
posisinya yang berada paling atas dari labirin, sehingga debris otolit sulit terperangkap
didalamnya.5
Gambar 2. Mekanisme lepasnya debris dari kanal dan pengaruhnya terhadap gravitasi (a) dan
(b) cupulolithiasis; (c) dan (d) canalithiasis8
Manifestasi Klinis
ketidakseimbangan, sulit berkonsentrasi, mual, muntah dan keringat dingin sewaktu merubah
posisi kepala terhadap gravitasi, dengan periode vertigo yang episodik dan berlangsung
selama satu menit atau kurang. Pasien akan memodifikasi atau membatasi gerakan untuk
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat
perubahan posisi kepala.Kebanyakan pasien menyadari saat bangun tidur, ketika berubah
posisi dari berbaring menjadi duduk.Pasien merasakan pusing berputar yang lama kelamaan
berkurang dan hilang.Terdapat jeda waktu antara perubahan posisi kepala dengan timbulnya
perasaan pusing berputar.Pada umumnya perasaan pusing berputar timbul sangat kuat pada
awalnya dan menghilang setelah 30 detik sedangkan serangan berulang sifatnya menjadi
lebih ringan. Gejala ini dirasakan berhari-hari hingga berbulan-bulan.15 Dengan keterlibatan
kanalis semisirkularis posterior pada BPPV klasik, gangguan yang umum terjadi adalah
gangguan gerakan kepala yang termasuk melihat ke atas, atau berguling dan bangun dari
tempat tidur.1,8
BPPV mungkin dialami untuk durasi yang sangat singkat atau mungkin berlangsung
seumur hidup, dengan gejala yang terjadi dalam pola intermiten yang bervariasi menurut
durasi, frekuensi, dan intensitas.Hal ini tidak secara langsung dapat mengancam kehidupan.
Namun, hal itu bisa sangat mengganggu pekerjaan dan kehidupan sosial seseorang, sekaligus
menimbulkan bahaya kesehatan karena peningkatan risiko terjatuh yang disebabkan oleh
Diagnosis
Anamnesis
Pasien dengan BPPV sering mengeluhkan rasa pusing berputar diikuti oleh mual,
muntah dan keringat dingin sewaktu merubah posisi kepala terhadap gravitasi, dengan
periode vertigo yang episodik dan berlangsung selama satu menit atau kurang. Pasien akan
Dalam anamnesis, perlu juga ditanyakan faktor-faktor yang merupakan etiologi atau
yang dapat mempengaruhi keberhasilan terapi, seperti riwayat stroke, diabetes, hipertensi,
trauma kepala, migrain dan riwayat gangguan keseimbangan sebelumnya atau riwayat
Tes Vestibular meliputi manuver Dix-Hallpike dan tes Supine Roll.Tes ini
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan nistagmus posisional pada lebih dari 70%
pasien dengan BPPV.Temuan ini diperoleh dengan melakukan manuver spesifik, tergantung
Pada pasien dengan BPPV yang melibatkan kanal posterior, nistagmus biasanya
memeriksa pasien dari posisi duduk ke posisi berbaring (hanging position) dengan kepala
di posisikan 45 derajat terhadap satu sisi dan leher diekstensikan 20 derajat.Manuver Dix-
Hallpike menghasilkan torsional upbeating nystagmus yang terkait dalam durasi dengan
vertigo subjektif yang dialami pasien, dan hanya terjadi setelah memposisikan Dix-
Hallpike pada sisi yang terkena. Diagnosis presumtif dapat dibuat dengan riwayat saja,
Bila ada pergerakan debris otolitik (kanalitiasis) di posterior yang jauh dari cupula,
dihasilkan adalah gerakan ke atas dan berputar, dengan kutub atas mata bergerak ke arah
telinga di posisi bawah (seperti kepala pasien diputar ke satu sisi). Nistagmus biasanya
berkembang setelah periode laten singkat (2 sampai 5 detik), kembali dalam waktu 1
menit (biasanya dalam 30 detik), dan membalikkan arah saat pasien duduk. Dengan
pengujian berulang, nistagmus berkurang karena fatigabilitas.Jika otokonia melekat ke
cupula (cupulolithiasis), nistagmus yang ditimbulkan serupa dengan yang diamati pada
Respon positif pada manuver Dix-Hallpike, di mana nistagmus bergerak ke arah yang
benar, adalah standar diagnosis untuk BPPV yang melibatkan kanal posterior.Namun,
kira-kira seperempat pasien simtomatik hanya menunjukkan sedikit atau bahkan tidak
menampakkan nistagmus.4
BPPV tipe kanal lateral (horisontal) terkadang dapat ditimbulkan oleh Dix- Hallpike
kira 90 derajat ke kiri dan ke kanan dengan pasien posisi terlentang. Nistagmus horizontal
terjadi dengan kepala mengarah ke kedua arah, dan pada kedua posisi itu nistagmus
BPPV yang melibatkan kanal anterior sangat jarang terjadi, dan patofisiologinya
torsional di mana kutub atas mata mengarah ke telinga yang terlibat. Pasien dengan jenis
nistagmus ini harus dievaluasi terhadap lesi sentral di sistem saraf pusat, walaupun lesi
karena downbeating positional nystagmus yang berhubungan dengan lesi batang otak atau
1. Dix-Hallpike Manuver
Manuver Dix-Hallpike dianggap sebagai alat standar emas untuk diagnosis BPPV
mengenai gerakan yang akan dilakukan dan memperingatkan bahwa gerakan tersebut
dapat memicu onset vertigo subjektif secara spontan, mungkin juga dapat terjadi
mual, yang akan mereda dalam waktu 60 detik. Karena pasien akan ditempatkan pada
posisi telentang yang relatif cepat dengan posisi kepala sedikit di bawah tubuh, pasien
derajat. Pemeriksa harus memastikan dapat menjaga kepala pasien dan membimbing
pasien melakukan manuver dengan aman dan nyaman, tanpa pemeriksa kehilangan
keseimbangan.1,5,8,13
membuka mata) dari duduk ke posisi terlentang ke kiri dan kemudian mengekstensikan
leher pasien sedikit (sekitar 20 derajat di bawah bidang horizontal) sehingga dagu
pasien sedikit mengarah ke atas, dengan kepala menggantung dari tepi meja
pemeriksaan dan ditahan oleh pemeriksa. Pemeriksa mengamati latensi, durasi, dan
arah nistagmus dari mata pasien.Pasien juga harus ditanyai mengenai adanya vertigo
subjektif.1,5,8,13
posterior secara tipikal menunjukkan dua karakteristik yang penting: 1. Ada periode
latensi antara selesainya manuver dan onset vertigo rotasi subjektif dan nistagmus
objektif. Periode ltensi untuk onset nistagmus denganmanuver ini berkisar antara 5
sampai 20 detik, dapat juga berlangsung hingga 1 menit pada kasus yang jarang, 2.
Vertigo subjektif yang diprovokasi dan nistagmus meningkat, dan kemudian mereda
posisi tegak.Selama kembali ke posisi tegak, pembalian nistagmus dapat diamati dan
harus diulang untuk sisi kanan, dengan telinga kanan sampai pada posisi
Hallpike negatif, dokter harus melakukan tes supine roll untuk mendeteksi BPPV
pada kanalis senisirkularis lateral. BPPV kanalis senisirkularis lateral (disebut juga
BPPV kanalis horizontal) adalah tipe terbanyak kedua dari BPPV. Pada banyak kasus,
gejala yang muncul pada kanal posterior tidak dapat dibedakan dengan kanal lateral
BPPV. Supine roll test dilakukan dengan posisi awal pasien telentang dengan kepala
pada posisi netral, yang diikuti dengan memutar kepala 90 derajat secara cepat ke satu
sisi dan pemeriksa mengamati nistagmus pada pasien. Setelah nistagmus mereda )atau
jika tidak muncul nistagmus), kepala di kembalikan pada posisi telentang dengan
wajah lurus keatas. Apabila terdapat nistagmus tambahan yang muncul dan telah
mereda, kepala diputar 90 derajat ke sisi yang lainnya, dan observasi timbulnya
nistagmus. Dua nistagmus mungkin dapat muncul pada tes ini, menggambarkan dua
tipe lateral kanal. Arah nistagmus diidentifikasi dengan penyakit yang ada. Pada
periksa (geotropik). Saat kepala diputar ke arah yang sehat, partikel berubah tempat
dan berpindah ke arah yang berlawanan dari ampula ( juga menyebabkan nistagmus
geotropik). Hasil gerakan mata lebih kuat pada telinga yang terkena saat diposisikan
di bawah kepala. Pada kupulolitiasis, pertikel yang menempel pada kupula dari
kanalis semisirkular yang terkena, dimana lebih berat dari endolimfe. Ketika kepala
diputar ke satu sisi, aksi gratitasi dari ampula krista memindahkan debris ke arah
berlawanan dan dapat diobservasi nistagmus yang arahnya berlawanan dengan telinga
1. Imaging radiografi
Imaging tidak terlalu bermanfaat sebagai diagnosis rutin dari BPPV karena tidak ada
penemuan radiologi yang spesifik untuk BPPV. Radiografi lebih lanjut dapt berperan
bila ada manifestasi klinis yang atipikal, bila manuver diagnosis tidak dapat dilakukan
atau terdapat gejala penyerta yang dicurigai merupakan penyakit telinga atau penyakit
2. Tes Vestibular
Pemeriksaan Elektronistagmografi (ENG) dapat membantu membedakan vertigo oleh
terbatas pada diagnosis BPPV kanalis vertikal, karena komponen torsional nistagmus
karena tidak dapat ditentukan dari teknik konvensional. Disisi lain, diagnosis BPPV
kanalis semisirkularis horizontal, nistagmus muncul pada tes posisi. Tes vestibular
dapat membktikan abnormalitas yang berhubungan, yang relatif sering terjadi pada
BPPV tetapi tidak spesifik, seperti hipofungsi vestibular (pada 35% kasus BPPV).
Hipofungsi vestibular unilateral dapat atau tidak dapat berhubungan dengan sisi yang
terkena. Sehingga tidak dapat digunakan sebagai acuan prognostik dari rekurensi.
Menurut penelitian Korres, hipofungsi vestibular unilateral lebih sering terjadi pada
3. Audiometri
Audiometri tidak terlalu dibutukan dalam diagnosis BPPV, akan tetapi mungkin dapat
memberikan informasi tambahan bila diagnosis klinis vertigo tidak jelas.8 Hearing
loss dapat muncul pada BPPV tetapi tidak mempengaruhi diagnosis ataupun terapi
BPPV.9
Meskipun BPPV adalah salah satu penyebab tersering vertigo, ini bukanlah satu-
satunya penyakit yang dihubungkuan dengan vertigo berulang. Penyakit Meniere, migrain,
insufisiensi vertebrobasiler dan gangguan panik juga dapat dikarakteristikan dengan episode
berulang.5
Farmakologi
BPPV biasanya dapat teratasi tanpa terapi. Sebuah penelitian longitudinal prospektif
menunjukan bahwa interval median dari onset gejala hingga resolusi spontan pada pasien
yang tidak ditatalaksana adalah 7 hari jika yang terkena adalah kanals horizontal dan 17 hari
jika yang terkena adalah kanalis posterior. Walaupun demikian, manuver reposisi kanalit
dapat digunakan sebagai tatalaksana BPPV secara lebih cepat dan efektif.14
tidak direkomendasikan pada pasien dengan BPPV. Dokter dapat memberikan pengobatan
untuk mengurangi rasa pusing berputar atau mengurangi gejala penyerta seperti mual dan
muntah. Walaupun demikian, tidak ada satupun obat supresi vestibular yang efektif dan dapat
diindikasikan untuk menghilangkan gejal simptomatik sepert pusing dan mual sebelum
yang dapat di toleransi pasien dan merupakan modalitas tatalaksana yang aman. Betahistin
dapat digunakan sebagai terapi tunggal untuk tatalaksana pasien BPPV yang tidak dapat
dilakukan manuver reposisi, yang menghasilkan pereda gejala akut jangka oendek akibat
BPPV dengan meningkatkan mikrosirkulasi ke labirin dan mengurangi gejala vertigo. Tetapi,
penggunaan secara tunggal tanpa manuver reposisi kanal lebih mungkin untuk menyebabkan
kekambuhan.15
Pembedahan seperti transeksi nervus ampula posterior dan menyumbat kanalis yang
terkena jarang diperlukan dan dapat dipertimbangkan hanya ketika gejala sangat berat dan
tidak dapat diatasi ataupun pada pasien yang tidak berespon pada manuver reposisi.14
Particle Repositioning Maneuver (PRM)
Manuver reposisi canalith Epley dilakukan untuk mengeluarkkan debris otolith yang
dengan tiap tahapan manuver dan akan dihantarkan ke vestibula, yang mungkin dapat
terhisap kembali. Setiap posisi harus dipertahankan hingga nistagmus atau vertigo
menghulang, tetapi sekurangnya selama 30 detik. Angka kesuksesan manuver Epley adalah
sekita 80% pada sesi pertama dan meningkat 92% bila diulang hingga empat kali.4
Pada manuver epley, pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit 45
derajat, lalu pasien berbaring dengan kepala tergantung yang dipertahankan selama 1 -2
menit dan kepala pasien diputar 90 derajat ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah
menjadi posisi lateral dekubitus yang dipertahankan selama 30-60 detik. Setelah itu
mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali pada posisi duduk secara perlahan.8
Gambar 5. Manuver epley
Manuver semont dapat diindikasikan jika yang terkena adalah kanalis posterior kanan.
Pasien diminta duduk tegak, dan kepala dimiringkan 45 derajat ke sisi yang sehat, lalu secara
cepat bergerak ke psisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit. Setelah itu pasien
pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk.8
Gambar 6. Manuver semont
Mual atau muntah dan vertigo mungkin terjadi selama manuver ini, dan banyak
pasien merasakan perasaan tidak seimbang dan perasaan pusing sementara dengan gerakan
kepala selama beberapa hari atau lebih, walaupun setelah terapi sukses. Pada beberapa kasus,
episode singkat vertigo terjadi beberapa menit setelah melakukan manuver. Komplikasi
lainnya yang mungkin terjadi akibat manuver reposisi terutama pada BPPV kanalis posterior,
yang terjadi kurang dari 5% kasus, yaitu konversi menjadi BPPV kanalishorizontal. Kondisi
ini berkembang bila debris otokonial yang keluar dari kanal posterior jatuh ke kanal
horizontal. Dapat diatasi dengan manuver yang digunakan untuk mengatasi BPPV kanal
horizontal.4
HorizontalSemicircular Canal
Ada dua tipe BPPV yang mengenai kanal horizontal, yaitu nistagmus geotropik dan
apogeotropik. Barbecue Maneuver adalah manuver yang paling banyak digunakan untuk
reposisi, debris otokonial akan keluar dari kanal horizontal dan masuk ke dalam vestibula.4
Pada manuver ini, pasien diminta untuk berputar 360 derajat dalam posisi tidur, dimulai
dengan telinga yang sakit di posisi bawah, berputar 90 derajat sampai satu putaran lengkap.
Setiap posisi dipertahankan selama 30 detik.9
Manuver kedua yang dapat dilakukan pada BPPV tipe horizontal adalah Gufoni
Maneuver, pasien diminta duduk dengan kepala menghadapt lurus ke depan dan direbahkan
dengan cepat ke arah sisi lesi, posisi ini dipertahankan selama satu menit setelah nistagmus
apogeotropik berakhir. Dalam posisi berbating, kepala pasien diputar 45 derajat ke depan
(hidung ke atas), posisi ini dipertahankan selama dua menit. Pasien dikembalikan ke posisi
semula. Manuver ini diharapkan dapat mengubah nistagmus apogeotropik menjadi nistagmus
geotropik.4,8
Forced prolonged position dapat digunakan pada BPPV kanal horizontal kanan,
Tujuannya adalah untuk mempertahankan kekuatan dari posisi lateral dekubitus pada sisi
telinga yang sakit dan dipertahankan selama 12 jam.8 Pasien diminta untuk tidur miring
dengan telinga yang sakit berada di posisi atas selama 12 jam. Posisi ini diharapkan dapat
melepaskan otokonia yang melekat pada kupula dan memasukan otokonia ke utrikulus
Terkadang mengadopsi pendekatan “wait and see” digunakan dalam terapi BPPV.
Dokter memonitor pasien dengan BPPV sebelum memulai treatment karena seringkali BPPV
Strategi lainnya yang dapat digunakan dalam fase wait and see dapat mencakup
modifikasi aktivitas harian untuk membantu mengurangi gejala. Misalnya, menggunakan dua
atau lebih bantal saat tidur, menghindari tidur ke sisi yang sakit, bangun tidur perlahan lahan
pada pagi hari. Modifikasi lainnya mencakup menghindari melihat ke atas, misalnya setinggi
lemari, atau membungkuk untuk meraih sesuatu di lantai. Pasien dengan BPPV juga
diperingatkan untuk berhati – hati saat duduk di kursi dokter gigi atau pemangkas rambut,
2.10 Prognosis
1. Asimptomatis; pasien tidak lagi mengeluhkan rasa pusing berputar, dan head roll test
2. Perbaikan; secara subjektif keluhan vertigo telah berkurang lebih dari 70%, pasien
3. tidak ada perbaikan; jika keluhan vertigo yang dirasakan berkurang <70%, dan
nistagmus muncul dengan intensitas yang sama.
BPPV kanalis horizontal memiliki remisi yang lebih cepat dan lebih baik daripada BPPV
posterior, hal ini dikarenakan posisi ujung kanalis semisirkularis horizontal yang terbuka dan
sejajar dengan utrikulus sewaktu kepala berada pada posisi sejajar bidang horizontal bumi,
sehingga otokonia yang berada di sepanjang kanalis dapat kembali spontan ke utrikulus.9