FAKULTAS KEDOKTERAN
OLEH :
Ferisa Paraswati, S.Ked
K1B1 22 037
PEMBIMBING
dr. Hj. Andi Hasnah, Sp. An-TI
i
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama : Ferisa Paraswati, S.Ked
NIM : K1B1 22 037
Program Studi : Profesi Dokter
Fakultas : Kedokteran
Laporan Kasus : GETA (General Endotracheal Anesthesia) Pada Pasien
Struma Bilateral dengan Tindakan Tiroidektomi Total
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepanitraan klinik pada
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitass Halu
Oleo.
ii
GETA (GENERAL ENDOTRACHEAL ANESTHESIA) PADA PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN
salah satunya dikenal dengan struma atau goiter yang merupakan penyakit kelenjar
tiroid tersering di dunia. Secara klinis dibagi menjadi struma toksik, dan non-toksik.
Kedua tipe struma dapat diklasifikasikan juga berdasarkan perubahan bentuk anatomi
tiroid menjadi struma nodusa non-toksik, struma nodusa toksik, struma difusa toksik,
dan total. Pasien dengan struma harus di evaluasi untuk kemungkinan kesulitan
pengelolaan jalan napas dan deviasi trakea. Biasanya operasi dilakukan dengan
intubasi endotrakeal. yang dimana pemilihan anestesi ini digunakan untuk patensi
jalan napas, dan juga untuk ventilasi kontrol yang lama dalam menunjang tindakan
operasi.2,3
anestesi umum dengan melibatkan perlindungan pada jalan napas. Salah satunya yaitu
1
intubasi endotrakea. Intubasi endotrakea adalah memasukkan pipa endotrakea
(Endotracheal Tube/ETT) ke dalam trakea melalui hidung atau mulut. ETT dapat
digunakan sebagai penghantar gas anestesi ke dalam trakea dan memudahkan control
Indikasi general anestesi : Infant dan anak –anak, Operasi yang luas, Pasien
dengan kelainan mental, Bila pasien menolak anestesi lokal, Operasi yang lama,
Operasi di mana dengan anestesi lokal tidak praktis dan tidak menguntungkan, Pasien
yang alergi terhadap obat anestesi lokal, edema laring dan spasme laring, Ancaman
refleks vagal, Kelumpuhan pita suara pada operasi kelenjar tiroid, dan kelumpuhan
Indikasi intubasi endotrakeal pada anestesi umum termasuk hal –hal seperti
relaksasi otot, mempertahankan akses jalan napas tetap aman (misalnya posisi pasien
lateral atau prone), operasi pada mulut serta sekitar jalan napas atau wajah, prosedur
nafas dan memberikan ventilasi. Pipa endotrakeal juga berfungsi melindungi paru-
paru dan mencegah aspirasi aspirasi cairan lambung dan sekret orofaring agar tidak
potensi komplikasi.5
2
BAB II
IDENTIFIKASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. B
Umur : 40 tahun
Alamat : Tirawuta
Pekerjaan : IRT
RM : 62xx44
B. ANAMNESIS
benjolan dileher bagian depan pada tahun 2013, lalu muncul yang baru
disekitar leher kanan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan tersebut kecil
semakin lama semakin membesar dan terlihat jelas hingga saat ini. Keluhan
lain seperti nyeri menelan tidak ada, nyeri di daerah sekitar leher (-), jantung
berdebar (-), keringat berlebih (-), tidak tahan ditempat panas atau dingin (-),
3
mudah marah (-), gelisah (-), lelah (-), tremor (-), penurunan berat badan (-).
Pasien mengaku tidak tinggal di lingkungan dengan orang keluhan yang sama.
tidak menggunakan alat bantu dengar, memiliki 2 gigi palsu, dan gigi yang
tidak lengkap. Riwayat penyakit pasien (-). Riwayat kebiasaan merokok (-),
melakukan jarang olahraga . Riwayat alergi obat, latex, dan plester di sangkal.
Riwayat operasi (+) di leher tahun 2013, riwayat transfusi darah disangkal.
Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama (-), Asma (-),
diabetes (-), pingsan (-), stroke (-), asam lambung (-),serangan jantung (-),
hepatitis (-), hipertensi (-), penurunan berat badan dalam 1 tahun terakhir
disangkal.
4
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
GCS E4VettM6
Nadi : 69 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36.5 oC
SpO2 : 99 %
VAS :2
Status Generalis
Kepala Normosepal
Mulut Bibir pucat (-) bibir kering (-) perdarahan gusi (-)
5
membesar (+) dan mengikuti pergerakan saat menelan,
Thoraks Inspeksi
(-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus dalam batas normal
Perkusi
Auskultasi
(-/-)
Jantung Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
6
BJ I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Tympani (-)
Ekstremitas Inspeksi
7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
RDW-SD L 36.7 37 - 54 Fl
8
LYMPHOSIT H 42.7 20.0 – 40.0 %
Kesan :
E. RESUME
keluhan benjolan dileher sejak 1 tahun SMRS. Pasien mengaku timbul benjolan
dileher bagian depan pada tahun 2013, lalu muncul yang baru disekitar leher
kanan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan tersebut kecil semakin lama
semakin membesar dan terlihat jelas hingga saat ini. Keluhan lain seperti nyeri
menelan tidak ada, nyeri di daerah sekitar leher (-), jantung berdebar (-), keringat
berlebih (-), tidak tahan ditempat panas atau dingin (-), mudah marah (-), gelisah
9
(-), lelah (-), tremor (-), penurunan berat badan (-). Pasien mengaku tidak tinggal
di lingkungan dengan orang keluhan yang sama. Riwayat penyakit seperti DM (-),
Hipertensi (-).
x/menit, pernapasan : 18 x/menit, suhu : 36.5 oC. Suara napas vesikuler (+/+) dan
tidak terdapat suara napas tambahan Leher terdapat kelenjar tiroid sisi di kedua
submandibular bilateral.
F. DIAGNOSIS
G. RENCANA PEMBEDAHAN
Total Tiroidektomi
H. ASSESMENT
I. TATALAKSANA PERIOPERATIF
1. Persiapan Preoperatif :
a. Persiapan Pasien :
10
1) Menjelaskan keadaan umum pasien saat ini pada pasien dan pada
pada pasien.
atropine 0,25 mg
b. Persiapan Alat :
3) Meja operasi
tube (ETT) nomor 6.5, 7, 7.5, OPA nomor 4, plester ETT 1 x 15 cm,
2. Intraoperatif
oksihemoglobin arteri)
11
d. Intubasi : berikan ventilasi O2 selama 2 menit, masukkan bilah laringoskop
ke dalam trakea melalui plica vocalis, lepas laringoskop, cek posisi ETT
dengan stetoskop suara napas kanan sama dengan kiri vesikuler, setelah itu
e. Monitoring :
Breathing : RR 16 x/menit
12
J. STATUS ANESTESI
13
14
BAB III
ANALISIS KASUS
benjolan dileher sejak 1 tahun SMRS. Pasien mengaku timbul benjolan dileher bagian
depan pada tahun 2013, lalu muncul yang baru disekitar leher kanan sejak 1 tahun
yang lalu. Awalnya benjolan tersebut kecil semakin lama semakin membesar dan
terlihat jelas hingga saat ini. Keluhan lain seperti nyeri menelan tidak ada, nyeri di
daerah sekitar leher (-), jantung berdebar (-), keringat berlebih (-), tidak tahan
ditempat panas atau dingin (-), mudah marah (-), gelisah (-), lelah (-), tremor (-),
penurunan berat badan (-). Pasien mengaku tidak tinggal di lingkungan dengan orang
x/menit, pernapasan : 18 x/menit, suhu : 36.5 oC. Suara napas vesikuler (+/+) dan
tidak terdapat suara napas tambahan Leher terdapat kelenjar tiroid sisi di kedua sisi
submandibular bilateral.
Physical Status (PS) pada kasus ini pasien dikategorikan status fisik ASA PS 1 :
Pasien normal sehat, tidak merokok, tidak ada penggunaan alkohol dan tanpa
15
penyakit sistemik ringan (Diabetes Melitus, Hipertensi dan penyakit paru-paru
ringan).
Struma
fisiologi dan klinis. Berdasarkan morfologi strauma dibedakan menjadi struma difus
Eutiroid adalah suatu keadaan fungsi kelenjar tiroid dalam keadaan normal.
Hipertiroid adalah suatu keadaan fungsi kelenjar tiroid bekerja melebihi kerja normal
sehingga biasanya kelenjar tiroid membesar yang dapat dilihat dari temuan hasil
laboratorium FT3 dan FT4 meningkat di atas normal, sedangkan TSH rendah.
Sedangkan hipotiroid kebalikan dari hipertiroid, dimana fungsi kelenjar tiroid bekerja
di bawah normal, hal ini dapat dilihat dari FT4 di bawah angka normal.6
keluhan karena fungsi dari kelenjar tiroidnya tidak terdapat gangguan. Nodul dapat
tunggal tetapi dapat berkembang menjadi multinodular tanpa terjadi perubahan fungsi.
dari struma sangat pelan sehingga struma dapat menjadi besar dan tidak menimbulkan
16
Pemeriksaan Fisik Struma
Tiroid terdiri dari dua lobus kanan dan kiri, yang dihubungkan oleh satu lobus
piramidalis yang berada di garis media melekat pada kartilago tiroidea dan
terdapat di fasia koli media. Kartilago tiroidea melekat pada trakea, maka
pada saat menelan tiroid akan bergerak dan membuat tiroid juga ikut bergerak.
Bila terjadi pembesaran di leher yang berasal dari tiroid, tiroid akan tampak
2. Indeks Wayne7:
17
Berat badan menurun +3 Nadi >90 x/m +3
Atrium fibrilasi +4
Bila total skor:
< 11 : eutiroid
> 19 : hipertiroid
Diskusi Anestesi
Kebutuhan operasi :
40 x 54 kg/24 = 90
Maintenance
cc
Kebutuhan Puasa 8 x 90 cc = 720 cc
Kebutuhan Operasi 54 kg x 6 = 324 cc
18
Kebutuhan cairan intraoperatif pasien :
= ½(720) + 90 + 324
= 360 +90+324
= 774 cc
= ¼ (720) + 90 + 324
= 180 + 90 + 324
= 594 cc
= 6cc/54 kg/jam
= 324 cc/jam
Suction = 50 cc
Total perdarahan = 300 cc (tidak tergolong dalam kelas perdarahan / tidak ada
perdarahan)
= 65 mL x 54 kg = 3510 mL
19
Post Operasi
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84 x/m, pernapasan 20 x/m, SpO2 100%.
Melakukan Penilaian :
Breathing : RR = 18 x/menit
SPO2 = 99%
Perfusi baik
Skor Aldrette :
Warna Kulit = 2
Aktivitas motorik = 1
20
Tekanan Darah = 2
Pernafasan = 2
Kesadaran = 1
Pada kasus ini pasien dibawa kembali keruangan dengan Skor aldrette 8
Premedikasi
induksi anestesi. Tujuan dari premedikasi pada dasarnya untuk mempengaruhi pasien,
yaitu menimbulkan rasa nyaman, menghilangkan rasa nyeri, dan amnesia serta
mengurangi jumlah obat anestesi, mencegah efek samping dari obat anestesi umum,
mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, menekan refleks vagus, mencegah muntah,
dan aspirasi. Premedikasi dapat diberikan dengan menggunakan satu atau kombinasi
dari dua obat. Pemilihan obat untuk premedikasi tergantung tujuan dari premedikasi
itu sendiri. Waktu adalah yang paling penting dalam pemberian premedikasi dimana
waktu yang tepat dalam pemberian premedikasi akan menghasilkan manfaat yang
besar. Secara umum waktu pemberian secara intravena dapat diberikan 5-10 menit
sebelum pembedahan.16
efek menguntungkan yaitu mengurangi efek samping akibat respon fisiologis tubuh
21
seperti bradikardia, hipertensi dan peningkatan tekanan intracranial. Namun efek
nyeri dan ketidak nyamanan selama prosedur pembedahan. Agen premedikasi yang
dapat diberikan berupa vagolitik (atropin sulfat 20 μg/kg), analgesik kerja cepat
(fentanyl 3 μg/kg hingga 5 μg/kg) dan relaksan otot jangka pendek (suksinilkolin
dengan dosis 2 mg/kg). Midazolam juga dapat diberikan dengan dosis 0,25 mg/kg
intra oral yang dimana diazepam mampu mengurangi ketidaknyamanan dan cemas
praoperatif.8
Teknik Anestesi
Teknik anestesi pada kasus ini yaitu anestesi umum (general anesthesia)
mg. Pasien yang menjalani prosedur pembedahan yang membutuhkan relaksasi yang
dalam untuk jangka waktu yang lama paling cocok untuk anestesi umum selama tidak
analgesik dan mungkin juga termasuk relaksasi otot. Kombinasi Kombinasi ini
tergantung pada operasi dan pasien. faktor: intervensi yang direncanakan, lokasi,
persyaratan akses bedah dan ingkat rasa sakit atau rangsangan yang diantisipasi.
22
atau aminosteroid, misalnya rocuronium). Biasanya, potensial aksi yang mencapai
pembukaan saluran ion ini dan depolarisasi lempeng ujung motorik. Jika potensial
pelat akhir yang cukup tercapai, potensial aksi dihasilkan yang mengarah ke kontraksi
otot.9 Pada kasus agen muscle relaksan yang digunakan midazolam 2 mg. midazolam
afinitas tinggi dengan reseptor benzodiazepin, yang berada pada antarmuka subunit α
kompleks protein yang terdiri dari lima subunit, tersusun secara pseudo-simetris di
sekitar saluran ion yang selektif untuk klorida (Cl-). Reseptor utama, GABAA, terdiri
dari subunit α1, β2, dan γ2. Benzodiazepin berikatan dengan antarmuka α dan γ yang
Propofol (2, 6-diisopropilfenol) adalah agen hipnotis intravena yang kuat yang
banyak digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesi dan untuk sedasi di unit
perawatan intensif. Propofol adalah depresan sistem saraf pusat global. Ini secara
23
langsung mengaktifkan reseptor GABAA. Selain itu, propofol menghambat reseptor
NMDA dan memodulasi masuknya kalsium melalui saluran ion kalsium yang lambat.
Propofol memiliki onset aksi yang cepat dengan efek hipnotis terkait dosis.
sifat anti-kejang yang kuat. Ini adalah antioksidan kuat, memiliki sifat anti-inflamasi
dan merupakan ilator bronkodilator. Sebagai konsekuensi dari sifat-sifat ini, propofol
epileptikus, delirium tremens, status asthmaticus dan pada pasien septik yang sakit
kritis. Propofol memiliki profil keamanan yang luar biasa. Hipotensi yang bergantung
pada dosis adalah komplikasi yang paling umum terjadi; terutama pada pasien yang
mask (BVM) dengan sistem reservoir selama 3 menit. reoksigenasi dengan 100%
selama periode apnea setelah induksi anestesi dan muscle relaksan. Preoksigenasi
diketahui dapat meningkatkan waktu aman apnea pada dewasa yang sehat antara 3-
bernapas 100% oksigen selama 3-5 menit atau mencapai 4-8 kapasitas vital
24
Total tiroidektomi dilakukan di bawah anestesi umum setelah mendapatkan
persetujuan tertulis dari pasien. Selanjutnya dilakukan persiapan pre operatif yang
emergency serta obat-obat anestesi sebagai premedikasi, induksi, serta obat pelumpuh
otot yang akan digunakan sebelum dilakukan intubasi dipersiapkan. Alat-alat yang
3. Meja operasi
5. Face mask, untuk dilakukan ventilasi sebelum intubasi. Pilih ukuran yang sesuai
yaitu yang dapat menutupi mulut dan hidung dan tidak terlalu lebar menutupi pipi.
6. Laringoskop, pilih jenis dan ukuran laringoskop yang sesuai, periksa lampu
yang tertera dan ada pula yang dinyatakan dalam French unit. Ukuran rata-rata
untuk wanita adalah 7,0-7,5 mm, dan untuk pria adalah 7,5-8,0 mm. Pada anak
25
dapat digunakan rumus 4 + BB/4 untuk menentukan ukuran ET. Cara lain untuk
diameter internal (ukuran ET) dikalikan tiga. Periksa cuff ET dengan cara
menginflasi cuff kemudian dapat dicelupkan ke dalam air untuk menilai adanya
12. Suction
Intubasi
Indikasi
Pasien yang memerlukan intubasi memiliki setidaknya satu dari lima indikasi berikut
ini:
arah faring, obstruksi saluran pernapasan bagian atas, apnea tidur obstruktif, luka
bakar).
2. Kegagalan melindungi jalan napas dari aspirasi (perdarahan mulut dan hidung
26
3. Kegagalan ventilasi (kelainan pada anatomi jalan napas: leher pendek, rahang
bawah lebar, rahang atas berada di depan, rahang bawah di belakang, mulut kecil,
obesitas) dan masker yang sulit ventilasi dapat disertai dengan intubasi yang sulit.
adanya indikasi obstruksi pada saluran pernapasan bagian bawah pada auskultasi,
ekspirasi).
hipertensi-aritmia).12
Kontraindikasi
1. Beberapa keadaan trauma jalan napas atas atau obstruksi yang tidak
untuk kemungkinan adanya kesulitan untuk laringoskopi dan intubasi dapat dinilai
dengan kriteria LEMON. Penilaian hambatan intubasi dapat dinilai dengan kriteria
berikut14:
27
a. L (Look externally)
Evaluasi dengan melihat seluruh bagian wajah. Apakah ada hal - hal yang
pada wajah, lidah yang besar, protrusi gigi, leher pendek, mandibula yang kecil.
b. E (Evaluate 3 – 3 - 2)
Langkah ini merupakan gabungan dari buka mulut dan ukuran mandibula
terhadap posisi laring. Normalnya 65 mm, namun bila kurang dari 60 mm,
kemungkinan sulit untuk dilakukan intubasi. Evaluasi buka mulut juga penting.
Pasien normal bisa membuka mulutnya dengan jarak 3 jari antara gigi seri. Jarak
hioid dan 2 jari antara tulang hioid dan takik tiroid. Dalam aturan 3-3-2:
b. Angka 3 yang kedua adalah kapasitas ruang mandibula untuk memuat lidah
ketika laringoskopi. Kurang atau lebih dari 3 jari dapat dikaitkan dengan
peningkatan kesulitan.
lidah. Bila kurang dari 2 jari maka letak laring lebih jauh dari dasar lidah,
28
Gambar 1.Rule 3-3-215
Setelah pasien tidak sadar, pasien dapat buka mulut lebih dari 3 jari
dengan dilakukannya head tilt, kapasitas ruang mandibula untuk memuat lidah
ketika laringoskopi didapatkan lebih dari 3 jari dan pada saat mengidentifikasi
letak laring berkaitan dengan dasar lidah didapatkan kurang dari 2 jari sehingga
c. Mallampati Score.
29
Gambar 2. Derajat Kesulitan Mallampati15
1) Derajat 1: tampak pilar faring, palatum molle, palatum durum, dan uvula.
karena pada saat mulut pasien dibuka tampak palatum molle, palatum durum dan
uvula.
d. O (Obstruction)
sebagai akibat adanya obstruksi pada jalan napas. 3 tanda utama adanya obstruksi
yaitu muffled voice (hot potato voice), adanya kesulitan menelan ludah (karena
nyeri atau obstruksi) dan adanya stridor. Pada pasien didapatkan kesulitan dalam
menelan ludah akibat nyeri pada area wajah, tidak didapatkan muffled voice dan
stridor
e. N (Neck mobility)
kesulitan dalam intubasi. Mobilisasi leher dapat dinilai dengan Ekstensi sendi
atlanto - oksipital yaitu posisi leher fleksi dengan menyuruh pasien memfleksikan
30
kepalanya kemudian mengangkat mukanya, hal ini untuk menguji ekstensi
daripada sendi atlanto - oksipital. Aksis oral, faring dan laring menjadi satu garis
lurus dikenal dengan posisi Magill. Nilai normalnya adalah 35 derajat. Pada
pasien didapatkan kesulitan dalam mengangkat mukanya pada saat kondisi sadar
akibat rasa nyeri pada area wajah sehingga dilakukan head tilt pada pasien setelah
Sebagian besar kejadian yang ditakuti terkait dengan operasi tiroid adalah
komplikasi pada periode pasca operasi yang meliputi pada hal-hal berikut ini17:
Hemoragik
Ini adalah komplikasi pasca operasi yang umum terjadi dan dapat
napas. Ini adalah keadaan darurat akut, dan jika tidak memungkinkan untuk
tempat tidur untuk meringankan sumbatan jalan napas. Dalam situasi sulit seperti
itu, jalan napas dapat diamankan dengan alat yang mudah digunakan seperti LMA
yang dapat digunakan bahkan oleh paramedis juga jika terlatih dengan baik. Jika
waktu memungkinkan dan ahli anestesi tersedia, jalan napas yang pasti dalam
situasi sulit dapat diamankan bahkan di samping tempat tidur dengan intubasi
endotrakeal.
31
Edema laring
Hal ini sering disebabkan oleh beberapa kali percobaan laringoskopi selama
intubasi yang sulit atau karena obstruksi vena pembuluh darah laring oleh
Kerusakan RLN
Kerusakan pada RLN dapat disebabkan oleh traksi, transaksi, jebakan atau
RLN unilateral selama pembedahan termasuk kesulitan bernapas, suara serak dan
stridor yang parah sebagai akibat dari adduksi total pita suara yang hanya dapat
Saraf laring superior dapat mengalami kerusakan pada 3-5% kasus prosedur
tiroidektomi dan cedera yang paling umum terjadi pada cabang eksternal saraf
perubahan dalam kualitas suara karena pita suara gagal untuk tegang selama
produksi suara. Cedera ini juga bisa terjadi terjadi pada cabang internal saraf
supraglotis pada daerah laring dan permukaan superior lipatan vokal. Akibatnya,
32
Trakeomalasia
Gondok berukuran besar yang menekan struktur trakea dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan atrofi tekanan dan erosi pada cincin trakea tulang
dukungan ventilasi sampai kekuatan dinding trakea kembali seperti semula itu
sendiri dapat sembuh dengan sendirinya. Beberapa ahli anestesi merasa bahwa tes
Hipoparatiroidisme
dalam bentuk hipokalsemia akut pada sekitar 20% pasien. Fitur dari hipokalsemia
suplemen oral jika kadar Ca+ >2 mmol/l, tetapi harus diobati dengan injeksi
33
intravena baik kalsium glukonat atau kalsium klorida jika kadarnya turun di
bawah 2 mmol/l. Kalsium klorida lebih efektif karena mengandung tiga kali lebih
Pneumotoraks
Meskipun komplikasi ini jarang terjadi, namun dapat terjadi selama operasi
reseksi gondok retrosternal. Pada meja operasi, episode hipoksemia yang tidak
meningkat tekanan jalan napas, ventilasi yang sulit dan tidak adanya suara napas
didiagnosis dan ditangani secara tepat waktu sesuai. Perawatan terbaik pada
ruang atau menggunakan metode yang pasti, yaitu melakukan pemasangan selang
Badai Tiroid
Penyebab paling umum dari komplikasi ini adalah penyakit yang parah atau
persiapan pra operasi yang buruk untuk operasi tiroid. Meskipun jarang terjadi di
era kemajuan medis, dapat berakibat fatal terutama pada populasi geriatri jika
hiperaktif yang tertinggal sebagai sisa setelah tiroidektomi sub-total. Hal ini juga
dapat terjadi selama masa intra-operasi. sebagai akibat dari sekresi koloid dari
34
folikel sel, yang dapat dicurigai dari takikardia yang tidak dapat dijelaskan,
hipertermia dan aritmia. Ciri-ciri klasik dari badai tiroid seperti sakit perut, diare,
gugup dan kegelisahan tidak dapat ditimbulkan dan hanya hipertermia dan aritmia
jantung dapat dilihat dengan anestesi umum. Perawatan terdiri dari manajemen
ruangan sekitar, infus cairan dingin dan membungkus tubuh dengan kompres es
dalam dosis yang cukup tinggi untuk mengurangi sintesis hormon tiroid.
35
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
jenis teknik anestesi sangat penting dalam pengelolaan jalan napas. Anestesi umum
membutuhkan relaksasi yang dalam untuk jangka waktu yang lama. Intubasi
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga kepatenan jalan
napas, mencegah aspirasi, dan menjaga agar ventilasi memadai. Perlindungan jalan
napas dapat dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakea (Endotracheal tube/ ETT)
ke dalam trakea melalui hidung atau mulut. ETT dapat digunakan sebagai penghantar
gas anestesi ke dalam trakea dan memudahkan kontrol ventilasi dan oksigenasi.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Tahulending, Z., Victor P. dan Andriessanto C. L. Gambaran kejadian Struma di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juni 2015 – Juni 2018. Jurnal e-
Clinic. 2018. Vol. 6(2).
2. Pamungkas, K.M. N., Anak Agung W. L., Desak Gde D. D. S. dan Wayan Putra
S. Y. Karakteristik Fungsi Kelenjar Tiroid Pascatiroidektomi Total Pada Pasien
Nodul Tiroid Di RSUP Sanglah. JMU (Jurnal medika udayana). 2022. Vol. 11(1).
3. Fachrian, D., Widya Istanto dan M. Sofyan Harahap. Manajemen Anestesi
Operasi Total Tiroidektomi Menggunakan Target Controlled Infusion (TCI)
Propofol dan Blok Pleksus Servikal Superfisial pada Pasien Karsinoma Tiroid
dengan Metastasis Paru. Jurnal Anestesiologi Indonesia. 2015. Vol. 7(1).
4. Rehatta NM, Hanindito E, Tantri AR, Redjeki IS, Soenarto RF, Bisri D.
Anestesiologi dan Terapi Intensif KATI-PERDATIN. Jakarta, Indonesia: PT
Gramedia Pustaka Utama; 2019.
5. Cahyadi, A. Perubahan Posisi dan Tekanan Balon Pipa Endotrakeal.
MajAnestCriCare. 2022. Vol. 40(1).
6. Assagaf, S., Lumintang, N., dan Lampus, H. Gambaran Eutiroid Pada Pasien
Struma Multinodusa Non-Toksik Di Bagian Bedah Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado Periode Juli 2012 – Juli 2014. Jurnal e-Clinic (eCl). 2015. Vol. 3(3).
7. Barash, P.G., Cullen, F.B., Stoelting, R.K. Handbook Of Clinical Anesthesia. 7th
Ed, Philadelphia: Lipincott Williams And Wilkins Company. 2013.
8. Melesse D Yaregal, Agegnehu A Feleke and Kassahun H gatinet. 2020. The
Assessment of the Practice of Premedication before Anesthesia. A Cross-
Sectional Study. Journal of Anesthesia & Clinical Research. Department of
Anesthesia, College of Medicine and Health Sciences, University of Gondar,
Gondar, Northwest Ethiopia. 2020.
9. Donohue, C. An Introduction of Anaesthesia. British Journal of Hospital
Medicine. 2013. Vol. 74(5).
37
10. Prommer, E. Midazolam: an essential palliative care drug. Palliative Care &
Social Practice. 2020. Vol. 14(1).
11. Marik, P.E. Propofol: Therapeutic Indications and Side-Effects. Current
Pharmaceutical Design. 2014. Vol. 10(29).
12. Sahiner, Y. Indications for Endotracheal Intubation. Jerman: IntechOpen. 2018.
13. Soenarjo, Jatmiko HD. Anestesiologi. Edisi 2. Semarang, Indonesia: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UNDIP/ RS. Kariadi
Semarang; 2013.
14. Arvianti, Oktaliansah E, Surahman E. Perbadingan Antara Sevofluran dan
Profopol Menggunakan Total Intravenous Anesthesia Target Controlled Infusion
Terhadap Waktu Pulih Sadar dan Pemulangan Pada Ekstirpasi Fibroadenoma
Payudara. J Anestesi Periopratif. 2017. Vol 5(1).
15. Susiyadi, Riyanto R. Pemberian Petidin dan Fentanyl Sebagai Premedikasi
Anestesi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Di RSUD Prof DR Margono
Soekarjo. Sainteks. 2016. Vol. 13(2).
16. Smith G, D’Cruz JR, Rondeau B, Goldman J. General Anesthesia for Surgeons
[Internet]. StatPearls Publishing. 2021 [cited 2023 Juni 23].p.1–9. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493199/#_NBK493199_pubdet_
17. Bajwa, S.J.S dan Vishal S. Anesthesia and thyroid surgery: The never ending
challenges. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism. 2013. Vol. 17(2).
38
LAMPIRAN
39