Anda di halaman 1dari 43

PROGRAM GIZI

OLEH:
Dr. H. H A M Z A H, M. Kes.
NIDN : 0904076001

DISAJIKAN PADA PESERTA PEMBEKALAN KEPANITERAAN KLINIK IKMKK


MAHASISWA PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI, 2020
1
Pendahuluan
• Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya
masalah gizi adalah multifaktor.
• Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang perlu ditanggulangi
Pendahuluan
• Masalah gizi yang utama di Indonesia:
– Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
– Anemia Gangguan Besi (AGB)
– Kurang Energi Protein (KEP)
– Kurang Vitamin A (KVA)
• Faktor risiko:
– Perilaku (pengetahuan)
– Tingkat sosial ekonomi
– Pelayanan kesehatan
PENYEBAB MASALAH GIZI
STATUS GIZI

ASUPAN INFEKSI Penyebab


GIZI PENYAKIT LANGSUNG

Ketersediaan Perilaku/asuhan Pelayanan


Penyebab
Pangan tingkat Ibu dan Anak kesehatan TAK
Rumah Tangga LANGSUNG

KEMISKINAN, PENDIDIKAN RENDAH, Masalah


KETERSEDIANAN PANGAN, KESEMPATAN KERJA UTAMA

Masalah
KRISIS POLITIK DAN EKONOMI DASAR
DAMPAK KURANG GIZI

Gizi kurang & infeksi Gizi cukup & sehat

“Otak Kosong” bersifat permanen Anak cerdas


Tak terpulihkan dan produktif

MUTU SDM RENDAH MUTU SDM TINGGI

BEBAN ASET

Sumber : FKM UI & Unicef, 2002


PATOGENESA KEKURANGAN GIZI
I. KLASIFIKASI :
1. Status gizi normal
2. Status gizi Abnormal
Status gizi Abnornal
1. Malnutrisi :
a. Starvation Kekurangan intake yg banyak
b. Undernutrition Intake yg tdk adekuat
c. Specific deficiency
d. Imbalance Ketdk cocokan dari zat gizi
e. Overnutrition
2. Toxicity Konsekuensi patologis dari kelebihan
intake
PATOGENESIS
Primary inadequancy

Biochemical
Nutritional Inadequacy Tissue depletion
Lession

Perubahan
fungsi
Secondary Inadequacy

Manifestasi Anatomic
Lession
TAHAP GANGGUAN NUTRISI
 Intake waktu tertentu
 Output X intake

1. Cadangan zat gizi dlm tubuh menurun


2. Defisiensi pada jaringan & serum pem. Biokimia
3. Timbul gejala klinis tdk khas / daya tahan tubuh
4. Kel. Biologis & fisiologis gejala klinis khas pem.
Fisik
5. Perubahan anatomis pem. Antropometri
6. Gejala defisiensi nyata & khas
Gangguan gizi :
1. Cadangan tubuh menurun
2. Defisiensi pada jaringan & serum
3. Timbul gejala klinis thd khas, daya tahan tubuh
menurun
4. Kelainan biologis & fisiologis dan klinis semakin jelas
5. Perubahan anatomis
6. Gejala defisiensi semakin nyata dan fatal
Kecepatan perubahan tergantung :
7. Tingkat kekurangan intake
8. Tingkat kebutuhan
9. Cadangan yg tersedia
PENYEBAB
A. Primer
- Pola konsumsi
- Distribusi makanan ditingkat family ( RT )
- Pola makan
- Ketersediaan pangan di RT & pasar
B. Secunder
- Digestion
- Absorpsion
- Transportation
- Utilization
- Storage excretion
- Peningkatan kebutuhan
1. Kurang Energi Protein

• Kurang Kalori Protein


• Gizi Kurang/Gizi Buruk
• Malnutrisi :
Marasmus – Kwashiorkor
Besar dan Luas Masalah
Dampak:
• fisik
• Intelektual
• Kekebalan tubuh

– Kesakitan
– Kematian
Prevalensi Gizi Kurang dan Buruk

1989 1992 1995 1998 1999 Tar


get
2000
GK & 37.5% 35.6% 31.6% 29.5% 26.4% 19 %
GB
GK 31.2% 28.4% 20.0% 19.0% 18.0% 16.0%

GB 6.3 % 7.2 % 11.6% 10.5% 8.1 % 3.0 %


Penyebab:
Tingkat Makro:
• KEP erat hub. dengan keadaan status ekonomi
• Penurunan KEP = penurunan kelompok dibawah garis
kemiskinan
• Ketersediaan pangan
Tingkat Mikro:
• Tingkat kesehatan (infeksi)
• Sanitasi lingkungan
Program intervensi
Program UPGK:
• penimbangan balita
• KIE/promkes
• pemanfaatan pekarangan
• PMT
• oralit
• kapsul vit A
 Posyandu
2. Anemia Gizi
• Terbanyak: defisiensi zat besi

• Akibat:
– Kemampuan intelektual
– Produktifitas kerja
– Morbiditas anak
– Mortality ibu
– BBLR dan keguguran
Penyebab Anemia Gizi
• Jumlah Fe tidak cukup dalam makanan
• Absorbsi Fe rendah
• Kebutuhan naik
• Kehilangan darah
Prevalensi Anemia Gizi
• Wanita dewasa: 30 – 40%
• Wanita hamil: 50 – 70%
• Anak balita: 30 – 40%
• Anak sekolah: 25 – 35%
• Pria dewasa: 20 – 30%
Program intervensi
• Pemberian tablet besi pada ibu hamil
(Posyandu dan Puskesmas)
• KIE (penyuluhan gizi)
• Fortifikasi makanan: dalam taraf penelitian
– Garam dan mie diproduksi dibanyak produsen
3. Kekurangan Vit. A
Prevalensi : 0.7%
Akibat KVA :
• Tingkat mortalitas tinggi
• Anak rentan infeksi
• Biaya kesehatan tinggi
• Perkembangan mental terganggu
• Penyakit degeneratif menyerang usia dini
Kekurangan Vitamin A
• Klinis: xerophthalmia
• KVA: gangguan epitelisasi
 gampang infeksi ( diare dan
ISPA )
Apa bahaya Xeroftalmia?

Bila tidak segera diobati


dapat menyebabkan
kebutaan
Epidemiologi
• 250 juta anak pra sekolah menderita kekurangan vit A
subklinik
• 3 juta menunjukkan gejala klinik kekurangan vit A
• 300.000 anak buta karena kekurangan vit A (10% dari
seluruh kebutaan pada anak)
• Indonesia: ~ 50% anak pra sekolah ekurangan vit A
subklinik
~ 34% wanita hamil kekurangan vit A
subklinik
Kekurangan Vitamin A
Sebab:
• Keadaan sosial ekonomi
• Ketidaktahuan
• Akibat infeksi
• Kekurangan ASI
Program intervensi

• Distribusi kapsul vitamin A pada anak-anak 


kematian berkurang
• Fortifikasi makanan: dalam taraf penelitian
– Perubahan warna makanan
4. Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKY)
Akibat GAKI:
• Pembesaran kelenjar gondok
• Gangguan pertumbuhan (cebol, bisu, tuli)
• Gangguan mental
• Gangguan neuro motor
Besarnya masalah

• Didaerah endemik: pegunungan di beberapa


propinsi di Indonesia
• Didaerah pesisir
Program intervensi
• Program iodisasi garam
• Program penyuntikan preparat beriodium
• Penyuluhan
Program lain (taraf penelitian)
• Iodisasi air
• Tetes iodium
Masalah Gizi lain
• Transisi epidemiologis
• Masalah gizi ganda
• Defisiensi masih tetap ada
• Penyakit Kronik Non Infeksi telah muncul
Masalah gizi ganda

Gizi lebih

DI INDONESIA TAHUN 2002,


165.000 ANAK BALITA DENGAN
GIZI BURUK TINGKAT BERAT
Gizi kurang
Masalah Gizi lain
• Muncul Obesitas
• Prevalensi:
wanita diatas usia 40 tahun  mencapai 30%
overweight dan obese
Akibat obesitas:
• PJK
• Kanker
• diabetes melitus
• hipertensi
• Angkanya meningkat tajam setelah tahun
1992
BERBAGAI KEGIATAN PENANGANAN
MASALAH GIZI DI INDONESIA
• Upaya Penanganan Masalah Gizi Masyarakat :
– kegiatan mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat
– Melibatkan berbagai profesi baik kesehatan dan non kesehatan

• Kegiatan di puskesmas meliputi:


– Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
– Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
– Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi
– Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
• Kegiatan lainnya:
1. Penyuluhan gizi
2. Deteksi dini
3. Pelayanan gizi rawat jalan (dalam gedung dan luar gedung)
4. Pembinaan gizi pada keluarga, posyandu dan institusi
5. Pencatatan dan pelaporan
6. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
7. Manajemen Program Perbaikan Gizi
8. Koordinasi lintas program dan lintas sektoral  Tim Pangan dan Gizi
tingkat desa dan Puskesmas
9. Kerjasama dengan organisasi lain
10. Evaluasi Program  Kesehatan Gizi Wilayah & Pelayanan Gizi di
puskesmas
UPGK - UPGI - SKPG
• UPGK : upaya perbaikan gizi keluarga  tujuan keluarga sadar
gizi (kadarzi)
• UPGI : pelayanan dilakukan pada institusi : sekolah,
pesantrean, panti asuhan, pabrik, embarkasi haji, dll.
• SKPG terdiri dari:
– Pemantauan status gizi
– Pemantauan konsumsi gizi
– Pemantauan tinggi badan anak baru masuk sekolah
– Pemantauan indeks massa tubuh
– Survey cepat kelainan gizi
– Pelacakan kejadian luar biasa
Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi
Meliputi:
• Pencegahan dan penanggulangan gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY)
• Pencegahan dan penangggulangan anemia besi (AGB)
• Pencegahan dan penanggulangan kurang kalori energi protein
(KEP) dan kurang energi kronis (KEK)
• Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A (KV
A)
• Pencegahan dan penanggulangan gizi lebih
Deteksi Dini Kelainan Gizi
• Pengukuran antropometri (BB-TB; LiLA)
• Pemeriksaan laboratorium sederhana
• Menentukan status gizi:
– KEP pada balita
– KEK pada WUS dan ibu hamil
– Anemia
– Gizi lebih
Pencatatan dan Pelaporan
• Cakupan SKDN
• Jumlah balita BGM
• Cakupan distribusi Vit A pada bayi dan balita,
Fe pada ibu hamil dan WUS, Yodium pada
penderita GAKY
• Cakupan PMT-AS
• Cakupan PMT-P
Indikator Keberhasilan
• Pembinaan Kesehatan Wilayah Peningkatan peran
serta masy
– Peningkatan peran serta kader kes, guru uks, lsm
– Penurunan angka KEP dan defisiensi zat gizi

• Pelayanan Puskesmas
– Peningkatan ketrampilan staf puskesmas
– Terselenggaranya penyuluhan terpadu
– Terselenggaranya pelayanan kes holistik

Anda mungkin juga menyukai