Komponen Jumlah
Energi (kal) 43,20
Air (g) 91,21
Protein (g) 0,66
Lemak (g) 1,92
Karbohidrat ( g) 5,82
Abu (g) 0,38
Vitamin B1 (mg) 0,0046
Fe (mg) 0,086
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI
yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (prematur)
mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI
yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan
kadar lemak dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar
payudara. Walapun kadar protein, laktosa, dan nutrien yang larut dalam air
sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.
(Hendarto dalam IDAI, 2013)
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap
waktu menyusui dengan jumlah berkisar antara 450 -1200 ml dengan rerata
antara 750-850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang
mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah hanya 100-200 ml
per hari. (Hendarto dalam IDAI, 2013)
Komposisi
ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang
mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada
di tempat yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan
saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI.
Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang
mendapat susu formula. (Hendarto dalam IDAI, 2013)
Karbohidrat
Protein
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat
dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis
asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya
adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah
sedikit di dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada
perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup
tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin ini sangat
dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan bayi prematur untuk
membentuk protein ini sangat rendah. (Hendarto dalam IDAI, 2013)
Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan
susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan
antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu
formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan
otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung
banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA)
dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan
saraf dan retina mata. (Hendarto dalam IDAI, 2013)
Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu
hampir terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi
perlu diingat bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam susu
formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di
dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai
persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi. (Hendarto dalam IDAI,
2013)
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang
dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh.
Seperti kita ketahui konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan
lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. (Hendarto
dalam IDAI, 2013)
Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi
yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung
kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan
di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin
bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu
formula. (Hendarto dalam IDAI, 2013)
Vitamin
Vitamin K
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin A
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam
folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu
berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2
cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin
rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada
tahap awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu
ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari
makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian. (Hendarto dalam
IDAI, 2013)
Mineral
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya
rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko
yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi
yang mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal
dari ASI lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada
susu formula. Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian
makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah
kekurangan zat besi ini dapat diatasi. (Hendarto dalam IDAI, 2013)
Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang
banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis
enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan
gagal tumbuh. Kadar zincASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui.
Seperti halnya zat besi kandungan mineral zink ASI juga lebih rendah dari
susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat
di dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-
32%. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan susu
formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.
(Hendarto dalam IDAI, 2013)
20. Marasmus-Kwashiorkor
Faktor risiko
a. Asupan makanan
Kurangnya asupan makanan disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain yaitu pola makan yang salah, tidak tersedianya makanan secara
cukup, dan anak tidak cukup atau salah mendapat makanan bergizi
seimbang.16 Kebutuhan nutrisi pada balita meliputi air, energi, protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Setiap gram protein
menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4 kalori. Distribusi
kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari
protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat. Maka jika terjadi
kelebihan kalori yang menetap setiap hari sekitar 500 kalori dapat
menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu. (Liansyah,
2015)
Terdapat perbedaan asupan makanan pada setiap kelompok umur,
misalnya pada kelompok umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi
tim meskipun tidak perlu disaring. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi
susu telah lengkap apabila anak sudah berumur 2-2,5 tahun. Kemudian
pada usia 3-5 tahun balita sudah dapat memilih makanan sendiri sehingga
asupan makanan harus diatur dengan sebaik mungkin. Memilih makanan
yang tepat untuk balita harus menentukan jumlah kebutuhan dari setiap
nutrien, menentukan jenis bahan makanan yang dipilih, dan menentukan
jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan yang
dikehendaki. (Liansyah, 2015)
Balita dengan gizi buruk sebagian besar memiliki pola makan yang
kurang beragam, artinya mereka mengkonsumsi hidangan dengan
komposisi yang tidak memenuhi gizi seimbang. Berdasarkan dari
keseragaman susunan hidangan pangan, dikatakan pola makanan dengan
gizi seimbang jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat
pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur
yaitu sayur dan buah. (Liansyah, 2015)
c. ASI
Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI)
eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia
hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan.27 Sebanyak 86%
bayi mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat, atau
campuran antara ASI dan susu formula.9 Berdasarkan riset yang sudah
dibuktikan di seluruh dunia, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi
sampai enam bulan, dan disempurnakan sampai umur dua tahun.18
Memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat antara
lain oleh karena praktis, mudah, murah, sedikit kemungkinan untuk terjadi
kontaminasi,dan menjalin hubungan psikologis yang erat antara bayi dan
ibu yang penting dalam perkembangan psikologi anak tersebut. Beberapa
sifat pada ASI yaitu merupakan makanan alam atau natural, ideal,
fisiologis, nutrien yang diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu
yang optimal dan mengandung nutrien yang lengkap dengan komposisi
yang sesuai kebutuhan pertumbuhan bayi. Selain ASI mengandung gizi
yang cukup lengkap, ASI juga mengandung antibodi atau zat kekebalan
yang akan melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini yang menyebabkan
balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan dapat berperan
langsung terhadap status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan
sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan
susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada
bayi. Susu formula sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi
sulit buang air besar. Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi
akan rawan diare. (Liansyah, 2015)
d. Pendidikan ibu
Salah satu faktor penyebab timbulnya kemiskinan adalah
pendidikan yang rendah sehingga menyebabkan seseorang kurang
mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupan.
Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam
keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi
pangan yang merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada
anak balita.21,22 Tingkat pendidikan terutama tingkat pendidikan ibu
dapat mempengaruhi derajat kesehatan karena pendidikan ibu berpengaruh
terhadap kualitas pengasuhan anak. Tingkat pendidikan yang tinggi
membuat seseorang mudah untuk menyerap informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilaku sehari-hari.22 Selain itu yang
tinggi kemungkinan akan meningkatkan pendapatan dan dapat
meningkatkan daya beli makanan. Pendidikan diperlukan untuk
memperoleh informasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup
seseorang.tingkat pendidikan. (Liansyah, 2015)
e. Pengetahuan ibu
Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi
makanan keluarga khususnya pada anak balita. Kurangnya pengetahuan
ibu tentang gizi menyebabkan keanekaragaman makanan yang berkurang.
Keluarga akan lebih banyak membeli barang karena pengaruh kebiasaan,
iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan karena
kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam
kehidupan sehari-hari. (Liansyah, 2015)
f. Penyakit penyerta
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan
terhadap penyakit – penyakit seperti tuberculosis (TBC), diare persisten
(berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih dan dimulai dari
suatu diare cair akut atau berdarah/disentri) dan HIV/AIDS. Penyakit
tersebut dapat memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan
makanan dan meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh.
Terdapat hubungan timbal balik antara kejadian penyakit dan gizi kurang
maupun gizi buruk. Anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk akan
mengalami penurunan daya tahan, sehingga rentan terhadap penyakit. Di
sisi lain anak yang menderita sakit akan cenderung menderita gizi buruk.
(Liansyah, 2015)
h. Kelengkapan imunisasi
Anamnesis
Pada anak yang mengalami gizi buruk keluhan utama yang selalu
dilaporkan oleh orang tua adalah berat badan anak yang tidak naik-naik ataupun
berat badan anak yang menurun. Selain itu ada keluhan lain yang dirasakan oleh
orangtuanya seperti anak tidak memilik nafsu makan, sering terkena penyakit
yang berulang-ulang, adanya pembengkakan pada kaki bahkan sampai seluruh
tubuh.
Pemeriksaan fisis
No Kwarshiorkor Marasmus
1 Pertumbuhan mental yang terganggu Raut wajah seperti orang
(apatis) tua
2 Anemia Perubahan mentah
(rewel)
3 Perubahan warna dan tekstur rambut, Kulit kering, dingin dan
seperti mudah dicabut dan rontok mengendor serta keriput
4 Gangguan sistem gastrointenstinal Lemak subkutan
menghilang hingga turgor
kulitnya menurun
5 Pembesaran hati Otot atropi sehingga
kontur tulang terlihat
6 Perubahan kulit (dermatosis) Kadang bradikardi
7 Atropi otot Tekanan darah lebih
rendah dibandingkan
tekanan darah yang sehat
8 Edema bilateral
Jadi tanda yang sering didapatkan pada pasien marasmus kwarshiorkor adalah
kombinasi dari gejala marasmus dan kwarshiorkor. Adapun kriteria diagnosis
meliputi :
Pemeriksaan penunjang
Adapun pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar
hemoglobin darah merah dan kadar protein (albumin/globulin) darah. Dengan
pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat pula lebih jelas diketahui
penyebab malnutrisi dan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada anak tersebut.
Pada gizi buruk terdapat perubahan nyata dari komposisi tubuhnya seperti jumlah
dan distribusi cairan, lemak, mineral, dan protein terutama protein otot. Tubuh
mengandung lebih banyak cairan. Keadaan ini merupakan akibat hilangnya lemak,
otot dan jaringan lain. Cairan ekstra sel terutama pada anak-anak dengan edema
terdapat lebih banyak dibandingkan tanpa edema. Kalium total tubuh menurun
terutama dalam sel sehingga menimbulkan gangguan metabolik pada organ-organ
seperti ginjal, otot dan pankreas. Dalam sel otot kadar natrium dan fosfor
anorganik meninggi dan kadar magnesium menurun.
A. laboratorium
1. Periksa darah rutin atau darah lengkap
2. Periksa kadar gula darah
3. Periksa urin lengkap
4. Periksa feses lengkap
5. Periksa elektrolit serum
6. Periksa protein serum (albumin dan globulin)
7. Periksa feritin
B. Radiologi
1. Foto polos toraks dan abdomen
Penatalaksanaan
1). Mencegah dan mengatasi hipoglikemi Hipoglikemi terjadi apabila kadar gula
darah < 54 mg/dl atau ditandai lemah, kejang, suhu tubuh sangat rendah,
kesadaran menurun, keluar keringat dingin dan pucat. Dapat diterapi dengan
memberikan segera cairan gula 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok teh
dicampurkan ke air 3,5 sendok makan, penderita diberi makan tiap 2 jam,
antibotik, jika penderita tidak sadar dapat diberikan lewat sonde. Kemudian
dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai tandatanda
hipoglikemi maka pemberian cairan gula tersebut diulangi.
2). Mencegah dan mengatasi hipotermi Dikatakan hipotermi jika suhu tubuh anak
< 35oC. Dapat ditatalaksana dengan ruang anak harus hangat, tidak ada
lubang angin, sering diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung
tangan dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode
kanguru), cepat diganti jika popok basah. Dilakukan pengukuran suhu rectal
tiap 2 jam sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup
kepala dan kaos kaki.
5). Mencegah dan mengatasi infeksi Jika tidak ada komplikasi maka dapat
diberikan kotrimoksazol selama 5 hari, namun bila ada komplikasi dapat
diberikan amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam selama 5 hari. Dan hendaknya
dilakukan monitoring terhadap komplikasi infeksi seperti hipoglikemia atau
hipotermi.
6). Mulai pemberian makan Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi,
hipotermi dan mencukupi kebutuhan energi dan protein. Prinsip pemberian
makanan fase stabilisasi yaitu porsi kecil, sering, secara oral atau sonde,
energy 100 kkal/kgBB/hari, protein 1- 1,5 g/kgBB/hari, cairan 130
ml/kgBB/hari untuk penderita marasmus, marasmik kwashiorkor atau
kwashiorkor dengan edem derajat 1,2, jika derajat 3 berikan cairan 100
ml/kgBB/hari.
7). Koreksi kekurangan zat gizi mikro Berikan setiap hari minimal 2 minggu
suplemen multivitamin, asam folat (5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2
mg/kgBB/hari, cooper 0,3 mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe elemental/kgBB/hari
sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1 (1 tahun 200.000 IU)
8). Memberikan makanan untuk tumbuh kejar Satu minggu perawatan fase
rehabilitasi, berikan F100 yang mengandung 100 kkal dan 2,9 g
protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi dan protein
sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan protein.
9). Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang Mainan digunakan sebagai
stimulasi, macamnya tergantung kondisi, umur dan perkembangan anak
sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi psikologis, baik mental,
motorik dan kognitif.
10). Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah Setelah BB/PB mencapai -1SD
dikatakan sembuh, tunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah
makanan, berikan terapi bermain anak, pastikan pemberian imunisasi boster
dan vitamin A tiap 6 bulan.28
Daftar Pustaka
Rudolph, A.M., Hoffman, J.I.E., Rudolph C. D. 2006. Buku Ajar Pediatri
Rudolph Volume 2. EGC: Jakarta.
Israr akhyar yayan, julianti riri, hasriani ayu dkk. 2009. Gizi buruk. Fakultas
kedokteran universitas riau, pekanbaru
Hendarto. 2013. Buku Bedah Asi. Ikatan Dokter Anak Indonesia : Jakarta.