Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asi Eksklusif


2.1.1 Pengertian Asi Eksklusif
Asi merupakan makanan utama atau makanan satu-satunya yang
diberikan pada pada bayi yang baru lahir hingga mencapai usia 6 bulan
sebelum di beri makanan tambahan kecuali jika bayi mempunyai
riwayat medis yang tidak memungkinkannya untuk hanya
mengkonsumsi Asi saja. Asi sendiri disebut sebagai nutrisi ideal bagi
Bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan
kebutuhan bayi, bahkan mengandung zat perlindungan untuk
memerangi penyakit. Pada periode nutrisi optimal menurunkan
morbiditas dan mortalitas, mengurangi resiko penyakit kronis, dan
mendorong perkembangan lebih baik secara keseluruhan merupakan
hal terpenting anak di usia dua tahun pertama. Karenanya, pada saat
anak berusia 0-23 sangat penting memberikan Asi yang optimal yang
dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di bawah usia 5
tahun, setiap tahunnya (WHO 2020).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, ASI
eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral)
(Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Terdapat suatu enzim yang bertugas untuk mencerna Asi, sehingga
memudahkan organ pencernaan bayi untuk menyerap dan mencerna
gizi yang dikandung oleh Asi. Sistem pencernaan bayi belum memiliki
cukup enzim pencernaan makanan maka sudah seharunya bayi
diberikan Asi saja hingga usia bayi mencapai 6 bulan tanpa tambahan
minuman atau makanan apapun (Kristianto dan Suliatyarini, 2013).
Di dalam Asi terkandung banyak nutrisi dan kalori yang sangat
dibutuhkan bayi, khususnya bayi baru lahir. Asi merupakan makanan

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


utama bagi bayi yang mengandung nutrisi yang tidak di kandung oleh
makanan lain, bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,
serta pertahanan dari berbagai penyakit (Suryaningsih, 2012).
2.1.2 Komposisi Nutrisi dalam Asi
Kandungan utama Asi adalah protein, lemak dan laktosa yang
didapatkan dari hasil sekresi sel epithel kelenjar payudara. Komposisi
Asi berbeda antara yang satu dengan yang lain, dimana disebabkan
oleh beberapa hal yaitu usia janin di dalam kandungan, pengalaman
menyusui, penuh atau tidaknya Volume Asi dalam payudara, dan
seberapa sering frekuensi dalam menyusui bayi (Yuliarti 2010).
Prasetyono (2012) menuliskan bahwa Asi merupakan emulsi lemak
dalam suatu larutan protein, laktosa, vitamin dan mineral yang
berfungsi sebagai makanan yang baik bagi bayi. Oleh sebab itu, Asi
dalam jumlah cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama
enam bulan pertama setelah kelahiran.
Komposisi zat Gizi dalam Asi, adalah sebagai berikut:
1) Air
Air yang terkadung dalam Asi 88,1% sehingga Asi yang
diminum oleh bayi selama pemberian Asi Eksklusif sudah
mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan
bayi. Bayi baru lahir hanya mendapat sedikit Asi pertama
tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan
dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. Asi dengan
kandungan air yang lebih tinggi akan keluar pada hari
ketiga atau keempat (Yuliarti 2010).
2) Karbohidrat
Karbohidrat dalam Asi berbentuk laktosa (gula susu).
Karbohidrat dalam Asi jumlahnya tidak terlalu bervariasi
setiap harinya, dan jumlahnya lebih banyak daripada dalam
Pasi. Perbandingan jumlah laktosa dalam Asi dan Pasi
adalah 7:4, hal ini menyebabkan Asi terasa lebih manis
dibandingkan Pasi. Karbohidrat dalam Asi berperan penting

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


dalam pertumbuhan sel saraf, di dalam usus untu mencegah
pertumbuhan bakteri, sebagian laktosa diubah menjadi
asam laktat. Asam laktat ini juga berfungsi untuk
membantu penyerapan kalsium dan mineral lain-lain, dan
diperlukan bagi pertumbuhan otak pada masa bayi
(Kementrian Kesehatan RI, 2015).
3) Protein
Kandungan protein dalam Asi berbentuk whey 70% dan
kasein 30%. Variasi komposisi Whey: kasein dalam asi
adalah 90:10 pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan:
60:40 pada Asi Matur (hari ke-11 sampai 240), dan 50:50
setelah hari ke-240. Dibandingkan susu sapi, kandungan
protein pada Asi sudah sangat cukup untuk melindungi bayi
dari penyakit dan infeki. Di dalam susu sapi di dapatkan
rasio whey: kasein adalah 18:82. Sifat dari protein whey
adalah tahan terhadap suasana asam dan lebih mudah
diserap hal ini bermanfaat dalam mempercepat
pengosongan lambung. Selain itu protein whey mempunyai
fraksi asam amino fenilalanin, tirosin dan metionin dan
jumlah lebih rendah di banding kasein. Tetapi dengan kadar
taurin lebih tinggi. (Kemenkes RI, 2015).
4) Lemak
Kandungan lemak di dalam Asi sekitar 22-62 g/L serta
50%nya mengandung kalori utama. Hinmilk atau asi akhir
mempunyai kandungan lemak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan foremilk atau Asi awal. Asam lemak
yang terkandung dalam asi lebih tinggi dibandingkan di
dalam susu formula. Proses pemecahan lemak yang terjadi
pada Asi dilakukan melalui proses pemecahan oleh enzim
lipase. Enzim lipase akan memecah enzim trigliserida
dalam lemak menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Proses pemecahan lemak inilah, yang membuat lemak akan

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


mudah di serap dengan baik walaupun sistem pencernaan
bayi belum terbentuk dengan sempurna (Ambarwati, et al.
2015).
Kandungan asam lemak ini berguna dalam proses
perkembangan otak bayi, sumber penghasil energy sekitar
33-45% penghasil kolesterol. Serta sebagai penghasil asam
lemak esensial (Dewi 2009). Asam lemak ini mengandung
asam linoleat (omega 3). Asam linoleat omega 3 akan
membentuk asam lemak tidak jenuh rantai panjang AA
(arachinoda acid) sedangkan asam linoleat omega 6 akan
membentuk DHA (decosahexaenoic acid), yang kedua
berfungsidalam proses pertumbuhan otak bayi,
pembentukan ketajaman penghlihatan serta meningkatkan
kemampuan kognitif bayi (Sidi et al 2010). DHA sangat
berperan dalam proses pembentukan photoreceptor dan
visual cortex. Sehingga apabila bayi memiliki kandungan
DHA yang rendah akan mengakibatkan gangguan
penglihatan seperti retinopati (Ambarwati, et.,al 2015).
5) Mineral
Asi mengandung mineral yang lengkap. Kadar mineral
dalam asi relative rendah, namun mampu mencukupi
kebutuhan bayi hingga 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam
asi merupakan mineral yang sangat stabil, mudah di serap
tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sebanyak 75% dari zat
besi yang terdapat di Asi dapat diserap oleh usus. Hal ini
berbeda dengan kandungan zat besi yang ada di PASI,
hanya berjumlah sekitar 5-10%. Terdapat pula jenis mineral
dalam ASI yakni selenium, berfungsi mempercepat
pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2015).
6) Vitamin
Makanan yang dikonsumsi oleh ibu kaya akan vitamin yang
mampu memenuhi kebutuhan vitamin bayi selama 6 bulan

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


pertama kehidupannya yang di dapatkan melalui ASI.
Jumlah vitamin bervariasi tergantung dari jenis makanan
yang dikonsumsi oleh ibu. Vitamin terbagi atas:
a. Vitamin A, yang terkandung di dalam Asi dimana
berfungsi sebagai zat kekebalan mata dan
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan
pertumbuhan.
b. Vitamin D, dimana pembentukannya dapat
dilakukan dengan menjemur bayi dibawah sinar
matahari. Hal ini dilakukan untuk mencegah bayi
menderita penyakit tulang karena kekurangan
vitamin D.
c. Vitamin E, diproduksi dalam jumlah yang banyak
dalam Asi. Kandungan vitamin E tertinggi pada
kolostrum dan Asi transisi awal. Fungsi konsumsi
vitamin E yaitu untuk ketahanan dinding sel darah
merah.
d. Vitamin K, memiliki kandungan yang sedikit dalam
Asi dibandingkan kebutuhan Bayi sehingga
diperlukan tambahan vitamin K yang di dapatkan
dari injeksi segera setelah bayi lahir. Vitamin K
berperan dalam proses pembekuan darah
(Kemenkes RI, 2015).
e. Vitamin yang larut dalam air, vitamin C, asam
nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6
(pirodoksin), sangat dipengaruhi oleh makanan ibu,
namun untuk ibu dengan status gizi normal, tidak
perlu diberi suplemen.fluoride adalah mineral yang
memperkuat email gigi dari karies (lubang). Hanya
sejumlah kecil fluride yang ada dalam air susu ibu
(Sulistyawati A, 2009).

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


2.1.3 Manfaat pemberian Asi Eksklusif pada Bayi
2.1.3.1 Asi sebagai nutrisi
Asi merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang dan di sesuaikan dengan keutuhan
bertumbuhan bagi bayi.dilihat dari kualitas dan kuantitasnya,
asi merupakan makanan yang sempurna bagi bayi. Asi dapat
digunakan sebagai makan tunggal yang cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan, dengan
tatalaksana menyusui dengan benar.(Megasari 2014).
2.1.3.2 Asi meningkatkan daya tahan tubuh
Secara alamiah, bayi yang baru lahir mendapatkan
immunoglobulin dari ibu melalui Ari-ari, namun kadar zatnya
akan menurun setelah bayi lahir. Pada waktu berusia 9 hingga
12 bulan, zat kekebalan bayi cukup banyak sehingga mencapai
kadar protektif. Ketika kadar zat kekebalan bawaan menurun
dan yang dibentuk oleh bayi belum tercukupi maka akan terjadi
defisiensi zat kekebalan bayi. Dari defisiensi inilah dapat
diseimbangkan memalui pemberian Asi, dimana asi merupakan
cairan yang mengandung zat kekebalan yang berfungsi
melingdungi dari berbagai penyakit infeksi seperti infeksi
bakteri, virus, parasite, dan jamur (Megasari 2014).
2.1.3.3 Asi meningkatkan kecerdasan
Kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh factor genetic
maupun factor lingkungan. Terdapat tiga jenis kebutuhan factor
lingkungan yang mempengaruhi kecerdasan diantaranya yaitu
kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (ASUH), kebutuhan
untuk perkembangan emosional dan spiritual (ASIH) dan
kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi
(ASAH). Bayi memerlukan nutrisi dan makanan yang bergizi
didapatkan dari ASI. Bayi yang merasakan kenyamanan dan
keamanan, karena merasa dilindungi akan bertumbuh menjadi
orang dewasa yang mandiri dengan emosi yang stabil. Selain

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


itu, seringnya bayi menyusu membuatnya terbiasa berhubungan
dengan manusia lain sehingga perkembangan sosialisasinya
akan menjadi baik. Dengan demikian, menyusui secara
eksklusif akan menciptakan factor lingkungan yang optimal
untuk meningkatkan kecerdasan bayi (Megasari 2014).
2.1.3.4 Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Selama menyusui, bayi akan merasa terlindungi, aman
nyama dan tentram. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah
yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan memiliki dasar
spiritual baik.
2.1.4 Manfaat Asi bagi Ibu
2.1.4.1 Ibu lebih cepat kembali ke berat badan semula
Lemak yang ada di paha dan panggul yang ditimbun pada
masa kehamilan akan berpindah kedalam Asi. Selain itu,
menyusui sangat membutuhkan energy sehingga tubuh yang
mengalami lemak tertimbun selama masa kehamilan akan
diubah menjadi energi. Dengan demikian berat badan ibu yang
menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum
kehamilan (prasetyono, 2009).
2.1.4.2 Mengurangi resiko terjadinya anemia
` Aktivitas menyusui menyebabkan infolusi uterus yakni
mengecilnya uterus kembali ke ukuran normal. Proses infolusi
ini dapat mengurangi perdarahan pada ibu nifas. Perdarahan
yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan anemia
(Roesli 2013).
2.1.4.3 Menjaga jarak kehamilan selanjutnya
Menyusui secara intensif juga benar dapat menjadi
alternative kontrasepsi alami bagi ibu karena masa subur ibu
dapat tertunda. Selama ibu memberi Asi dan belum haid,
kemungkinan tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


melahirkan sebesar 98% dan kemungkinan tidak akan hamil
sampai bayi usia 12 bulan sebesar 96% (Roesli 2008).
2.1.4.4 Manfaat Asi secara ekonomi
1) Keluarga tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli
susu formula bagi bayi. Manfaat asi adalah memberi
perlindungan dan keamanan bagi bayi sehingga tidak sering
mengeluarkan uang untuk berobat dimana menutup
kemungkinan bayi yang diberi Asi jarang sakit atau tidak
sama sekali. Dengan demikian dapat menghemat
pengeluaran biaya untuk kebutuhan bayi juga keperluan
lainnya (Blionce, 2010).
2) Asi lebih ekonomis, mudah, dan praktis dan tidak
merepotkan. Disamping itu juga Asi mudah di bawah
kemanapun sehingga bayi bisa menyusu kapan pun bayi
mau (Blionce, 2010)
2.1.4.5 Manfaat secara psikologis
Terbina hubungan yang baik dan banding antara ibu dan
bayi sehingga sehingga akan mengurangi stress pada orang tua
(Blionce, 2010)
2.1.4.6 Manfaat Asi bagi keluarga
Asi tidak perlu dibeli karena asi secara langsung berasal
dari payudara ibu, sehingga tidak ada pengeluaran dana untuk
menyusui bayi. Terbentuknya hubungan yang harmonis antara
ayah, ibu dan anak.
2.1.4.7 Manfaat Asi bagi Negara
1) Menghemat pengeluaran Negara, dimana Negara tidak
perlu mengimpor susu formula
2) Bayi yang sehat merupakan insvestasi yang baik bagi
Negara

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


2.1.4.8 Manfaat Asi Bagi ibu pekerja
1) Mengurangi angka cuti untuk merawat anak-anaknya dalam
kondisi sakit sehingga meningkatkan kinerja mereka di
tempat kerja dan produktivitasnya
2) Biaya perawatan kesehatan untuk anak-anak karyawan
dapat ditekan oleh anak-anak karena akan jarang jatuh
sakit.
2.1.4.9 Manfaat Asi untuk perusahaan
1) Membantu menekan biaya yang berkaitan dengan
perawatan kesehatan, menekan tingkat absensi dan
produktivitas yang rendah.
2) Menekan resiko beberapa isu-isu kesehatan jangka pendek
dan jangka panjang baik untuk kaum wanita maupun anak-
anak
3) Menekan tingkat absensi karyawan yang berkenaan dengan
perawatan anak-anak yang sakit
4) Meningkatkan tingkat retensi karyawan wanita
5) Mempertahankan karyawan berprestasi
6) Pencitraan positif dalam hubungan dengan masyarakat
2.1.5 Klasifikasi Pemberian Asi
Sesuai defenisi WHO, pola menyusui dibagi menjadi tiga kategori
yaitu menyusui eksklusif, menyusui perdominan dan menyusui parsial.
1) Menyusui persial, merupakan tindakan memberikan cairan
Asisaja dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain,
termasuk air putih, kecuali vitamin dan obat-obatan atau
mineral tetes (infoDATIN, 2014) pemberian ASI eksklusif
pada bayi meliputi hal-hal berikut :
a. Setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu
½ - 1 jam) untuk memberikan kolostrum (Cairan yang
keluar pertama kali ketika menyusui)

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


b. Tidak memberikan makanan atau minuman tambahan
(Seperti air tajin, air teh, air kelapa, Pisang madu, dan lain
sebagainya) kepada bayi selama 6 bulan pertama menyusui
c. Asi diberikan sesuai kemauan bayi, tidak dibatasi jumlah
lama dan waktu pemberian (Pagi, siang, malam hari)
(Balitbangkes, 2010)
2) Menyusui perdominan
Merupakan menyusui bayi tetapi pernah memberikan
sedikit air atau minuman antara lain seperti teh, sebagai
makanan/minuman (InfoDATIN 2014) pada riskedas 2010
menyusui predominan merupakan kegiatan menyusui bayi
selama periode 0-6 bulan selama mendapatkan Asi bayi
juga mendapatkan minuman berbasis air, yaitu air putih
atau air the, (balitbangkes, 2010)
3) Menyusui parsial
Merupakan kegiatan menyusui bayi dalam periode 0-6
bulan yang disertai dengan memberikan makanan buatan
selain Asi, seperti susu formula bubur atau makanan
lainnya baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan
sebagai makanan prelakteal (infoDATIN, 2014)
2.1.6 Kebutuhan Asi Pada Bayi
Kebutuhan Asi pada bayi usia 0-2 tahun menurut WHO tahun 2020
tercantum pada table berikut:
Tabel 2.1 kebutuhan asi pada bayi usia 0-6 bulan (WHO 2020)

KEBUTUHAN ASI PADA BAYI USIA 0-2 TAHUN


Usia Kebutuhan
0-6 Minggu 100% Asi
6-12 Minggu 70% Asi + 30% Mpasi
12-24 Minggu 30% Asi + 70% Mpasi
>24 Minggu Makanan Bergizi Seimbang
Table 2.1.2 Sumber:hhtps:www.sehatq.com

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


Berikut uraian kebutuhan Asi pada bayi:
1. Usia 0-6 bulan, makanan yang diberikan hanya berupa Asi,
tanpa pemberian makanan tambahan lain selain Asi Eksklusif.
Asi diberikan setiap kali bayi menginginkan Asi. Asi diberikan
sedikitnya 8 kali sehari, pagi siang, soreh dan malam.
2. Usia 6-9 bulan, memperkenalkan makanan pendamping Asi
dalam bentuk makanan lumat (tekstur makanan cair dan
lembut), seperti bubur buah, bubur susu, atau sayuran yang di
haluskan, bubur sum-sum atau nasi tim saring. Asi dalam hal
ini tetap diberikan sebelum makanan pendamping Asi.
Makanan lumat diberikan 2 kali dalam sehari. Selain itu, Asi
harus diberikan sesering mungkin. Jumlah setiap kali makan
adalah 2-3 sendok makan penuh setiap kali makan yang secara
bertahap ditingkatkan sampai ½ mangkuk berukuran 250 ml
setiap kali makan.
3. Usia 6 bulan, mulai dengan pemberian satu jenis buah yang
dihaluskan, seperti pisang. Pada waktu awal MP-asi diberikan,
pastikan tekstur MP-Asi tidak telalu cair atau encer. Hal ini
dapat dilihat ketika sendok dimiringkan bubur tidak langsung
tumpah. Pemberian Asi di sela-sela waktu utama.
4. Usia 7-8 bulan, bisa di perkenalkan dengan tekstur makanan
yang lebih kasar, yaitu bubur tim saring. Selain itu makanan
sumber protein seperti ikan, dan setelah bertahap diberikan
bubur tim saring bayi bisa di kenalkan dengan nasi tim tanpa
disaring.
5. Usia 9-12 bulan, memberikan makanan pendamping Asi dalam
bentuk makanan lunak atau lembek, dimasak dengan banyak
air dan tampak berair, atau di cincang yang mudah di telan
anak. Contohnya bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang
puri. Untuk makanan selingan yang dapat di pegang anak
diberikan di antara waktu makan lengkap dengan tetap
memberikan Asi.frekuensi pemberian makanan yaitu 3-4 kali

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


sehari makanan lembek, + 1-2 kali makanan selingan, atau
bergantung pada nafsu makan bayi + pemberian Asi. Jumlah
setiap kali makan ½ sampai 8/4 mangkuk berukuran 250 ml.
6. Usia 12-24 bulan, mulai memperkenalkan makanan yang
berbentuk padat atau biasa disebut dengan makanan keluara,
tetapi tetap mempertahankan rasa. Menghindari memberikan
makanan yang dapat mengnganggu organ pencernaan, seperti
makanan yang terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam,
atau berlemak.finger snack atau makanan yang bisa dipegang
seperti cookies, nugget atau potongan sayuran rebus atau buah
baik diberikan untuk melatih keterampilan dalam memegang
makanan dan merangsang pertumbuhan giginya. Pemberian
Asi masih tetap diteruskan sampai anak berusia dua
tahun.frekuensi pemberian yaitu 3-4 kali makanan keluarga +
1-2 kali sehari makanan selingan atau bergantung pada nafsu
makan bayi + pemberian Asi. Jumlah setiap kali makan yaitu
semangkuk penuh berukuran 250 ml. (Angga 2016)
2.1.7 Manfaat Kandungan Kolostrum (Asi pertama)
Pada saat hamil. Seorang ibu hamil biasanya akan menjaga
kesehatan dengan mengonsumsi makanan-makanan yang sehat dengan
tujuan agar ibu dan bayi terjaga kesehatannya sesuai dengan anjuran
tenaga medis. Saat ini, jumlah pemberian Asi eksklusif sangat kurang
diakibatkan beberapa alasan seperti kurangnya pengetahuan ibu
tentang pentingnya pemberian Asi eksklusif yang berhubungan dengan
pendidikan ibu yang juga dapat berdampak kepada kurangnya
pengetahuan akibat ekonomi yang rendah, kehidupan yang semakin
serba instan, banyaknya ibu yang menjadi wanita karier sehingga
melupakan kewajiban pentingnya dalam pemberian Asi Eksklusif pada
anak bahkan tidak jarang di temui akibat factor tersebut banyak ibu
yang cenderung memberikan susu Formula pada bayi mereka, selain
itu, beberapa rumah sakit memberikan susu formula pada bayi sebelum
ibu mampu memproduksi Asi. Namun kenyataannya, selain bayi tidak

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


mendapatkan Asi pertama (kolostrum) yang sangat besar fungsinya
yaitu sebagai antibody untuk membatunya melawan bakteri dan virus,
hal tersebut justru membuat bayi tidak mau lagi mengonsumsi Asia tau
sering disebut dengan “bingung putting”.
Berdasarkan penelitian, paling tidak ada 4 macam manfaat
pemberian Asi pertama (kolostrum) diantaranya sebagai berikut :
2.1.7.1 Mengandung zat kekebalan tubuh, terutama Immunoglobulin
A(IgA), yang berfungsi untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi seperti Diare.
2.1.7.2 Jumlah Kolostrum yang diproduksi bermacam-macam,
tergantung isapan bayi pada hari-hari pertama kehidupan.
Meskipun sedikit, namun dapat memenuhi cakupan Gizi pada
bayi.
2.1.7.3 Mengandung protein dan Vitamin A yang tinggi, serta
karbohidrat yang lemah dan lemak yang rendah sehingga
sangat sesuai dengan kebutuhan Gizi bayi, pada hari-hari
pertama kelahiran bayi.
2.1.7.4 Membantu mengeluarkan meconium, yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.

Mengisap susu dari botol tidak sama dengan menghisap puting


susu ibu. Oleh sebab itu, sangat di anjurkan untuk ibu dan bayi sama-
sama belajar mengenai aplikasi pemberian Asi Eksklusif. Susu
formula tidak memiliki kandungan yang sama dengan Asi Eksklusif,
karena, susu formula tidak mengandung Antibodi seperti Asi eksklusif
(kolostrum). Selain itu, dengan pemberian susu formula dapat
meningkatkan resiko meningkatnya munculnya penyakit akibat tularan
dari air, dimana sebagian besar warga di Indonesia pada umumnya
belum memiliki Air bersih. Selain itu, malnutrisi juga dapat menjadi
ancaman bagi bayi yang diberi susu formula karena dinggap terlalu irit
(terlalu encer). (Nurheti Yuliarti : keajaiban Asi/makanan terbaik
untuk kesehatan, kecerdasan dan kelincahan si kecil).

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


2.2 Persentase Pemberian Asi Eksklusif
2.2.1 Di dunia
Sadar akan pentingnya manfaat pemberian Asi eksklusif yang
merupakan sumber kehidupan pertama bagi bayi, pada rentan umur 0-6
bulan. Bukan berarti masyarakat sepenuhnya mampu mengaplikasikan
perekomendasian Asi eksklusif. Bahkan, angka pemberian Asi
eksklusif di dunia masih sangat buruk. Unicef menyampaikan
temuannya pada saat melakukan penemuan pemberian Asi eksklusif di
139 Negara, bahwa hanya 20% dari Negara-negara yang diteliti
mempraktekkan pemberian Asi Eksklusif pada lebih dari 50% bayi
yang ada dan dari 80% selebihnya Negara-negara tersebut lebih rendah
dari 50% melakukan pemberian Asi Eksklusif. Berdasarkan hasil
penelitian, di asia seperti china menunjukkan bahwa cakupan Asi
Eksklusif masih berada dalam taraf rendah dimana rata-rata 50,3% dan
belum mencapai target nasional yang di harapkan (qiu et al,. 2009).
2.2.2 Di Indonesia
Pemberian Asi di Indonesia dengan Persentase yang dipraktekkan
pada 39% dari seluruh bayi merupakan salah satu dari Negara yang
tergolong kelompok dari 80%. Parahnya lagi, dikarenakan angka ini
merupakan perhitungan terbaru yang menunjukkan bahwa persentase
Indonesia merupakan jatuh dari lebih setengah angka diatas menjadi
15,3% dari seluruh bayi pertahunnya. Salah satu masalah mendasar
yang diyakin dari praktek pemberian Asi adalah anak kurang Gizi.
Menurut WHO, yang merupakan kutipan oleh Unicef mencatat bahwa
anak-anak di Indonesia bertumbuh kerdil 37%, dan bahwa Indonesia
dikategorikan sebagai urutan ke Lima terbesar dalam jumlah anak
pertumbuhannya terhambat di seluruh dunia.
Data dari WHO menunjukkan bahwa setiap tahunnya terdapat
132.000 bayi telah meninggal sebelum usia mereka mencapai 1

tahun.3 Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif di Indonesia


pada nyatanya sangat mencemaskan. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia telah mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


2003) setidaknya masih di atas negara Malaysia, Thailand, Filipina,
dan Singapura. Kurang lebih 40% mortalitas bayi terjadi di bulan
pertama kehidupannya. Data survey Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) tahun 2007 menyatakan ASI eksklusif yang diberikan
pada bayi kelompok 0 mencapai 76,4 %, pada saat berumur 1 bulan
mencapai 85,5%, saat 2 bulan 72,9 %, kemudian usia 3 bulan
mencapai 61,7%, 4 bulan mencapai 47,5 % dan saat telah
mencapai usia 6 bulan prosentase didapatkan 62,2%. Di Kabupaten
Sidoarjo cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif tahun 2011
sebesar 7,1 % dari 1.637 bayi. Sedangkan data di Desa Kedungrejo
cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif hanya mencapai 6,9%
(28 dari 403 bayi) Padahal target nasional untuk cakupan ASI
Eksklusif adalah 70% sehingga masih dibawah target.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Susenas 2009
dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2009, persentase balita yang
mendapatkan Asi Eksklusif di Indonesia tahun 2008 mencapai 24,6%
dan pada tahun 2009 mencapai 34,3% menurut data dari pusat data
dan surveilans epidemiologi, kementrian kesehatan, 2010. (peran
keluarga terhadap pemberian asi eksklusif /robin-dompas).

2.2.3 Di kelurahan Mamasa kab. Mamasa


Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistic) tentang
persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan Asi
Eksklusif, provinsi Sulawesi barat di tahun 2019 terdapat 72,82%,
tahun 2020 sebesar 71,54%, dan tahun 2020 sebesar 74,75%. (susenas,
BPS).
Prediksi penduduk Sulawesi barat tahun 2017 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk sebanyak 1.330.961 jiwa terdiri dari 667.858. jiwa
laki-laki dan 663.103 jiwa perempuan. Angka kematian bayi di
provinsi Sulawesi barat pada tahun 2016 sebesar 8.38/1000 kelahiran
hidup dan mengalami peningkatan pada tahun 2017 menjadi 12/1000
kelahiran hidup.

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


trend angka kematian bayi
profinsi sulawesi barat tahun 2012-2017
16 14.5 14.41
14 13.14
12
12 11
10 8.38
8
6
4
2
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber:program kesehatan ibu provinsi Sulawesi barat,2017

No Kabupaten Jumlah bayi mati


1 Majene 42
2 Polewali mandar 93
3 Mamasa 15
4 Mamuju 32
5 Pasangkayu 81
6 Mamuju tengah 42
Total 305

Jika di bandingkan dengan tahun 2016 terjadi peningkatan


kematian bayi yang cukup signifikan dari 209 bayi mati menjadi 305 bayi
mati pada tahun 2017.

Mengacu pada target renstra kementrian kesehatan pada tajun


2017 yang sebeesar 44%, jadi cakupan pemberian asi eksklusif di
Sulawesi barat pada bayi kurang dari enam bulan adalah 48,36% telah
mencapai target yang di tetapkan oleh kementrian kesehatan. Menurut
kabupaten, kisaran cakupan asi eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan antara
29,55% (mamuju) sampai 83,59% (majene). Dari keenam kabupaten di

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


privinsi Sulawesi barat hanya ada tiga kabupaten yang telah memenuhi
pencapaian target renstra kementrian kesehatan tahun 2017, dan tiga
kabupaten lainnya termasuk Kabupaten mamasa belum mencapai target
pemberian Asi Eksklusif.

cakupan pemberian Asi Eksklusif


provinsi Sulawesi Barat tahun 2012-2017
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: profil kesehatan kabupaten tahun 2017

Cakupan Pemberian Asi Eksklusif


Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Sulawesi Barat 48.36

Majene 83.59

Mamuju tengah 75.19

Polewali mandar 70.48

Mamasa 43.1

Pasangkayu 34.02

Mamuju 29.55

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Sumber: profil kesehatan kabupaten tahun2017.

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Asi Eksklusif
Asi bagi bayi merupakan pokok utama sumber kekuatan juga kehidupan
pada usia 0-6 bulan. Namun, melihat keadaan yang terjadi di Indonesia
melalui artikel-artikel penilitian masih menunjukkan rendahnya pemberian asi
eksklusif terhadap bayi dikarenakan beberapa factor. Adapun factor-faktor
yang mempengaruhi yaitu usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, urutan
kelahiran bayi, tingkat pengetahuan tentang asi, dukungan suami, dukungan
petugas kesehatan dan sosial budaya yang dikemukakan oleh Meiyana
Dianning Rahmawati (2014). Dalam penelitiannya mengemukakan factor-
faktor tersebut di atas untuk meneliti manakah factor yang paling berpengaruh
terhadap pemberian Asi Eksklusif.
2.3.1 Pengaruh usia terhadap pemberian Asi eksklusif
banyaknya remaja yang masih belia atau berumur belasan tahun,
dimana mereka sudah harus merasakan sosok seorang ibu masih panas
perbincangannya di public. Terlebih lagi banyak di antara mereka yang
melakukan aborsi akibat kehamilan yang tak di harapkan. Sehingga,
biasanya mereka beralih ke hal-hal yang membuat mereka tenang
seperti mengonsumsi obat-obat yang bukan resep dokter yang dapat
berpengaruh terhadap masa depan selanjutnya.
Setiap ibu pada semua kelompok umur harus melakukan praktik
pemberian Asi eksklusif. Factor usia ibu sangat berpengaruh terhadap
pemberian Asi eksklusif, dimana ibu yang berda pada rentan umur di
bawah 20 tahun sedang berada di fase pertumbuhan, termasuk organ
reproduksi. Akibat tuntutan sosial, semakin mudah usia seorang ibu
maka akan sangat minim pemberian asi secara eksklusif. Kematangan
jasmani dan rohani ibu dalam memberikan Asi esklusif secara ideal
dalam produksi asi adalah pada umur 20 hingga 35 tahun (Hidajati
2012). Rahmayani, dkk (2012) menyebutkan bahwa ibu yang tidak
memberikan Asi secara eksklusif adalah ibu yang belum matang secara
fisik dan mental serta psikologi dalam menghadapi kehamilan. Selain
itu, bagi ibu-ibu di usia mudah belum siap alat reproduksinya.

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


2.3.2 Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap pemberian asi eksklusif
Pengertahuan seorang ibu mengenai pentingnya pemberian asi
secara eksklusif sangatlah berperan penting. Akibat dari beberapa
factor terkait yang mengakibatkan ibu kurang pengetahuan tentang asi
eksklusif, seperti ibu pada umumnya yang tinggal atau menetap di
suatu wilayah pedalaman yang kurang terpapar informasi-informasi
penting seperti informasi kesehatan dan lainnya yang berhubungan
dengan upaya tingkat kesehatan ibu maupun bayi. Selain itu, tidak
dapat dipungkiri, sebagian besar ibu di Indonesia masih memiliki
tingkat perekonomian rendah. Hal ini pun dapat memicu kurangnya
pengetahuan tentang pemberian asi eksklusif dikarenakan lemahnya
ekonomi yang membuat sang ibu tidak leluasa menerima informasi
lewat sarana tunjangan ekonomi. Selain itu, ada ibu yang beranggapan
ketinggalan zaman bila menyusui bayinya sehingga meningkatnya
promosi susu kaleng dan formula sebagai pengganti Asi (Depkes Ri,
2002), sejalan dengan penelitian Rahmawati (2010) dan juliani (2009).
2.3.3 Pengaruh dukungan suami terhadap pemberian Asi eksklusif
Banyak suami yang mendukung kelahiran sang bua hati mereka.
Namun banyak juga suami yang tidak menginginkan kehadiran
seorang bayi akibat beberapa alasan. Contohnya saja hubungan
terlarang antara pergaulan bebas. Keterpaksaan oleh keadaan dapat
memicu sang suami untuk menuntut istri bekerja akibat tuntutan
ekonomi. Sehingga, pemberian asi secara eksklusif tidak rutin atau
bahkan tidak sama sekali. Selain itu, contoh lainnya dapat dating dari
kasus seorang ayah yang hanya menginginkan keturunan pewaris dan
biasanya laki-laki pada umumnya. Namun akibat tidak sesuai dengan
harapan, sehingga timbul hal-hal yang tidak diinginkan yang memicu
tidak adanya dukungan dari suami untuk merawat bayi seperti
pemberian asi secara eksklusif.
Selain itu, tuntutan ekonomi yang kadang membuat istri tidak
memiliki dukungan dari suami. Bagi ekonomi rendah mungkin saja
suami menuntut istri untuk bekera. Namun bagi mereka yang

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


berpenghasilan tinggi lebih tepatnya mereka menganggap diri mampu
sehingga harus memberi susu formula sebagai ganti asi menurut versi
terbaik dari mereka.
Pada dasarnya proses menyusui bukan hanya antara ibu dan bayi
tetapi ayah juga sangat penting. Suami adalah orang terdekat ibu dan
banyak berperan selama kehamilan, persalinan, dan setelah bayi lahir,
termasuk pemberian Asi. Dukungan yang diberikan dalam bentuk
apapun dapat mempengaruhi kondisi emosional ibu yang berdampak
pada produksi Asi. Sekitar 80% sampai 90% produksi Asi ditentukan
oleh keadaan oleh keadaan emosi ibu yang berkaitan reflex oksitosin
ibu berubah pikiran, perasaan dan sensasi. Apabila hal tersebut
meningkat akan memperlancar produksi Asi (Roesli, 2009)
2.3.4 Pengaruh petugas kesehatan terhadap pemberian asi eksklusif
Peranan petugas kesehatan dalam pemberian asi eksklusif sangat
penting dalam melindungi, meningkatkan, dan mendukung usaha
pemberian Asi eksklusif bagi ibu dan juga bayi. Usaha menyusui haru
di lihat dan di tinjau dari segi keterlibatan seorang ibu yang luas dalam
aspek sosial (Nuryanto, 2015).
2.3.5 Pengaruh sosial budaya terhadap pemberian asi eksklusif
Beberapa budaya memang terkenal sangat bertolak belakang
dengan kesehatan, termasuk pemberian asi eksklusif. Contohnya
sebelum pemberian Asi pada bayi harus di peras terlebih dahulu,
padahal asi pertama / kolostrum adalah asi terpenting pada bayi. Selain
itu ada banyak di antara ibu yang menganggap dengan memberi susu
formula pada bayi, maka bayi akan mudah kenyang dan tidak rewel
sehingga mengabaikan asi eksklusif. Faktor budaya yang menganggap
bahwa dengan mengonsumsi daun-daunan atau obat-obat herbal
tertentu akan mempermudah pengeluaran Asi tanpa di uji klinis (Yani,
2012).
Maraknya factor budaya yang terkadang bertolak belakang dengan
kesehatan membuat ibu tidak jera dalam mempraktikan kebudayaan
yang di anggap secara turun temurun. Salah satu budaya yang di

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


anggap menyimpang adalah salah kaprah dimana pemberian Asi
eksklusif dianggap perilaku primitive (Arisma, 2010)
2.3.6 Pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemberian Asi Eksklusif
Pendidikan merupakan faktor predisposisi atau faktor pemudah
yang mempengaruhi perilaku seseorang. Pendidikan merupakan segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan, sedangkan
pendidikan kesehatan adalah aplikasi pendidikan di bidang kesehatan
(Notoatmodjo, 2010). Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar berbentuk
sekolah dasar (SD) dan yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) atau yang sederajat. Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum dan kejuruan. Sedangkan pendidikan
tinggi mencakup pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003).
Pendidikan bertujuan mengubah pengetahuan, pendapat, konsep-
konsep, sikap, persepsi, serta menanamkan kebiasaan baru kepada
responden yang masih memakai adat istiadat kebiasaan lama
(Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendidikan seorang ibu yang rendah
memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru
khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif.
Tinggi Rendahnya tingkat pendidikan seorang ibu sangat
berpengaruh terhadap pemberian Asi eksklusif. Dimana semakin
rendah pendidikan seorang ibu akan semakin kurang juga pengetahuan
seorang ibu tentang pentingnya pemberian asi secara eksklusif.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang terus berkembang penelitian

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


dia ayu pitaloka yang sejalan dengan penelitian novita menyebutkan
bahwa rendahnya tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap
pemberian Asi eksklusif menurut Notoatmodjo, 2010 tidak menutup
kemungkinan bahwa justru ibu yang berpendidikan tingilah yang
memiliki pengaruh yang tak kalah jauh besar dari ibu yang
berpedidikan rendah. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Meski
teori Notoatmodjo, 2010 menjelaskan bahwa ibu yang tingkat
pendidikan tinggi atau baik dapat lebih mudah menerima segala
informasi, Penelitian Novita, menyebutkan semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, maka semakin tinggi jumlah ibu yang tidak
memberikan ASI pada bayinya. Soenardi, menyebutkan kenaikan
tingkat partisipasi wanita dalam pendidikan dan adanya emansipasi
dalam segala bidang kerja dan kebutuhan masyarakat menyebabkan
turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.
Ibu yang bekerja mengalami kesulitan seperti cuti melahirkan
yang terlalu singkat dan tidak adanya ruang laktasi juga sangat

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada anaknya. Ibu bekerja


yang menyusui sebenarnya tidak perlu berhenti menyusui anaknya,
sebaiknya ibu bekerja harus tetap memberi ASI Ekslusif kepada
bayinya hingga umur 6 bulan. Banyak kemudahan yang terdapat di PP
no 33 thn 2012 sehingga ibu dapat memberikan ASI eksklusif meski
sedang bekerja.
2.3.7 Pengaruh Status Ekonomi terhadap pemberian Asi Eksklusif
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan. Status pekerjaan adalah jenis kedudukan
seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha atau
kegiatan (BPS 2016).
Jara et al (2015) menyatakan alasan terbanyak ibu tidak
memberikan ASI eksklusif karena alasan pekerjaan. Ibu yang bekerja
cenderung memiliki waktu yang lebih sedikit untuk merawat dan
memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


Oleh karena itu pekerjaan ibu sering menjadi alasan ibu tidak
memberikan ASI eksklusif.
Menurut Lawrence Green dalam notoatmodjo (2007) pemberian
Asi dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan masyarakat terhadap
kesehatan, kepercayaan masyarakat terhadap beberapa hal yang
berkaitan dengan kesehatan, tradisi, tingkat sosial ekonomi, bahkan
tingkat pendidikan, dan sebagainya.
Menurut indrawati (2012) suatu pekerjaan menuntut untuk
meninggalkan bayinya pada usia dini dan biasanya dalam kurun waktu
yang cukup lama setiap harinya pengaruh negative yang terjadi
terhadap kelangsungan pemberian Asi berasal dari lama waktu pisah
antara ibu dan bayi akibat pekerjaan tersebut. kenaikan tingakat
partisipasi wanita dalam angkatan kerja serta cuti yang kurang
memadai bagi sebagian besar ibu yang melakukan pekerjaan
mengakibatkan turunnya kesediaan menysui dan lama menyusui.
Menurut wawan dan dewi (2011), bahwa pada umumnya semakin
tinggi pendidikan sesorang maka semakin mudah pula dalam
memperoleh dan menerima informasi. Bahkan menurut Kartono
(2006) status ekonomi merupakan kedudukan seseorang atau keluarga
di masyarakat berdasarkan pendapatan perbulan. Status ekonomi dapat
pula dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang
pokok, dimana pendapatan tersebut jika dikaitkan dengan status
ekonomi orang tua menunjjukkan bahwa status ekonomi orang tua
yang rendah dapat menjadi dorongan tersendiri bagi ibu untuk bekerja
di luar rumah agar dapat membantu dan memenuhi keperluan dan
kebutuhan keluarga. Hal inilah, yang cenderung membuat seorang
ibutidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan asi secara
Eksklusif kepada anaknya.

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


Penelitian Terkait

Nama Judul Tujuan Metode Hasil


No
peneliti penelitian penelitian penelitian penelitian

1. Anita putri Hubungan Mengetahui Penelitian Diketahui


Fatmawati status ekonomi hubungan kuantitatif non
(2013) orang tua status yang bersifat pemberian
dengan ekonomi cross Asi
pemberian Asi orang tua sectional. eksklusif
eksklusif pada dengan Sampel bayi pada ibu
bayi 0-6 bulan pemberian usia 0-2 dengan
di baki Asi tahun status
sukoharjo eksklusif sebanyak 95 ekonomi
pada bayi orang, rendah
usia 0-6 instrument lebih
bulan di penelitian banyak
baki berupa dibandingk
sukoharjo. kuesioner an ibu
yaitu dengan
kuesioner status
status ekonomi
ekonomi tinggi
orang tua dan (p<0,05)
kuesioner
pemberian asi
ekslusif.
2. Asrul Pengaruh Menganalisi Penelitian Menunjukk
Abdul Sosio- s pengaruh kuantitatif an adanya
Aziz Ekonomi Ibu sosio-ekomi yang bersifat hubungan
(2013) terhadap ibu terhadap cross atau

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


Pengetahuan pengetahua sectional. pengaruh
Praktek n praktek Sampel para faktor
Pemberian ASI pemberian ibu yang sosio-
Eksklusif ASI berumur 20 – ekonomi
setelah Kelas Eksklusif 50 tahun 61 terhadap
Edukasi di setelah orang, pengetahua
Puskesmas kelas instrument n terhadap
Jongaya edukasi di penelitian praktek
Makassar Puskesmas berupa pemberian
Jongaya, kuesioner ASI
Makassar yaitu eksklusif
kuesioner setelah
usia, kelas
Pendidikan, edukasi.
pekerjaan dan Usia
tingkat (p<0,008),
pengetahuan Pendidikan
ibu (p<0,013),
Pekerjaan
(p<0,003)
3 Mirawati Hubungan Mengetahui Penelitian ini Terdapat
(2021) Status Sosial Hubungan menggunaka Hubungan
Ekonomi dan Antara n rancangan yang
Dukungan Status Kuantitatif Signifikan
Keluarga Sosial Korelasional antara
dengan Ekonomi dengan Status
Pemberian ASI dan pendekatan Sosial
Eksklusif pada Dukungan Cross- Ekonomi
Bayi Usia 6-12 Keluarga sectional. dan
Bulan dengan Sampel Dukungan
Pemberian penelitian Keluarga
ASI sebanyak 107 dengan

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


Eksklusif responden.Pe Pemberian
pada Bayi ngambilan ASI
Usia 6-12 Sampel Eksklusif
Bulan di menggunaka pada bayi
Posyandu n teknik usia 6-12
Wilayah Cluster bulan di
Kerja Sampling. Posyandu
Puskesmas Dalam Wilayah
Harapan menguji Kerja
Baru Hipotesis Puskesmas
Peneliti Harapan
menggunaka Baru
n Analisis Uji Samarinda.
Chi-Square Status
social
ekonomi (p-
Value =
0,017) dan
dukungan
keluarga (p-
Value =
0,006)
4 Fina Hubugan Mengetahui Metode Menunjukk
Arbaiyah status ekonomi hubungan analisa an terdapat
HSB dan status dengan hubungan
(2017) pengetahuan ekonomi teknik yang
terhadap dan univariat dan signifikan
pemberian ASI pengetahua bivariat serta antara
Eksklusif di n keluarga dianalisis status
Desa terhadap dengan ekonomi
Sukamandi pemberian metode Chi dan
Kecamatan ASI Square pengetahua

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


Pagar Merbau. eksklusif di dimana n terhadap
Desa penelitian ini pemberian
Sukamandi adalah ibu ASI
Hilir yang Eksklusif di
Kecamatan mempunyai Desa
Pagar bayi usia 6- Sukamandi
Merbau 12 bulan Kecamatan
yaitu Pagar
sebanyak 40 Merbau
orang dengan dengan nilai
teknik hipotesis P
pengambilan = 0,005
sampel
menggunaka
n total
sampling.
Instrument
penelitian
menggunaka
n kuesioner
5 Anis Zaiti Pengaruh Menganalisi Penelitian Penelitian
Mubaroka faktor s pengaruh observasional menunjukk
h (2019) psikologi dan karakteristik analitik, an bahwa
sosio budaya ibu, faktor menggunaka pemberian
gizi terhadap psikologi n desain ASI
pemberian ASI dan faktor penelitian eksklusif di
eksklusif pada sosio cross wilayah
bayi budaya gizi sectional. kerja
masyarakat terhadap Sampel Puskesmas
Madura di pemberian penelitian Bangkalan
Puskesmas ASI sebanyak 87 sebesar
Bangkalan, eksklusif bayi usia 6- 23%.

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


Kecamatan pada bayi di 12 bulan Faktor
Bangkalan, Puskesmas yang diambil psikologi
Kabupaten Bangkalan, secara acak ibu
Bangkalan Kecamatan menggunaka (p=0,009)
Bangkalan, n stratified dan sosio
Madura random budaya gizi
sampling. pada bayi
Instrument (0,000)
wawancara mempengar
dan uhi
pemberian pemberian
kuesioner ASI
eksklusif.

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR


Kerangka Teori

Asi eksklusif (Edelwina


umbo 2010)

Manfaat Asi Komposisi Factor-faktor


(Megasari Klasifikasi Asi
Asi (Yuliarti Meiyana Dianning
2014). (WHO)
2010) Rahmawati (2014)

Defenisi Asi eksklusif


Asi eksklusif  Usia (Hidajati, 2012)
(Edelwina umbo 2010)
 Pengetahuan (depkes
RI, 2002)
 Dukungan suami
(Reski, 2009)
 Petugas kesehatan
(Nuryanto, 2015)
 Sosial budaya (Yani,
2012)
 Pendidikan
(Notoatmodjo, 2010)
 Ekonomi (Indrawati,
2012)

Gambar: 1 kerangka teori hubungan status ekonomi dan tingkat pendidikan


terhadap pemberian Asi Eksklusif di Kel. Mamasa, kec. Mamasa, kab. Mamasa prov.
Sulawesi Barat. Sumber: (Edelwina umbo 2010), (Megasari 2014), (Yuliarti 2010),
WHO, Rahmawati (2014), (Hidajati, 2012), (depkes RI, 2002) (Reski, 2009), (Nuryanto,
2015), (Yani, 2012), (Notoatmodjo, 2010), (Indrawati, 2012), (Anita Putri Fatmawati,
2013), (Asrul Abdul Azis, 2013), (Mirawati, 2021), (Fina Arbayah HSB, 2019), (Anis
Zaiti Mubarokah, 2019).

Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR

Anda mungkin juga menyukai