2.1.1 Pengertian Asi Eksklusif Asi merupakan makanan utama atau makanan satu-satunya yang diberikan pada pada bayi yang baru lahir hingga mencapai usia 6 bulan sebelum di beri makanan tambahan kecuali jika bayi mempunyai riwayat medis yang tidak memungkinkannya untuk hanya mengkonsumsi Asi saja. Asi sendiri disebut sebagai nutrisi ideal bagi Bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi, bahkan mengandung zat perlindungan untuk memerangi penyakit. Pada periode nutrisi optimal menurunkan morbiditas dan mortalitas, mengurangi resiko penyakit kronis, dan mendorong perkembangan lebih baik secara keseluruhan merupakan hal terpenting anak di usia dua tahun pertama. Karenanya, pada saat anak berusia 0-23 sangat penting memberikan Asi yang optimal yang dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di bawah usia 5 tahun, setiap tahunnya (WHO 2020). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Terdapat suatu enzim yang bertugas untuk mencerna Asi, sehingga memudahkan organ pencernaan bayi untuk menyerap dan mencerna gizi yang dikandung oleh Asi. Sistem pencernaan bayi belum memiliki cukup enzim pencernaan makanan maka sudah seharunya bayi diberikan Asi saja hingga usia bayi mencapai 6 bulan tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Kristianto dan Suliatyarini, 2013). Di dalam Asi terkandung banyak nutrisi dan kalori yang sangat dibutuhkan bayi, khususnya bayi baru lahir. Asi merupakan makanan
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
utama bagi bayi yang mengandung nutrisi yang tidak di kandung oleh makanan lain, bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta pertahanan dari berbagai penyakit (Suryaningsih, 2012). 2.1.2 Komposisi Nutrisi dalam Asi Kandungan utama Asi adalah protein, lemak dan laktosa yang didapatkan dari hasil sekresi sel epithel kelenjar payudara. Komposisi Asi berbeda antara yang satu dengan yang lain, dimana disebabkan oleh beberapa hal yaitu usia janin di dalam kandungan, pengalaman menyusui, penuh atau tidaknya Volume Asi dalam payudara, dan seberapa sering frekuensi dalam menyusui bayi (Yuliarti 2010). Prasetyono (2012) menuliskan bahwa Asi merupakan emulsi lemak dalam suatu larutan protein, laktosa, vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai makanan yang baik bagi bayi. Oleh sebab itu, Asi dalam jumlah cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama enam bulan pertama setelah kelahiran. Komposisi zat Gizi dalam Asi, adalah sebagai berikut: 1) Air Air yang terkadung dalam Asi 88,1% sehingga Asi yang diminum oleh bayi selama pemberian Asi Eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bayi baru lahir hanya mendapat sedikit Asi pertama tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. Asi dengan kandungan air yang lebih tinggi akan keluar pada hari ketiga atau keempat (Yuliarti 2010). 2) Karbohidrat Karbohidrat dalam Asi berbentuk laktosa (gula susu). Karbohidrat dalam Asi jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap harinya, dan jumlahnya lebih banyak daripada dalam Pasi. Perbandingan jumlah laktosa dalam Asi dan Pasi adalah 7:4, hal ini menyebabkan Asi terasa lebih manis dibandingkan Pasi. Karbohidrat dalam Asi berperan penting
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
dalam pertumbuhan sel saraf, di dalam usus untu mencegah pertumbuhan bakteri, sebagian laktosa diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini juga berfungsi untuk membantu penyerapan kalsium dan mineral lain-lain, dan diperlukan bagi pertumbuhan otak pada masa bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2015). 3) Protein Kandungan protein dalam Asi berbentuk whey 70% dan kasein 30%. Variasi komposisi Whey: kasein dalam asi adalah 90:10 pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan: 60:40 pada Asi Matur (hari ke-11 sampai 240), dan 50:50 setelah hari ke-240. Dibandingkan susu sapi, kandungan protein pada Asi sudah sangat cukup untuk melindungi bayi dari penyakit dan infeki. Di dalam susu sapi di dapatkan rasio whey: kasein adalah 18:82. Sifat dari protein whey adalah tahan terhadap suasana asam dan lebih mudah diserap hal ini bermanfaat dalam mempercepat pengosongan lambung. Selain itu protein whey mempunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin dan metionin dan jumlah lebih rendah di banding kasein. Tetapi dengan kadar taurin lebih tinggi. (Kemenkes RI, 2015). 4) Lemak Kandungan lemak di dalam Asi sekitar 22-62 g/L serta 50%nya mengandung kalori utama. Hinmilk atau asi akhir mempunyai kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan foremilk atau Asi awal. Asam lemak yang terkandung dalam asi lebih tinggi dibandingkan di dalam susu formula. Proses pemecahan lemak yang terjadi pada Asi dilakukan melalui proses pemecahan oleh enzim lipase. Enzim lipase akan memecah enzim trigliserida dalam lemak menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Proses pemecahan lemak inilah, yang membuat lemak akan
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
mudah di serap dengan baik walaupun sistem pencernaan bayi belum terbentuk dengan sempurna (Ambarwati, et al. 2015). Kandungan asam lemak ini berguna dalam proses perkembangan otak bayi, sumber penghasil energy sekitar 33-45% penghasil kolesterol. Serta sebagai penghasil asam lemak esensial (Dewi 2009). Asam lemak ini mengandung asam linoleat (omega 3). Asam linoleat omega 3 akan membentuk asam lemak tidak jenuh rantai panjang AA (arachinoda acid) sedangkan asam linoleat omega 6 akan membentuk DHA (decosahexaenoic acid), yang kedua berfungsidalam proses pertumbuhan otak bayi, pembentukan ketajaman penghlihatan serta meningkatkan kemampuan kognitif bayi (Sidi et al 2010). DHA sangat berperan dalam proses pembentukan photoreceptor dan visual cortex. Sehingga apabila bayi memiliki kandungan DHA yang rendah akan mengakibatkan gangguan penglihatan seperti retinopati (Ambarwati, et.,al 2015). 5) Mineral Asi mengandung mineral yang lengkap. Kadar mineral dalam asi relative rendah, namun mampu mencukupi kebutuhan bayi hingga 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam asi merupakan mineral yang sangat stabil, mudah di serap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sebanyak 75% dari zat besi yang terdapat di Asi dapat diserap oleh usus. Hal ini berbeda dengan kandungan zat besi yang ada di PASI, hanya berjumlah sekitar 5-10%. Terdapat pula jenis mineral dalam ASI yakni selenium, berfungsi mempercepat pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2015). 6) Vitamin Makanan yang dikonsumsi oleh ibu kaya akan vitamin yang mampu memenuhi kebutuhan vitamin bayi selama 6 bulan
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
pertama kehidupannya yang di dapatkan melalui ASI. Jumlah vitamin bervariasi tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Vitamin terbagi atas: a. Vitamin A, yang terkandung di dalam Asi dimana berfungsi sebagai zat kekebalan mata dan mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. b. Vitamin D, dimana pembentukannya dapat dilakukan dengan menjemur bayi dibawah sinar matahari. Hal ini dilakukan untuk mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. c. Vitamin E, diproduksi dalam jumlah yang banyak dalam Asi. Kandungan vitamin E tertinggi pada kolostrum dan Asi transisi awal. Fungsi konsumsi vitamin E yaitu untuk ketahanan dinding sel darah merah. d. Vitamin K, memiliki kandungan yang sedikit dalam Asi dibandingkan kebutuhan Bayi sehingga diperlukan tambahan vitamin K yang di dapatkan dari injeksi segera setelah bayi lahir. Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah (Kemenkes RI, 2015). e. Vitamin yang larut dalam air, vitamin C, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6 (pirodoksin), sangat dipengaruhi oleh makanan ibu, namun untuk ibu dengan status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen.fluoride adalah mineral yang memperkuat email gigi dari karies (lubang). Hanya sejumlah kecil fluride yang ada dalam air susu ibu (Sulistyawati A, 2009).
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
2.1.3 Manfaat pemberian Asi Eksklusif pada Bayi 2.1.3.1 Asi sebagai nutrisi Asi merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan di sesuaikan dengan keutuhan bertumbuhan bagi bayi.dilihat dari kualitas dan kuantitasnya, asi merupakan makanan yang sempurna bagi bayi. Asi dapat digunakan sebagai makan tunggal yang cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan, dengan tatalaksana menyusui dengan benar.(Megasari 2014). 2.1.3.2 Asi meningkatkan daya tahan tubuh Secara alamiah, bayi yang baru lahir mendapatkan immunoglobulin dari ibu melalui Ari-ari, namun kadar zatnya akan menurun setelah bayi lahir. Pada waktu berusia 9 hingga 12 bulan, zat kekebalan bayi cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif. Ketika kadar zat kekebalan bawaan menurun dan yang dibentuk oleh bayi belum tercukupi maka akan terjadi defisiensi zat kekebalan bayi. Dari defisiensi inilah dapat diseimbangkan memalui pemberian Asi, dimana asi merupakan cairan yang mengandung zat kekebalan yang berfungsi melingdungi dari berbagai penyakit infeksi seperti infeksi bakteri, virus, parasite, dan jamur (Megasari 2014). 2.1.3.3 Asi meningkatkan kecerdasan Kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh factor genetic maupun factor lingkungan. Terdapat tiga jenis kebutuhan factor lingkungan yang mempengaruhi kecerdasan diantaranya yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (ASUH), kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual (ASIH) dan kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (ASAH). Bayi memerlukan nutrisi dan makanan yang bergizi didapatkan dari ASI. Bayi yang merasakan kenyamanan dan keamanan, karena merasa dilindungi akan bertumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri dengan emosi yang stabil. Selain
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
itu, seringnya bayi menyusu membuatnya terbiasa berhubungan dengan manusia lain sehingga perkembangan sosialisasinya akan menjadi baik. Dengan demikian, menyusui secara eksklusif akan menciptakan factor lingkungan yang optimal untuk meningkatkan kecerdasan bayi (Megasari 2014). 2.1.3.4 Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang Selama menyusui, bayi akan merasa terlindungi, aman nyama dan tentram. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan memiliki dasar spiritual baik. 2.1.4 Manfaat Asi bagi Ibu 2.1.4.1 Ibu lebih cepat kembali ke berat badan semula Lemak yang ada di paha dan panggul yang ditimbun pada masa kehamilan akan berpindah kedalam Asi. Selain itu, menyusui sangat membutuhkan energy sehingga tubuh yang mengalami lemak tertimbun selama masa kehamilan akan diubah menjadi energi. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum kehamilan (prasetyono, 2009). 2.1.4.2 Mengurangi resiko terjadinya anemia ` Aktivitas menyusui menyebabkan infolusi uterus yakni mengecilnya uterus kembali ke ukuran normal. Proses infolusi ini dapat mengurangi perdarahan pada ibu nifas. Perdarahan yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan anemia (Roesli 2013). 2.1.4.3 Menjaga jarak kehamilan selanjutnya Menyusui secara intensif juga benar dapat menjadi alternative kontrasepsi alami bagi ibu karena masa subur ibu dapat tertunda. Selama ibu memberi Asi dan belum haid, kemungkinan tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
melahirkan sebesar 98% dan kemungkinan tidak akan hamil sampai bayi usia 12 bulan sebesar 96% (Roesli 2008). 2.1.4.4 Manfaat Asi secara ekonomi 1) Keluarga tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli susu formula bagi bayi. Manfaat asi adalah memberi perlindungan dan keamanan bagi bayi sehingga tidak sering mengeluarkan uang untuk berobat dimana menutup kemungkinan bayi yang diberi Asi jarang sakit atau tidak sama sekali. Dengan demikian dapat menghemat pengeluaran biaya untuk kebutuhan bayi juga keperluan lainnya (Blionce, 2010). 2) Asi lebih ekonomis, mudah, dan praktis dan tidak merepotkan. Disamping itu juga Asi mudah di bawah kemanapun sehingga bayi bisa menyusu kapan pun bayi mau (Blionce, 2010) 2.1.4.5 Manfaat secara psikologis Terbina hubungan yang baik dan banding antara ibu dan bayi sehingga sehingga akan mengurangi stress pada orang tua (Blionce, 2010) 2.1.4.6 Manfaat Asi bagi keluarga Asi tidak perlu dibeli karena asi secara langsung berasal dari payudara ibu, sehingga tidak ada pengeluaran dana untuk menyusui bayi. Terbentuknya hubungan yang harmonis antara ayah, ibu dan anak. 2.1.4.7 Manfaat Asi bagi Negara 1) Menghemat pengeluaran Negara, dimana Negara tidak perlu mengimpor susu formula 2) Bayi yang sehat merupakan insvestasi yang baik bagi Negara
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
2.1.4.8 Manfaat Asi Bagi ibu pekerja 1) Mengurangi angka cuti untuk merawat anak-anaknya dalam kondisi sakit sehingga meningkatkan kinerja mereka di tempat kerja dan produktivitasnya 2) Biaya perawatan kesehatan untuk anak-anak karyawan dapat ditekan oleh anak-anak karena akan jarang jatuh sakit. 2.1.4.9 Manfaat Asi untuk perusahaan 1) Membantu menekan biaya yang berkaitan dengan perawatan kesehatan, menekan tingkat absensi dan produktivitas yang rendah. 2) Menekan resiko beberapa isu-isu kesehatan jangka pendek dan jangka panjang baik untuk kaum wanita maupun anak- anak 3) Menekan tingkat absensi karyawan yang berkenaan dengan perawatan anak-anak yang sakit 4) Meningkatkan tingkat retensi karyawan wanita 5) Mempertahankan karyawan berprestasi 6) Pencitraan positif dalam hubungan dengan masyarakat 2.1.5 Klasifikasi Pemberian Asi Sesuai defenisi WHO, pola menyusui dibagi menjadi tiga kategori yaitu menyusui eksklusif, menyusui perdominan dan menyusui parsial. 1) Menyusui persial, merupakan tindakan memberikan cairan Asisaja dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali vitamin dan obat-obatan atau mineral tetes (infoDATIN, 2014) pemberian ASI eksklusif pada bayi meliputi hal-hal berikut : a. Setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu ½ - 1 jam) untuk memberikan kolostrum (Cairan yang keluar pertama kali ketika menyusui)
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
b. Tidak memberikan makanan atau minuman tambahan (Seperti air tajin, air teh, air kelapa, Pisang madu, dan lain sebagainya) kepada bayi selama 6 bulan pertama menyusui c. Asi diberikan sesuai kemauan bayi, tidak dibatasi jumlah lama dan waktu pemberian (Pagi, siang, malam hari) (Balitbangkes, 2010) 2) Menyusui perdominan Merupakan menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman antara lain seperti teh, sebagai makanan/minuman (InfoDATIN 2014) pada riskedas 2010 menyusui predominan merupakan kegiatan menyusui bayi selama periode 0-6 bulan selama mendapatkan Asi bayi juga mendapatkan minuman berbasis air, yaitu air putih atau air the, (balitbangkes, 2010) 3) Menyusui parsial Merupakan kegiatan menyusui bayi dalam periode 0-6 bulan yang disertai dengan memberikan makanan buatan selain Asi, seperti susu formula bubur atau makanan lainnya baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan prelakteal (infoDATIN, 2014) 2.1.6 Kebutuhan Asi Pada Bayi Kebutuhan Asi pada bayi usia 0-2 tahun menurut WHO tahun 2020 tercantum pada table berikut: Tabel 2.1 kebutuhan asi pada bayi usia 0-6 bulan (WHO 2020)
KEBUTUHAN ASI PADA BAYI USIA 0-2 TAHUN
Usia Kebutuhan 0-6 Minggu 100% Asi 6-12 Minggu 70% Asi + 30% Mpasi 12-24 Minggu 30% Asi + 70% Mpasi >24 Minggu Makanan Bergizi Seimbang Table 2.1.2 Sumber:hhtps:www.sehatq.com
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
Berikut uraian kebutuhan Asi pada bayi: 1. Usia 0-6 bulan, makanan yang diberikan hanya berupa Asi, tanpa pemberian makanan tambahan lain selain Asi Eksklusif. Asi diberikan setiap kali bayi menginginkan Asi. Asi diberikan sedikitnya 8 kali sehari, pagi siang, soreh dan malam. 2. Usia 6-9 bulan, memperkenalkan makanan pendamping Asi dalam bentuk makanan lumat (tekstur makanan cair dan lembut), seperti bubur buah, bubur susu, atau sayuran yang di haluskan, bubur sum-sum atau nasi tim saring. Asi dalam hal ini tetap diberikan sebelum makanan pendamping Asi. Makanan lumat diberikan 2 kali dalam sehari. Selain itu, Asi harus diberikan sesering mungkin. Jumlah setiap kali makan adalah 2-3 sendok makan penuh setiap kali makan yang secara bertahap ditingkatkan sampai ½ mangkuk berukuran 250 ml setiap kali makan. 3. Usia 6 bulan, mulai dengan pemberian satu jenis buah yang dihaluskan, seperti pisang. Pada waktu awal MP-asi diberikan, pastikan tekstur MP-Asi tidak telalu cair atau encer. Hal ini dapat dilihat ketika sendok dimiringkan bubur tidak langsung tumpah. Pemberian Asi di sela-sela waktu utama. 4. Usia 7-8 bulan, bisa di perkenalkan dengan tekstur makanan yang lebih kasar, yaitu bubur tim saring. Selain itu makanan sumber protein seperti ikan, dan setelah bertahap diberikan bubur tim saring bayi bisa di kenalkan dengan nasi tim tanpa disaring. 5. Usia 9-12 bulan, memberikan makanan pendamping Asi dalam bentuk makanan lunak atau lembek, dimasak dengan banyak air dan tampak berair, atau di cincang yang mudah di telan anak. Contohnya bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri. Untuk makanan selingan yang dapat di pegang anak diberikan di antara waktu makan lengkap dengan tetap memberikan Asi.frekuensi pemberian makanan yaitu 3-4 kali
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
sehari makanan lembek, + 1-2 kali makanan selingan, atau bergantung pada nafsu makan bayi + pemberian Asi. Jumlah setiap kali makan ½ sampai 8/4 mangkuk berukuran 250 ml. 6. Usia 12-24 bulan, mulai memperkenalkan makanan yang berbentuk padat atau biasa disebut dengan makanan keluara, tetapi tetap mempertahankan rasa. Menghindari memberikan makanan yang dapat mengnganggu organ pencernaan, seperti makanan yang terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam, atau berlemak.finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget atau potongan sayuran rebus atau buah baik diberikan untuk melatih keterampilan dalam memegang makanan dan merangsang pertumbuhan giginya. Pemberian Asi masih tetap diteruskan sampai anak berusia dua tahun.frekuensi pemberian yaitu 3-4 kali makanan keluarga + 1-2 kali sehari makanan selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi + pemberian Asi. Jumlah setiap kali makan yaitu semangkuk penuh berukuran 250 ml. (Angga 2016) 2.1.7 Manfaat Kandungan Kolostrum (Asi pertama) Pada saat hamil. Seorang ibu hamil biasanya akan menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan-makanan yang sehat dengan tujuan agar ibu dan bayi terjaga kesehatannya sesuai dengan anjuran tenaga medis. Saat ini, jumlah pemberian Asi eksklusif sangat kurang diakibatkan beberapa alasan seperti kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian Asi eksklusif yang berhubungan dengan pendidikan ibu yang juga dapat berdampak kepada kurangnya pengetahuan akibat ekonomi yang rendah, kehidupan yang semakin serba instan, banyaknya ibu yang menjadi wanita karier sehingga melupakan kewajiban pentingnya dalam pemberian Asi Eksklusif pada anak bahkan tidak jarang di temui akibat factor tersebut banyak ibu yang cenderung memberikan susu Formula pada bayi mereka, selain itu, beberapa rumah sakit memberikan susu formula pada bayi sebelum ibu mampu memproduksi Asi. Namun kenyataannya, selain bayi tidak
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
mendapatkan Asi pertama (kolostrum) yang sangat besar fungsinya yaitu sebagai antibody untuk membatunya melawan bakteri dan virus, hal tersebut justru membuat bayi tidak mau lagi mengonsumsi Asia tau sering disebut dengan “bingung putting”. Berdasarkan penelitian, paling tidak ada 4 macam manfaat pemberian Asi pertama (kolostrum) diantaranya sebagai berikut : 2.1.7.1 Mengandung zat kekebalan tubuh, terutama Immunoglobulin A(IgA), yang berfungsi untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi seperti Diare. 2.1.7.2 Jumlah Kolostrum yang diproduksi bermacam-macam, tergantung isapan bayi pada hari-hari pertama kehidupan. Meskipun sedikit, namun dapat memenuhi cakupan Gizi pada bayi. 2.1.7.3 Mengandung protein dan Vitamin A yang tinggi, serta karbohidrat yang lemah dan lemak yang rendah sehingga sangat sesuai dengan kebutuhan Gizi bayi, pada hari-hari pertama kelahiran bayi. 2.1.7.4 Membantu mengeluarkan meconium, yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
Mengisap susu dari botol tidak sama dengan menghisap puting
susu ibu. Oleh sebab itu, sangat di anjurkan untuk ibu dan bayi sama- sama belajar mengenai aplikasi pemberian Asi Eksklusif. Susu formula tidak memiliki kandungan yang sama dengan Asi Eksklusif, karena, susu formula tidak mengandung Antibodi seperti Asi eksklusif (kolostrum). Selain itu, dengan pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko meningkatnya munculnya penyakit akibat tularan dari air, dimana sebagian besar warga di Indonesia pada umumnya belum memiliki Air bersih. Selain itu, malnutrisi juga dapat menjadi ancaman bagi bayi yang diberi susu formula karena dinggap terlalu irit (terlalu encer). (Nurheti Yuliarti : keajaiban Asi/makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan dan kelincahan si kecil).
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
2.2 Persentase Pemberian Asi Eksklusif 2.2.1 Di dunia Sadar akan pentingnya manfaat pemberian Asi eksklusif yang merupakan sumber kehidupan pertama bagi bayi, pada rentan umur 0-6 bulan. Bukan berarti masyarakat sepenuhnya mampu mengaplikasikan perekomendasian Asi eksklusif. Bahkan, angka pemberian Asi eksklusif di dunia masih sangat buruk. Unicef menyampaikan temuannya pada saat melakukan penemuan pemberian Asi eksklusif di 139 Negara, bahwa hanya 20% dari Negara-negara yang diteliti mempraktekkan pemberian Asi Eksklusif pada lebih dari 50% bayi yang ada dan dari 80% selebihnya Negara-negara tersebut lebih rendah dari 50% melakukan pemberian Asi Eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian, di asia seperti china menunjukkan bahwa cakupan Asi Eksklusif masih berada dalam taraf rendah dimana rata-rata 50,3% dan belum mencapai target nasional yang di harapkan (qiu et al,. 2009). 2.2.2 Di Indonesia Pemberian Asi di Indonesia dengan Persentase yang dipraktekkan pada 39% dari seluruh bayi merupakan salah satu dari Negara yang tergolong kelompok dari 80%. Parahnya lagi, dikarenakan angka ini merupakan perhitungan terbaru yang menunjukkan bahwa persentase Indonesia merupakan jatuh dari lebih setengah angka diatas menjadi 15,3% dari seluruh bayi pertahunnya. Salah satu masalah mendasar yang diyakin dari praktek pemberian Asi adalah anak kurang Gizi. Menurut WHO, yang merupakan kutipan oleh Unicef mencatat bahwa anak-anak di Indonesia bertumbuh kerdil 37%, dan bahwa Indonesia dikategorikan sebagai urutan ke Lima terbesar dalam jumlah anak pertumbuhannya terhambat di seluruh dunia. Data dari WHO menunjukkan bahwa setiap tahunnya terdapat 132.000 bayi telah meninggal sebelum usia mereka mencapai 1
tahun.3 Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif di Indonesia
pada nyatanya sangat mencemaskan. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia telah mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
2003) setidaknya masih di atas negara Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Kurang lebih 40% mortalitas bayi terjadi di bulan pertama kehidupannya. Data survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2007 menyatakan ASI eksklusif yang diberikan pada bayi kelompok 0 mencapai 76,4 %, pada saat berumur 1 bulan mencapai 85,5%, saat 2 bulan 72,9 %, kemudian usia 3 bulan mencapai 61,7%, 4 bulan mencapai 47,5 % dan saat telah mencapai usia 6 bulan prosentase didapatkan 62,2%. Di Kabupaten Sidoarjo cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif tahun 2011 sebesar 7,1 % dari 1.637 bayi. Sedangkan data di Desa Kedungrejo cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif hanya mencapai 6,9% (28 dari 403 bayi) Padahal target nasional untuk cakupan ASI Eksklusif adalah 70% sehingga masih dibawah target. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Susenas 2009 dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2009, persentase balita yang mendapatkan Asi Eksklusif di Indonesia tahun 2008 mencapai 24,6% dan pada tahun 2009 mencapai 34,3% menurut data dari pusat data dan surveilans epidemiologi, kementrian kesehatan, 2010. (peran keluarga terhadap pemberian asi eksklusif /robin-dompas).
2.2.3 Di kelurahan Mamasa kab. Mamasa
Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistic) tentang persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan Asi Eksklusif, provinsi Sulawesi barat di tahun 2019 terdapat 72,82%, tahun 2020 sebesar 71,54%, dan tahun 2020 sebesar 74,75%. (susenas, BPS). Prediksi penduduk Sulawesi barat tahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah penduduk sebanyak 1.330.961 jiwa terdiri dari 667.858. jiwa laki-laki dan 663.103 jiwa perempuan. Angka kematian bayi di provinsi Sulawesi barat pada tahun 2016 sebesar 8.38/1000 kelahiran hidup dan mengalami peningkatan pada tahun 2017 menjadi 12/1000 kelahiran hidup.
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
trend angka kematian bayi profinsi sulawesi barat tahun 2012-2017 16 14.5 14.41 14 13.14 12 12 11 10 8.38 8 6 4 2 0 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber:program kesehatan ibu provinsi Sulawesi barat,2017
Jika di bandingkan dengan tahun 2016 terjadi peningkatan
kematian bayi yang cukup signifikan dari 209 bayi mati menjadi 305 bayi mati pada tahun 2017.
Mengacu pada target renstra kementrian kesehatan pada tajun
2017 yang sebeesar 44%, jadi cakupan pemberian asi eksklusif di Sulawesi barat pada bayi kurang dari enam bulan adalah 48,36% telah mencapai target yang di tetapkan oleh kementrian kesehatan. Menurut kabupaten, kisaran cakupan asi eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan antara 29,55% (mamuju) sampai 83,59% (majene). Dari keenam kabupaten di
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
privinsi Sulawesi barat hanya ada tiga kabupaten yang telah memenuhi pencapaian target renstra kementrian kesehatan tahun 2017, dan tiga kabupaten lainnya termasuk Kabupaten mamasa belum mencapai target pemberian Asi Eksklusif.
cakupan pemberian Asi Eksklusif
provinsi Sulawesi Barat tahun 2012-2017 60 50 40 30 20 10 0 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: profil kesehatan kabupaten tahun 2017
Cakupan Pemberian Asi Eksklusif
Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017 Sulawesi Barat 48.36
Majene 83.59
Mamuju tengah 75.19
Polewali mandar 70.48
Mamasa 43.1
Pasangkayu 34.02
Mamuju 29.55
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sumber: profil kesehatan kabupaten tahun2017.
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Asi Eksklusif Asi bagi bayi merupakan pokok utama sumber kekuatan juga kehidupan pada usia 0-6 bulan. Namun, melihat keadaan yang terjadi di Indonesia melalui artikel-artikel penilitian masih menunjukkan rendahnya pemberian asi eksklusif terhadap bayi dikarenakan beberapa factor. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi yaitu usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, urutan kelahiran bayi, tingkat pengetahuan tentang asi, dukungan suami, dukungan petugas kesehatan dan sosial budaya yang dikemukakan oleh Meiyana Dianning Rahmawati (2014). Dalam penelitiannya mengemukakan factor- faktor tersebut di atas untuk meneliti manakah factor yang paling berpengaruh terhadap pemberian Asi Eksklusif. 2.3.1 Pengaruh usia terhadap pemberian Asi eksklusif banyaknya remaja yang masih belia atau berumur belasan tahun, dimana mereka sudah harus merasakan sosok seorang ibu masih panas perbincangannya di public. Terlebih lagi banyak di antara mereka yang melakukan aborsi akibat kehamilan yang tak di harapkan. Sehingga, biasanya mereka beralih ke hal-hal yang membuat mereka tenang seperti mengonsumsi obat-obat yang bukan resep dokter yang dapat berpengaruh terhadap masa depan selanjutnya. Setiap ibu pada semua kelompok umur harus melakukan praktik pemberian Asi eksklusif. Factor usia ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian Asi eksklusif, dimana ibu yang berda pada rentan umur di bawah 20 tahun sedang berada di fase pertumbuhan, termasuk organ reproduksi. Akibat tuntutan sosial, semakin mudah usia seorang ibu maka akan sangat minim pemberian asi secara eksklusif. Kematangan jasmani dan rohani ibu dalam memberikan Asi esklusif secara ideal dalam produksi asi adalah pada umur 20 hingga 35 tahun (Hidajati 2012). Rahmayani, dkk (2012) menyebutkan bahwa ibu yang tidak memberikan Asi secara eksklusif adalah ibu yang belum matang secara fisik dan mental serta psikologi dalam menghadapi kehamilan. Selain itu, bagi ibu-ibu di usia mudah belum siap alat reproduksinya.
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
2.3.2 Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap pemberian asi eksklusif Pengertahuan seorang ibu mengenai pentingnya pemberian asi secara eksklusif sangatlah berperan penting. Akibat dari beberapa factor terkait yang mengakibatkan ibu kurang pengetahuan tentang asi eksklusif, seperti ibu pada umumnya yang tinggal atau menetap di suatu wilayah pedalaman yang kurang terpapar informasi-informasi penting seperti informasi kesehatan dan lainnya yang berhubungan dengan upaya tingkat kesehatan ibu maupun bayi. Selain itu, tidak dapat dipungkiri, sebagian besar ibu di Indonesia masih memiliki tingkat perekonomian rendah. Hal ini pun dapat memicu kurangnya pengetahuan tentang pemberian asi eksklusif dikarenakan lemahnya ekonomi yang membuat sang ibu tidak leluasa menerima informasi lewat sarana tunjangan ekonomi. Selain itu, ada ibu yang beranggapan ketinggalan zaman bila menyusui bayinya sehingga meningkatnya promosi susu kaleng dan formula sebagai pengganti Asi (Depkes Ri, 2002), sejalan dengan penelitian Rahmawati (2010) dan juliani (2009). 2.3.3 Pengaruh dukungan suami terhadap pemberian Asi eksklusif Banyak suami yang mendukung kelahiran sang bua hati mereka. Namun banyak juga suami yang tidak menginginkan kehadiran seorang bayi akibat beberapa alasan. Contohnya saja hubungan terlarang antara pergaulan bebas. Keterpaksaan oleh keadaan dapat memicu sang suami untuk menuntut istri bekerja akibat tuntutan ekonomi. Sehingga, pemberian asi secara eksklusif tidak rutin atau bahkan tidak sama sekali. Selain itu, contoh lainnya dapat dating dari kasus seorang ayah yang hanya menginginkan keturunan pewaris dan biasanya laki-laki pada umumnya. Namun akibat tidak sesuai dengan harapan, sehingga timbul hal-hal yang tidak diinginkan yang memicu tidak adanya dukungan dari suami untuk merawat bayi seperti pemberian asi secara eksklusif. Selain itu, tuntutan ekonomi yang kadang membuat istri tidak memiliki dukungan dari suami. Bagi ekonomi rendah mungkin saja suami menuntut istri untuk bekera. Namun bagi mereka yang
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
berpenghasilan tinggi lebih tepatnya mereka menganggap diri mampu sehingga harus memberi susu formula sebagai ganti asi menurut versi terbaik dari mereka. Pada dasarnya proses menyusui bukan hanya antara ibu dan bayi tetapi ayah juga sangat penting. Suami adalah orang terdekat ibu dan banyak berperan selama kehamilan, persalinan, dan setelah bayi lahir, termasuk pemberian Asi. Dukungan yang diberikan dalam bentuk apapun dapat mempengaruhi kondisi emosional ibu yang berdampak pada produksi Asi. Sekitar 80% sampai 90% produksi Asi ditentukan oleh keadaan oleh keadaan emosi ibu yang berkaitan reflex oksitosin ibu berubah pikiran, perasaan dan sensasi. Apabila hal tersebut meningkat akan memperlancar produksi Asi (Roesli, 2009) 2.3.4 Pengaruh petugas kesehatan terhadap pemberian asi eksklusif Peranan petugas kesehatan dalam pemberian asi eksklusif sangat penting dalam melindungi, meningkatkan, dan mendukung usaha pemberian Asi eksklusif bagi ibu dan juga bayi. Usaha menyusui haru di lihat dan di tinjau dari segi keterlibatan seorang ibu yang luas dalam aspek sosial (Nuryanto, 2015). 2.3.5 Pengaruh sosial budaya terhadap pemberian asi eksklusif Beberapa budaya memang terkenal sangat bertolak belakang dengan kesehatan, termasuk pemberian asi eksklusif. Contohnya sebelum pemberian Asi pada bayi harus di peras terlebih dahulu, padahal asi pertama / kolostrum adalah asi terpenting pada bayi. Selain itu ada banyak di antara ibu yang menganggap dengan memberi susu formula pada bayi, maka bayi akan mudah kenyang dan tidak rewel sehingga mengabaikan asi eksklusif. Faktor budaya yang menganggap bahwa dengan mengonsumsi daun-daunan atau obat-obat herbal tertentu akan mempermudah pengeluaran Asi tanpa di uji klinis (Yani, 2012). Maraknya factor budaya yang terkadang bertolak belakang dengan kesehatan membuat ibu tidak jera dalam mempraktikan kebudayaan yang di anggap secara turun temurun. Salah satu budaya yang di
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
anggap menyimpang adalah salah kaprah dimana pemberian Asi eksklusif dianggap perilaku primitive (Arisma, 2010) 2.3.6 Pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemberian Asi Eksklusif Pendidikan merupakan faktor predisposisi atau faktor pemudah yang mempengaruhi perilaku seseorang. Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan, sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi pendidikan di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) atau yang sederajat. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan kejuruan. Sedangkan pendidikan tinggi mencakup pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003). Pendidikan bertujuan mengubah pengetahuan, pendapat, konsep- konsep, sikap, persepsi, serta menanamkan kebiasaan baru kepada responden yang masih memakai adat istiadat kebiasaan lama (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Tinggi Rendahnya tingkat pendidikan seorang ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian Asi eksklusif. Dimana semakin rendah pendidikan seorang ibu akan semakin kurang juga pengetahuan seorang ibu tentang pentingnya pemberian asi secara eksklusif. Berdasarkan penelitian-penelitian yang terus berkembang penelitian
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
dia ayu pitaloka yang sejalan dengan penelitian novita menyebutkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian Asi eksklusif menurut Notoatmodjo, 2010 tidak menutup kemungkinan bahwa justru ibu yang berpendidikan tingilah yang memiliki pengaruh yang tak kalah jauh besar dari ibu yang berpedidikan rendah. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Meski teori Notoatmodjo, 2010 menjelaskan bahwa ibu yang tingkat pendidikan tinggi atau baik dapat lebih mudah menerima segala informasi, Penelitian Novita, menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Soenardi, menyebutkan kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam pendidikan dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Ibu yang bekerja mengalami kesulitan seperti cuti melahirkan yang terlalu singkat dan tidak adanya ruang laktasi juga sangat
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada anaknya. Ibu bekerja
yang menyusui sebenarnya tidak perlu berhenti menyusui anaknya, sebaiknya ibu bekerja harus tetap memberi ASI Ekslusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan. Banyak kemudahan yang terdapat di PP no 33 thn 2012 sehingga ibu dapat memberikan ASI eksklusif meski sedang bekerja. 2.3.7 Pengaruh Status Ekonomi terhadap pemberian Asi Eksklusif Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha atau kegiatan (BPS 2016). Jara et al (2015) menyatakan alasan terbanyak ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena alasan pekerjaan. Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang lebih sedikit untuk merawat dan memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
Oleh karena itu pekerjaan ibu sering menjadi alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Menurut Lawrence Green dalam notoatmodjo (2007) pemberian Asi dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan, kepercayaan masyarakat terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan kesehatan, tradisi, tingkat sosial ekonomi, bahkan tingkat pendidikan, dan sebagainya. Menurut indrawati (2012) suatu pekerjaan menuntut untuk meninggalkan bayinya pada usia dini dan biasanya dalam kurun waktu yang cukup lama setiap harinya pengaruh negative yang terjadi terhadap kelangsungan pemberian Asi berasal dari lama waktu pisah antara ibu dan bayi akibat pekerjaan tersebut. kenaikan tingakat partisipasi wanita dalam angkatan kerja serta cuti yang kurang memadai bagi sebagian besar ibu yang melakukan pekerjaan mengakibatkan turunnya kesediaan menysui dan lama menyusui. Menurut wawan dan dewi (2011), bahwa pada umumnya semakin tinggi pendidikan sesorang maka semakin mudah pula dalam memperoleh dan menerima informasi. Bahkan menurut Kartono (2006) status ekonomi merupakan kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan perbulan. Status ekonomi dapat pula dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok, dimana pendapatan tersebut jika dikaitkan dengan status ekonomi orang tua menunjjukkan bahwa status ekonomi orang tua yang rendah dapat menjadi dorongan tersendiri bagi ibu untuk bekerja di luar rumah agar dapat membantu dan memenuhi keperluan dan kebutuhan keluarga. Hal inilah, yang cenderung membuat seorang ibutidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan asi secara Eksklusif kepada anaknya.
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
Penelitian Terkait
Nama Judul Tujuan Metode Hasil
No peneliti penelitian penelitian penelitian penelitian
1. Anita putri Hubungan Mengetahui Penelitian Diketahui
Fatmawati status ekonomi hubungan kuantitatif non (2013) orang tua status yang bersifat pemberian dengan ekonomi cross Asi pemberian Asi orang tua sectional. eksklusif eksklusif pada dengan Sampel bayi pada ibu bayi 0-6 bulan pemberian usia 0-2 dengan di baki Asi tahun status sukoharjo eksklusif sebanyak 95 ekonomi pada bayi orang, rendah usia 0-6 instrument lebih bulan di penelitian banyak baki berupa dibandingk sukoharjo. kuesioner an ibu yaitu dengan kuesioner status status ekonomi ekonomi tinggi orang tua dan (p<0,05) kuesioner pemberian asi ekslusif. 2. Asrul Pengaruh Menganalisi Penelitian Menunjukk Abdul Sosio- s pengaruh kuantitatif an adanya Aziz Ekonomi Ibu sosio-ekomi yang bersifat hubungan (2013) terhadap ibu terhadap cross atau
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
Pengetahuan pengetahua sectional. pengaruh Praktek n praktek Sampel para faktor Pemberian ASI pemberian ibu yang sosio- Eksklusif ASI berumur 20 – ekonomi setelah Kelas Eksklusif 50 tahun 61 terhadap Edukasi di setelah orang, pengetahua Puskesmas kelas instrument n terhadap Jongaya edukasi di penelitian praktek Makassar Puskesmas berupa pemberian Jongaya, kuesioner ASI Makassar yaitu eksklusif kuesioner setelah usia, kelas Pendidikan, edukasi. pekerjaan dan Usia tingkat (p<0,008), pengetahuan Pendidikan ibu (p<0,013), Pekerjaan (p<0,003) 3 Mirawati Hubungan Mengetahui Penelitian ini Terdapat (2021) Status Sosial Hubungan menggunaka Hubungan Ekonomi dan Antara n rancangan yang Dukungan Status Kuantitatif Signifikan Keluarga Sosial Korelasional antara dengan Ekonomi dengan Status Pemberian ASI dan pendekatan Sosial Eksklusif pada Dukungan Cross- Ekonomi Bayi Usia 6-12 Keluarga sectional. dan Bulan dengan Sampel Dukungan Pemberian penelitian Keluarga ASI sebanyak 107 dengan
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
Eksklusif responden.Pe Pemberian pada Bayi ngambilan ASI Usia 6-12 Sampel Eksklusif Bulan di menggunaka pada bayi Posyandu n teknik usia 6-12 Wilayah Cluster bulan di Kerja Sampling. Posyandu Puskesmas Dalam Wilayah Harapan menguji Kerja Baru Hipotesis Puskesmas Peneliti Harapan menggunaka Baru n Analisis Uji Samarinda. Chi-Square Status social ekonomi (p- Value = 0,017) dan dukungan keluarga (p- Value = 0,006) 4 Fina Hubugan Mengetahui Metode Menunjukk Arbaiyah status ekonomi hubungan analisa an terdapat HSB dan status dengan hubungan (2017) pengetahuan ekonomi teknik yang terhadap dan univariat dan signifikan pemberian ASI pengetahua bivariat serta antara Eksklusif di n keluarga dianalisis status Desa terhadap dengan ekonomi Sukamandi pemberian metode Chi dan Kecamatan ASI Square pengetahua
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
Pagar Merbau. eksklusif di dimana n terhadap Desa penelitian ini pemberian Sukamandi adalah ibu ASI Hilir yang Eksklusif di Kecamatan mempunyai Desa Pagar bayi usia 6- Sukamandi Merbau 12 bulan Kecamatan yaitu Pagar sebanyak 40 Merbau orang dengan dengan nilai teknik hipotesis P pengambilan = 0,005 sampel menggunaka n total sampling. Instrument penelitian menggunaka n kuesioner 5 Anis Zaiti Pengaruh Menganalisi Penelitian Penelitian Mubaroka faktor s pengaruh observasional menunjukk h (2019) psikologi dan karakteristik analitik, an bahwa sosio budaya ibu, faktor menggunaka pemberian gizi terhadap psikologi n desain ASI pemberian ASI dan faktor penelitian eksklusif di eksklusif pada sosio cross wilayah bayi budaya gizi sectional. kerja masyarakat terhadap Sampel Puskesmas Madura di pemberian penelitian Bangkalan Puskesmas ASI sebanyak 87 sebesar Bangkalan, eksklusif bayi usia 6- 23%.
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
Kecamatan pada bayi di 12 bulan Faktor Bangkalan, Puskesmas yang diambil psikologi Kabupaten Bangkalan, secara acak ibu Bangkalan Kecamatan menggunaka (p=0,009) Bangkalan, n stratified dan sosio Madura random budaya gizi sampling. pada bayi Instrument (0,000) wawancara mempengar dan uhi pemberian pemberian kuesioner ASI eksklusif.
Fakultas ilmu kesehatan UNSULBAR
Kerangka Teori
Asi eksklusif (Edelwina
umbo 2010)
Manfaat Asi Komposisi Factor-faktor
(Megasari Klasifikasi Asi Asi (Yuliarti Meiyana Dianning 2014). (WHO) 2010) Rahmawati (2014)
Defenisi Asi eksklusif
Asi eksklusif Usia (Hidajati, 2012) (Edelwina umbo 2010) Pengetahuan (depkes RI, 2002) Dukungan suami (Reski, 2009) Petugas kesehatan (Nuryanto, 2015) Sosial budaya (Yani, 2012) Pendidikan (Notoatmodjo, 2010) Ekonomi (Indrawati, 2012)
Gambar: 1 kerangka teori hubungan status ekonomi dan tingkat pendidikan
terhadap pemberian Asi Eksklusif di Kel. Mamasa, kec. Mamasa, kab. Mamasa prov. Sulawesi Barat. Sumber: (Edelwina umbo 2010), (Megasari 2014), (Yuliarti 2010), WHO, Rahmawati (2014), (Hidajati, 2012), (depkes RI, 2002) (Reski, 2009), (Nuryanto, 2015), (Yani, 2012), (Notoatmodjo, 2010), (Indrawati, 2012), (Anita Putri Fatmawati, 2013), (Asrul Abdul Azis, 2013), (Mirawati, 2021), (Fina Arbayah HSB, 2019), (Anis Zaiti Mubarokah, 2019).