Anda di halaman 1dari 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1. Definisi ASI Air Susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung berasal dari kelenjar payudara ibu (WHO Geneva, 1991). Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makananyang utama bagi bayi (Roesli, 2000). ASI merupakan makanan yang paling mudah dicerna dan yang terbaik bagi bayi karena dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996). ASI adalah pemberian Tuhan yang nilainya tidak dapat disamai oleh susu pengganti apa saja yang dibuat oleh manusia. ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi.Oleh karenanya ASI merupakan makanan terbaik dan paling baik untuk bayi (Winarno, 1987). 2.1.2. Definisi ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa terjadwal dan tanpa memberikan makanan lain, seperti susu formula, madu, jeruk, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua tahun (Purwanti, 2004). Dalam deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration) pada tahun 1990.olehWorld Health Organitation/United Children Fund (WHO/UNICEF) yang bertujuan melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi ini juga ditandatangani Indonesia yang memuat hal-hal sebagai berikut: Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberikan makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangakan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau

lebih. Pemberian makanan ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.Pada tahun 1999, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif.Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak Negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2000). Dahulu, pemberian ASI eksklusif hanya dianjurkan selama empat bulan (WHO Geneva, 1991).Akan tetapi, sekarang pemberian ASI eksklusif dianjurkan selama 6 bulan pertama dan dilanjutkan hingga 2 tahun dengan bantuan Makanan Pendamping ASI /MP-ASI (WHO, 1999). Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan tambahan sebelum 4 atau 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya. (Roesli, 2000). 2.1.3. Komposisi ASI ASI mengandung lebih dari 200unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia ini sangat tepat bagai suatu simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia (Roesli, 2000).

Komposisi ASI antara lain : a. Karbohidrat Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding susu mamalia lainnya. Laktosa ASI 20-30 % lebih banyak dari susu sapi (Roesli, 2001). Kegunaan laktosa bagi bayi : Laktosa a). Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak. Salah satu produk dari laktosa yaitu galaktosa. Ini penting bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. b). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang.

c). Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik, yaitu Lactobacillus bifidus. d). Laktosa oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam di dalam usus bayi. Dengan suasana asam di dalam usus akan memberikan beberapa keuntungan, diantaranya menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya (Roesli, 2001). b. Protein Air Susu Ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan bayi manusia. ASI mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan kasein (casein), ASI juga mengandung taurin, lactoferrin, dan lysosyme. a). Whey dan Kasein Whey adalah protein yang halus, lembut, dan mudah dicerna.Kasein adalah protein yang berbentuk kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2000). b). Taurin Taurin adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting untuk pertumbuhan retina (Roesli, 2000). c). Lactoferrin Laktoferin bertindak sebagai polisi bakteri dalam usus. Laktoferin akan membiarkan bakteri usus yang baik, yang menghasilkan vitamin, untuk tumbuh, sedangkan bakteri yang jahat, yang akan menyebabkan penyakit, dihancurkan (Roesli, 2000). d). Lysosyme Lysosyme adalah suatu kelompok antibiotik alami di dalam ASI.Suatu protein spesial yang akan menghancurkan bakteri berbahaya (Roesli, 2000).

c. Lemak ASI mengandung jumlah lemak sehat yang tepat secara proporsional. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap. ASI mengandung enzym lipase pencerna lemak, sehingga hanya sedikit lemak ASI yang tidak diserap oleh usus bayi.Susu formula tidak mengandung enzym lipase sebab enzim ini akan hancur bila dipanaskan, sehingga bayi menemukan kesukaran menyerap lemak susu formula. Bentuk lemak ASI yang utama adalah lemak ikatan panjang antara lain : asam linoleat (AA) dan asam

linolenat (DHA). Bentuk asam lemak merupakan komonen penting untuk mielinisasi pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf. Selaput isolasi ini akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Pada susu sapi lemak jenis ini tidak ada, padahal ini menjadi amat sangat penting untuk pertmbuhan otak bayi (Roesli, 2001).

d. Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatifrendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.Fe dan Ca paling stabil, tidak dipengaruhi diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, dan natriumdari asam klorida dan fosfat. Yang terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup (Soetjiningsih, 1997).

a. Vitamin Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap.Vitamin A, D, dan C cukup, sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik adalah kurang (Soetjiningsih, 1997).

b. Kalori Kalori dalam ASI relatif rendah, hanya 77/100 ml ASI. 90 % berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10 % berasal dari protein (Soetjiningsih, 1997).

Berdasarkan komposisi dari hari ke hari laktasi dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Kolostrum (Susu jolong) a. Merupakan cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara, dan keluar padahari pertama sampai hari ke-empat-tujuh. b. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari c. Merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan dan lebih kuning dari susu matur.

d. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. e. Lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI matur. f. Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dari ASI matur. g.Volume kolostrum antara 150-300 ml / 24 jam (Roesli, 2001).

2. ASI Transisi / Peralihan a. adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4 sampai 7 sampai hari ke-10 sampai 14. b. Kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meningkat. c. Volume semakin meningkat (Roesli, 2001).

3. ASI Matang/Mature a. Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya. b. Komposisi relatif konstan c. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan satu- satunya yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Roesli, 2001).

2.1.4. Pola Pemberian ASI 1). Persiapan Menyusui Sebagai persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke-7-8 memegang peranan penting dalam menentukan berhasilnya menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik. Juga dengan perawatan payudara yang baik puting tidak akan lecetsewaktu diisap bayi (Soetjiningsih, 1997).

2). Cara Menyusui Yang penting dalam cara menyusui adalah ibu merasa senang dan enak. Bayi dapat disusukan sambil duduk atau sambil tidur. Bayi dapat disusukan pada kedua buah payudara secara bergantian, tiap payudara sekitar 10-15 menit (Soetjiningsih, 1997).

3). Lama Menyusui ASI diberikan segera setelah bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah lahir dianjurkan segera pada 1 jam pertama. Hal ini dikarenakan ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) sangatlah baik serta bergizi tinggi (WHO, 1999). Setelah itu, pemberian ASI bisa kapan saja dan dimana saja. Waktunya dapat diberikan pada pagi, siang, maupun malam hari sesuai kebutuhan bayi tersebut (WHO, 1999). Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disususkan selama 4-5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Setelah hari ke-4-5, boleh disusukan selama 10 menit. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20 menit). Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI yang terisap bayi pada 5 menit pertama adalah kurang lebih 112 ml, 5 menit kedua kurang lebih 6 ml, dan 5 menit terakhir hanya kurang lebih 16 ml (Soetjiningsih, 1997). 2.1.5. Produksi ASI Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengendalikan air susu. Proses pengeluaran air susu tergantung juga pada let down reflex, isapan puting susu dapat merangsang kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang merangsang serabut otot halus didalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar (Winarno 1987). Air Susu Ibu dihasilkan oleh kelenjar jaringan susu yang sangat banyak jumlahnya didalam payudara, kemudian dialirkan oleh saluran-saluran menuju puting susu. Kemampuan jaringan payudara ini dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang kadarnya meningkat setelah ibu melahirkan.Kadar prolaktin juga dipengaruhi oleh faktor emosi, kondisi kesehatan, dan kecukupan gizi ibu.

Selain itu rangsangan pada puting susu ibu berupa isapan mulut bayi juga akan meningkatkan hormon oksitosin dalam darah yang mengatur pengeluaran air susu melalui puting susu. Ini berarti bahwa untuk memperoleh ASI yang cukup dan sehat, perlu adanya kerjasama yang baik antara ibu dan bayi (Roesli, 2008).

2.1.6. Petunjuk Yang dapat Digunakan untuk Mengetahi Produksi ASI Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberap kriteria yang dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak adalah: a). ASI yang banyak dapat merembes ke luar melalui puting b). Sebelum menyusui payudara terasa tegang c). Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur : UMUR 1-3 bulan 4-6 bulan 7-9 bulan 10-12 bulan KENAIKAN BERAT BADAN 700 gr/bulan 600 gr/bulan 400 gr/bulan 300 gr/bulan

d). Pada umur 5 bulan tercapai 2 x berat badan waktu lahir e). Pada umur 1 tahun tercapai 3 x berat badan waktu lahir. f). Jika ASI cukup, setelah menyusui bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam. g). Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari (Soetjiningsih, 1997).

2.2. Manfaat Pemberian ASI 2.2.1. Manfaat bagi bayi Beberapa manfaat pemberian ASI yang diperoleh bayi antara lain :

1). Sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber gizi yang ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tatalaksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi harus diberi makanan padat tambahan, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2001).

2). Meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare. Selain itu, ASI juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena berbagai penyakit infeksi seperti telinga, batuk, dan penyakit alergi (Roesli, 2000). 3). ASI eksklusif meningkat kecerdasan Terdapat dua faktor penentu kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. a). Faktor genetik Faktor genetik atu faktor bawaan sangat menentukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi ataupun direkayasa. b). Faktor Lingkungan Faktor yang menentukan tercapaianya faktor genetik scara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi atau direkayasa. Terdapat 3 jenis faktor khusus yang mendukung kecerdasan bayi atau anak, yaitu: 1). Pertumbuhan fisik otak (ASUH) Perkembangan kecerdasan berkaitan erat dengan pertumbuhan otak, maka jelasbahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak bayi/anak adalah nutrisi atau gizi yang diberikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas nutrisi secara langsung juga dapat mempengaruhi otak 2) ASAH Dibutuhkan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kecerdasan anak yang optimal.Tindakan menyusui dapat mengembangkan sosialisasi bayi.Sejak dini sering berhubungan dengan ibunya maka perkembangan sosialisasinya akan baik dan mudah berinteraksi dengan lingkungannya. 3). ASIH Bayi yang disusui ibunya akan merasa aman dan disayangi. Seorang anak yang merasa disayangi akan mampu menyanyangi lingkungannya sehingga ia akan berkembang menjadi manusia dengan budi pekerti yang baik dan nurani yang baik (Roesli 2001). 4). Meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentukan kepribadian yang percaya diri dasar spiritual yang baik (Roesli, 2001). 5). Melindungi anak dari serangan alergi Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya asma dan eksim (Roesli, 2001). 6). Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan (Roesli, 2000). 7). Meningkatkan daya penglihatandan kepandaian bicara (Roesli, 2000).

8). Membantu pembentukan rahang yang bagus (Roesli, 2000). 9). Mengurangi risiko terkena kencing manis dan penyakit jantung (Roesli, 2000). 10). Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan (Roesli, 2000).

2.2.2. Manfaat bagi Ibu a). Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Hal ini karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan (Roesli, 2000) b). Mengurangi terjadi anemia. Karena menyusui dapat mengurangi perdarahan, maka dapat mengurangi kemungkinan terjadinya anemia pada ibu (Roesli, 2000). c). Menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil (Roesli, 2000). d). Mengecilkan rahim. Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan pada ibu yang tidak menyusui (Roesli, 2000). e). Mengurangi kemungkinan menderita kanker. Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker payudara dan ovarium berkurang (Roesli, 2000). f). Lebih ekonomis, tidak perlu dibeli. Dengan memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum susu formula (Roesli, 2000). g). Hemat waktu dan tidak merepotkan ASI dapat segera diberikan pada bayi. Tidak seperti ASI, pemberian susu botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari (Roesli, 2000). h). Portabledan praktis

Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat berpergian tidak perlu membawa pergi berbagai alat untuk membuat susu formula. Air susu ibu dapat diberikan kapan saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan/minum, serta dalam suhu yang selalu tepat (Roesli, 2001). i). Memberi kepuasan bagi ibu. Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2000). j). Lebih cepat langsing. Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli, 2000).

2.2.3. Manfaat pemberian ASI bagi keluarga a). Mengurangi pengeluaran rumah tangga karena pemberian ASI tanpa biaya (Roesli, 2000). b). Tidak merepotkan anggota keluarga yang lain karena ASI sangatlah mudah dan praktis untuk diberikan (Roesli, 2000). 2.2.4. Manfaat pemberian ASI bagi lingkungan a). Melindungi lingkungan, jika dengan ASI mengurangi kebutuhan sumber daya alam misalnya: air, bahan bakar. Dan mengurangi terjadinya polusi dari botol bekas, kaleng susu, dan sebagainya (Roesli, 2000).

b). ASI tidak menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan alat transportasi yang juga mengeluarkan asap, juga tidak perlu menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar-besar (Roesli, 2000).

2.2.5. Manfaat pemberian ASI bagi negara Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena halhal berikut :

a). Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu. b). Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret dan sakit saluran nafas. c). Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara (Roesli, 2000).

2.3. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar 1). Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dandisekitar payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. 2). Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara a). Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunaka kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. b). Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan). c). Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, danyang satu di depan. d). Perut ibu menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokan kepala bayi). e). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. f). Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. 3). Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudara saja. 4). Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara: a). Menyentuh pipi dengan puting susu. b). Menyentuh sisi mulut bayi. 5). Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatakan ke payudara ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:

a). Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet. b). Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disanggah lagi (Soetjiningsih, 1997).

2.4. Waktu Pemberian ASI Ibu memberikan ASI nya setiap bayi meminta dan tidak berdasarkan jam. Ini disebut menyusui atas permintaan atau on demand. Pada mulanya, bayimenyusui secara tidakteratur, tetapi setelah satu atau dua minggu pola menyusuinya sudah teratur. Jenjang waktu menyusui pada bayi biasanya dua-tiga jam sekali. Dan pola ini tidak akan menimbulkan masalah seperti terjadinya bendungan dan sebagainya (Roesli, 2001).

2.5. Jadwal Pemberian Makan Umumnya bayi yang menyusui ASI tidak mempunyai masalah dalam jadwal pemberian ASI, karena dapat diberikan setiap saat. Bayi yang mendapat ASI biasanya pemberian minum dilakukan dalam waktu tiga jam. Sebaiknya enam kali sehari dan bila perlu ditambah satu-dua kali pada malam hari. Bayi Berat badan lahir rendah (BBLR) diberikan minum dengan porsi yang lebih sedikit, namun dengan frekuensi yang lebih sering. Pada dasarnya makin kecil berat lahir bayi, maka makin kecil porsi minumnya dan makin sering waktu pemberian minumnya ((Roesli, 2001). Bila bayi diperkenalkan dengan makanan pelengkap, maka jarak waktu pemberian makanan utama adalah tiga-empat jam dan diantaranya diberikan dua kali makanan pelengkap berupa buah dan biskuit/kue. Penjadwalan hendaknya diatur agar waktu pemberian makan disesuaikan dengan kebiasaan orang dewasa. Jadi bila bayi sudah mendapat nasi tim, maka jadwal makan secara umum adalah sebagai berikut: a). Tiga kali makan padat (pagi, siang, dan sore) b). Dua kali ASI/PASI (Pendamping ASI) (waktu bangun pagi dan sebelum tidur)

c). Dua kali buah atau kue yang diberikan diantara waktu makan padat dan bila perlu tambahkan minum pada malam hari (Roesli, 2001). Kriteria bayi mendapatkan makanan yang cukup (1). Bayi tumbuh apabila kurva pertumbuhan mengikuti arah jalan menuju sehat, berarti ia sudah mendapat cukup makanan (2). Bila beratnya tidak bertambah, berarti bayi tidak tumbuh maka ia perlu mendapat makanan tambahan. Sampai bayi berumur empat bulan bahkan kadang-kadang sampai enam bulan ASI saja sudah cukup untuk pertumbuhan bayi.Bila bayi berumur empat-enam bulan atau lebih, bayi sudah harus mulai diberikan makanan penyapihan/padat (Roesli, 2001).

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberi ASI Secara Eksklusif Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan adalah sebagai berikut:

2.6.1. ASI Tak Cukup Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untu tidak memberikan ASI secara eksklusif.Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya.Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Roesli, 2000). 2.6.2. Ibu Bekerja Dengan Cuti Tiga Bulan Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperah sehari sebelumnya (Roesli, 2000). 2.6.3. Takut Suami Pendapat ini merupakan mitos yang salah, yaitu menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek, Sebenarnya mengubah bentuk payudara adalah kehamilan bukan menyusui (Roesli, 2000).

2.6.4. Tidak Diberi ASI Tetap Jadi Orang Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar, bahkan mungkin berhasil jadi orang. Namun, kalau bayi ini diberi ASI eksklusif akan lebih berhasil (Roesli, 2000). Dengan menyusui berarti seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi juga rangsangan emosional, fisik, dan neurologik yang optimal pula. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual, maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya (Roesli, 2000). 2.6.5. Bayi Akan Tumbuh Menjadi Anak Yang Tidak Mandiri danManja Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu sering didekap dan dibelai, ternyata salah. Anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tua (Roesli, 2000). 2.6.6. Susu Formula Lebih Praktis Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI yang siap dipakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan api atau listrik, dan perlengkapan yang harus steril jauh lebih praktis daripada susu formula (Roesli, 2000). 2.6.7. Takut Badan Tetap Gemuk Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui akan membantu ibu-ibu menurunkan berat badan lebih cepat daripada ibu yang tidak menyusui secara eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunana lemak ini (Roesli, 2000).

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan

2.2.1 Arti Pengetahuan

1) Pengetahuan adalah hasil atau dan dini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Jadi pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita. (Notoadmojo, 2003 : 127-128)

2) Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what misalnya : apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.(Notoadmojo, 2005 : 3).

Pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut:

1) Awareness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (Obyek)

2) Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap obyek mulai timbul

3) Evaluation (Menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang di kehendaki.

5) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. (Notoadmojo, 2003:128)

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang di cakup dalam demain kognitif menurut Soekijo Notoadmojo (2003) mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginter prestasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapa dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya : media massa, media elektrotik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya

Menurut Notoadmojo (2002) dari berbagai macam cara yang telah di gunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yakni : cara tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau yang disebut dengan cara ilmiah

1) Cara Tradisional Atau Non Ilmiah

Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :

a) Trial and Error

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau metode coba salah adalah coba-coba).

b) Kekuasaaan Atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyakat modern. Kebiasaankebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

pemerintahan dan sebagainya.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Adapun pepatah mengatakan Pengalaman adalah guru terbaik. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

d) Jalan Pikiran

Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia cara berpikir umat manuasiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.

2) Cara Modern Atau Cara Ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.

(Notoatmodjo, 2002: 11-18).

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan sehingga seorang berperilaku sesuai tertentu keyakinan tersebut.

Ada 3 faktor yang mempengaruhi kehidupan ibu :

1) Faktor predisposisi

a) Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saaat dilahirkan sampai berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

b) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima Informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang di perkenalkan.

c) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

d) Pekerjaan

Menurut Markum (1991) bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

2) Faktor Pendukung

a) Informasi

Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan Informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut.

b) Lingkungan

Lingkungan adalah Seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Menurut Ann Manner (1998) lingkungan memberikan pengaruh sosial pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompok dalam lingkungan alam.(Nursalam, 2001: 133)

3) Faktor Pendorong

a) Sikap Petugas

Tatalaksana yang menunjang keberhasilan menyusui harus di laksanakan seperti :

(a) Bayi baru lahir segera di berikan pada ibu untuk segera disusui

(b) Merawat bayi bersama ibunya

(c) Mengajarkan teknik menyusui yang benar

(d) Mengajarkan cara pengeluaran ASI secara manual

(e) Jangan menjadualkan pemberian ASI

(f) Jangan memberikan kempeng atau dot pada bayi

b) Dari Keluarga

Keluarga (suami, nenek, bibik dan sebagainya) perlu di Informasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui misalnya dengan menggantikan sementaratugas rumah tangga ibu (seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah) ibu dan bayi membutuhkan waktu berkenalan.

2.2.5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. (Notoadmodjo, 2003 : 130)

Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka yang menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu kolom menunjukkan letak ini maka sebagai konsekuensinya setiap centangan pada kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu. Dengan demikian analisa data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yang bersangkutan. Disini peneliti hanya menggunakan 2 pilihan yaitu :

1) Benar (B)

2) Salah (S)

Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu pemberian angka atau skor yang harus diberikan pada setiap kategori respon perskalaan.

Untuk mengukur pengetahuan menggunakan rumus :

Keterangan :

P : Prosentase

f : Jumlah jawaban yang benar

h : Jumlah skor maksimal jika semua pertanyaan di jawab benar

Berdasarkan hasil perhitungan, kemudian hasilnya di interprestasikan dalam beberapa kategori yaitu:

Baik : 76 - 100%

Cukup baik : 56 - 75%

Kurang baik : 40 - 55%

Tidak baik : <40%

(Arikunto, 2006:246)

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta. Bunda. (2008). Pentingnya ASI Eksklsif. (http://www.kelymom.com/new man/risk of formula), di akses 25 Mei 2008.

Soetjiningsih, 1997.ASI :Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta. EGC.

Suradi R, Roesli U, 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universias Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Diektorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI, 2005.Manajemen Laktasi. Jakarta: Depkes RI. Roesli, Utami, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT. Niaga Swadaya Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta. Notoadmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Purwanti HS, 2004. KonsepPenerepan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai