Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umun Tentang Nifas
Melahirkan merupakan sebuah kejadian luar biasa yang dialami oleh ibu,
yang mana pada proses melahirkan nantinya akan merubah pandangan kehidupan
oleh ibu. Peristiwa tersebut akan berlanjut hingga postpartum atau yang dikenal
dengan istilah masa nifas dan juga menyusui (Wahyuningsi, 2018).
Masa nifas (Pospartum) ini dimulai sejak enam minggu bayi tersebut lahir
hingga keseluruhan organ reproduksi kembali ke keadan awal seperti pada kondisi
ia belum lahir, kondisi tersebut biasanya dikenal dengan sebutan puerperium.
Masa postpartum terdiri dari 3 tahapan yang meliputi purperium dini (pemulihan
saat ibu telah melahirkan, bisa berdiri dan melakukan aktivitas berjalan),
puerperium intermedial (pemulihan secara menyeluruh pada organ genitalia yang
berlangsung dalam kurun waktu 8 hingga 8 minggu), remote pureperium (waktu
yang dibutuhkan oleh ibu untuk pemulihan seha dan sempurna khususnya selama
masa kehamilan atau persalinan terdapat komplikasi) (Oktarina, 2016).
B. Kebutuhan dasar ibu postpartum
Sastratinata menyebebutkan bahwa perawatan baik fisik dan pemenuhan
kebutuhan dasar pada masa pureperium harus lebih condong ke ara peningkatan
kesehatan serta penatalaksanaan yang terbaik jika terjadi masalah kesehatan yang
muncul. Kebutuhan dasar ibu postpartum mencakup asupan nurtisi dan cairan,
serta mengurangi aktifitas yang berlebihan dan dianjurkan untuk tidur yang cukup
(Sinaga, 2018).
1. Asupan nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi dan cairan yang didapat oleh ibu pospartum, dipandang
perlu untuk mendapat perhatian khusus, hal ini disebabkan karena nutrisi yang
baik akan mempercepat proses pengembailan tenaga dan kualitas ASI yang
dihasilkan oleh ibu juga bergantung pada seberapa baik ibu mendapat asupan
nutrisi dan cairan. Jika diberikan program diet maka harulah diaet yang

6
7

bermutu, bergisi tinggi, asupan kalori juga terpenuhi, dan banyak yang
mengandung cairan dan serat guna meminimalisir terjadinya kontipasi. Jika
pemberian obat dilakukan oleh dokter, maka dikonsumsi sesuai anjuran dokter
dan tidak berlebihan dalam penggunaan obat-obatan tersebut. Seoraung ibu
hamil, membutuhkan asupan kalori tambahan sebangan 500 kkal tiap hari,
makan dengan diet haruslah berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup dengan 2 sampai 4 porsi per hari. Pemenuhan akan zat
besi dapat dilakukan dengan mengonsumsi pil yang mengandung zat besi, dan
dapat dilakukan selama 40 hari postnatal. Peningkatan kualitas ASI yang
diberikan ibu kepada bayi dapat dilakukan dengan mengonsumsi vitamin A
yang mana bertujuan untuk pemberian vitamin A kepada bayi melalui ASI
(Sinaga, 2018).
2. Istirahat dan tidur yang cukup
Pemenuhan waktu istirahat dapat dilakukan dengan cara ibu beristirahat
dengan cukup hal ini dimaksudkan aga menjaga stamina ibu postpartum tidak
mudah mengalami keletihan, selain itu jika ibu ingin melakukan aktifitas rumah
tangga maka dilakukan secara perlahan-lahan bila perlu pergunakan waktu
untuk bisa tidur siang atau saat bayi sedang tidur. Dampak yang muncul apabila
ibu kurang istirahat yaitu terjadinya pengurangan produksi ASI (Sinaga, 2018).
C. Menyusui dan ASI Ekslusif
Menyusui merupakan proses memberi asupan makan yang dilakukan
secara alaimah, sederhana, menguntungkan serta memberikan perlindungan
terhadap bayi akan munculnya penyakit menular (Doloksaribu, 2018). Menurut
Sastrawinata (2005) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh seorang ibu
sebelum ibu menyusi, yakni persiapan kejiwaan ibu dan pengecekan payudara.
Menurut Hatfield (2008), ketika seorang ibu sudah melaksanakan rencana
kehamilan maka perlu dilakukan persiapan kejiwaannya. Hal ini dinilai karena
kondisi kejiwaan ibu sangat penting karena dengan sikap keputusan ibu yang baik
dan bersifat positif saat menyusui anak, maka kelangsungan pemberian ASI
8

ekslusif oleh ibu kepada bayi juga baik. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan
dengan 2 cara yakni melihat (inspeksi) dan meraba (palpasi) (Sinaga, 2018).
D. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
ASI ialah sumber makanan yang paling utama yang sangat dibutuhkan
oleh bayi. Hal ini karena ASI mengandung kalori dan nutrisi yang cukup tinggi,
dan sangat dibutuhkan oleh bayi pada saat ia dilahirkan hinga mencapat usia 6
bulan bahkan 2 tahun (WHO, 2016). ASI ekslusig dapat diartikan sebagai
pemberian ASI tanpa suplemen makanan maupun minuman lain yang mencakup
air putih, jus, maupun susu selain ASI (IDAI, 2010).

E. Nurtisi dan Komponen Air Susu Ibu (ASI)


1. Nilai nutrisi ASI
ASI merupakan salah satu unsur penting yang merupakan sumber
nutrisi bagi bayi, yang mana kualitas nutrisi yang berasal dari ASI tidak dapat
diragukan lagi, manfaat ASI ini telah diketahui masyarakat secara umum
dan khususnya kaum ibu. ASI mengandung penyusun molekul nutrisi yang
bersifat makro maupun mikro nutrien, molekul yang termasuk makro nutrien
ialah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan vitamin dan mineral
merupakan mikronutrien (IDAI, 2013).
2. Komposisi ASI
Kandungan ASI lebih di dominasi oleh molekul air, yang mana
mencakup 87,5%. Ketika bayi mendapat asupan ASI yang cukup, maka bayi
tersebut tidak perlu lagi diberikan tambahan air, kekentalan ASI sangat cocok
dengan saluran cerna pada bayi, sedangkan susu formula lebih kental jika
dibandingkan dengan ASI. Karena kekentalan susu formula inila yang sering
menimbulkan diare pada bayi. Adapun komposisi ASI selain dari air,
terdapat beberapa komposisi yang terkandung yang akan dirincikan sebagai
berikut (IDAI, 2013):
9

a. Karbohidrat
Karbohidrat yang terdapat dalam ASI yakni laktosa, laktosa sendiri
merupakan komponen utama yang ada dalam ASI dan salah satu sumber
energi untuk otak bayi. Jumlah laktosa yang ada dalam ASI lebih
banyak jika dibandingkan dengan jumlah laktosa yang terdapat dalam
susu sapi.
b. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan berbeda dengan protein yang
terdapat dalam susu sapi. ASI memiliki protein whey yang mana protein
ini sangat mudah untuk diserap oleh susu bayi, jika dibaningkan dengan
susu sapi yang mengandung protein casein.
c. Lemak
Terdapat perbedaan kualitas lemak yang ada dalam ASI jika
dibandingkan dengan lemak yang ada dalam susu sapi maupun susu
formula. Kadar lemak yang tinggi dibutuhkan oleh bayi untuk
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak sepert omega 3
dan omega 6 memegang peran penting dalam perkembangan otak bayi.
Selain itu juga ASI juga mengandung asam lemak sokosaheksanoik
(DHA) dan asam arakdionat (ARA) yang berperan terhadap
perkembangan jaringan saraf dan retina mata.
d. Vitamin
Ketika ibu melakukan pemberian ASI eksklusif terhadap bayi, maka
tanpa disadari seorang ibu akan telah memberikan berbagai vitamin
kepada sang bayi. Dapat dikatakan bahwa ASI merupakan unsur yang
kaya akan vitamin, hal ini dikarenakan dalam ASI terdapat beberapa
vitamin seperti Vitamin K yang berfungsi sebagai agen pembekuan
ketika terjadi pendarahan pada bayi, Vitamin D yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya penyakir tulang bayi, yang kekurangan vitamin D,
Vitamin E berfungsi sebagai agen anti anemia hemoliti atau kekurangan
10

darah pada bayi, Vitamin A yang mempunyai beberapa fungsi seperti


untuk kesehatan mata juga membantu terjadinya proses pembelahan sel,
sebagai sistem imun, dan membantu pertumbuhan terhadap sang bayi.
e. Karnitin
Karnitin merupakan molekul endogenous yang mana berfungsi pada
saat metabolisme asam lemak, pada usia 3 minggu awal pemberian ASI,
maka terjadi peningkatan kadar karnitin.
3. Tanda kecukupan ASI
Seorang bayi kebutuhan ASI tercukupi atau tidak dapat diketahui
dengan cara mewawancarai sang ibu, yang mana telah dicantumkan beberapa
kriteria untuk pengambilan keputusan bahwa asupan ASI yang diteima bayi
tersebut sudah tercukupi atau belum (Nurjanah dkk, 2019). Terdapat beberapa
kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan kecukupan asupan ASI yang
diterima oleh bayi (Nurjanah dkk, 2019). yaitu :
a. Dalam kurun waktu 24 jam jumlah maksimal bayi berkemih yaitu 6 kali
dengan warna benin hingga kuning muda
b. Bayi setidaknya menyusu 10 sampai 20 kali dalam 24 jam
c. Payudara terasa lunak dari kosong setiap menyusui
d. Bayi bertambah berat badannya.
4. Faktor – faktor Mengganggu Pemberian ASI
Pemeberian ASI pada bayi sering mengalami keterhambatan, hal ini
menyebabkan tidak seditik bayi yang mengalami kekurangan nutrisi. Kadir
(2014) menjelaskan bahwa secara umum terdapat dua faktor yang sangat
mempengaruhi pemberian ASI yang dilakukan oleh ibu kepada bayi, adapun
faktor tersebut yakni berupa faktor internal yang meliputi masalah fisik,
masalah kejiwaan, inisiasi menyusui dini, pekerjaan ibu dan pendidikan ibu
dan faktor eksternal meliputi masalah lingkungan keluarga, ketahanan
pangan, wilayah geografis, peran media, sanitasi air, tenaga kesehatan,
11

kemiskinan, keterlibatan pemerintah, serta keyakinan dan praktik budaya di


lingkungan setempat.
Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI menurut Rahayu yakni
faktor kurangnya asupan makanan yang mengandung kalori, karbohidrat,
protein, dan lemak. Dimana kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri dari
60-70% karbohidrat, 10-20% protein, dan 20-30% lemak.
Selain itu, faktor isapan bayi juga mempengaruhi produksi ASI,
dimana bayi yang sehat dapat menghabiskan ASI yang terkandung dalam
payudara dengan durasi 5 sampai 7 menit, dan ASI yang ada di lambung bayi
akan mengalami pengosongan dalam kurun waktu 2 jam. Bentuk dan kondisi
puting susu juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI,
Puting susu yang tidak baik (mengalami masalah medis) seperti adanya
infeksi pada payudara, payudara membengkak dan puting susu tidak
menonjol menyebabkan pemberian ASI menjadi terhambat (Susanti, 2019).
Faktor yang menghambat pemberian ASI ialah produksi ASI itu
sendiri. Hal ini dipertegas oleh Bobak dkk, dalam Prastiyani dan Nuryanto
(2019) bahwa produksi Asi yang kurang dan lambat keluat dapat
menyebabkan ibu tidak bisa memberikan asupan ASI pada bayinya. Hal ini
disebabkan karena terganggunya proses produksi hormon prolaktin dan
oksitosin, yang mana keduanya saling memberikan sumbangsi dalam hal
produksi ASI. Hormon oksitosin mempengaruhi sel – sel mioepitel proses ini
dapat berlangsung ketika hormon tersebut terlepas dari hipofise poterior yang
disebabkan oleh reaksi yang diberikan dari proses penghisapan puting susu,
yang kemudian hormon tersebut mengelilingi alveoli mammae sehingga
alveoli berkontraksi dan mengeluarkan ASI.
Mengingat betapa pentingnya asupan ASI karena besar manfaatnya
terhadap tumbuh kembang bayi, maka masalah tersebut dapat diatasi dengan
berbagai cara atau metode dengan harapan dapat meningkatkan produksi ASI
pada ibu postpartum, yang mana metode-metode tersebut sudah dilakukan.
12

F. Metode Peningkatan Produksi ASI


Dewasa ini, upaya untuk peningkatan produksi ASI dapat ditemuh melalui
dua metode, yaitu metode farmakologis dan non-farmakologi. Terapi farmakologi
identik dengan penggunaan obat-obatan yang mengandung komponen senyawa
kimia, terapi ini dapat dilakukan denya cara pemberian ASi booster, maupun
perawatan pada payu dara. Asuhan komplementer yang lebih dominan digunakan
yakni asuhan kompelemnter yang non-farmakilogi (Vitriani, Alyensi, dan Susanti,
2021).
Penggunaan metode secara farmakologi membutuhkan biaya yang cukup
besar karena bergantung pada harganya, karena biaya nya yang besar itulah
masyarakat secara umum dan ibu menyusui khususnya lebih cenderung
menggunakan cara non-farmakologi untuk meningkatkan produksi ASI (Yuliani
dkk, 2021). Hal ini disebabkan karena penggunaan metode farmakologi dapat
memicu terjadinya efek samping yang bertolak belakang dengan asuhan
komplementer yang digunakan (Vitriani, Alyensi, dan Susanti, 2021)
G. Asuhan Komplementer
Metode peningkatan asi non-farmakologi yang selanjutnya disebut
sebagai asuhan komplementer dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi
tanaman obat atau ramu-ramuan yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat
disuatu lingkungan tersebut yang mana metode ini disebut dengan (TOGA). selain
mengonsumsi tanaman obat, ada juga metodoe lain yang dapat dilakukan seperti
akupresur, massage, dan kompres hangat (Yuliani dkk, 2021).
1.Tanaman obat keluarga
Metode ini banyak digunakan karena kemudahan dalam
penggunaannya dan mudah dijumpai diberbagai tempat yang mana tanaman
tersebut mempunyai kelebihan dalam menjaga kesehatan atau sebagai agen
terapi yang berbahan dasar tumbuh-tumuhan, tanaman obat sendiri meliputi
rempah-rempah, tanaman buah maupun sayur (Yuliani, 2021). Dalam
Peraturan Kementerian Kesehatan RI No.6 Tahun 2016 tercantum tanaman
13

yang termasuk aktegori bahan non-farmakologi yang dapat meningkatkan


produksi ASI meliputi Pepaya (Istiqomah dkk., 2015). Selain itu bahan lain
yang sudah teruji seperti ramuan temulawak juga dapat meningkatkan
produksi ASI pada ibu menyusui( Ayu, 2021)
2. Metode pijat oksitosin/akupresur
Akupresur ialah metode pengobatan yang bekerja dari luar. Tekanan
yang dihasilkan oleh akupresur ini akan mengstimulus hormon prolaktin
(Wulandari, Hasana, Sabrian, 2019). Metode akupresur dapat dilakukan
dengan bantuan keluarga ataupun suami dengan cara melakukan pijatan pada
tulang belakang (vertebrata) hingga tulang costae pada posisi 5 dan 6 dengan
tujuan untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosi pasca melahirkan
(Setiawandari, 2016).
Tindakan yang dilakukan ini memiliki manfaat berupa pemberian
relaksasi secara fisik maupun kejiwaan. Sedangkan menurut Dpkes RI bahwa
tindakan ini dapat mengurangni bengkak, memperbaiki sumbatan serta
mempertahankan produksi ASI pada saat ibu dan bayi sedang satkit (Yulia,
2018).
Penatalaksanaan tindakan ini dapat dilakukan sebanyak dua kali
sehari, yaitu pada waktu pagi dan sore dengan durasi 15 sampai 20 menit.
Tatalaksana metode ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 cara melakukan pijat oksitosin(Yulia, 2018)


14

3. Metode kompres hangat


Kompres hangat pada payudara akan memberikan sinyal ke
hiptalamus melalui sumsum tulang belakang. Saat reseptor yang perka
terhadap panas dipotalamus mendapat rangsangan, maka sistem efektor akan
menghasilkan sinyal dengan vasodtlatasi parfer (Mas’adah dan Rusmini,
2015) metode kompres hangat ini dapat dilhiat pada gambar 2.2.
Saryono dan Roicha, mengatakan bahwa selain meningkatkan
produksi ASI, metode kompres mempunyai manfaat lain berupa stimulasi
refleks let down, pencegacan terjadinya pembengkakan pada payudara
karena adanya proses pembendungan, memperlancar peredaran darah pada
payudara (Nurhanifah, 2013).

Gambar 2.2 Gambar kompres hangat pada payudara (Mas’adah,


Rusmini, 2015).

4. Massage Rolling Punggung


Teknik ini merupakan teknik pemijatan yang menghasilkan
kenyamanan dan membuat ibu menjadi tenang disebabkan pemijatan
(Mayangsari, Hidayati., 2020). Aplikasinya yaitu posisikan ibu duduk pada
kursi lalu perlakuan massage dilakukan mulai dari pangkal leher sampai
bagian tulang belikat pada kedua sisi tulang punggung (Nurhanifah, 2013).
15

Perlakuan massage rolling pada punggung ini dapat menghasilkan


hormone prolaktin yang mana hormone tersebut mempunyai manfaat
dorongan untuk menghasilkan ASI selama ibu berada dalam masa menyusui
(Shanti, 2018).
5. Hypnobreasfeeding
Hypnobreasfeeding merupakan metode relaksasi yang bertujuan
membantu kelancaran proses menyusui, dengan cara menyisipkan kalimat –
kalimat positif kea lam bawah sadar seorang ibu pada saat ketika mengalami
relaksasi (keadaan hipnotis). Pemberian relaksasi secara rutin dan sistematis
inilah yang menyebabkan endokrin hingga aliran darah syaraf, dan system
lain dalam tubuh berfungsi secara optimal (Rangkuti et al, 2022).
Hypnobreasfeeding mempunyai beberapa khasiat yang mencakup
pengurangan kecemasan serta stres bagi wanita yang baru saja menjadi
seorang ibu, memberikan kepercayaan diri bagi wanita yang baru menjadi
ibu dengan harapan terwujudnya rasa nyaman ketika melaksanakan peran
sebagai ibu, serta mampu menghasilkan ASI (Suprida, Kadir, Masfira, 2021).
6. Senam Yoga
Senam yoga merupakan bentuk edukasi terhadap tubuh dan pikiran.
Senam ini berasar dari negara India yang mempunyai manfaat besar terhadap
fisik, mental, emosi, maupun spiritual (Safriani, 2017).
Berdasarkan manfaat yang siebutkan diatas, yoga merupakan salah
satu asuhan komplementer non-farmakologi yang sangat cocok untuk ibu
hamil maupun ibu postpartum. Hal ini disebabkan karena yoga sendiri
merupakan kombinasi suatu tindakan yang mempunyai satu kesatuan khusus
yang meliputi unsur peregangan, gerakan, meditasi, pernafasan, ketahanan,
keseimbangan, hingga penghayatan (Harahap, 2021).
16

H. Kerangka Operasional

Ibu Postpartum

ASI Lancar ASI tidak Lancar

Penyebab :
• Faktor Fisik dan Psikis,
• Faktor Asupan Nutrisi

Menggunakan asuhan komplementer

Solusi :
• Menggunakan asuhan komplementer

Pengetahuan Ibu Pospartum tentang asuhan


komplementer Kompres Hangat

Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai