Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH GIZI KEBUTUHAN AIR UNTUK IBU MENYUSUI

Disusun oleh

DINA RAHMAWATI P102221049

CHRISYE RIRIN LANDE

NURLAELA

Kepada

PROGRAM MAGISTER KEBIDANAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak hanya saat hamil, kebutuhan nutrisi yang masuk kedalam tubuh perlu
diperhatikan oleh seorang ibu. Salah satu fase dimana kebutuhan nutrisi juga penting
diperhatikan adalah ketika sedang menyusui. Tidak hanya dalam segi makanan yang perlu
diperhatikan, tapi juga dari segi kecukupan hidrasi harian sang ibu. Ibu menyusui harus
mengonsumsi lebih banyak air mineral dibandingkan orang pada umumnya demi
memperlancar produksi ASI. Minum air mineral juga dapat membantu memenuhi kebutuhan
kalsium yang merupakan salah satu nutrisi utama dalam produksi ASI [5]. Sayangnya, banyak
ibu menyusui yang melupakan betapa pentingnya peran air putih dalam proses
menyusui.ASI menyediakan protein, lemak, karbohidrat, dan nutrisi dalam porsi yang
sempurna untuk tumbuh kembang anak. Untuk diketahui bahwa ASI terdiri dari 90 persen
air. Itu berarti bahwa penting untuk tetap terhidrasi agar tubuh menghasilkan ASI yang sehat
dengan suplai melimpah

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Konsep Ibu Menyusui


1. Pengertian Ibu Menyusui
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, panggilan kepada wanita
baik yang sudah bersuami maupun yang belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015).
Menyusui adalah proses alami bagi seorang ibu untuk menghidupi bayinya pasca
melahirkan melalui pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki
refleks menghisap untuk dapat menelan ASI (Wattimena et al, 2012). Jadi pengertian ibu
menyusui adalah suatu proses alami yang dilakukan seorang ibu untuk dapat
memberikan makanan dalam bentuk ASI kepada bayiny
2. Frekuensi dan Waktu Menyusui
Menyusui akan lebih berhasil bila bayi terjaga dan lapar. Jika bayi sedang tidur,
butuh beberapa menit untuk membangunkan bayi. Bayi baru lahir harus diberi makan
setiap dua sampai tiga jam dengan jumlah total 8 – 12 kali dalam 24 jam selama
sekurang-kurangnya satu bulan. Menyusui setiap kali bayi lapar mudah dilakukan karena
ASI selalu siap untuk diberikan. Beberapa bayi mungkin menjadi lapar setiap jam atau
setiap dua jam pada beberapa hari tertentu, pada hari yang lain hanya setiap empat jam.
Semakin sering bayi menyusu, lebih banyak ASI yang diproduksi. Bayi dapat disusukan
pada kedua buah payudara secara bergantian, tiap payudara sekitar 10 – 15 menit
(Bobak, 2004).
3. Tanda-tanda bayi mendapat cukup ASI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2013) Untuk mencegah malnutrisi seorang ibu
harus mengetahui tanda kecukupan ASI. Tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI adalah
sebagai berikut:
a. Produksi ASI akan “berlimpah” pada hari kedua sampai keempat setelah melahirkan,
nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI
menetes dengan spontan.
b. Bayi menyusu 8 – 12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada setiap payudara
dan menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara.
c. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu.
d. Frekuensi BAK (Buang Air Kecil) bayi lebih dari 6 kali sehari. Urin berwarna jernih,
tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa kristal urat pada
urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang.
e. Frekuensi BAB (Buang Air Besar) lebih dari 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1
sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok bayi, pada bayi usia
4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB setiap kali menyusu, dan
hal ini merupakan hal yang normal.
f. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu
diantaranya (seedy milk) setelah bayi berumur 4 – 5 hari. Apabila setelah bayi
berumur 5 hari, fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti teh),
atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu tanda bayi
kurang mendapat ASI.
g. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui. Apabila
sakit ini bertambah dan menetap setelah 5 – 7 hari, lebih-lebih apabila disertai
dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat
menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan membetulkan posisi dan pelekatan
bayi maka hal ini akan menurunkan produksi ASI.
h. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10 % dibanding berat lahir.
i. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 – 14 hari setelah lahir.
B. Konsep air susu ibu (ASI) Ekslusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi berusia 0 – 6 bulan tanpa
memberikan makanan atau minuman lain. Bayi usia 0 – 6 bulan sudah terpenuhi gizinya
hanya dengan ASI (Depkes, 2007). Definisi dari WHO, pemberian ASI eksklusif atau
menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk
air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral atau ASI perah
juga diperbolehkan (Depkes, 2014). Jadi ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja pada
bayi umur 0 – 6, tanpa ada tambahan makanan atau minuman lain.
2. Komposisi ASI
a. Komposisi ASI menurut Stadium Laktasi (Purwanti, 2004)
1) ASI stadium I (kolostrum) Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi
oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ke empat yang berbeda
karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 –
300 ml/hari. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap
melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah.
2) ASI stadium II (ASI peralihan) ASI peralihan diproduksi pada hari ke empat
sampai hari ke sepuluh. Komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak
dan karbohidrat semakin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal
ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang semakin aktif karena
bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI
mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah
berkurang. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan kandungan protein dan
kalsium dalam makanan ibu.
3) ASI stadium III (ASI matur) ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh sampai
seterusnya merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan
perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai
dikenalkan dengan makanan lain selain ASI. Telur akan lebih aman bila diberi
setelah satu tahun karena sistem pencernaan bayi telah siap mengatasi alergi
yang dapat ditimbulkan oleh jenis proteinnya. Biasanya ibu mulai melatih
dengan pengenalan susu buatan. Keadaan ini dapat diatasi dengan ibu tetap
harus lebih sering memberikan ASI dan mengosongkan payudara sehingga akan
terus merangsang hormon prolaktin yang membantu memproduksi ASI menjadi
lebih banyak dan dapat menyimpan sisa ASI-nya dalam lemari pendingin.
Dengan metode ini, bayi tidak akan pernah kekurangan ASI walaupun ibu
bekerja
b. Komposisi Nutrisi dalam ASI (Soetjiningsih, 1997)
Protein ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna. ASI
mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk
pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin
yang tinggi yang merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan
otak bayi. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa yang berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Lemak dalam ASI merupakan kalori utama bagi bayi.
Lemak dalam ASI memiliki bentuk emulsi lebih sempurna karena mengandung enzim
lipase yang memecahkan trigliserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi
monogliserida sebelum pencernaan diusus terjadi. ASI mengandung mineral yang
lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6
bulan. Total mineral selama laktasi adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang
spesifik kadarnya tergantung dari diet dan stadium laktasi. Sekitar 88% ASI terdiri
dari air berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya. Air yang relatif
tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi. Vitamin ASI yaitu A,
D, C, sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik adalah
kurang. Kalori ASI relatif rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI.
3. Keunggulan dan Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
America Academy Pediatric menyebutkan ASI dan menyusui adalah standar normatif
untuk pemberian makanan bergizi seimbang sehingga dengan pemberian ASI maka bayi
mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan (Eidelman & Schanler, 2012).
Ip et al (2007) membuktikan keunggulan dan manfaat pemberian ASI dengan
melakukan penelitian 9000 abstrak pemberian ASI yang berkaitan dengan manfaat
jangka pendek dan manfaat jangka panjang bagi kesehatan. Keuntungan bagi kesehatan
bayi penurunan angka kejadian penyakit Otitis Media, Dermatitis Atopik, infeksi
Gastrointestinal, penyakit saluran pernapasan bawah, asma, dan menurunkan resiko
sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrom (SIDS)). Selain itu,
orang dewasa yang mendapatkan ASI eksklusif semasa bayi mempunyai 30% risiko
rendah terkena diabetes tipe 1, 40% resiko lebih rendah terkena diabetes tipe 2, serta
15 – 30 % resiko rendah obesitas. Sedangkan manfaat bagi menyusui bagi ibu ialah
penurunan 28 % angka kejadian kanker ovarium dan kanker payudara, serta penurunan
depresi postpartum karena menyusui dapat meningkatkan sensitivitas ibu akan
kebutuhan bayinya.
C. Kebutuhan Air pada Ibu Menyusui
1. Gizi seimbang ibu menyusui
Gizi seimbang pada ibu menyusui dapat diartikan bahwa konsumsi makanan ibu
menyusui harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dan untuk pertumbuhan serta
pekembangan bayinya. Gizi seimbang pada saat menyusui merupakan seuatu yang penting
bagi ibu menyusui karena sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, Oleh karena itu,
pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengauh terhadap status gizi ibu
menyusui dan juga tumbuh kembang bayinya. Komponen-komponen di dalam ASI diambil
dari tubuh ibu sehingga harus digantikan oleh makan makanan yang cukup pada ibu
menyusui tersebut. Oleh karena itu, ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan tidak menyusui dan masa kehamilan, tetapi konsumsi
pangannya tetap harus beranekaragam dan jumlah serta poposinya sesuai.
2. Cairan yang dibutuhkan
Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan air susu
dengan cepat. Dianjurkan minum 2-3 liter air per hari atau lebih dari 8 gelas air sehari (12-13
gelas sehari). Terutama saat udara panas, banyak berkeringat dan demam sangat dianjurkan
untuk minum >8 gelas sehari. Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang
menyusui atau sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi dapat diganti.
Pertimbangan nutrisi lain selama menyusui adalah asupan cairan. lebih baik dalam bentuk
air putih, susu dan jus buah bukan minuman ringan, sirup, dan minuman mengandung
kafein. Biasanya ibu sangat dianjurkan untuk minum satu gelas setiap kali menyusui. Rasa
haus adalah indikator baik tentang kebutuhan cairan, kecuali ibu hidup di lingkungan kering
atau melakukan latihan fisik di cuaca panas. Cairan yang dikonsumsi berlebihan dalam
keadaan haus tidak meningkatkan volume susu.
Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa Penambahan asupan air putih ibu juga
penting karena jika asupan cairan ibu tidak tercukupi maka akan mempengaruhi jumlah
produksi ASI (Air Susu Ibu). Jika kebutuhan cairan ibu tidak terpenuhi maka ASI yang
diproduksi tidak sesuai jumlah yang seharusnya. Apabila ibu memenuhi kebutuhan air putih
sebanyak 3000 ml per hari maka ASI yang diproduksi dapat mencapai 600-850 ml per hari.
Kisaran angka produksi ASI tersebut merupakan angka rata-rata ASI yang dibutuhkan oleh
bayi usia pada satu tahun pertama menyusui. Maka dari itu ibu menyusui harus memenuhi
kebutuhan air putih hariannya. Dalam satu hari ibu dianjurkan untuk minum air putih
sebanyak 8-10 gelas setiap harinya, atau setara dengan kurang lebih 2,5 liter. Salah satu
dampak dari kekurangan cairan pada ibu menyusui adalah dehidrasi, hal ini terjadi karena
anak yang masih  menyusui menarik banyak air dari tubuh ibu menyusui.

3. Pemenuhan kebutuhan
Indikasi yang perlu diperhatikan untuk mencegah dehidrasi adalah rasa haus. Ya,
tubuh sebenarnya memiliki mekanismenya sendiri agar tidak kekurangan cairan. Ketika
tubuh memerlukan cairan, maka tubuh akan mengirimkan sinyal pada lewat rasa haus.
Cobalah untuk minum cukup air sebelum tubuh merasa haus. Rasa haus yang Ibu
rasakan setelah menyusui dipicu oleh oksitosin, hormon yang diproduksi tubuh selama
menyusui. Secara alamiah, hormon ini memicu rasa haus untuk mendorong Ibu
mengonsumsi lebih banyak cairan. Selain rasa haus, perhatikan pula warna air kemih
Ibu. Jika warnanya kuning kecokelatan itu berarti Ibu sudah mengalami dehidrasi. Warna
air kemih yang sehat adalah kuning pucat cenderung jernih.
Ibu menyusui memang memerlukan lebih banyak asupan kalori. Meski demikian
bukan berarti Ibu dapat dengan bebas memilih makanan dan minuman, termasuk yang
tinggi gula atau kalori. Pastikan kalori yang diasup berasal dari makanan yang padat gizi.
Para ahli menyarankan ibu menyusui untuk membatasi minuman ini: 
a. Minuman bersoda dan tinggi gula. Kandungan gula yang tinggi dalam minuman ini
bisa mengurangi kapasitas tubuh dalam menahan cairan. Bahkan jika berlebihan
dapat menyebabkan dehidrasi dan membebani kerja ginjal. Ngidam minuman
manis? Ibu bisa mengatasinya dengan menambahkan potongan buah ke dalam air
yang Anda minum. Ingat, satu kaleng soda mengandung 9,5 sendok teh gula.
b. Minuman yang mengandung kafein. Kandungan kafein dalam minuman (maupun
makanan) yang Ibu konsumsi dapat dirasakan oleh bayi melalui ASI. Kafein ini dapat
mempengaruhi mood dan tidur bayi. Selain itu, kafein juga dikenal memiliki efek
diuretik. Jika dikonsumsi berlebihan bisa menyebabkan tubuh kekurangan cairan
atau dehidrasi. 
c. Alkohol. Konsumsi alkohol dapat mengganggu letdown reflex. Ini adalah kondisi saat
ASI mengalir deras yang dipicu oleh produksi hormon prolaktin dan oksitosin akibat
stimulasi saraf saat bayi mengisap payudara. 
Jadi, asupan cairan ibu menyusui memang perlu dijaga agar Ibu tidak mengalami
dehidrasi. Rekomendasi untuk minum 16 gelas sehari hanyalah sebagai panduan umum.
Tiap ibu bisa saja memiliki kebutuhan cairan yang berbeda, tergantung gaya hidup Ibu
juga. Misalnya jika Anda berolahraga di luar ruang, tentu kebutuhan cairan akan lebih
dari rekomendasi tersebut. Yang utama, Ibu tetap memperhatikan petunjuk yang
diperlihatkan oleh tubuh, yaitu rasa haus dan warna urin.
4. Tanda ibu mengalami kekurangan cairan

a. Meningkatnya rasa haus


Tanda pertama yang harus diperhatikan oleh para ibu menyusui adalah merasa
haus setiap kali menyusui. Ini merupakan sinyal dari tubuh untuk mengembalikan
cairan yang hilang.
b. Bibir atau mulut kering
Selain kulit yang bercahaya, mulut dan bibir juga bisa menjadi indikasi seseorang
dehidrasi. Ibu menyusui biasanya mengalami bibir dan mulut kering ketika kurang
minum.
c. Jarang buang air
Ibu menyusui seharusnya buang air kecil sesering bayinya yang menyusu. Secara
umum, kandung kemih akan penuh setiap beberapa jam. Ibu menyusui yang
minum cukup, pasti akan buang air kecil beberapa jam sekali.
d. Warna urine
Warna urine ketika buang air kecil juga bisa menjadi sebuah tanda ibu mengalami
dehidrasi. Jika urine berwarna pekat, itu tandanya ibu mengalami dehidrasi.
Sebaliknya, kalau urine warnanya lebih bening, artinya tubuh sudah cukup
terhidrasi.
e. Sakit kepala
Sakit kepala bisa jadi tanda lain untuk minum lebih banyak air. Sakit kepala akibat
dehidrasi memiliki gejala yang mirip dengan sakit kepala lainnya. Kepala akan
terasa berdenyut di kedua sisi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Selain air mineral, asupan cairan ibu menyusui bisa didapat dari banyak
sumber. Salah satunya dari minuman olahan dan makanan berkuah.
Kita bisa menambahkan buah-buahan atau herbal dalam minuman. Dengan begini
kita tidak cuma membatasi asupan dari air mineral. Beberapa minuman yang
dianjurkan seperti susu rendah lemak, jus buah atau sayur, teh hijau, teh hitam, dan
sup. Boleh jika Ibu sesekali ingin minum kopi berkafein atau minuman tinggi gula,
tapi batasi konsumsinya sekitar satu atau dua kali per hari. Konsumsi cukup cairan
memang membantu menjaga produksi ASI, namun yang paling penting membuat
kita sehat dan selalu terhidrasi
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://nutrisiuntukbangsa.org/blog-writing-competition/

Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil dan Menyusui - Nutrisi Untuk Bangsa (sarihusada.co.id)

Buku Gizi dalam Kesehatan Reproduksi (hal 37-40) Karya Erna Francin Paath, S. Sos dkk.

Biancuzzo, M. 2003. Breastfeeding the newborn : clinical strategies for nurses. St Louis, Mosby
Company.

Departemen Kesehatan R.I. 2005. Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas, Dit Gizi Masyarakat-Depkes RI : Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I. 2002.

Profil kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia sehat 2010,

Departemen Kesehatan RI : Jakarta. Ihsan, F. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. PT Rineka Cipta :


Jakarta.

Suraatmaja, S.1997. Aspek Gizi Air Susu Ibu. Dalam: ASI Petunjuk UntukTenagaKesehatan. Editor:
Soetjiningsih. Jakarta: EGC, 1997;2:16.

Tjekyan, S. 2003. Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Beberapa Puskesmas di kota Palembang.
Jurnal Kedokteran Kesehatan FK Universitas Sriwijaya: 925-926

Anda mungkin juga menyukai