Anda di halaman 1dari 13

Angelas blog

Asi Eksklusif

PENTINGNYA ASI EKSKLUSIF BAGI BAYI

Tujuan Instruksional Umum

Memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi.

Tujuan Instruksional Khusus

1. Melaksanakan inisiaisi menyusu dini.

2. Memahami pengertian ASI eksklusif.

3. Memahami manfaat ASI eksklusif.

4. Memahami kandungan ASI.

5. Memahami cara memperbanyak ASI.

6. Memahami cara menyusui yang benar.

7. Memahami cara penyimpanan ASI yang benar.

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling baik untuk tumbuh kembang bayi terutama bagi
bayi baru lahir sampai dengan umur 6 bulan. Menurut Rohani, dkk (2001:263),prinsip
menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Pemberian ASI awal
dilakukan segera setelah bayi lahir yang disebut dengan inisiasi menyusu dini (IMD). Inisiasi menyusu dini
merupakan salah satu asuhan pada bayi baru lahir sebelum dilakukan pemberian vitamin K, obat tetes
mata antibiotik, dan imunisasi hepatitis B. Pada inisiasi menyusu dini, bayi dibiarkan untuk mencari puting
susu ibunya tanpa bantuan dari ibu atau bidan. Inisiasi menyusu dini merupakan langkah awal dari
tindakan pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
cairan atau makanan apapun sampai dengan umur 6 bulan. Manfaat pemberian ASI eksklusif adalah
sebagai nutrisi bagi bayi, sebagai daya tahan tubuh bayi, meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu
dan bayi, penghematan biaya obat-obatan, dan menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkualitas. Bayi yang diberikan ASI eksklusif tidak mudah terkena penyakit karena ASI mengandung zat
kekebalan tubuh. Zat kekebalan tubuh yang terdapat dalam ASI adalah sebagai berikut.

1. Faktor bifidus yang berfungsi membantu proses perkembangan bakteri menguntungkan dalam usus bayi
dan menekan perkembangan bakteri merugikan.
2. Laktoferin yang berfungsi mengikat zat besi di dalam ASI agar zat besi tidak digunakan oleh bakteri yang
merugikan untuk perkembangannya.

3. Zat anti alergi.

4. Zat anti virus polio.

Zat kekebalan tubuh yang terdapat di dalam ASI ini membantu perkembangan selaput
usus bayi yang digunakan sebagai pelindung untuk menghindari zat-zat merugikan yang dapat masuk ke
dalam peredaran darah. Zat-zat merugikan yang sampai masuk ke dalam peredaran darah dapat
menurunkan imunitas atau daya tahan tubuh bayi sehingga akan mengganggu kesehatannya. Keadaan
bayi yang tidak sehat pada awal kehidupannya akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
bayi selanjutnya.

Bayi yang diberikan ASI eksklusif secara benar tidak akan merasa lapar meskipun tidak ada tambahan
cairan atau minuman yang diberikan kepada bayi karena komposisi yang terkandung di dalam ASI sudah
mencukupi kebutuhannya sampai dengan umur 6 bulan. Komposisi yang terkandung di dalam ASI berubah
sesuai dengan kebutuhan bayi setiap harinya. Menurut Sitti Saleha (2009:18),air susu ini memiliki tiga
stadium yang terdiri atas kolostrum, air susu transisi/peralihan, dan air susu matur (mature).

1. Kolostrom

Kolostrom adalah cairan yang dikeluarkan pada hari ke-1 sampa hari ke-3 yang berwarna kekuning-
kuningan, kental, dan apabila dipanaskan akan menggumpal. Kolostrom merupakan pencahar yang ideal
untuk membersihkan sisa mekonium dari usus bayi dan mempersiapkan saluran pencernaan bagi
makanan yang akan datang. Kolostrom lebih banyak mengandung mineral, karbohidrat, protein dan
antibodi untuk memberikan perlindungan bagi bayi.

2. ASI peralihan

ASI peralihan merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI matang. Air susu ini dikeluarkan
dari hari ke-4 sampai hari ke-7. Kadar protein pada ASI peralihan munurun sedangkan kadar karbohidrat
dan lemak meningkat.

3. ASI matang

ASI matang merupakan air susu yang dikeluarkan dari hari ke-10 dan seterusnya. ASI batang berwarna
putih kekuningan dan tidak akan menggumpal bila dipanaskan. Di dalam ASI matang terdapat zat
antimikrobakterial sperti antibodi, protein, dan hormon-hormon.

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2009:376),ASI yang keluar pada permulaan menyusu (foremilk=susu
awal) berbeda dengan ASI yang keluar pada akhir penyusuan (hindmilk=susu akhir). ASI yang keluar pada
akhir penyusuan banyak mengandung lemak yang berguna sebagai energi untuk bayi.

Untuk memperbanyak ASI, seorang ibu dianjurkan untuk menyusui bayinya setiap 2 jam selama 10-
15 menit atau sesering mungkin, tidur bersebelahan dengan bayi, menyusui di tempat yang nyaman dan
membuka pakaian bayi yang membuat panas. Selama menyusui, seorang ibu harus meningkatkan
istirahat dan minum. Agar bayi menelan secara aktif, seorang ibu harus menyusui bayinya dengan teknik
yang benar. Pada saat menyusui, posisi ibu duduk bersandar dan kakinya tidak boleh menggantung. Bayi
berada di pangkuan ibu, kepala bayi sejajar dengan badan bayi, kepala bayi diletakkan di siku ibu, lengan
tangan ibu menyangga badan bayi, telapak tangan ibu menyangga bokong atau paha bayi kemudian bayi
dihadapkan ke dada ibu sehingga mulut bayi dekat dengan puting susu dan perut bayi menempel pada
perut ibu. Sebelum mulai menyusui bayi, ibu jari dan jari telunjuk ibu memeras ASI sampai keluar 2-3 tetes
lalu mengoleskan ke puting susu sampai dengan areola secara melingkar. Setelah itu, ibu jari ibu berada
di atas puting susu, empat jari berada di bawah puting susu dan menempelkan puting susu di bibir bayi
atau di pipi bayi sampai mulut bayi terbuka lebar dan bayi siap untuk menghisap puting susu ibu. Setelah
ibu menyusui 10-15 menit atau sampai payudara kosong, bayi segera disendawakan dengan cara
meletakkan dagu bayi pada bahu ibu dan tangan ibu menepuk-nepuk punggung bayi pelan-pelan atau
bayi ditengkurapkan di pangkuan ibu dan tangan ibu menepuk punggung bayi perlan-pelan. Dalam
keadaan sedang tidak menyusui, seringkali payudara terasa penuh. Payudara yang penuh dapat diperas
dengan tangan atau menggunakan pompa. Penyimpanan ASI di udara terbuka/bebas dapat tahan 6-8 jam.
Penyimpanan pada lemari pendingin dengan suhu 4C dapat tahan sampai dengan 24 jam, penyimpanan
pada lemari pendingin dengan suhu -18C dapat tahan sampai dengan 6 bulan. AI yang telah didinginkan
tidak boleh direbus bila akan diberikan pada bayi karena akan merusak kandungan di dalam ASI dan akan
menurunkan kualitas unsur kekebalannya. ASI cukup didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar atau
dapat direndam di dalam wadah yang berisi air panas yang telah disiapkan sebelumnya.

Seorang ibu yang bekerja tetap harus memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Selama cuti, ibu
dianjurkan untuk terus menyusui bayinya. Ketika sudah mulai bekerja, pola minum bayi harus diubah.
Sebelum berangkat kerja, ibu membiasakan diri untuk menyusui bayinya dan selama di kantor, ASI diperas
setiap 3-4 jam sekali kemudian disimpan di dalam lemari pendingin untuk dibawa pulang. ASI yang sudah
diperas tidak boleh diberikan menggunakan dot karena akan membuat bayi bingung puting dan malas
untuk menghisap puting susu ibunya. ASI tetap diberikan menggunakan cangkir dan sendok sedikit demi
sedikit.

Pemberian ASI yang dianjurkan adalah sebagai berikut.

ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100% kebutuhan bayi.

Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat memenuhi 60-70% kebutuhan
bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai
dengan usia bayi. Di atas usia 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan makanan
padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang
2 tahun untuk manfaat lainnya (Sarwono Prawirohaedjo, 2009:376).

Keberhasilan menyusui diperoleh dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan sejak masa kehamilan
sampai dengan bayi lahir. Persiapan fisik dan psikologis ibu sebelum menyusui sangat berpengaruh pada
keberhasilan menyusui. Untuk persiapan psikologis, bidan perlu memberikan dukungan kepada ibu
menyusui agar ibu termotivasi untuk memberikan ASI kepada bayinya karena keinginan untuk memberi
ASI adalah faktor yang penting untuk keberhasilan menyusui. Pengetahuan dan keterampilan bidan
memberikan konseling mengenai ASI eksklusif kepada seorang ibu akan sangat membantu ibu
meningkatkan rasa percaya dirinya bahwa setiap ibu mampu untuk menyusui bayinya. Kerja sama yang
baik antara ibu menyusui dan bidan akan mempermudah penerimaan ibu terhadap penjelasan-penjelasan
bidan mengenai ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sudarti dan Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Posted by Angel Js at 02:02 24 Mei 2013

Jutaan bayi di Indonesia kehilangan awal terbaik dalam hidup mereka

Laporan baru oleh UNICEF, WHO dan IBFAN mengungkapkan adanya kesenjangan dalam
peraturan perundang-undangan untuk melindungi pemberian ASI

JAKARTA, 13 Mei 2016 Dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di Indonesia, lebih dari
setengahnya tidak mendapatkan ASI secara optimal pada tahun-tahun pertama kehidupannya.
Kesenjangan dalam perundang-undangan nasional berkontribusi terhadap situasi yang ada saat
ini.

Terdapat peningkatan berarti pada angka menyusui dalam beberapa tahun terakhir. Walaupun
begitu, jutaan bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan awal kehidupan yang terbaik ini
karena orang tua menerima informasi yang tidak tepat tentang apa yang terbaik bagi anak-anak
mereka, kata Harriet Torlesse, Kepala Gizi, UNICEF Indonesia.

UNICEF, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan merekomendasikan


bahwa bayi disusui segera setelah lahir dan tidak diberi makanan apapun selain ASI selama 6
bulan pertama kehidupan, tidak diberikan air, ataupun makanan lain, hanya ASI saja. Dari 6
bulan hingga setidaknya 2 tahun, ASI harus tetap diberikan bersama dengan makanan
pendamping ASI yang aman dan bergizi. Namun di Indonesia, meskipun sejumlah besar
perempuan (96%) menyusui anak mereka dalam kehidupan mereka, hanya 42% dari bayi yang
berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada saat anak-anak mendekati ulang
tahunnya yang ke dua, hanya 55% yang masih diberi ASI.
Sebuah laporan baru menjelaskan bahwa promosi dan iklan susu formula dan susu pertumbuhan
untuk anak-anak yang berusia kurang dari 3 tahun ini menjadi sebagian penyebabnya. Laporan
yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNICEF, dan International Baby
Food Action Network (IBFAN) menyatakan pentingnya peraturan perundang-undangan nasional
dalam melindungi pemberian ASI dengan melarang promosi dan iklan produk-produk tersebut.

Dari 194 negara yang dianalisis dalam laporan tersebut, Indonesia merupakan salah satu dari 135
negara yang telah menyediakan beberapa bentuk upaya hukum terkait dengan Kode Pemasaran
Internasional Pengganti ASI dan berbagai resolusi yang telah diadopsi oleh Majelis Kesehatan
Dunia (KODE). Namun, perundang-undangan di Indonesia yang ada saat ini hanya melindungi
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan seorang anak.

Sementara kita harus melanjutkan upaya untuk meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif,
kita juga harus melindungi, mempromosikan dan mendukung terus pemberian ASI sampai anak
berusia minimal 2 tahun, kata Harriet Torlesse, Kepala Gizi, UNICEF Indonesia.

ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi. ASI aman, bersih, ramah lingkungan dan
mengandung antibodi yang membantu melindungi terhadap banyak penyakit umum yang terjadi
pada anak. Anak yang diberi ASI secara optimal menunjukkan tes kecerdasan yang lebih baik,
cenderung tidak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dan tidak rentan terhadap
penyakit diabetes di kemudian hari. Wanita yang menyusui juga memiliki risiko yang lebih
rendah terkena kanker payudara dan ovarium. Namun pemasaran produk pengganti ASI yang
tidak tepat terus mengurangi upaya untuk meningkatkan angka dan jangka waktu menyusui di
seluruh dunia.

Perundang-undangan di Indonesia saat ini melarang produsen dan distributor mempromosikan


dan mengiklankan susu formula untuk bayi di bawah 6 bulan di fasilitas kesehatan. Fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan juga tidak diizinkan untuk menjual, memberikan atau
mempromosikan susu formula untuk bayi tersebut. Selain itu, ada beberapa pembatasan larangan
pada label dan iklan produk susu untuk bayi di bawah satu tahun.

Namun, sebuah penelitian terbaru di Indonesia menemukan lebih dari 1.000 insiden terkait
ketidakpatuhan berbagai produsen dan distributor terhadap peraturan terkait Kode Internasional
Pemasaran Pengganti ASI. Ini sangat mengganggu karena informasi yang salah dan
menyesatkan melalui iklan dan promosi oleh perusahaan susu bayi dan retailer membingungkan
orang tua dan menurunkan percaya diri para ibu untuk menyusui tambah Nn. Torlesse.

Bisnis produk pengganti ASI merupakan bisnis yang besar, dengan penjualan yang diperkirakan
mencapai Rp. 25,8 triliun di Indonesia tahun ini. Namun apabila anak-anak disusui secara
optimal sesuai dengan rekomendasi, negara akan menghemat Rp. 20 triliun setiap tahunnya
untuk biaya perawatan kesehatan dan upah: Analisis baru yang dilakukan oleh Universitas
Padjajaran dengan UNICEF dan Alive and Thrive, mengungkapkan bahwa peningkatan
pemberian ASI di Indonesia bisa menyelamatkan 5.377 nyawa anak-anak dan Rp. 3 triliun untuk
biaya kesehatan setiap tahun dengan mencegah penyakit pada anak seperti pneumonia dan diare.
Selain itu, meningkatkan pemberian ASI bisa menghemat Rp. 17 triliun untuk upah setiap tahun
karena perbaikan dalam kemampuan kognitif dan peningkatan pendapatan di kemudian hari.
Untuk dapat sejalan dengan rekomendasi Kementerian Kesehatan tentang menyusui, ruang
lingkup perundang-undangan nasional harus diperkuat, mencakup promosi dan iklan dari semua
produk susu yang secara khusus dipasarkan sebagai asupan bayi dan anak-anak sampai usia 3
tahun.

###

Tentang UNICEF: UNICEF mempromosikan hak-hak dan kesejahteraan setiap anak, dalam
setiap pekerjaan yang kami lakukan. Bersama-sama dengan mitra-mitra kami, UNICEF bekerja
di 190 negara dan wilayah untuk merealisasikan komitmen kedalam tindakan-tindakan praktis,
dengan fokus kepada upaya-upaya khusus untuk menjangkau anak-anak yang paling rentan dan
yang terkucil, bagi kepentingan semua anak di manapun juga.

Pekan ASI sedunia: Angka pemberian ASI di


Indonesia masih rendah
Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah penurunan gizi anak, buruknya gizi anak, hingga
tumbuh pendek

Yuli Saputra
Published 2:55 PM, August 07, 2016

Updated 7:50 PM, August 07, 2016

BANDUNG, Indonesia Setiap tahunnya, Pekan Air Susu Ibu (ASI) Sedunia diperingati pada
minggu pertama bulan Agustus.

Pada tahun ini, acara yang merupakan tindak lanjut dari Deklarasi Innocenti tahun 1990 di
Florence, Italia, itu mengambil tema Breastfeeding A Key to Sustainable Development, di
mana menyusui menjadi kunci untuk tercapainya 17 Sustainable Development Goals (SDGs)
yang targetnya tercapai pada 2030. Di antaranya menghilangkan kemiskinan, ketidakadilan, dan
menghadapi perubahan iklim.

Pekan ASI Dunia 2016 merupakan langkah awal agar semua pihak bekerjasama dan
menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan dapat dicapai melalui perlindungan, promosi
dan dukungan menyusui, kata Konselor Menyusui yang juga Leader La Leche League (LLL)
Indonesia, Fatimah Berliana Monika Purba, kepada Rappler, Kamis, 4 Agustus.

La Leche League (LLL) adalah organisasi internasional non-profit, non-sektarian yang


didedikasikan untuk mengedukasi dan memberikan informasi, dukungan, dan penguatan untuk
wanita yang ingin menyusui.
Monika mengatakan dukungan semua pihak terhadap ibu menyusui sangat penting untuk
kesuksesan menyusui hingga usia anak mencapai 2 tahun.

Sayangnya, masih banyak yang belum memahami bahwa menyusui itu bukan hanya keterlibatan
antara ibu dan anak saja, tapi juga perlu keterlibatan suami, anggota keluarga, tenaga dan
fasilitas kesehatan, rekan kerja dan tempat bekerja, masyarakat, pemerintah, dan pembuat
kebijakan.

Dukungan dari suami dan anggota keluarga bisa berupa meyakinkan bahwa ibu dapat menyusui
dan memberikan ASI, dan membuat ibu nyaman seperti memijat, membantu mengurus bayi, dan
melakukan pekerjaan rumah tangga bila diperlukan.

Dukungan dari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan adalah memberikan penjelasan mengenai
manfaat menyusui dan pemberian ASI, menjelaskan teknik-teknik dasar menyusui, dan
mendukung ibu terus memberikan ASI setiap kali kontrol.

Bagi ibu bekerja, dukungan dari rekan kerja dan tempat bekerja juga sangat penting. Seringkali
kegagalan menyusui berawal saat ibu menyusui mulai bekerja.

Dukungan yang diperlukan adalah menyediakan ruang laktasi yang nyaman dan memenuhi
syarat, mendukung dan melindungi hak para pekerja wanita yang menyusui untuk memerahkan
di tempat kerja, dan memberikan cuti melahirkan yang memadai sesuai undang-undang.

Menciptakan lingkungan yang ramah bagi ibu menyusui juga turut berkontribusi pada
keberhasilan menyusui. Apalagi bila hal itu didukung oleh kebijakan dari pemerintah yang
menguatkan terwujudnya kondisi tersebut.

Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah dan anggota legislatif bisa membuat aturan atau
penyediaan fasilitas yang memudahkan ibu menyusui di tempat umum, seperti menyediakan
ruang laktasi yang memadai lebih banyak dan merata di tempat-tempat umum, serta kebijakan
yang melindungi hak ibu terutama Ibu pekerja dalam memberikan ASI dan memberikan sanksi
tegas kepada yang melanggar.

Pemerintah juga harus lebih gencar melakukan edukasi dan promosi ASI ke semua daerah
terutama daerah-daerah terpencil. Selain itu, pemerintah secara tegas mengimplementasikan
International Code for Breastmilk Substitute dari WHO sehingga berbagai pelanggaran yang
dilakukan oleh para produsen susu formula dapat dihentikan dan ditindaklanjuti.

Karena itu, setiap minggu pertama bulan Agustus setiap tahun dijadikan sebagai Pekan ASI,
yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya ASI bagi
bayi dan diperlukannya dukungan bagi ibu dalam mencapai keberhasilan menyusui bayinya ujar
Monika.

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di
dunia hanya 38 persen. Indonesia adalah salah satunya.
Di Indonesia, ungkap Monika, angka pemberian ASI masih rendah. Berdasarkan data yang
dikumpulkan International Baby Food Action Network (IBFAN) 2014, Indonesia menduduki
peringkat ke tiga terbawah dari 51 negara di dunia yang mengikuti penilaian status kebijakan dan
program pemberian makan bayi dan anak (Infant-Young Child Feeding).

Ini menunjukkan, pemberian ASI sebagai makanan pertama bayi masih kurang. Padahal, lanjut
Monika, penurunan gizi anak hingga menyebabkan anak bergizi kurang hingga buruk dan
tumbuh pendek (stunting) dapat dicegah sedini mungkin dengan pemberian ASI eksklusif dan
MPASI yang benar.

Hal ini menunjukkan masih besarnya tantangan yang perlu dihadapi, masih kurangnya
komitmen bersama semua pihak dalam melakukan upaya-upaya perlindungan, promosi dan
dukungan terhadap pemberian asupan bayi, kata Monika.Rappler.com

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Home > News > Nasional

Rabu , 23 March 2016, 08:53 WIB

Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia Meningkat


Rep: Qommarria Rostanti / Red: Nur Aini

Republika/Wihdan Hidayat

Pemberian ASI eksklusif tampaknya memuluskan transisi ke makanan padat.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek menyatakan status


gizi Indonesia saat ini lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya cakupan ASI
Eksklusif dan menurunnya angka balita pendek (stunting) di Indonesia.

Dunia kini mengakui, Lancet Breastfeeding Series 2016 menyebutkan ASI Eksklusif kita
meningkat dari sebelumnya 38 persen (Riskesdas, 2013) naik menjadi 65 persen, ujarnya dalam
siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/3).

Sementara itu, keberhasilan lainnya adalah Indonesia berhasil menurunkan angka stunting yang
sebelumnya mencapai 37,2 persen (Riskesdas, 2013) menjadi 29,0 persen berdasarkan hasil
pemantauan status gizi di 496 kabupaten/kota dengan melibatkan 165 ribu balita sebagai
sampelnya.

Hasil ini diperkuat juga dengan data UNICEF yang melakukan intervensi selama tiga tahun sejak
2011 hingga 2014 di tiga kabupaten di Indonesia (Sikka, Jayawijaya, Klaten) dan berhasil
menurunkan angka stunting sebesar 6 persen. "Jadi stunting mulai turun, artinya intervensi kita
tepat," kata Nila.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Nila
menerangkan bahwa anak dengan stunting memiliki kelemahan dan berkorelasi terhadap IQ
yang rendah, tinggi badan, dan berat badan tidak sesuai grafik perkembangan, serta rentan
terhadap penyakit. Oleh karena itu, masyarakat utamanya para remaja harus mengerti dan
memahami bagaimana merencanakan keluarga, utamanya mengenai nutrisi. Bagaimana
kesiapannya untuk menikah, hamil dan memiliki anak, serta bagaimana agar dapat menjaga
kecukupan nutrisi anak tersebut dan dirinya sendiri.

Berdasarkan daur kehidupan, kebutuhan nutrisi harus terpenuhi sejak bayi hingga manula.
Namun yang juga penting adalah para remaja. Dia menyebut upaya perbaikan gizi seyogyanya
dilakukan melalui pendekatan continuum of care dengan fokus yang diutamakan adalah 1000
hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari masa kehamilan sampai anak berumur 2 tahun. Nutrisi
ini penting, karena merupakan daya ungkit untuk mendapatkan sumber daya manusia
berkualitas.

Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia Baru


42%
23 Oktober/ 2016

03:20 WIB

Oleh : Martin Sihombing

Ilustrasi - Talkfeed.co.za
Bisnis.com, YOGYAKARTA - Cakupan air susu ibu (ASI) eksklusif di Indonesia baru
mencapai angka 42 persen, masih jauh dari harapan, kata sosiolog dari Universitas Gadjah Mada
(UGM) Desintha Dwi Asriani.

Jumlah kelahiran di Indonesia 4,7 juta orang per tahun, sementara itu jumlah bayi yang
memperoleh ASI eksklusif selama enam bulan bahkan hingga dua tahun, ternyata tidak mencapai
dua juta jiwa, katanya di Kampus Program Doktoral Studi Kebijakan UGM, Sabtu (22/10/2016).

Jika dibandingkan dengan target WHO yang mencapai 50%, maka angka tersebut masihlah jauh
dari target, ujar Deshinta Di Yogyakarta memperlihatkan tindakan menyusui pada akhirnya
memosisikan perempuan sebagai objek demi sebuah program besar yang digagas oleh
pemerintah tentang kesejahteraan dan kesehatan, sehingga pada akhirnya menampilkan wacana
baru dalam konteks praktek menyusui.

Menurut dia, seharusnya praktik menyusui menjadi praktik hak, bukan kemudian menjadi
praktik konstruktif yang diterjemahkan dalam kata kewajiban.

"Ketika ini dipahami sebagai hak, dan saat perempuan tersebut tidak bisa menyusui misalnya,
maka dia akan mencari cara bagaimana agar bisa mendapatkan haknya untuk menyusui," ujar
Desintha.

Selain itu, praktik menyusui bukanlah persoalan sederhana, sebab bukan sekadar memberi
asupan nutrisi bagi bayi langsung dari payudara sang ibu.

"Tetapi, ada banyak hal yang perlu untuk dinegosiasikan terutama bagi perempuan yang bekerja.
Di antaranya, pendeknya masa cuti melahirkan, tidak ada sistem cuti menyusui, terbatasnya
waktu istirahat, tidak ada fasilitas ruang laktasi, tidak punya lemari penyimpan ASI, faktor
kelelahan, maupun persoalan kultural, dan malu jika memerah ASI di tempat bekerja," ungkap
dia.

Sumber : ANTARA

Tag : air susu ibu

Editor : Martin Sihombing

<a
href='http://ads.bisnis.com/www/delivery/ck.php?n=a800da59&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_
HERE' target='_blank'><img
src='http://ads.bisnis.com/www/delivery/avw.php?zoneid=463&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_
HERE&amp;n=a800da59' border='0' alt='' /></a>
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Home headline kesehatan Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia Belum Mencapai Angka yang
Diharapkan

Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia Belum


Mencapai Angka yang Diharapkan
Posted by: INSA Reporter Posted date: 21.43.00 / comment : 0

Share This

Jakarta,BeritaRayaOnline,Cakupan ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai angka yang diharapkan


(80 %). Cakupan ASI eksklusif masih rendah 39.5 % (SDKI 2002), 38 % (SDKI 2007), 42 % (SDKI 2012),
cakupan pemberian ASI 0-6 bulan 54,3 % (Pusdatin 2015). Cakupan bayi dengan susu formula 27,9 %
(SDKI 2007) meningkat dari 16,7 % (SDKI 2000) dan 31 % (SDKI 2012).

Dalam rangka meningkatkan pemberian ASI, Indonesia sudah memiliki komitmen untuk melaksanakan
"Deklarasi Innocent" tahun 1990 mengenai Ibu Menyusui serta Konvensi ILO No.183 tahun 2000 tentang
perlindungan maternitas di tempat kerja, yang menyatakan bahwa setiap negara diharuskan
memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu agar berhasil memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayinya.

Pemerintah Indonesia pun telah menerbitkan UU No.13 tahun 2003 tentang ketenakerjaan yang
menyebutkan pekerja dan buruh perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan
sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. UU
Nomor 36tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bayi berhak mendapatkan ASI sejak dilahirkan
sampai 6 bulan , kecuali atas indikasi medis.
Regulasi lain yang menguatkan pemberian ASI di empat kerja adalah Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor : 48/Men.PP/XII/2008, Nomor : per 27/Men/XII/2008, dan Nomor 1177/Menkes/PB/XII/2008
tentang Peningkatan Pemberian AirSusu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.

Masalah ini terungkap dalam temu media "Pekan ASI Se-Dunia 2015" di Kementerian Kesehatan di
Jakarta, Jumat siang (4/9/2015) .Hadir dalam kesempatan tersebut Dr.Muchtar Mansyur, MS, SpOK,PHD,
Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Dr.Gita Maya Koemara, Direktur Bina Kesehatan Ibu,
Suhartati, Skep.MKes, Direktur Keperawatan, Drs.Laurent Sinaga (Kemenaker), Rahmat (ayah ASI),
Komalasari (PT.Daeng), dan Lies Untung (Dharma Wanita).
Sebagai upaya memperjelas tata cara penyelenggaraan ASI di tempat kerja, Kementerian kesehatan
telah menerbitkan Pedoman Pengelolaan Air Susu Ibu (ASI) di tempat kerja.Selain itu diterbitkan pula
Pedoman Program Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP) yang salah satu ruang lingkup
kegiatannya berupa peningkatan pengelolaan ASI selama waktu kerja.Fokus program GP2SP adalah 29
provinsi, 201 kabupaten, 829 kecamatan, dan 3041 perusahaan di Indonesia.

"Target perencanaan tahun 2015 sebanyak 12 provinsi telah melaksanakan program ASI di tempat kerja
dan sampai dengan tahun 2019 sebanyak 29 provinsi diharapkan telah melaksanakan program ini,"
jelasnya.

Sejak tahun 2014 sudah mulai dilakukan pelaksanaan program ASI di tempat kerja dengan model di 5
kabupaten/kota yang mempunyai industri skala menengah/besar dengan perusahaan mayoritas
perempuan pekerja lebih dari 100 orang yaitu di Kota Batam (Provinsi Kepulauan Riau), Kab.Bandung
dan Kab.Bogor (Provinsi Jawa Barat), Kab.Sukoharjo (Provinsi Jawa Tengah), dan Kab.Pasuruan (Provinsi
Jawa Timur).

Data dari Internasional Labour Organization (ILO) Jakarta dari 142 perusahaan yang termasuk dalam
Better Work Indonesia (BWI) terdapat 85 perusahaan yang memiliki ruang ASI. Permasalahan dalam
pemberian ASI pada ibu bekerja adalah waktu bekerja selama 8 jam yang menyebabkan ibu tidak tidak
memiliki waktu yang cukup untuk menyusui anaknya, kesempatan untuk memerah ASI yang tidak
diberikan oleh tempat kerja, tidak tersedianya ruang ASI di tempat kerja, serta kurangnya pengetahuan
ibu bekerja mengenai manajemen laktasi.

"Sebagai apresiasi kepada perusahaan yang telah memberikan perhatian terhadap kesehatan ibu dan
anak, Kementerian Kesehatan telah memberikan penghargaan Mitra Bhakti Husana (MBH) bagi tempat
kerja atau perusahaan dan perkantoran yang melaksanakan kesehatan reproduksi dan ASI di tempat
kerj sejak tahun 2010. Tahun ini akan diberikan penghargaan sejenis kepada tiga perusahaan atau
perkantoran terbaik nasional dalam penyelengaraan kesehatan reproduksi dan ASI di tempat kerja.,
"katanya.

Dalam rangka penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia, terdapat rangkaian kegiatan dalam bentuk kegiatan
kampanye diberbagai lokasi dan oleh berbagai pihak serta acara puncak yang dislenggarakan pada
pertengahan September ini dalam bentuk pemberian penghargaan Baduta Sehat Ibu Produktif dan
seminar tentang ASI Eksklusif serta pengelolaan ASI di tempat kerja. (lasman simanjuntak)

headline kesehatan

Anda mungkin juga menyukai