Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Satu langkah yang utama dalam mencegah terjadinya kematian bayi neonatal adalah
dengan memberikan asupan gizi yang cukup dan berkualitas kepada bayi. Pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir menjadi bagian terpenting dalam upaya memenuhi asupan gizi
pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Kolostrum merupakan merupakan cairan pertama
yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu dan merupakan sel darah putih atau antibodi yang
mengandung immunoglobulin A (IgA), yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap
usus pada bayi baru lahir. Oleh sebab itu, cairan kental berwarna kekuningan ini penting
dalam menjaga ketahanan tubuh bayi terhadap infeksi kuman dan bakteri, sehingga
meningkatkan kekebalan tubuh sang bayi.

Berdasarkan hal tersebut, maka program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) digalakkan
sebagai upaya untuk mendorong pemberian kolostrum pada bayi baru lahir, sekaligus
mencegah tingginya kematian neonatal. Cakupan IMD pada bayi secara nasional tercatat
masih sangat rendah. Hal ini terlihat pada laporan hasil Riskesdas tahun 2010 yang
menyebutkan bahwa hanya 29,3 persen bayi yang berhasil menyusui kurang dari satu jam
setelah persalinan.

Menurut Roesli, Inisiasi Menyusu Dini (early initiation of breastfeeding) adalah proses
menyusui sendiri yaitu minimal satu jam pertama pada bayi baru lahir. Setelah lahir, bayi
harus segera didekatkan ke tubuh ibu dengan cara meletakkan bayi di atas dada atau perut
ibu, sehingga terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Bayi
kemudian akan menunjukkan kemampuan yang menakjubkan, dimana bayi akan berusaha
untuk merangkak ke arah payudara ibu dan menemukan puting susunya, sehingga bayi akan
dapat menyusu sendiri. Cara bayi menyusu sendiri tersebut dinamakan The Breast Crawl atau
merangkak mencari payudara. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada dasarnya tidak boleh
terlambat diberikan karena refleks menghisap bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada
usia 20-30 menit dan refleks ini akan terus berkurang dan melemah seiring waktu.
1.2 Rumusan Masalah
Pembahasan dukungan yang diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar dapat menyusui
ASI ekslusif dapat disusun dengan format sebagai berikut :
1. Apa pengertian ASI eksklusif?
2. Apa tujuan pemberian ASI eksklusif?
3. Bagaimana tatacara pemberian ASI ekslusif yang benar?
4. Apa saja hambatan-hambatan dalam pemberian ASI ekslusif?
5. Bagaimana cara perawatan payudara agar proses pemberian ASI eksklusif tidak
terhambat?
6. Apa saja dukungan yang dapat diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar dapat
menyusui dengan ASI eksklusif?

1.3 Tujuan
Pembahasan dukungan yang diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar dapat menyusui
ASI ekslusif bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian ASI eksklusif.
2. Untuk mengetahui tujuan pemberian ASI eksklusif.
3. Untuk mengetahui tatacara pemberian ASI ekslusif yang benar.
4. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pemberian ASI ekslusif.
5. Untuk mengetahui cara perawatan payudara agar proses pemberian ASI eksklusif
tidak terhambat.
6. Untuk mengetahui dukungan yang dapat diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar
dapat menyusui dengan ASI eksklusif.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Asi Ekslusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar langsung dari
payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna,
praktis, murah dan bersih karena langsung diminum dari payudara ibu. ASI mengandung
semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6
bulan pertamanya. Jenis ASI terbagi menjadi 3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan
ASI mature. Kolostrum adalah susu yang keluar pertama, kental, berwarna kuning
dengan mengandung protein tinggi dan sedikit lemak (Walyani, 2015).

Proses pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0–6 bulan
disebut ASI eksklusif.
ASI eksklusif yang dimaksud yaitu bayi tidak diberikan apapun, kecuali makanan yang
langsung diproduksi oleh ibu yaitu ASI (Yuliarti, 2010). World Health Organization
(WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan sebaiknya
anak hanya diberi air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan pertama dalam
kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan makanan pendamping yang tepat sampai
usia 2 tahun dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.

2. Apa tujuan pemberian ASI eksklusif?


UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia
enam bulan, diatas usia enam bulan bayi harus diberikan makanan tambahan baik yang
bersifat semi padat maupun padat (Kemenkes, 2014).

Pemberian ASI eksklusif sangat berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak, dikarenakan ASI merupakan makanan terbaik yang mengandung nutrisi
yang sangat dibutuhkan oleh bayi pada usia 0-6 bulan. Selain itu, ASI juga mengandung
enzim, hormon, kandungan imunologik dan anti infeksi (Munir, 2006).

ASI memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup bayi,
karena bayi yang diberi ASI secara eksklusif memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik
dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif. Sehingga bayi jarang menderita
penyakit dan terhindar dari masalah gizi dibandingkan bayi yang tidak. Asupan ASI yang
kurang mengakibatkan kebutuhan gizi bayi menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan
pemenuhan gizi pada bayi akan berdampak buruk pada kualitas sumber daya manusia
yang dapat dilihat dari terhambatnya tumbuh kembang bayi secara optimal (Bahriyah
dkk, 2017).

Pada dasarnya, pelaksanaan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan pemberian
MPASI pada bayi berusia enam sampai 24 bulan bertujuan untuk mencapai status gizi
balita yang baik. Penialaian status gizi balita yang baik dilakukan melalui kegiatan
penimbangan berat badan anak setiap bulan yang biasanya dilakukan di posyandu
maupun fasilitas kesehatan lainnya. Jika setiap bulan anak mengalami peningkatan berat
badan dan tinggi badan sesuai dengan standar grafik yang tercantum dalam buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dari Kementerian Kesehatan, maka dapat disimpulkan
bahwa anak tersebut memiliki status gizi yang baik (Andriany dkk, 2013).

Sumber : Hamzah, Diza Fathamira. 2018. Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif Terhadap
Berat Badan Bayi Usia 4-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota. Jurnal
JUMANTIK Vol. 3 No. 2

3. Bagaimana tatacara pemberian ASI ekslusif yang benar?


Air susu ibu atau ASI eksklusif adalah asupan terbaik bagi buah hati untuk pertumbuhan
fisik dan intelektualnya. Karena itulah para tenaga kesehatan selalu menyarankan
pemberian ASI eksklusif kepada ibu yang baru melahirkan. Pemberian ASI eksklusif
harus berlangsung selama enam bulan sejak bayi lahir tanpa tambahan asupan lain,
termasuk air putih. Ada pengecualian untuk vitamin, mineral, atau obat-obatan bila bayi
memang memerlukannya dalam kurun enam bulan itu.

Tapi periode enam bulan saja tidak cukup. Memberikan ASI eksklusif haruslah tepat
untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi bayi. Cara terbaik memberikan ASI eksklusif
adalah dengan teknik latch on. Latch on adalah posisi ketika bayi menyusu dengan mulut
melekat pada payudara ibu. Teknik ini membantu bayi menerima ASI secara memadai.
Menerapkan Posisi Latch On pada Bayi
American Pregnancy Association memberikan panduan menerapkan posisi latch on pada
bayi dalam proses menyusui.

 Pastikan posisi ibu nyaman, misalnya duduk di kursi dengan bantalan empuk dan
kursi kecil di depan untuk menaruh kaki.
 Bila perlu dan ada, gunakan bantal khusus menyusui bagi bayi.
 Pastikan posisi perut bayi dan ibu menempel berhadap-hadapan.
 Jangan mengarahkan tubuh ke bayi, melainkan biarkan bayi yang menyandar ke tubuh
ibu.
 Jaga agar telinga, bahu, dan panggul bayi sejajar agar bayi bisa menelan ASI lebih
mudah.
 Hidung bayi harus berada di depan putting ibu.
 Ibu mungkin harus menahan payudara untuk membantu memandu mulut bayi
mengarah ke puting. Pegang payudara dalam posisi jari membentuk huruf C atau U.
Pastikan jari jauh dari putting agar tidak mengganggu proses menyusui.
 Arahkan putting ke bagian atas bibir atau hidung, bukan langsung ke tengah mulut.
 Kepala bayi harus sedikit ke belakang, dagu harus mengarah ke atas.
 Jangan memaksa memasukkan puting ke mulut bayi. Rangsang saja agar mulut bayi
terbuka dengan mengoles-oleskan puting ke mulut bayi.
 Upayakan bayi menyusu dari bagian bawah areola.
 Cermati apakah bibir atas dan bawah bayi menjorok atau terlipat ke luar seperti bibir
ikan. Bila tidak demikian, ibu bisa menggunakan jari untuk membantu posisi bibir
bayi seperti itu.

Tips Menyusui dengan Teknik Latch On yang baik

Dalam pemberian ASI eksklusif dan sesudahnya, terdapat beberapa syarat untuk bisa
mengatakan teknik latch on sudah baik, yakni:

1. Bayi membuka mulut lebar-lebar


2. Bagian bawah bibir terlipat ke luar
3. Dagu bayi di bawah payudara
4. Bagian atas areola lebih banyak terlihat
5. Bentuk pipi bayi tidak kempot saat menyedot ASI
6. Tak terdengar bunyi decak dari bayi, hanya ada suara menelan
7. Bayi merasa nyaman, tidak gelisah
8. Ibu tidak merasa sakit
9. Bayi merasa kenyang setelah menyusu, tandanya antara lain lepas dari puting dengan
sendirinya atau tertidur

Bila saat memberikan ASI eksklusif tidak memenuhi kriteria latch on itu, ibu bisa
menempuh beberapa cara berikut ini:

 Berganti posisi menyusu


 Pindah ke tempat lain yang lebih sepi dan tenang
 Posisikan bayi langsung ke dada ibu dalam keadaan terbuka

Manfaat Latch On dengan Benar

Manfaat utama latch on dalam proses pemberian ASI eksklusif adalah memastikan bayi
menyerap kuantitas ASI secara maksimal. Jadi bayi tidak akan terus-terusan rewel karena
masih merasa lapar dan haus. Selain itu, teknik latch on membantu menguatkan ikatan
yang terjalin antara ibu dan sang buah hati selama menyusui. Manfaatkan kursus bagi ibu
hamil yang tersedia di rumah sakit untuk mencari tahu lebih lanjut apa itu latch on dan
bagaimana cara terbaik memberikan ASI eksklusif. Setiap ibu memiliki preferensi
sendiri dalam hal posisi pemberian ASI, entah itu sambil duduk atau berbaring. Yang
pasti, ibu harus memastikan melakukan teknik latch on dengan benar agar bisa
mendapatkan manfaatnya.

4. Apa saja hambatan-hambatan dalam pemberian ASI ekslusif?


Faktor Sosiodemografi
Penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif mengungkapkan bahwa karakteristik
demografi dapat menghambat dalam praktik pemberian makanan pada bayi.Berbagai
karakterisitk demografi ibu yang berpengaruh ini antara lain usia, tingkat pendidikan ibu,
tingkat pendidikan ayah, paritas, tempat tinggal dan status pekerjaan. Ibu yang harus
kembali bekerjamerupakan hambatan yang paling banyak ditemui sehingga ibu tidak
dapat memberikan makanan yang sesuai yaitu ASI pada bayiPara ibu yang bekerja
purna waktu mengatakan bahwa dengan bekerja full timetidak memungkinkan
untuk memerah ASI, sehingga produksi ASI menurun. Lingkungan kerja seringkali
membuat ibu menjadi stres karena kurang tersedianya tempat khusus untuk memerah
ASI dan atasan yang tidak mendukung program menyusui. Saat ini, fasilitas pojok laktasi
sudah banyak tersedia di berbagai fasilitas umum maupun tempat kerja.Ibu menikah di
usia muda cenderung memberikan makanan yang tidak sesuai pada bayi. Ini terjadi
juga di Gwanda, ibu berusia <25 tahun kurang baik dalam mempraktikkan pemberian
ASI eksklusif. Rata-rata menyusui juga rendah pada ibu yang tinggal di rumah dengan
kamar sedikit serta ibu yang memiliki anak satu atau dua.Status ekonomi yang rendah,
membuat ibu harus bekerja sehingga tidak mungkin untuk mempertahankan pemberian
ASI eksklusif.

Pengetahuan Tentang Menyusui


Ibu yang memiliki pengetahuan yang buruk akan mempraktikkan pemberian makanan
yang tidak sesuai pada bayi mereka.Para ibu tidak mengetahui apa yang dimaksud
dengan ASI eksklusif, apa artinya dan berapa lama direkomendasikan. Ibu juga tidak bisa
membedakan antara menyusui parsial dan predominan.Pemberian pengetahuan menyusui
sebaiknya sudah mulai pada saat kehamilan. Karena itu perlu ditingkatkanstrategi
untuk memaksimalkan pemberian edukasi menyusui yang dimulai pada saat kehamilan
dan berkelanjutan pada masa berikutnya.

Persepsi Tentang Kecukupan Suplai ASI


Hampir sebagian besar studi mengatakan bahwa alasan ibu berhenti menyusui
adalah persepsi bahwa suplai ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Banyak ibu
berhenti menyusui beberapa minggu pasca persalinan karena persepsi ASI yang
kurang.Produksi ASI yang dianggap tidak cukup untuk persediaan bayi di rumah
menjadi alasan utama, sehingga ibu tidak punya pilihan selain menambahkan makanan
lainnya.Persepsi yang salah mengenai ketidakcukupan ASI seringkali menjadi
hambatan ibu dalam mempertahankan pemberian ASI secara eksklusif. Pemberian
edukasi dan dukungan segera setelah melahirkan perlu dilakukan kepada ibu menyusui
agar mereka mendapatkan dukungan dan informasi yang benar.

Faktor Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan


Inisiasi menyusu dini yang terlambat adalah hambatan ibu dalam memberikan
ASI eksklusif. Kurangnya dukungan dari rumah sakit, membuat ibu harus meminta
seseorang untuk mendukungnya dalam menyusui.Fasilitas dan petugas kesehatan yang
kurang memadai di daerah pedesaan membuat ibu kesulitan untuk mendapatkan
layanan penyuluhan dan pendidikan kesehatan mengenai pemberian makanan
bayi.Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah juga sering mengalami kegagalan
untuk memberikan ASI secara eksklusif. Jumlah kunjungan antenatal yang rendah
merupakan penghalang keberhasilan ASI eksklusif Fasilitas kesehatan sangat berperan
penting dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif, salah satunya dengan menerapkan
10 langkah keberhasilan menyusui dalam program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.

Dukungan Tempat Bekerja


Dukungan yang tidak memadai di tempat bekerja merupakan tantangan utama bagi
ibu untuk melanjutkan pemberian ASI eksklusif. Kurangnya fasilitas dan waktu untuk
memompa ASI, sehingga ibu tidak memiliki cukup waktu untuk memompa dan
dilakukan tidak di tempat khusus seperti di ruang kerja, toko, toilet atau mobil. Selain itu
tempat penyimpanan khusus ASI juga menjadi tantangan bagi ibu.Ibu bekerja berisiko 3
kali lipat untuk berhenti menyusui lebih awal dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Pada
negara Sri Lanka, perusahaan memberikan cuti hamil yang lebih pendek dibandingkan
dengan lembaga pemerintah.Pemerintah perlu dilibatkan dalam menegakkan
peraturan yang lebih berpihak pada wanita hamil dan menyusui pada sektor formal dan
informal.

Faktor Sosial dan Budaya


Dukungan sosial dari pasangan, kerabat dan masyarakat juga penting bagi ibu menyusui.
Ibu yang memiliki sikap positif terhadap ASI, menjadi ragu untuk mengandalkan ASI
saja selama 6 bulan karena lingkungan baik dari dalam keluarga atau tetangga seringkali
menyarankan untuk memberikan air sebagai tambahan. Stigma buruk ketika menyusui
di tempat umum berdampak negatif pada ibu menyusui,Ibu mengungkapkan
perasaan tidak nyaman ketika menyusui di depan umum.Dalam budaya Australia, tingkat
penerimaan juga masih rendah terhadap ibu menyusui di tempat umum Praktik budaya
tertentu seringmenjadi hambatan bagi ibu dalam memberikan makanan yang sesuai bagi
bayi.

Sumber : Yusnita,Vera., & Yeni, Rustina. 2020. Hambatan Dalam Pemberian ASI
Eksklusif Selama 6 Bulan Pertama Kehidupan. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes. Volume 11 Nomor 4.
5. Bagaimana cara perawatan payudara agar proses pemberian ASI eksklusif tidak
terhambat?
Perawatan Payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang dilakukan
pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk kebersihan
payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting susu demikian
sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan mengetahui
sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah
sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan kebersihan
personal hygiene (Rustam, 2009).

Tujuan dilakukannya tindakan perawatan payudara adalah agar sirkulasi darah


menjadi lancar mencegah penghambatan saluran susu, sehingga proses keluarnya ASI
menjadi lancar. Selain itu pengaruh produksi dan keluarnya ASI disebabkan antara lain
oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin yang berpengaruh terhadap
jumlah produksi ASI, dan proses keluarnya ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin
(Saleha, 2009).

Faktor – faktor lain yang mempengaruhi lancarnya pengeluaran ASI yaitu makanan yang
ibu konsumsi, psikologis ibu, obat-obatan dan perawatan payudara sejak kehamilan dan
setelah melahirkan. Kegiatan perawatan payudara dapat dilakukan oleh perawat ketika
ibu masih dalam masa perawatan dan dapat dilakukan sendiri oleh ibu.

Menurut Huliana (2003), ukuran payudara mengalami pembesaran sejak hamil,


pembesaran ukuran payudara terjadi karena bertambahnya saluran-saluran air susu,
sebagai persiapan saat menyusui. Keadaan payudara biasanya akan berbeda dalam tiga
hari pasca persalinan. Akan tetapi payudara tetap akan bisa terlihat indah dan kencang.
Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui. Selain itu dengan melakukan payudara
dengan benar dan teratur juga akan mempermudah bayi menghisap ASI. Perawatan
payudara ini juga akan merangsang keluarnya ASI serta memperkecil kemungkinan luka
saat menyusui. Teknik menyusui yang salah akan berpengaruh pada bentuk payudara.
Secara fisiologis perawatan payudara, adanya perangsangan pada buah dada akan
membuat hipofise mengeluarkan lebih banyak hormon progesterone dan estrogen,
dengan melakukan pemijatan juga akan merangsang kelenjar air susu untuk
mengeluarkan hormon oksitosin.
Secara fisiologis menurut Rustam (2000) payudara akan menjadi penuh mulai dari hari
ketiga sampai hari keenam pasca persalinan pada saat payudara menghasilkan ASI. Hal
ini merupakah hal yang normal dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran
ASI oleh bayi, payudara tersebut akan cepat pulih kembali dan tidak terasa penuh. Jika
payudara penuh dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, maka akan
menghambat aliran susu menjadi terhambat sehingga dapat menyebabkan bendungan
ASI, hal tersebut dapat di cegah dengan melakukan pemijatan – pemijatan pada daerah
payudara. Hal ini dapat dilihat dari item pertanyaan melakukan pengurutan pada
payudara dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan gerakan (keatas,
kesamping, kebawah, dan kedepan) sambil menghentakkan, melakukan pengurutan pada
payudara dengan jari-jari tangan, mengompres payudara dengan air dingin setelah
melakukan pengurutan dan mengakhiri mengompres payudara dengan air hangat.

Minum air putih 8-12 gelas dalam sehari, daun pucuk katuk serta sayur asin juga
merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas ASI serta lancarnya pengeluaran
ASI. Selain itu faktor jiwa juga dapat mendukung pengeluaran ASI dimana ibu yang
hidup tenang akan lebih banyak mengeluarkan susu dari pada ibu yang sedang dalam
kesedihan. Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran air susu ibu ialah bagaimana
mengusahakan agar setiap kali menyusui buah dada betul-betul kosong, karena
pengosongan buah dada dengan waktu tertentu itu merangsang kelenjar buah dada untuk
membuat susu lebih banyak. Sebab buah dada akan terisap habis antara lain disebabkan
bayi lemah, puting susu lecet, produksi susu berlebihan.

Sumber : Soleha, Siti Nur, dkk. 2019. Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap
Produksi ASI Ibu Nifas (The Effect of Breast Care on Breast Milk Production of
Postpartum Mother). Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6, No. 2,

6. Apa saja dukungan yang dapat diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar dapat
menyusui dengan ASI eksklusif?

Dukungan Petugas Kesehatan


Petugas kesehatan adalah seseorang yang dihargai, dihormati di mata klien karena
mereka berstatus tinggi sesuai dengan pendidikannya. Oleh karena itu, peran petugas
kesehatan sangatlah diperlukan untuk dapat mempengaruhi sikap dan perilaku ibu untuk
memberikan ASI Ekslusif. Hasil ini secara tidak langsung membenarkan penelitian yang
dilakukan oleh Aswa (2011) yang menerangkan bahwa lebih banyak ibu memberikan
Asi Eksklusif karena ada peran dari petugas kesehatan dibanding ibu yang tidak
mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan dimana mereka lebih sedikit yang
memberikan ASI Eksklusif. Sikap dan perhatian dari petugas kesehatan sangat
diperlukan terutama dalam menyikapi pesatnya promosi susu formula dan pentingnya
pemberian makanan pendamping ASI yang sehat.

Salah-Satu bentuk dukungan dari petugas kesehatan yaitu dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan (penyuluhan) baik kepada ibu maupun keluarga. Sehingga dengan
adanya dukungan dari petugas kesehatan dapat memotivasi keluarga serta akan
meningkatkan kemauan ibu untuk menyusui anaknya.

Sosialisasi pada keluarga pentingnya mendukung ibu dan pentingnya ASI bagi bayi,
ajarkan cara merawat ibu dan bayi pada keluarga dan anjurkan pada keluarga agar
bersama dengan ibu ke Posyandu adalah hal- hal yang dapat dijadikan pilihan untuk
membantu mendorong keluarga dalam mendukung ibu menyusui.

Menurut Auerbach (1998) dalam Wicitra (2009) pemberian dukungan dalam bentuk
bimbingan akan lebih dekat secara psikologis dalam hal ini bimbingan oleh anggota
keluarga terhadap ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Munculnya dukungan
dari keluarga akan mendorong ibu untuk memberikan ASI dengan baik serta terhindar
dari perilaku penyapihan dini. Sedangkan dukungan petugas kesehatan secara tidak
langsung juga akan mensukseskan program Revolusi KIA.

Keberhasilan ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
dukungan dari tenaga kesehatan termasuk bidan.
Peran bidan dalam mendukung ASI eksklusif antara lain melalui upaya promosi ASI
eksklusif yang dimulai dari masa kehamilan. Dukungan lain yang dapat diberikan bidan
yaitu mempersiapkan ibu untuk dapat menyusui dengan baik dengan melakukan
perawatan payudara selama kehamilan. Perawatan payudara yang dilakukan pada masa
kehamilan bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara, kesiapan puting dan
memastikan ASI sudah keluar sebelum kelahiran bayi. Bidan juga dapat memfasilitasi
ibu untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) pada satu jam pertama setelah bayi
lahir, tidak memberikan susu formula dan melakukan rawat gabung (Sabati, 2015).

Perilaku dalam memberikan ASI eksklusif tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan ibu
tetapi juga dipengaruhi oleh orang terdekat ibu seperti suami, kakak perempuan atau
ibunya. Ibu yang mendapatkan dukungan dari keluarga baik berupa nasihat, pengarahan
maupun informasi yang cukup terkait dengan ASI eksklusif dapat meningkatkan
motivasi ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya lebih lama dibanding yang
tidak mendapat dukungan.

Penelitian dari jurnal menyebutkan ibu yang mendapat dukungan suami akan berpeluang
dua kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan
suami (Nurlinawati, Sahar, & Permatasari, 2016). Berdasarkan hal tersebut maka sasaran
promosi ASI eksklusif oleh bidan tidak hanya ibu namun juga perlu melibatkan suami
dan keluarga. Dengan demikian materi promosi ASI eksklusif tidak hanya mengenai
pentingnya ASI eksklusif dan proses menyusui tetapi juga disertai penjelasan tentang
bagaimana suami dan keluarga dapat berperan aktif untuk mendukung ibu dalam
memberikan ASI eksklusif.

Sumber:
Septikasari,Majestika.2018. Peran Bidan dalam ASI Eksklusif di Kabupaten Cilacap.
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol. 3, No. 2.

Atameha, B, Johana. 2016. Dukungan Keluarga Dan Petugas Kesehatan Dalam


Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Kanatang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan.

Syamisyah, Najah.,& Helda.2018. Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Meningkatkan


Pemberian ASI Eksklusif Ibu di Posyandu Wilayah Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan Jakarta. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2,
No. 1.

Anda mungkin juga menyukai