PENDAHULUAN
Berdasarkan hal tersebut, maka program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) digalakkan
sebagai upaya untuk mendorong pemberian kolostrum pada bayi baru lahir, sekaligus
mencegah tingginya kematian neonatal. Cakupan IMD pada bayi secara nasional tercatat
masih sangat rendah. Hal ini terlihat pada laporan hasil Riskesdas tahun 2010 yang
menyebutkan bahwa hanya 29,3 persen bayi yang berhasil menyusui kurang dari satu jam
setelah persalinan.
Menurut Roesli, Inisiasi Menyusu Dini (early initiation of breastfeeding) adalah proses
menyusui sendiri yaitu minimal satu jam pertama pada bayi baru lahir. Setelah lahir, bayi
harus segera didekatkan ke tubuh ibu dengan cara meletakkan bayi di atas dada atau perut
ibu, sehingga terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Bayi
kemudian akan menunjukkan kemampuan yang menakjubkan, dimana bayi akan berusaha
untuk merangkak ke arah payudara ibu dan menemukan puting susunya, sehingga bayi akan
dapat menyusu sendiri. Cara bayi menyusu sendiri tersebut dinamakan The Breast Crawl atau
merangkak mencari payudara. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada dasarnya tidak boleh
terlambat diberikan karena refleks menghisap bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada
usia 20-30 menit dan refleks ini akan terus berkurang dan melemah seiring waktu.
1.2 Rumusan Masalah
Pembahasan dukungan yang diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar dapat menyusui
ASI ekslusif dapat disusun dengan format sebagai berikut :
1. Apa pengertian ASI eksklusif?
2. Apa tujuan pemberian ASI eksklusif?
3. Bagaimana tatacara pemberian ASI ekslusif yang benar?
4. Apa saja hambatan-hambatan dalam pemberian ASI ekslusif?
5. Bagaimana cara perawatan payudara agar proses pemberian ASI eksklusif tidak
terhambat?
6. Apa saja dukungan yang dapat diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar dapat
menyusui dengan ASI eksklusif?
1.3 Tujuan
Pembahasan dukungan yang diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar dapat menyusui
ASI ekslusif bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian ASI eksklusif.
2. Untuk mengetahui tujuan pemberian ASI eksklusif.
3. Untuk mengetahui tatacara pemberian ASI ekslusif yang benar.
4. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pemberian ASI ekslusif.
5. Untuk mengetahui cara perawatan payudara agar proses pemberian ASI eksklusif
tidak terhambat.
6. Untuk mengetahui dukungan yang dapat diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar
dapat menyusui dengan ASI eksklusif.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Proses pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0–6 bulan
disebut ASI eksklusif.
ASI eksklusif yang dimaksud yaitu bayi tidak diberikan apapun, kecuali makanan yang
langsung diproduksi oleh ibu yaitu ASI (Yuliarti, 2010). World Health Organization
(WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan sebaiknya
anak hanya diberi air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan pertama dalam
kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan makanan pendamping yang tepat sampai
usia 2 tahun dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Pemberian ASI eksklusif sangat berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak, dikarenakan ASI merupakan makanan terbaik yang mengandung nutrisi
yang sangat dibutuhkan oleh bayi pada usia 0-6 bulan. Selain itu, ASI juga mengandung
enzim, hormon, kandungan imunologik dan anti infeksi (Munir, 2006).
ASI memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup bayi,
karena bayi yang diberi ASI secara eksklusif memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik
dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif. Sehingga bayi jarang menderita
penyakit dan terhindar dari masalah gizi dibandingkan bayi yang tidak. Asupan ASI yang
kurang mengakibatkan kebutuhan gizi bayi menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan
pemenuhan gizi pada bayi akan berdampak buruk pada kualitas sumber daya manusia
yang dapat dilihat dari terhambatnya tumbuh kembang bayi secara optimal (Bahriyah
dkk, 2017).
Pada dasarnya, pelaksanaan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan pemberian
MPASI pada bayi berusia enam sampai 24 bulan bertujuan untuk mencapai status gizi
balita yang baik. Penialaian status gizi balita yang baik dilakukan melalui kegiatan
penimbangan berat badan anak setiap bulan yang biasanya dilakukan di posyandu
maupun fasilitas kesehatan lainnya. Jika setiap bulan anak mengalami peningkatan berat
badan dan tinggi badan sesuai dengan standar grafik yang tercantum dalam buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dari Kementerian Kesehatan, maka dapat disimpulkan
bahwa anak tersebut memiliki status gizi yang baik (Andriany dkk, 2013).
Sumber : Hamzah, Diza Fathamira. 2018. Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif Terhadap
Berat Badan Bayi Usia 4-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota. Jurnal
JUMANTIK Vol. 3 No. 2
Tapi periode enam bulan saja tidak cukup. Memberikan ASI eksklusif haruslah tepat
untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi bayi. Cara terbaik memberikan ASI eksklusif
adalah dengan teknik latch on. Latch on adalah posisi ketika bayi menyusu dengan mulut
melekat pada payudara ibu. Teknik ini membantu bayi menerima ASI secara memadai.
Menerapkan Posisi Latch On pada Bayi
American Pregnancy Association memberikan panduan menerapkan posisi latch on pada
bayi dalam proses menyusui.
Pastikan posisi ibu nyaman, misalnya duduk di kursi dengan bantalan empuk dan
kursi kecil di depan untuk menaruh kaki.
Bila perlu dan ada, gunakan bantal khusus menyusui bagi bayi.
Pastikan posisi perut bayi dan ibu menempel berhadap-hadapan.
Jangan mengarahkan tubuh ke bayi, melainkan biarkan bayi yang menyandar ke tubuh
ibu.
Jaga agar telinga, bahu, dan panggul bayi sejajar agar bayi bisa menelan ASI lebih
mudah.
Hidung bayi harus berada di depan putting ibu.
Ibu mungkin harus menahan payudara untuk membantu memandu mulut bayi
mengarah ke puting. Pegang payudara dalam posisi jari membentuk huruf C atau U.
Pastikan jari jauh dari putting agar tidak mengganggu proses menyusui.
Arahkan putting ke bagian atas bibir atau hidung, bukan langsung ke tengah mulut.
Kepala bayi harus sedikit ke belakang, dagu harus mengarah ke atas.
Jangan memaksa memasukkan puting ke mulut bayi. Rangsang saja agar mulut bayi
terbuka dengan mengoles-oleskan puting ke mulut bayi.
Upayakan bayi menyusu dari bagian bawah areola.
Cermati apakah bibir atas dan bawah bayi menjorok atau terlipat ke luar seperti bibir
ikan. Bila tidak demikian, ibu bisa menggunakan jari untuk membantu posisi bibir
bayi seperti itu.
Dalam pemberian ASI eksklusif dan sesudahnya, terdapat beberapa syarat untuk bisa
mengatakan teknik latch on sudah baik, yakni:
Bila saat memberikan ASI eksklusif tidak memenuhi kriteria latch on itu, ibu bisa
menempuh beberapa cara berikut ini:
Manfaat utama latch on dalam proses pemberian ASI eksklusif adalah memastikan bayi
menyerap kuantitas ASI secara maksimal. Jadi bayi tidak akan terus-terusan rewel karena
masih merasa lapar dan haus. Selain itu, teknik latch on membantu menguatkan ikatan
yang terjalin antara ibu dan sang buah hati selama menyusui. Manfaatkan kursus bagi ibu
hamil yang tersedia di rumah sakit untuk mencari tahu lebih lanjut apa itu latch on dan
bagaimana cara terbaik memberikan ASI eksklusif. Setiap ibu memiliki preferensi
sendiri dalam hal posisi pemberian ASI, entah itu sambil duduk atau berbaring. Yang
pasti, ibu harus memastikan melakukan teknik latch on dengan benar agar bisa
mendapatkan manfaatnya.
Sumber : Yusnita,Vera., & Yeni, Rustina. 2020. Hambatan Dalam Pemberian ASI
Eksklusif Selama 6 Bulan Pertama Kehidupan. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes. Volume 11 Nomor 4.
5. Bagaimana cara perawatan payudara agar proses pemberian ASI eksklusif tidak
terhambat?
Perawatan Payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang dilakukan
pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk kebersihan
payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting susu demikian
sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan mengetahui
sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah
sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan kebersihan
personal hygiene (Rustam, 2009).
Faktor – faktor lain yang mempengaruhi lancarnya pengeluaran ASI yaitu makanan yang
ibu konsumsi, psikologis ibu, obat-obatan dan perawatan payudara sejak kehamilan dan
setelah melahirkan. Kegiatan perawatan payudara dapat dilakukan oleh perawat ketika
ibu masih dalam masa perawatan dan dapat dilakukan sendiri oleh ibu.
Minum air putih 8-12 gelas dalam sehari, daun pucuk katuk serta sayur asin juga
merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas ASI serta lancarnya pengeluaran
ASI. Selain itu faktor jiwa juga dapat mendukung pengeluaran ASI dimana ibu yang
hidup tenang akan lebih banyak mengeluarkan susu dari pada ibu yang sedang dalam
kesedihan. Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran air susu ibu ialah bagaimana
mengusahakan agar setiap kali menyusui buah dada betul-betul kosong, karena
pengosongan buah dada dengan waktu tertentu itu merangsang kelenjar buah dada untuk
membuat susu lebih banyak. Sebab buah dada akan terisap habis antara lain disebabkan
bayi lemah, puting susu lecet, produksi susu berlebihan.
Sumber : Soleha, Siti Nur, dkk. 2019. Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap
Produksi ASI Ibu Nifas (The Effect of Breast Care on Breast Milk Production of
Postpartum Mother). Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6, No. 2,
6. Apa saja dukungan yang dapat diberikan tenaga kesehatan pada ibu agar dapat
menyusui dengan ASI eksklusif?
Salah-Satu bentuk dukungan dari petugas kesehatan yaitu dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan (penyuluhan) baik kepada ibu maupun keluarga. Sehingga dengan
adanya dukungan dari petugas kesehatan dapat memotivasi keluarga serta akan
meningkatkan kemauan ibu untuk menyusui anaknya.
Sosialisasi pada keluarga pentingnya mendukung ibu dan pentingnya ASI bagi bayi,
ajarkan cara merawat ibu dan bayi pada keluarga dan anjurkan pada keluarga agar
bersama dengan ibu ke Posyandu adalah hal- hal yang dapat dijadikan pilihan untuk
membantu mendorong keluarga dalam mendukung ibu menyusui.
Menurut Auerbach (1998) dalam Wicitra (2009) pemberian dukungan dalam bentuk
bimbingan akan lebih dekat secara psikologis dalam hal ini bimbingan oleh anggota
keluarga terhadap ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Munculnya dukungan
dari keluarga akan mendorong ibu untuk memberikan ASI dengan baik serta terhindar
dari perilaku penyapihan dini. Sedangkan dukungan petugas kesehatan secara tidak
langsung juga akan mensukseskan program Revolusi KIA.
Keberhasilan ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
dukungan dari tenaga kesehatan termasuk bidan.
Peran bidan dalam mendukung ASI eksklusif antara lain melalui upaya promosi ASI
eksklusif yang dimulai dari masa kehamilan. Dukungan lain yang dapat diberikan bidan
yaitu mempersiapkan ibu untuk dapat menyusui dengan baik dengan melakukan
perawatan payudara selama kehamilan. Perawatan payudara yang dilakukan pada masa
kehamilan bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara, kesiapan puting dan
memastikan ASI sudah keluar sebelum kelahiran bayi. Bidan juga dapat memfasilitasi
ibu untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) pada satu jam pertama setelah bayi
lahir, tidak memberikan susu formula dan melakukan rawat gabung (Sabati, 2015).
Perilaku dalam memberikan ASI eksklusif tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan ibu
tetapi juga dipengaruhi oleh orang terdekat ibu seperti suami, kakak perempuan atau
ibunya. Ibu yang mendapatkan dukungan dari keluarga baik berupa nasihat, pengarahan
maupun informasi yang cukup terkait dengan ASI eksklusif dapat meningkatkan
motivasi ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya lebih lama dibanding yang
tidak mendapat dukungan.
Penelitian dari jurnal menyebutkan ibu yang mendapat dukungan suami akan berpeluang
dua kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan
suami (Nurlinawati, Sahar, & Permatasari, 2016). Berdasarkan hal tersebut maka sasaran
promosi ASI eksklusif oleh bidan tidak hanya ibu namun juga perlu melibatkan suami
dan keluarga. Dengan demikian materi promosi ASI eksklusif tidak hanya mengenai
pentingnya ASI eksklusif dan proses menyusui tetapi juga disertai penjelasan tentang
bagaimana suami dan keluarga dapat berperan aktif untuk mendukung ibu dalam
memberikan ASI eksklusif.
Sumber:
Septikasari,Majestika.2018. Peran Bidan dalam ASI Eksklusif di Kabupaten Cilacap.
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol. 3, No. 2.