Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF

DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I
KARANGANYAR

Ika Tristanti
Dosen STIKES Muhammadiyah Kudus
Jl. Ganesha I Purwosari Kudus
Email: ika.tristanti@yahoo.com

ABSTRAK

Menyusui sangat penting untuk tumbuh kembang bayi dan anak, baik untuk kesehatan ibu
dan ekonomis bagi keluarga. Meskipun ASI sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi
tetapi banyak sebagian ibu – ibu yang tidak memberikan ASI pada bayi mereka. Puting lecet
adalah masalah menyusui di mana puting mengalami cedera karena lecet, kadang kulitnya
sampai terkelupas atau luka berdarah dan merupakan faktor penghalang ibu memberikan ASI
bagi bayinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh puting susu
lecet terhadap penerapan ASI eksklusif ,untuk mengetahui frekuensi terjadinya puting susu
lecet pada ibu menyusui,untuk mengetahui penerapan ASI eksklusif pada ibu menyusui.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode observasi analitik dengan pendekatan
potong lintang ( Cross Sectional). Lokasi penelitian ini adalah Puskesmas Kebakkramat I
Karanganyar. Waktu penelitian yaitu bulan Maret 2014. Populasi penelitian ini adalah
seluruh ibu menyusui bayi usia 0 – 6 bulan di wilayah Puskesmas Kebakkramat I Kabupaten
Karanganyar pada bulan Maret 2014 .Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) dengan
Accidental sampling yaitu menentukan sampel non random (yang kebetulan ditemui pada
saat pengambilan data penelitian), jumlah responden 83 orang.

Didapatkan bahwa dari 83 orang responden yang pernah mengalami puting susu lecet pada
masa menyusui sebanyak 24 orang. Didapatkan bahwa dari 83 orang responden yang
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan pertama usia kehidupannya hanya
26 orang. Hasil penghitungan didaatkan jika dibandingkan dengan X2 tabel maka 1,814 <
3,841 maka disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh antara
puting susu lecet dengan penerapan ASI eksklusif pada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di
Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar.

Kata kunci : Puting susu lecet, ASI Eksklusif


PENDAHULUAN

Air Susu Ibu adalah makanan ideal bagi bayi, menyediakan nutrisi yang mereka butuhkan
untuk perkembangan yang sehat dan memberikan antibodi terhadap penyakit anak yang
umum seperti diare dan pneumonia - dua penyebab utama kematian anak di negara Indonesia.
Air Susu Ibu eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa
diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi ( pengobatan penyakit ).
ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi , hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur
zat makanan. ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu
memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI
juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan
perkembangan system saraf.
Air Susu Ibu eksklusif adalah intervensi yang paling efektif untuk mencegah kematian
anak, namun menurut Survei Demografi Kesehatan tingkat pemberian ASI eksklusif telah
menurun selama dekade terakhir. Target dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
pada tahun 2015 minimal ibu menyusui bayi secara eksklusif sebesar 80 %. Tetapi pada
kenyataannya hanya sepertiga penduduk Indonesia secara eksklusif menyusui anak-anak
mereka pada enam bulan pertama. Ada banyak hambatan untuk menyusui di Indonesia,
termasuk anggota keluarga dan dokter yang tidak mendukung. Beberapa ibu juga takut
menyusui akan menyakitkan dan tidak praktis. Puting lecet adalah masalah menyusui di mana
puting mengalami cedera karena lecet, kadang kulitnya sampai terkelupas atau luka berdarah
dan merupakan faktor penghalang ibu memberikan ASI bagi bayinya.
Menyusui sangat penting untuk tumbuh kembang bayi dan anak, baik untuk kesehatan ibu
dan ekonomis bagi keluarga. Meskipun ASI sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi
tetapi banyak sebagian ibu – ibu yang tidak memberikan ASI pada bayi mereka. Berdasarkan
latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Puting Susu Lecet Terhadap Penerapan ASI Eksklusif di Puskesmas Kebakkramat I
Karanganyar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh puting susu
lecet terhadap penerapan ASI eksklusif ,untuk mengetahui frekuensi terjadinya puting susu
lecet pada ibu menyusui,untuk mengetahui penerapan ASI eksklusif pada ibu menyusui.
BAHAN DAN METODE
BAHAN
1. Puting susu lecet

Puting lecet adalah masalah menyusui di mana puting mengalami cedera karena lecet,
kadang kulitnya sampai terkelupas atau luka berdarah (sehingga ASI menjadi berwarna
pink).

Penyebabnya biasanya adalah karena hisapan bayi tidak benar sehingga mencederai
puting. Biasanya karena bayi sudah kenal puting botol sebelum mengenal puting ibunya,
sehingga bayi tidak menghisap puting ibunya dengan benar. Oleh karena itu jika
bermaksud untuk menyusui, hindarkan bayi diberi susu botol sebelum ASI.

Penanganan terbaik untuk puting lecet adalah pencegahan. Pencegahan terbaik adalah
dengan memastikan pelekatan bayi ke payudara dengan benar sejak hari
pertama. Kontak kulit antara ibu dan bayi sesegera mungkin setelah kelahiran bayi,
setidaknya dalam satu atau dua jam pertama, akan memudahkan bayi untuk melekat
sendiri dengan baik.

Terjadinya puting lecet di awal menyusui pada umumnya disebabkan oleh salah satu atau
kedua hal berikut: posisi dan pelekatan bayi yang tidak tepat saat menyusu, atau bayi
tidak mengisap dengan baik. Meskipun demikian, bayi dapat belajar untuk mengisap
payudara dengan baik ketika ia melekat dengan tepat saat menyusu (mereka akan belajar
dengan sendirinya). Jadi, proses mengisap yang bermasalah seringkali disebabkan oleh
pelekatan yang kurang baik. Infeksi jamur yang terjadi di puting (disebabkan oleh
Candida Albicans) dapat pula menyebabkan puting lecet. Vasospasma yang disebabkan
oleh iritasi pada saluran darah di puting akibat pelekatan yang kurang baik dan/atau
infeksi jamur, juga dapat menyebabkan puting lecet . Rasa sakit yang disebabkan oleh
pelekatan yang kurang baik dan proses mengisap yang tidak efektif akan terasa paling
sakit saat bayi melekat ke payudara dan biasanya akan berkurang seiring bayi
menyusu. Namun jika lecetnya cukup parah, rasa sakit dapat berlangsung terus selama
proses menyusu akibat pelekatan kurang baik/mengisap tidak efektif. Rasa sakit akibat
infeksi jamur biasanya akan berlangsung terus selama proses menyusui dan bahkan
setelahnya. Banyak ibu mendeskripsikan rasa sakit seperti teriris sebagai akibat
pelekatan yang kurang baik atau proses mengisap yang kurang efektif. Rasa sakit akibat
infeksi jamur seringkali digambarkan seperti rasa terbakar. Jika rasa sakit pada puting
terjadi padahal sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka rasa sakit tersebut
mungkin disebabkan oleh infeksi Candida, meskipun infeksi tersebut dapat pula
merupakan lanjutan dari penyebab lain sakit pada puting, sehingga periode tanpa sakit
hampir tidak pernah terjadi. Retak pada puting dapat terjadi karena infeksi
jamur. Kondisi dermatologis (kulit) dapat pula menyebabkan sakit pada puting.

2. ASI eksklusif

Pengertian ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu dalam 6 bulan pertama kelahiran bayi
oleh seorang ibu yang tanpa tambahan apapun baik itu minuman atau pun makanan tambahan
lainnya termasuk pemberian air putih sekalipun. Pemberian ASI Eksklusif menurut WHO
kepada bayi adalah yang terbaik untuk memberikan nutrisi kepada buah hati. Seperti yang
kita ketahui bersama bahwa ASI merupakan makanan pokok bagi bayi yang sangat
dibutuhkan dalam rangka membangun sistem kekebalan tubuh secara alami agar ia dapat
terhindar dari berbagai penyakit dan juga sebagai makanan pertama yang dinikmati oleh sang
bayi.

Manfaat ASI bagi bayi :

1. ASI Eksklusif memuat kandungan gizi yang sempurna sesuai yang dibutuhkan bayi. Air
susu ibu mudah dicerna dan diserap bayi serta melindungi bayi dari timbulnya infeksi
karena mengandung zat kekebalan tubuh. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif
umumnya merupakan bayi yang sehat karena tidak mudah sakit dan tidak mengalami
kekurangan asupan gizi.
2. Air susu ibu mengandung banyak zat–zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Jadi hal ini akan membantu dalam proses tumbuh
kembang anak yang baik serta sehat pula. Da inilah juga termasuk dalam manfaat
menyusui ASI bagi sang bayi.
3. Keuntungan memberi ASI kepada bayi dari segi ekonomis adalah hemat karena tidak
perlu mengeluarkan uang untuk membeli susu formula. Bahkan manfaat serta kualitas
gizinya jauh lebih baik. Karena ASI dan juga keuntungan ASI ini adalah merupakan
makanan terbaik untuk tumbuh kembang bayi. Karena memang banyak perbedaan ASI
dengan susu formula pula.
4. Kontak langsung antara ibu dengan bayi ini akan banyak membantu dalam pembentukan
ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi yang tentunya hal ini akan bisa membantu
pertumbuhan dan perkembangan psikologis bayi. Tentunya pula bagi sang ibu perlu
mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar agar manfaat pemberian asi eksklusif
ini berjalan dengan optimal.
5. Bermanfaat untuk kecerdasan sang bayi kelak di kemudian hari, karena air susu ibu
banyak juga kandungan asam lemak dan asam amino yang penting untuk perkembangan
otak. Sehingga pada akhirnya hasil yang diharapkan alaha peningkatan kecerdasan otak
serta emosional dan spiritual bayi itu sendiri. Ini juga salah satu dari sekian banyak
manfaat ASI untuk bayi.

Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya.Manfaat
menyusui ASI bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sayang, tetapi dapat mengurangi
perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan,
mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu.
Memberikan ASI bagi seorang ibu kepada bayinya akan memberikan manfaat dan kegunaan
yang sangat besar, tidak hanya bagi bayi itu sendiri tetapi bagi ibunya juga. Semakin cepat
menyusui bayi dan pemberian ASI maka hal itu akan semakin baik. Bahkan dianjurkan untuk
sesegera mungkin bayi begitu dilahirkan, yaitu sekitar 30 menit setelah lahir. Yang kita kenal
dengan istilah Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan juga pengertian IMD Inisisasi Menyusui
Dini.

Berikut adalah beberapa manfaat dan kegunaan pemberian ASI bagi seorang ibu dan
diantaranya yaitu :

1. Ungkapan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya (bayinya). Ungkapan kasih
sayang orang tua khususnya dalam hal ini adalah kasih sayang seorang ibu kepada
anaknya adalah dengan memberikan ASI nya kepada bayi dan anak-anaknya. Sebuah
bukti kasih sayang yang tak terelakkan dari seorang ibu kepada bayinya. Pemberian
ASI seorang ibu kapada bayinya merupakan wujud kasih sayang yang nyata antara
ibu dan anak bayi. Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat karena pada
saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibunya. Dengan begitu maka sang bayi bisa
mendengarkan dengan jelas detak jantung ibu, serta juga bisa merasakan kehangatan
sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu yang penuh kasih sayang. Dan itu juga merupakan
salah satu manfaat menyusui.
2. Mencegah perdarahan setelah proses persalinan dan kelahiran. Dengan memberikan
Inisiasi Menyusui Dini dari ibu kepada bayinya yang baru lahir maka hal ini yaitu
memberikan ASI dan menyusui segera setelah melahirkan akan dapat mendorong
terjadinya kontraksi rahim dan mencegah terjadinya perdarahan. Ini dapat membantu
mempercepat proses kembalinya rahim ke posisi semula. Itu adalah salah satu
manfaat ibu memberikan ASI bagi kesehatan dan juga pencegahan perdarahan post
partum.
3. Mengurangi akan resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim. Dengan
pemberian ASI maka manfaat ibu memberikan ASI salah satunya adalah mengurangi
resiko terkena dua jenis kanker di atas. Menyusui dapat mengurangi resiko terkena
kanker payudara. Diperkirakan persentase pencegahannya mencapai 20%. Beberapa
laporan dan penelitian juga menyebutkan bahwa menyusui juga dapat membantu
mengurangi resiko terkena kanker indung telur dan kanker rahim.
4. Mengurangi Berat badan ibu. Manfaat ibu memberikan ASI salah satunya adalah
menurunkan berat badan. Seperti yang kita ketahui bahwasannya berat badan ibu
selama menjalani proses kehamilan adalah bertambah dalam tiap bulannya. Nah
dengan menyusui dan memberikan ASI ini dapat membantu ibu mengurangi berat
badan. Sebagai informasi ketika menyusui itu berarti sama dengan membakar kalori
sebesar 200 hingga 500 kalori perhari. Jumlah kalori yang sama jika anda berenang
selama beberapa jam atau naik sepeda selama satu jam.
5. Alat Kontrasepsi Alamiah. Dengan seorang ibu menyusui dan memberikan ASI
secara eksklusif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi. Walaupun ini hanya berlaku
selama 4 bulan setelah melahirkan, dan dengan catatan yang harus digaris bawahi
bahwa pemberian ASI ini harus bersifat ekslusif. Hisapan bayi pada payudara ibu
merangsang hormon prolaktin. Hormon prolaktin dapat menghambat terjadinya
pematangan sel telur sehingga menunda kesuburan. Ini juga salah satu bagian dari
manfaat menyusui.
6. Praktis dan Ekonomis. Berbeda dengan kita memberikan susu formula pada awal-
awal kelahiran yang tentunya juga kurang praktis serta juga dengan harga susu
formula yang dewasa ini semakin meningkat makanya akan menambah anggaran
keluarga untuk membelikan susu formula. Selain komposisinya yang sempurna, asi
juga sangat praktis dan ekonomis. Selain itu asi sangat praktis, ibu tidak perlu repot
mencuci dan merebus botol pada masa pemberian asi ekslusif, sehingga bisa
menambah waktu istirahat bagi ibu, khususnya di malam hari.

METODE

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode observasi analitik dengan


pendekatan potong lintang ( Cross Sectional). Penelitian Cross Sectional sering disebut
penelitian transversal, untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat ( point time approach). Artinya, tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subyek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu
yang sama (Notoatmojo, 2002).
B. Tempat dan waktu penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar.
Waktu penelitian yaitu bulan Maret 2014.
C. Populasi dan sampel penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi usia 0 – 6 bulan di wilayah
Puskesmas Kebakkramat I Kabupaten Karanganyar pada bulan Maret 2014 .Teknik
pengambilan sampel (teknik sampling) dengan Accidental sampling yaitu menentukan
sampel non random (yang kebetulan ditemui pada saat pengambilan data penelitian).
D. Definisi Operasional
1. Puting susu lecet
Pengertian:
Skala : nominal (Puting susu lecet/ Puting susu tidak lecet)
2. ASI eksklusif
Pengertian:
Skala : nominal ( ASI eksklusif/tidak ASI eksklusif)

E. Variabel dalam penelitian ini adalah:


1. Variabel bebas: Puting susu lecet pada ibu menyusui
2. Variabel terikat: penerapan ASI eksklusif
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara pembagian kuisioner secara
langsung kepada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan. Kuisioner berisi pertanyaan mengenai
riwayat terjadinya lecet pada puting susu ibu dan penerapan ASI eksklusif oleh ibu kepada
bayinya.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan program komputer melalui tahapan:
1. Pengolahan data
a. Editing data
Setiap kuisioner diedit kelengkapan pengisian dan kejelasan hasil
pengisiannya.
b. Koding data
Setiap informasi yang telah ada terkumpul pada setiap pernyataan dalam
kuisioner diberi kode.
Jika ibu pernah mengalami puting susu lecet diberi kode 1 dan jika ibu tidak
pernah mengalami puting susu lecet diberi kode 0.
Jika ibu menerapkan ASI eksklusif pada bayinya diberi kode 1 dan jika ibu
tidak menerapkan ASI eksklusif pada bayinya diberi kode 0.
2. Analisis data
Semua data dari hasil penyebaran kuisioner diberi skor dan dianalisis dengan
menggunakan uji statistik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik korelasi yaitu korelasi sederhana untuk menentukan hubungan
variabel X dengan Y. Uji statistik yang digunakan adalah X2. Dilanjutkan dengan
Koefisien Kontingensi untuk mengetahui keeratan hubungan dari kedua variabel
tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi dan subjek penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar pada bulan Maret
2014. Subjek penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang
memeriksakan diri ke Puskesmas Kebakramat I Karanganyar yang berjumlah 83 orang.
B. Deskripsi frekuensi puting susu lecet pada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di
Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar
Tabel 4.1 : frekuensi puting susu lecet pada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di
Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar
Puting Susu lecet Frekuensi Persentase
Ya 24 29
Tidak 59 71
Total 83 100

Sumber : data primer diolah sendiri 2014


C. Deskripsi penerapan ASI Eksklusif pada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas
Kebakkramat I Karanganyar
Tabel 4.2 : frekuensi penerapan ASI eksklusif pada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan
di Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar
Frekuensi ASI eksklusif Frekuensi Persentase
Ya 26 31
Tidak 57 69
Total 83 100

Sumber : data primer diolah sendiri 2014

D. Pengaruh puting susu lecet terhadap penerapan ASI eksklusif

Tabel 4.3 : Pengaruh puting susu lecet terhadap penerapan ASI eksklusif pada ibu
menyusui bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar

Puting susu Penerapan ASI eksklusif Total


lecet
Ya Tidak

Ya 10 14 24

Tidak 16 43 59

Total 26 57 83

Sumber : data primer diolah sendiri 2014


Hasil penghitungan menggunakan rumus X2 didapatkan hasil X2 hitung adalah 1,814
dengan taraf signifikansi 0,05 dan df adalah 1. Jika dibandingkan dengan X2 tabel maka
1,814 < 3,841 maka disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
pengaruh antara puting susu lecet dengan penerapan ASI eksklusif pada ibu menyusui
bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa dari 83 orang responden yang
pernah mengalami puting susu lecet pada masa menyusui sebanyak 24 orang. Penyebab
terjadinya puting susu lecet biasanya karena hisapan bayi tidak benar sehingga mencederai
puting. Biasanya karena bayi sudah kenal puting botol sebelum mengenal puting ibunya,
sehingga bayi tidak menghisap puting ibunya dengan benar. Oleh karena itu jika bermaksud
untuk menyusui, hindarkan bayi diberi susu botol sebelum ASI.
Terjadinya puting lecet di awal menyusui pada umumnya disebabkan oleh salah satu atau
kedua hal berikut: posisi dan pelekatan bayi yang tidak tepat saat menyusu, atau bayi tidak
mengisap dengan baik. Meskipun demikian, bayi dapat belajar untuk mengisap payudara
dengan baik ketika ia melekat dengan tepat saat menyusu (mereka akan belajar dengan
sendirinya). Jadi, proses mengisap yang bermasalah seringkali disebabkan oleh pelekatan
yang kurang baik. Infeksi jamur yang terjadi di puting (disebabkan oleh Candida Albicans)
dapat pula menyebabkan puting lecet. Vasospasma yang disebabkan oleh iritasi pada saluran
darah di puting akibat pelekatan yang kurang baik dan/atau infeksi jamur, juga dapat
menyebabkan puting lecet . Rasa sakit yang disebakan oleh pelekatan yang kurang baik dan
proses mengisap yang tidak efektif akan terasa paling sakit saat bayi melekat ke payudara dan
biasanya akan berkurang seiring bayi menyusu. Namun jika lecetnya cukup parah, rasa sakit
dapat berlangsung terus selama proses menyusu akibat pelekatan kurang baik/mengisap tidak
efektif. Rasa sakit akibat infeksi jamur biasanya akan berlangsung terus selama proses
menyusui dan bahkan setelahnya. Banyak ibu mendeskripsikan rasa sakit seperti teriris
sebagai akibat pelekatan yang kurang baik atau proses mengisap yang kurang efektif. Rasa
sakit akibat infeksi jamur seringkali digambarkan seperti rasa terbakar. Jika rasa sakit pada
puting terjadi padahal sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka rasa sakit tersebut
mungkin disebabkan oleh infeksi Candida, meskipun infeksi tersebut dapat pula merupakan
lanjutan dari penyebab lain sakit pada puting, sehingga periode tanpa sakit hampir tidak
pernah terjadi. Retak pada puting dapat terjadi karena infeksi jamur. Kondisi dermatologis
(kulit) dapat pula menyebabkan sakit pada puting.

Puting susu lecet menyebabkan ibu menjadi enggan untuk menyusui bayinya secara
langsung akibat rasa sakit atau tidak nyaman yang dirasakan ibu ketika menyusui bayinya.
Hal itulah yang menyebabkan pelaksanaan Asi eksklusif menjadi terganggu disebabkan oleh
kurangnya pemahaman ibu mengenai cara menyusui yang benar dan cara perawatan payudara
ibu selama menyusui bayinya.

Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa dari 83 orang responden yang
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan pertama usia kehidupannya hanya
26 orang. Pemberian ASI Eksklusif menurut WHO kepada bayi adalah yang terbaik untuk
memberikan nutrisi kepada buah hati. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ASI
merupakan makanan pokok bagi bayi yang sangat dibutuhkan dalam rangka membangun
sistem kekebalan tubuh secara alami agar ia dapat terhindar dari berbagai penyakit dan juga
sebagai makanan pertama yang dinikmati oleh sang bayi. Jika bayi tidak diberikan ASI
eksklusif maka dikhawatirkan kondisi kesehatan bayi juga akan berpengaruh dan berakibat
pada kurangnya kualitas hidup bayi tersebut.

Hasil penghitungan menggunakan rumus X2 didapatkan hasil X2 hitung adalah 1,814


dengan taraf signifikansi 0,05 dan df adalah 1. Jika dibandingkan dengan X2 tabel maka
1,814 < 3,841 maka disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh
antara puting susu lecet dengan penerapan ASI eksklusif pada ibu menyusui bayi usia 0-6
bulan di Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
ternyata puting susu lecet tidak berpengaruh terhadap penerapan ASI eksklusif, hal ini
menunjukkan bahwa banyak faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan penerapan ASI
eksklusif antara lain pengetahuan, sikap, pengaruh lingkungan, pekerjaan, dukungan keluarga
dan lain-lain. Pada penelitian ini dari 24 orang yang mengalami puting susu lecet ada 10
orang yang tetap memberikan ASI eksklusif sedangkan 14 orang lainnya tidak memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya. Sedangkan dari 83 orang ibu yang menyusui bayinya ternyata
yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya usia 0-6 bulan hanya 26 orang sedangkan 57
orang lainnya tidak memberikan ASI eksklusif.

Sangat disayangkan ternyata penerapan ASI eksklusif belum dapat dilaksanakan secara
total. Kejadian puting susu lecet yang menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman ketika ibu
menyusui bayinya tidak menjadi kendala yang berarti dalam proses penerapan ASI eksklusif
khususnya bagi ibu yang memiliki motivasi dan pengetahuan yang baik terhadap keuntungan
dan manfaat ASI eksklusif bagi bayinya.

SIMPULAN DAN SARAN

1. Didapatkan bahwa dari 83 orang responden yang pernah mengalami puting susu lecet
pada masa menyusui sebanyak 24 orang.
2. Didapatkan bahwa dari 83 orang responden yang memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya selama 6 bulan pertama usia kehidupannya hanya 26 orang.
3. Hasil penghitungan didaatkan jika dibandingkan dengan X2 tabel maka 1,814 < 3,841
maka disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh antara
puting susu lecet dengan penerapan ASI eksklusif pada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan
di Puskesmas Kebakkramat I Karanganyar.
Bagi petugas kesehatan diharapkan meningkatkan kualitas kegiatan penyuluhan tentang
proses menyusui bagi ibu menyusui khususnya pencegahan puting susu lecet, perawatan
payudara dan penerapan ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Hal: 17 – 141

Bahiyatun, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. EGC. Jakarta.
Hal: 10-7, 29.

Baskoro, 2008. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Banyu Media. Jogjakarta.
Hal: 1-13.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal: 138 –
46.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta. Hal: 100 – 12.

Nurlely, L, 2004. Menyiapkan Ibu Sehat Melahirkan Bayi Sehat. BKKBN,


Jakarta. Hal : 28-9.

Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.


Hal: 146 – 149.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Salemba Medika.


Jakarta. Hal:18-21.

Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya. Jogjakarta. Hal : 38-39.


Sulistyawati, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Andi.
Jogjakarta. Hal: 17-22

Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Hal: 184 – 93.

Taufiqurrahman . 2009. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Lembaga


Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS. Surakarta. Hal : 72.

Anda mungkin juga menyukai