Anda di halaman 1dari 9

KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

SEDERHANA

“PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN


KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF”
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar belakang
Menyusui anak kini menjadi trend di seluruh dunia, dan menurut WHO Indonesia
merupakan negara yang lambat dalam mengikuti trend ini. Di samping itu, di negara-negara
lain di dunia susu formula sangat dibatasi, sedangkan di Indonesia susu formula bahkan di
promosikan di sejumlah Rumah Sakit (WHO, 2005). Gerbang utama untuk membangun
sumber daya manusia yang berkualitas adalah Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Dampak
pemberian ASI membuat bayi jauh lebih sehat, kekebalan yang tinggi, kecerdasan emosional
dan spiritual lebih baik. IQ-pun bisa lebih tinggi di bandingkan dengan anak-anak yang ketika
bayi tidak di beri ASI eksklusif (Markum, 2006). Selain itu ASI memiliki kaya gizi, bahkan
melindungi bayi dari kematian dan kesakitan. Bayi yang di beri ASI eksklusif kemungkinan
menderita diare dan infeksi pernapasan hanya seperempat dari seluruh kejadian yang di derita
bayi yang tidak di beri ASI (WHO, 2004).
Pemberian ASI eksklusif menurut hasil penelitian (Bernandus, A., 1999) di pengaruhi
oleh berbagai faktor yang cukup kompleks, di antaranya psikis, fisik, pengetahuan,
keterampilan ibu, maupun sosial budaya. Contohnya di Kabupaten Indramayu faktor yang
paling menonjol yaitu pengetahuan. Karena pengetahuan ibu yang masih rendah
menyebabkan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan tidak diterapkan
dengan baik. Di samping itu faktor lain yang turut berperan adalah pelayanan kesehatan,
partisipasi masyarakat, kebijakan dan kegiatan yang memadai.
ASI mampu mengurangi angka kematian bayi karena meningkatkan daya imunitasnya
sehingga lebih tahan terhadap penyakit. Selain itu, ASI mengandung zat gizi yang selalu
menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat (Wahyuni, 2005).Tingkat pendidikan ibu
yang rendah, wawasan pengetahuan terbatas dan tradisi turun temurun merupakan faktor
yang mendukung timbulnya anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sebagai makanan bayi.
Akibatnya para ibu memberikan bentuk cairan sebagai makanan pendamping ASI sebelum
bayi mencapai umur 4 bulan. Jadi anjuran pemberian ASI eksklusif minimal 6 bulan sangat
sulit di laksanakan sesuai harapan (Roesli, 2005).
Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam
pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif
menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Berdasarkan penelitian Haryati (1996)
menunjukkan ibu yang berpendidikan rendah hanya 4% memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayinya dan ibu yang berpengetahuan baik dan sering mendapat penyuluhan dari
tenaga kesehatan hampir mencapai 100% memberikan ASI secara eksklusif.
Buruknya pemberian ASI ini di picu oleh promosi susu formula di berbagai media
dan sarana pelayanan kesehatan (www.depkes.or.id, 2009), sehingga muncul perilaku meniru
yang salah oleh para ibu dari keluarga yang mampu dengan memberikan susu formula pada
bayinya karena gengsi, mau menunjukkan kelebihannya ke orang lain. Selain itu banyak juga
para ibu beranggapan bahwa susu formula lebih baik dari ASI eksklusif karena bisa dibeli
dengan harga yang mahal, sibuk dengan pekerjaan sehingga lupa bahkan tidak sempat
memberikan ASI eksklusif kepada anaknya ( Roesli, 2005 ).
Bila ibu-ibu di Indonesia tetap mengesampingkan ASI dan lebih memilih memberikan
susu formula kepada anak-anaknya, kecerdasan anak-anak Indonesia akan tertinggal jauh
dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia yang hanya memberikan ASI eksklusif
pada bayinya sampai umur 6 bulan. Padahal Indonesia harus bersandar pada anak-anak itu
untuk memasuki era globalisasi. Walaupun manfaat ASI sedemikian nyata, namun jumlah ibu
menyusui di Indonesia masih rendah (WHO, 2004).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mengambil topik tentang ” Pengaruh
Pengetahuan Ibu Tentang Asi Ekslusif Dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif” untuk
mengetahui apakah pengetahuan Ibu tentang Asi eksklusif mempengaruhi keberhasilan
pemberian Asi eksklusif.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis mengambil topik tentang“ Pengaruh
Pengetahuan Ibu Tentang Asi Ekslusif Dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif”.
III. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Diketahuinya seberapa besar Pengaruh pengetahuan ibu dalam keberhasilan
Pemberian Asi Eksklusif .
2. Tujuan Khusus
 Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
 Mengetahui seberapa besar pengaruh pengetahuan ibu dalam keberhasilan Asi
Eksklusif.
BAB II
PEMBAHASAN

I. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
ASI Menurut Depkes (2006) ASI adalah makanan yang terbaik dan alamiah untuk
bayi. ASI adalah cairan hidup yangmengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi, virus, parasit, dan jamur. ASI merupakan sumber energy gizi
yang sangat ideal dengan komposisi simbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi (Roesli,2007). ASI eksklusif adalah sebagai konsumsi dan asupan
makanan bagi bayi, asupan makanan tersebut adalah Air Susu Ibu tanpa suplemen jenis
apapun baik itu air juice, makanan dalam bentuk apapun kecuali untuk vitamin, mineral, dan
pengobatan. Selain definisi diatas ASI eksklusif juga didefinisikan sebagai perilaku dimana
hanya memberikan ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan dan ataupun
minuman lain kecuali sirup obat. (Baskoro,2008)
Manfaat Air Susu Ibu (ASI) Bagi bayi enam manfaat terpenting dari menyusui yaitu:
a. Memperoleh nutrisi terbaik ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan
oleh bayi. Tidak ada satu pun susu formula yang dapat menggantikannya.
(Suryoprajogo, 2009)
b. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang
dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi
yang paling sempurna, baik kualitas maupun 9 kuantitasnya. Dengan tatalaksana
menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi
harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2tahun
atau lebih. (Roesli,2000)
c. Daya tahan tubuh lebih baik Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat
immunoglobulin (zat kekebalan) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini
akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru
membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada
waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan
menurun. Sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka
akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau
berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi, bakteri, virus, parasit, dan jamur. (Roesli,2000)
d. ASI meningkatkan kecerdasan Interaksi ibu dan bayi dan kandungan nilai gizi
ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sisitem saraf otak yang dapat
meningkatkan kecerdasan bayi. (Suryoprajogo, 2009)
e. Pemberian ASI meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering dalam
dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Bayi juga
akan merasakan aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar
detak jantung ibunya yang ia telah kenal sejak dalam kandungan. Perasaan
terlindungi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual
yang baik. (Roesli,2000)
Keuntungan ASI bagi ibu adalah ASI mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan
setelah melahirkan akan berkurang, karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kadar oksitosin
yang berguna untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah, sehingga perdarahan akan
lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan.ASI
dapat mengurangi terjadinya anemia Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah
atau anemia karena kekurangan zat besi. Menyusui mengurangi perdarahan.ASI juga
menjarangkan kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan
cukup berhasil. Selama ibu member ASI dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan
pertama setelah melahirkan dan 96 % tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.ASI
dapat mengecilkan rahim Kadar oksitosin ibi hamil yang meningkat akan sangat membentu
rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan
pada ibu yang tidak menyusui.ASI mengurangi kemungkinan menderita kanker Pada ibu
yang memberikan ASI umumnya kemungkinan menderita kanker payudara. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker
payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi
berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai
sekitar 25%. f) ASI lebih ekonomis Dengan memberian ASI berarti menghemat pengeluaran
untuk susu formula. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat
bayi.ASI tidak merepotkan dan menghemat waktu ASI dapat segera diberikan pada bayi
tanpa harus menyiapkan. Pemberian susu botol akan lebih merepotkan terutama pada malam
hari.ASI praktis ASI mudah dibawa kemana-mana sehingga saat berpergian tidak perlu
membawa berbagai alat untuk minum susu formula. ASI dapat 12 diberikan dimana saja dan
kapan saja dalam keadaan siap dimakan atau diminum. Serta dalam suhu yang selalu tepat.
ASI memberikan kepuasan bagi ibu Ibu yang berhasil memberikan ASI akan merasakan
kepuasan, kebanggaaan, dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli,2007) Menurut Utami
Roesli (2007), ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai
biologis tertentu dan mempunyai subtansi yang spesifik pengeluaran ASI dapat dibedakan
atas :
a. Kolostrum
Berwarna kuning,jernih dengan protein berkadar tinggi.
Mengandung : immunoglobulin, laktoferin, vitamin (A, E, K, dan D), lemak dan
laktosa.
Pengekuaran kolostrum berlangsung sekitar, dua atau tiga hari dan diikuti ASI
yang mulai berwarna putih.
b. ASI Transisi ASI antara mulai berwarna putih bening dengan susunan yang
disesuaikan kebutuhan bayi dan kemampuan mencena usus bayi.
c. ASI Matur Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi,
sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Asi:
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setalah orang melakukan
Pengindraan terhadap suatu objek tertentu. pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmojo,2007)
b. Pekerjaan
Bekerja selalu dijadikan alasan untuk tidak memberikan Asi eksklusif pada bayi
karena ibu menginggalkanrumah sehingga waktu pemberian Asi pun Berkurang.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah
menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang
maka tingkat pemahaman juga meningkat serta tepat dalam pengambilan sikap.
d. Psikologis
Faktor Psikologis dapat berupa ibu yang kurang percaya diri, kepribadian,
kecemasan dan kestabilan emosi, sikap dan lingkungan Pekerjaan.
e. Kelainan Payudara
Kelainan payudara ibu seperti payudara lecet,punting tenggelam,bengkak,saluran
tersumbat,radang payudara sering menjadi penyebab ibu enggan untuk
memberikan Asi kebada bayinya.
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka pengetahuan ibu tentang Asi ekslusif sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian Asi Ekslusif,karena Pengetahuan merupakan
salah satu faktor predisposisi sehinggah pengetahuan sangat berperan penting dalam berhasil
atau tidaknya pemberian Asi eksklusif.
Ibu yang berpengetahuan rendah maka akan mempengaruhinya dalam berperilaku
sehat maka ibu yang pengetahuannya rendah akan membuat ibu untuk memberikan ASI pada
bayinya walaupun ibu tidak tahu manfaat yang terkandung dalam ASI tersebut, sedangkan
ibu yang pengetahuannya tinggi maka akan membuat ibu tersebut untuk memberikan asi pada
bayinya karena ibu merasa gizi bayinya tidak cukup bila hanya diberikan ASI saja tanpa
makanan tambahan apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta, 2007. Profil Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta,
Yogyakarta : Dinkes Propinsi DI Yogyakarta.
Hidayat, Azis Alimul, 2007. Metode Penelitian kebidanan dan Teknis Analisis Data. Salemba
Medika, Jakarta.
Nilu, 2005. Susahnya ASI Eksklusif. Dapat di akses di http://www.humanmedicine.net di akses
tanggal 2 September 2020
Soetjiningsih, 2005. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Jakarta.
.

Anda mungkin juga menyukai