I.2 Tujuan
BAB II Tinjauan Pustaka
II.1 Pengertian
A. Manajemen Laktasi
Manajemen adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar keseluruhan proses menyusui
bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap
dan menelan ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal dan postnatal. Ruang
lingkup Manajemen Laktasi periode postnatal pada ibu bekerja meliputi ASI
Eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI, memberikan ASI Peras, menyimpan ASI
Peras, memberikan ASI peras dan pemenuhan gizi selama periode menyusui.
Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
B. Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses
bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia..
B. Kandida/Sariawan
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah pengobatan
antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok menyebar dari area
puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang
parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman,
khususnya selama dan segera setelah menyusui Bayi dapat menderita ruam popok,
dengan pustula yang menonjol, merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang
kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih
mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk mengisap.
Pengobatan :
• Obati ibu dan bayinya
• Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali sehabis
menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis menyusui
• Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui untuk
mengurangi nyeri
C. Cacar Air
Periode infeksius dapat bermula 1-5 hari sebelum erupsi vesikel. Lesi bermula dari
leher atau tenggorokan dan menyebar ke wajah, kulit kepala, membran mukosa dan
akstremitas. Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah menderita cacar air dan
tidak berisiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum kelahiran bayi,
bayi menjadi berisiko karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi
belum mempunyai kesempatan untuk berkembang.
Perawatan :
• Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada
bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan
• Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin
varisela jika mereka sudah terpapar
• Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan :
- ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami lesi. Hanya
sekitar 50 % bayi yang terpapar akan berkembang menjadi penyakit
- keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain
- jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak dihentikan.
D. Cytomegalovirus (CMV)
CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di dalam
darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI. Janin
mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang paling serius
terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang memiliki CMV primer selama kehamilan
Menyusui merupakan alat yang penting untuk memberikan imunitas pasif CMV pada
bayi. Anak yang disusui, yang diimunisasi CMV melalui ASI akan terlindungi dari
gejala infeksi nantinya dan dari infeksi primer selama kehamilan.
Perawatan :
Bayi cukup bulan
Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti seropositif selama
kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi akan mengarah pada infeksi CMV dan
sero-konversi dari bayi tanpa akibat yang merugikan.
Bayi preterm
Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari ibu yang terinfeksi
CMV pada bayi prematur khususnya jika bayi seronegatif. Segera ke neonatolog untuk
evaluasi dan pembuatan keputusan
E. Hepatitis B (HBV)
HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan ditularkan
melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh atau transfusi darah. Bayi
yang lahir dari ibu dengan HBV + langsung tertular, kebanyakan terinfeksi di dalam
rahim.
Perawatan :
• Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir. Selain itu, bayi harus
menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
• Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV
F. HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (510%), persalinan
(10-20%) dan menyusui (10-15%). Meskipun secara umum prevalensi HIV di
Indonesia tergolong rendah (kurang dari 0,1 %), tetapi sejak tahun 2000 Indonesia telah
dikategorikan sebagai negara dengan tingkat epidemi terkonsentrasi karena terdapat
kantung-kantung dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada beberapa populasi tertentu
(pada pengguna narkoba suntikan, PSK, waria, dan narapidana). Karena mayoritas
pengguna narkoba suntukan yang terinfeksi HIV berusia reprodukasi aktif (15-24
tahun), maka diperkirakan jumlah kehamilan dengan HIV positif akan meningkat.
Dengan intervensi yang tepat maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25
45% bisa ditekan menjadi kurang dari 2%. Menurut estimasi Depkes, setiap tahun
terdapat 9.000 ibu hamil HIV positif yang melahirkan di Indonesia. Berarti, jika tidak
ada intervensi sekitar 3.000 bayi diperkirakan akan lahir HIV positif setiap tahunnya
di Indonesia.
Perawatan :
Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risiko terinfeksi HIV,
segera melakukan VCT (Voluntary Counseling & Testing) untuk mengetahui status
serologis secepatnya.
Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untuk mempertahankannya dengan
menghindari paparan menggunakan kondom setiap sanggama, melakukan perilaku
hidup sehat, dan melakukan evaluasi ulang serologis sesuai anjuran (memastikan
hasil pemeriksaan di luar “masa jendela”).
Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakan profilaksis
Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin dengan seksio sesarea, dan tidak
menyusui/menghentikan menyusui sedini mungkin/menggunakan susu formula
(Exclusive Formula Feeding)
Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dari WHO : Affordable
(Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable (Dapat diterima), Safe (Aman), dan
Sustainable (Berkelanjutan). Apabila kelima syarat AFASS tidak dapat terpenuhi,
maka ASI tetap diberikan setelah melalui proses konseling mengenai kemungkinan
penularan infeksi.
Setelah persalinan, ibu dengan HIV positif dianjurkan melanjutkan pengobatan
ARV (ARV Terapi) sesuai Pedoman Nasional Pengobatan ARV
Bayi dari ibu HIV positif perlu dijaga kesehatan dengan pemberian nutrisi yang
sesuai, dan diperikasa status serologisnya pada usia 18 bulan
Pasangan seksual dari ibu HIV positif dianjurkan untuk melakukan VCT dan
anjuran yang sesuai.
ASI yang telah didinginkan bila akan digunakan tidak boleh direbus, karena
kualitasunsur kekebalannya akan menurun. ASI tersebut cukup didiamkan beberapa
saat di dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin atau dapat direndam didalam wadah
yang terisi air panas. Masih belum ada penelitian yang membuktikan efek perendaman
ASI di air panas terhadap zat-zat anti yang terdapat di dalam ASI. Pada penelitian efek
pemanasan dengan gelombang mikro terbukti bahwa dengan pemanasan yang rendah
dapat menurunkan aktivitas lisomzim dan IgA, terutama pada pemanasan yang tinggi,
sehingga semua aktivitas zat anti yang diteliti tidak berfungsi.
III.1 Kasus
Ibu R berusia 28 Tahun dan mempunyai hipertensi. Ia memperoleh resep antagonis
reseptor angiotensin II( losartan 50 mg di pagi hari) dan diuretika golongan thiazide (
bendrofluazid 2,5 mg pada pagi hari). Setelah melahirkan seorang bayi laki-laki yang
sehat, ibu R ingin segera menyusui.
Pertanyaan 1
Apakah permasalahan yang muncul pada kasus ini?
Jumlah bendrofluazid yang keluar melalui ASI terlalu kecil untuk memberikan efek
yang membahayakan bayi , walaupun dosis besar dapat menekan produksi ASI .
Namun, the American academy of pediatrics (1994) mempertimbangkan
bendrofluazid, klortalidon, klorotiazid dan hidroklortiazid dapat digunakan pada masa
menyusui .sebaiknya dihindari dosis besar. Oleh karena itu, penting untuk selalu
memantau bayi terhadap efek samping yang tidak diharapkan. Produsen obat
cenderung menganjurkan tidak menggunakannya karena berpotensi menekan produksi
ASI.
Tidak diketahui apakah losartan terekskresi ke dalam ASI. Namun, kadar yang
bermakna losartan dan metabolit aktifnya ditemukan dalam ASI tikus. Produsen
menyarankan penggunaan losartan sebaiknya dihindari pada wanita yang menyusui
sebab tidak tersedia informasi dalam jumlah yang memadai. Oleh karena potensi efek
samping pada bayi yang meminum ASI. Keputusan apakah harus meneruskan
menyusui atau tidak melanjutkan pengobatan tegantung pada pentingnya pengobatan
bagi ibu serta pilihan / alternative lain yang tersedia.
Pertanyaan 2
Apakah tindakan yang akan diambil?
Anjurkan agar pemakaian losartan dihentikan, cukup dengan bendrofluazid saja, jika
tekanan darah tidak terkontrol maka dianjurkan penggunaan beta bloker yaitu
asebutolol, atenolol, nadolol atau sotalol hindari penggunaan seliprolol atau nebivolol.
BAB IV Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk
Ibu Hamil dan Menyusui.2006.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakata: EGC.
Eny Sendra, Dewi Indriani. (2017). Hubungan Antara Menyusui Dengan Involusi
Uterus Pada Ibu Nifas Fisiologis Di RSIA Aura Syifa Kabupaten Kediri, Jurnal Ilmu
Kesehatan, 64-65.
Ratna Sari Hardiani. (2017). Status Paritas dan Pekerjaan Ibu Terhadap
Pengeluaran ASI Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan, NurseLine Journal,45.
http://scholar.unand.ac.id/17593/2/BAB%20I.pdf
https://dokumen.tips/documents/makalah-manajemen-laktasi.html
https://dokumen.tips/documents/makalah-laktasi-568c321696e9f.html