Anda di halaman 1dari 25

fBAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi,


Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan
adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang disertai dengan minimnya
pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Dengan demikian,
sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna mencegah
terjadinya gizi salah (malnutrisi) dan risiko untuk menjadi kurang gizi.

Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu


pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Salah
satunya adalah masalah gizi (malnutrisi) yang disebabkan oleh faktor lingkungan
(Biologi, Fisik, sosial dan ekonomi). Keadaan lingkungan dapat memengaruhi faktor
ketersediaan pangan dan juga dapat menyebabkan infeksi atau penyakit.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah adalah sebagai
berikut.
1. Apa pengertian Gizi dan Lingkungan ?
2. Apa pengaruh Lingkungan terhadap ketersediaan pangan yang dapat
memengaruhi status gizi ?
3. Apa penyakit yang dapat disebabkan oleh lingkungan ?
4. Apa kebijakan pemerintah terhadap malnutrisi yang diakibatkan oleh
lingkungan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Gizi dan Lingkungan ?
2. Untuk mengetahui pengaruh Lingkungan terhadap ketersediaan pangan yang
dapat memengaruhi status gizi ?
3. Untuk mengetahui penyakit yang dapat disebabkan oleh lingkungan ?
4. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terhadap malnutrisi yang diakibatkan
oleh lingkungan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi


secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi. (Supariasa, dkk, 2002). Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh
status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan
fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). (Suyatno,
2009). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa, dkk, 2001).

Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,


mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta
memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan
tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut
tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial yang disediakan
untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat gizi yang tidak
dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan di antaranya
adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential diperlukan untuk memperoleh
dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang baik. Oleh karena
itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat gizi dalam pangan yang umum dapat

3
diperoleh penduduk di suatu tempat adalah penting guna merencanakan, menyiapkan
dan mengkonsumsi makanan seimbang. (Moch. Agus Krisno Budiyonto).

2.2 Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang
cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidak
seimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk
mempertahankan kesehatan. Ini bias terjadi karena asupan makan terlalu sedikit
ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi
dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan
metabolik (Oxford medical dictionary 2007: 524 ).
Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atau
lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian gizi kurang, istilah malnutrisi
lazim dipakai untuk keadaan ini. Secara umum gizi kurang disebabkan oleh
kurangnya energy atau protein.Namun keadaan ini di lapangan menunjukkan bahwa
jarang dijumpai kasus yang menderita deferensiasi murni. Malnutrisi adalah keadaan
dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut
keadaaan yang disebabkan oleh ketidak seimbangan di antara pengambilan makanan
dengan kebutuhan gizi untuk 15 mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena
asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang.
Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi
makanan atau kegagalan metabolic.
Malnutrisi pada umumnya suatu kondisi medis yang disebabkan oleh
pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Istilah ini
seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizi kurang) yang
diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau
kehilangan zat gizi secara berlebihan. Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang
mencakup gizi kurang atau lebih. Di Indonesia angka kejadian gizi yang kurang
masih sangat tinggi istilah malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan dimana seseorang

4
kekurangan gizi. Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional
serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Dapat disimpulkan dari
penjelasan di atas bahwa Malnutrisi adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami
gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan
aktivitas akibat konsumsi pangan tidak cukup mengandung energy dan protein.
Penyebab tidak langsung yang dapat menyebabkan malnutrisi adalah
kurangnya ketahanan pangan keluarga, kualitas perawatan ibu dan anak, pelayanan
kesehatan serta sanitasi lingkungan. Ketahanan pangan dapat dijabarkan sebagai
kemampuan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan. Sebagai
tambahan, perlu diperhatikan pengaruh produksi bahan makanan keluarga terhadap
beban kerja ibu dan distribusi makanan untuk anggota keluarga. Sanitasi lingkungan
berpengaruh terhadap kesehatan, produksi serta persiapan makanan untuk dikonsumsi
serta kebersihan. Pelayanan kesehatan bukan hanya harus tersedia, namun juga harus
dapat diakses dengan mudah oleh ibu dan anak. Status pendidikan dan ekonomi
perempuan yang rendah menyebabkan kurangnya kemampuan untuk memperbaiki
status gizi keluarga.

2.3 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Lingkungan adalah faktor – faktor
yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia baik faktor dari dalam diri ( internal )
maupun dari luar (eksternal ). Lingkungan internal meliputi aspek – aspek genetika,
struktur dan fungsi tubuh dan psikologis. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi
lingkungan sekitar manusia baik lingkungan fisik, biologis, sosial ekonomi dan
kultural.

2.3.1 Lingkungan fisik (physical enviroment)


Lingkungan fisik yang dimaksud adalah segala bentuk lingkungan secara fisik
yang dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan seperti adanya daerah-daerah

5
wabah, lingkungan kotor, dekat pembuangan limbah atau sampah, cuaca/iklim, suhu,
dan lain-lain. Lingkungan ini dapat mempengaruhi kebutuhan dasar manusia dalam
bentuk keamanan dan keselamatan dari bahaya yang dapat ditimbulkannya.

a. Iklim
Perubahan iklim ini dapat diakibatkan oleh kondisi alami maupun karena
aktivitas manusia. Perubahan iklim meliputi perubahan dalam hal temperatur, curah
hujan, cuaca ekstrim yang disebabkan oleh gas rumah kaca. Perubahan ini berbeda-
beda dari satu belahan dunia dengan belahan dunia yang lain. Indonesia yang terletak
di katulistiwa mengalami dampak yang lain dengan Negara dingin. Dampak
perubahan iklim dapat bersifat langsung seperti perubahan suhu udara, peningkatan
radiasi sinar ultraviolet, dan polusi udara, atau tidak langsung seperti ketersediaan
pangan, peningkatan kejadian penyakit menular dan tidak menular serta perpindahan
penduduk. Dampak ini di Indonesia dapat menjadi lebih berat karena faktor sosial-
ekonomi seperti kepadatan penduduk, kemiskinan, higiene perorangan, ketersediaan
air bersih dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Indonesia juga menjadi sarang
endemic berbagai penyakit seperti malaria, dan diare. (Sulistyawat, 2015).

b. Cuaca
Perubahan cuaca secara ekstrim akibat pemanasan global membuat pola
tanaman pangan menjadi tidak sesuai lagi, hal ini secara berkepanjangan dapat
mengakibatkan gagal panen. Budidaya padi sawah akan terlaksana dengan baik
apabila tersedia air secara optimal. Air tersebut dapat diperoleh dari irigasi ataupun
curah hujan. Ketersediaan air ini terutama diperlukan pada saat pengolahan tanah dan
untuk memudahkan pengendalian gulma. Kecukupan air sampai batas tertentu
merupakan persyarat untuk pertumbuhan yang optimal ( Seno Basuki, 2012 ).
Namun, jika musim kekeringan akan mempengaruhi jumlah hasil yang akan dipanen,
yang tentunya berpengaruh pada harga/daya beli dan konsumsi masyarakat dan untuk
daerah yang cuaca/iklim berbeda seperti di kabupaten Jayapura direkomendasikan ubi

6
kayu dan keladi sebagai tanaman pangan yang paling sesuai dengan kondisi iklim dan
cuaca tersebut (Degei dan Fred Malvery, 2014). Cuaca/iklim juga memengaruhi
terjadinya penyakit DBD dan malaria (Sukowati, S. 2004) yang merupakan salah satu
faktor malnutrisi.

c. Geografi
Faktor fisik Geografi yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap
produktivitas misalnya adalah jenis tanah, fisiografi, kemiringan lereng, elevasi,
curah hujan, luas area garapan, dan aksesibilitas. (Rani Yudarwati, 2010) Misalnya,
Salah pengoptimalkan sumber daya lahan untuk tanaman padi. Tanah yang subur
akan menghasilkan tanaman dengan hasil panen yang baik. Jenis tanah seperti tanah
liat akan sulit untuk pertumbuhan tanaman atau untuk lahan pertanian dan juga
Aksesibilatas untuk pendistribusi hasil panen memengaruhi ketersediaan pangan dan
konsumsi zat gizi bagi masyarakat didaerah tertentu.
d. Air
Air sangat penting dan berguna dalam kehidupan. Semua makhluk hidup
sangat memerlukannya. Di Bidang kesehatan dapat memperbaiki kemampuan dan
daya tahan tubuh, tahan lapar, menghindari dehidrasi, mengurangi resiko terhadap
beberapa macam penyakit daan lain-lain. Di Bidang pertanian berfungsi memberi
pengairan pada sawah atau ladang, Penyuplai cairan tumbuhan-tumbuhan, di bidang
industry sebagai bahan baku suatu perindustrian. Air (pantai, sungai) sebagai tempat
wisata dan juga perkembangbiakan ikan sebagai salah satu sumber pangan. Di Rumah
tangga, air digunakan untuk MCK, dikonsumsi, Untuk mencuci, dll. Jadi peran air
dalam kehidupan disegala bidang sangat penting. Secara khusus air juga berfungsi
sebagai penentu keberhasilan tanaman pangan.

2.3.2 Lingkungan Biologi


Lingkungan biologis adalah lingkungan yang meliputi segala sesuatu di
sekitar kita yang tergolong organisme hidup seperti manusia, tumbuhan dan hewan.

7
Organisme tersebut memengaruhi bagaimana ketersediaan pangan dan status gizi
masyarakat.

a. Kepadatan penduduk

Jumlah penduduk dunia akan terus bertambah diperkirakan akan mencapai 9


milyar dalam rentang 8 – 10,5 milyar jiwa pada tahun 2050 (NGI, edisi Januari
2011). Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sudah mencapai 273 juta jiwa
lebih. Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan munculnya permasalahan
tentang bagaimana akan mencukupi kebutuhan pangannya. Manusia membutuhkan
pangan untuk dapat melangsungkan kehidupan dan beraktivitas di muka bumi ini.
jumlah pangan yang dibutuhkan semakin meningkat sedangkan lahan yang digunakan
makin sempit. Kekurangan pangan akan mengakibatkan asupan nutrisi yang kurang
sehingga berdampak dalam status gizi tersebut.

b. Tumbuhan
Tubuh membutuhkan nutrisi dan zat gizi untuk mendapatkan energi yang
digunakan dalam beraktivitas setiap hari. Zat gizi tersebut meliputi karbohidrat,
lemak, protein , vitamin dan mineral. Zat gizi tersebut didapatkan dari tumbuhan dan
hewan. Makanan yang dihasilkan dari tumbuhan yang bebas bahan kimia memiliki
zat gizi yang berkualiatas dibandingkan dengan makanan/hasil pangan dari tumbuhan
dengan banyak kandungan kimia. Sumber makanan seperti yang mengandung lemak
sering tidak dikonsumsi oleh orang penderita jantung, dan obesitas penderita penyakit
gula, seperti daging, gula tinggi dan lain-lain.

c. Hewan
Mikroorganisme dan makroorganisme memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan dan kerugian hasil tanaman/tumbuhan. Mikroorganisme berfungsi
sebagai Berperan dalam proses pengolahan makanan, berperan dalam peningkatan
nilai gizi makanan, berperan dalam pengadaan bau dan rasa. Bakteri yang

8
menyebabkan penyakit disebut dengan bakteri patogen. Diketahui bahwa beberapa
penyakit disebabkan oleh bakteri. Satu spesies bakteri hanya akan menyebabkan satu
jenis penyakit, TBC, Pneumonia, Kencing nanah (Gonnorea), Antraks – Bacillus
antrachis. Namun, adapun mikroorganisme yang berdampak buruk diantaranya
seperti: campylobacter, salmonella, shigella, dan E. Coli sebagai penyebab diare.
Kotoran Makroorganisme juga berperan sebagai bahan penyubur tanaman, namun,
disaat-saat lain dapat merusak tanaman maupun lahan pertanian sehingga hasil
pangan berkurang dan pasti berpengaruh dengan penghasilan keluarga dan asupan
gizi (status gizi).

2.3.3 Lingkungan Sosial dan Ekonomi


Lingkungan sosial adalah lingkungan yang ada dalam komunitas
kemasyarakatan. Seperti pekerjaan, ekonomi, urbanisasi, perkembangan sosial, dan
Bencana alam.
1. Pekerjaan
Para pekerja di bidang kesehatan memiliki risiko untuk terkena penyakit
berbahaya seperti Tuberkulosis kalau tidak berhati-hati dalam penanggulangannya.
Asma dan alergi yang disebabkan atau diperburuk situasi di tempat kerja seperti
iritasi, uap kimia, gas atau debu. Penyakit ini terjadi, kemungkinan ada karena zat-zat
tertentu di lingkungan kerja yang terakumulasi dari waktu ke waktu. Contact
Dermatitis adalah Salah satu jenis penyakit kulit paling umum yang ditemukan pada
mereka yang bekerja dalam bidang kosmetik, perawatan kesehatan, pelayanan
makanan serta bangunan. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh para
peneliti dari Shanghai, paparan radiasi dan bahan kimia telah terbukti memiliki
hubungan dengan sejumlah gangguan pada kehamilan. Misalnya, aborsi, kematian
dini, kelahiran prematur dan cacat lahir.

9
2. Urbanisasi
Urbanisasi juga dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk yang asalnya
dari pedesaan menuju ke perkotaan. Biasanya perpindahan penduduk ini bertujuan
untuk mencari pekerjaan dan menetap. Urbanisasi penduduk yang tinggi dapat
mengancam kesehatan masyarakat. Terlebih bagi daerah yang tingkat kepadatan
penduduknya tinggi. Sebab urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota
yang tinggi akan membuat risiko penularan penyakit kian tinggi dan berada di
lingkungan kumuh. Menurut dia, kondisi tersebut membuat masyarakat semakin sulit
mendapatkan udara dan air bersih. Tidak hanya itu, pertambahan penduduk juga
mempengaruhi tingkat polusi akibat meningkatnya jumlah pengguna kendaraan
bermotor. Salah satu penyebab penyebaran penyakit ialah adanya pergerakan manusia
dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu, munculnya penyakit juga dipengaruhi oleh
kondisi tempat tinggal (Lingkungan Kumuh) dan pola makan. Keadaan sosial tempat
urban bertempat tinggal akan terjadi ketegangan sosial dan tekanan sosial. Hal ini
disebabkan karena masyarakat yang beragam atau majemuk, perbedaaan di tingkat
pekerjaan dan jabatan, status ekonomi atau pendapatan, dan tingkat keterampilan
yang berbeda (terdapat ketidak-sesuaian) sehingga memerlukan waktu lama untuk
beradaptasi dengan lingkungan untuk menurunkan ketegangan sosial tersebut.

3. Perkembangan Ekonomi
Faktor lain yang mempengaruhi status gizi anak diantaranya salah satunya
faktor ekonomi keluarga yang berdampak pola makan dan kecukupan gizi
anakArisman (2004), mengemukakan bahwa status gizi dipengaruhi oleh determinan
biologis yang meliputi jenis kelamin, lingkungan dalam rahim, jumlah kelahiran,
berat lahir, ukuran orang tua dan konstitusi genetik serta faktor lingkungan seperti
keadaan sosial ekonomi keluarga. Keluarga dengan tingkat ekonomi atau penghasilan
layak dapat memberikan makanan yang layak, cukup dan baik bagi keluarga maupun
anak-anaknya, sehingga status gizi baik dan hal ini didukung karena pendapatan
keluarga. Berlaku untuk kasus sebaliknya, keluarga golongan/tingkat ekonomi

10
rendah, daya beli dan konsumsi makanan secukupnya saja bahkan kurang dari porsi
yang layak bagi kesehatan. Hal ini disebabkan karena penghasilan rendah yang
berdampak pada daya beli keuarga.misalnya jika harga sembako naik maka
masyakarat yang hidup pas-pasan akan menurun daya beli sehingga kekurangan
mengkonsumsi asupan gizi.

4. Bencana Alam

Dampak akibat bencana secara fisik umumnya adalah rusaknya berbagai


sarana dan prasarana fisik seperti permukiman, bangunan fasilitas pelayanan umum
dan sarana transportasi serta fasilitas umum lainnya. Salah satu permasalahan yang
sampai saat ini masih dihadapi dalam upaya penanggulangan bencana terutama
untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi masyarakat dan korban bencana adalah
kebutuhan pangan, khususnya yang terkait dengan pemenuhan nilai gizi yang
memenuhi standar minimal terutama pada kelompok rentan akibat rusaknya sarana
pelayanan kesehatan, terputusnya jalur distribusi pangan, rusaknya sarana air bersih
dan sanitasi lingkungan yang buruk (Kemenkes RI, 2012). Bencana alam dapat
merusak lahan pertanian dan dapat berdampak pada asupan makanan.

2.4 Ketersediaan Pangan Tergantung Pada Lingkungan


Fungsi tanah yang sangat dikenal luas adalah mendukung produksi pangan.
Ini merupakan pondasi bagi pertanian dan media dari tumbuhnya hampir seluruh
tanaman penghasil pangan. Faktanya, diperkirakan bahwa 95% dari makanan kita
secara langsung ataupun tidak langsung diproduksi di tanah. Tanah yang sehat
menyediakan nutrisi penting, air, oksigen dan menunjang akar yang dibutuhkan
tanaman pangan agar dapat tumbuh dan berkembang. Tanah juga berfungsi sebagai
pelindung akar tanaman yang peka terhadap perubahan temperatur yang drastis.

11
Air sangat penting dan berguna dalam kehidupan. Semua makhluk hidup
sangat memerlukannya. Di Bidang kesehatan dapat memperbaiki kemampuan dan
daya tahan tubuh, tahan lapar, menghindari dehidrasi, mengurangi resiko terhadap
beberapa macam penyakit daan lain-lain. Cuaca dan iklim yang mendukung
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman berbuah dengan hasil panen yang banyak
dan berkualitas mampu menjaga ketahanan pangan. Mikroorganisme sebagai
pengurai tentu berdampak dalam menghasilkan unsur hara atau humus dan
menambah kesuburan tanaman.

Ketersediaan bahan makanan dengan jumlah penduduk yang stabil mampu


menjaga ketahanan makanan jika setiap penduduk tersebut memiliki produktivitas
yang totalitas. Bahkan, bukan hanya mencukupi kebutuhan dasar pangan di
masyarakat namun dapat dipasarkan keluar daerah/Negara tersebut sehingga
perekonomian dan asupan makanan meningkat dan sehat.

2.5 Geografi dan Iklim


2.5.1 Status gizi berhubungan dengan produksi pangan

Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran


mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan
pertanian ke non pertanian untuk kebutuhan perumahan, perkantoran, lokasi industri
yang diakibatkan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan industri.
Pertanian berpengaruh terutama terhadap gizi melalui produksi pangan dan ketahanan
pangan keluarga. Jika pangan diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup,
kemudian bahan tersedia dengan cukup di tingkat desa atau masyarakat dan keluarga
memiliki uang yang cukup untuk membeli keperluan pangan yang tidak ditanam di
tempatnya maka tidak akan banyak terjadi kurang gizi.

12
Badan Pusat Statistik (BPS, 2011) membagi produksi pangan ke dalam
sembilan kelompok yang meliputi (1) Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan
Pokok seperti padi-padian (beras, jagung, terigu), (2) umbi-umbian (singkong, ubi
jalar, kentang, sagu, umbi lainnya),(3) pangan hewani (daging ruminansia, daging
unggas, telur, susu, ikan), (4) minyak dan lemak (minyak kelapa, minyak sawit,
minyak lainnya), (5) buah/biji berminyak (kelapa, kemiri), (6) kacang-kacangan
(kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang lain), (7) gula (gula pasir, gula merah,
(8) sayuran dan buah (sayur, buah), (9) lain-lain (minuman, bumbu-bumbuan).

Komoditas pangan beras menempati peran yang sangat strategis dalam


perekonomian Indonesia, karena sekitar 95 persen penduduk yang jumlahnya saat ini
hampir mencapai 220 juta jiwa, masih mengandalkan beras sebagai komoditas
pangan utama. Dalam kondisi demikian, ketersediaan dan distribusi beras serta
keterjangkauan daya beli masyarakat merupakan isyu sentral yang tidak hanya
berperan penting bagi terciptanya stabilitas ekonomi, tetapi juga stabilitas sosial dan
politik nasional. Konversi lahan pertanian merupakan permasalahan utama yang
menjadi ancaman bagi peningkatan produksi beras domestik. Hasil studi Irawan et al
(2000) mengungkapkan bahwa dampak konversi lahan selama periode 1985–1998
telah menyebabkan hilangnya peluang peningkatan produksi padi sekitar 2.82 juta ton
per 68 tahun atau setara dengan volume impor beras yang secara rata-rata sekitar 1.5
juta ton per tahun. Konversi lahan lebih banyak terjadi di daerah lahan sawah karena
infrastruktur ekonomi lebih banyak tersedia di lahan persawahan.

Masih sangat banyak masyarakat Indonesia yang belum memperoleh pangan


yang cukup untuk kehidupannya. Padahal makanan adalah kebutuhan pokok bagi
setiap manusia. Tanpa makanan manusia tidak mempunyai cukup energi untuk sistem
metabolisme dalam hidupnya. Jika sistem metabolisme terhambat lama kelamaan
manusia akan mati. Kekurangan pangan memang bukanlah masalah baru. Masalah
baru yang muncul adalah ketika lahan pertanian yang digunakan untuk menanam
tanaman pangan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat jumlahnya semakin

13
menurun. Tidak hanya itu saja jumlah petani akhir-akhir ini juga semakin sedikit.
Sedangkan jumlah penduduk meningkat begitu cepat. Ditambah lagi pertambahan
penduduk yang sangat besar itu tidak disertai dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Disamping itu, karena indonesia adalah negara kepulauan
pendistribusian pangan yang baik sangat dibutuhkan, namun seringkali terjadi
pendistribusian pangan yang tidak merata sehingga jumlah angka kelaparan dan
kurang gizi di Indonesia semakin meningkat.

Hubungan Status Gizi dengan Ketersediaan pangan dapat ditunjukkan oleh


konsep yang dikeluarkan oleh Unicef bahwa ketersediaan pangan yang cukup di
tingkat rumah tangga akan mempengaruhi dikonsumsi makanan semua anggota
keluarga dan selanjutnya status gizi yang baik atau seimbang dapat diperoleh tubuh
untuk tumbuh kembang, aktifitas, kecerdasan, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan
penyakit dan proses biologis lainnya. Akibat yang terjadi bila status gizi tidak
didukung oleh ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga adalah Gizi Buruk dan
kelaparan. Kelaparan adalah Rasa “tidak enak” dan sakit akibat kurang atau tidak
makan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja diluar kehendak dan terjadi
berulang-ulang, serta dalam jangka waktu tertentu menyebabkan penurunan berat
badan dan gangguan kesehatan. (E. Kennedy, 2002)

2.5.2 Geografi dan lahan pertanian


Geografi Pertanian mempelajari mengenai konsep dan lingkungan geografi
pertanian, klasifikasi sistem pertanian, faktor produksi pertanian dan karakteristik
sistem pertanian, studi perkembangan pertanian, pembangunan pertanian dan
penelitian sistem pertanian. Lahan pertanian. Kebutuhan akan lahan pertanian yang
produktif semakin lama semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan pangan
masyarakat menyebabkan perluasan lahan pertanian menjadi sangat penting.
Geografi pertanian membahas bagaimana lahan pertanian agar tetap produktif
dan tersedia. Tetapi kini lahan pertanian yang produktif semakin sedikit. Hal ini

14
disebabkan berkurangnya lahan akibat perluasan lahan pemukiman penduduk. Selain
itu, banyak lahan pertanian menjadi kritis dan tidak dapat ditanami karena pemakaian
lahan yang tidak seimbang/sehat. Lahan pertanian juga semakin sempit diakibatkan
karena bencana alam, pembangunan pemukiman warga, pembangunan infranstruktur
desa dan penebanga hutan secara liar berhubungan dengan lahan pertanian yang
semakin sempit.

Selain itu, geografi pertanian terhadap lahan pertanian ini juga meliputi
penggunaan jenis lahan yang berbeda. Penggunaan budidaya diatas lahan kering
berbeda dengan lahan basah. Hal ini berhubungan dengan jenis tanaman yang dapat
ditanaman pada lahan-lahan tersebut. Dampaknya adalah, hasil pertanian yang
dihasilkan tergantung dari kondisi lahan yang digunakan.

2.5.3 Perubahan iklim tahunan terhadap kelaparan


Banyaknya bencana seperti banjir, kebakaran lahan dan hutan, pengungsi, dan
konflik menunjukkan ketidakstabilan planet Bumi serta makin sulit diprediksi
geliatnya. Pemberitaan berbagai bencana itu memenuhi media. Akibatnya,
pemberitaan mengenai mereka yang miskin dan kelaparan tidak terlalu banyak dan
menghalangi mereka untuk mengakses bantuan pangan yang layak. Upaya mandiri
oleh petani dan peternak untuk memenuhi pangan mengalami kendala. Para petani
tidak memiliki akses yang cukup ke layanan perbankan, pasar, atau kredit. Hal ini
kerap terjadi karena pemerintahan yang buruk, atau kebijakan yang tidak tepat. Selain
itu, faktor suku, jenis kelamin, dan halangan pribadi juga memengaruhi kemampuan
petani tersebut.

Perubahan iklim yang drastic seperti kekeringan dapat menyebabkan kawasan


lahan pertanian seperti padi, cabe, dan lain-lain akan kekurangan air dan mengalami
kematian. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan pendapatan masyaraka bahkan

15
kerugian. Sebaliknya, perubahan iklim dengan curah hujan yang tinggi tidak sesuai
juga dengan lahan pertanian. Lahan pertanian dapat tergenang dengan banjir sehingga
merusak tanaman. Selain itu, curah hujan yang tinggi dapat menyebabakan
kebusukan pada akar tanaman seperti cabe. Hujan yang disertai dengan badai akan
merusak buah perpohonan yang dapat digunakan sebgai bahan makanan dan tentu hal
ini membawa kerugian bagi petani/pekebun. Perubahan iklim yang drastic baik
kekeringan maupun curah hujan dapat menyebabkan malnutrisi, yakni ketika
masyarakat tidak mempu memiliki daya beli terhadap pangan.
Perubahan iklim juga memperparah konflik dan bencana kelaparan. Dampak
perubahan iklim yaitu meningkatnya kejadian bencana topan, makin lama dan
seringnya kekeringan, serta hujan yang makin lebat memperparah pertentangan dan
kekurangan makan yang terjadi. Di sini terlihat jelas pengaruh perubahan iklim pada
kegagalan panen yang pada gilirannya menyebabkan konflik. Petani yang tinggal di
daerah konflik harus menghadapi tantangan yang sangat hebat. Mereka bisa terusir
dari tanahnya, tanaman pangan di lahan-lahan mereka pun bisa rusak, menjadi
hambatan untuk mengakses benih, pupuk, dan menjual produk pertaniannya. Lebih
lanjut, perang menghalangi petani untuk memperoleh air dan makanan untuk ternak.
Akibat lanjutannya adalah terganggunya siklus menanam. Konflik, perubahan iklim,
bencana, ditambah ketiadaan pangan kemudian memicu terjadinya migrasi.
Berdasarkan laporan dari PBB tersebut, 64 juta orang terusir dari tempat tinggalnya.

2.5.4 Penyakit Rekitsia dan Osteomalasi


Penyakit ini adalah infeksi yang disebabkan oleh kelompok bakteri gram
negatif dari golongan Rickettsiae, Ehrlichia, Orientia, dan Coxiella. Adalah karena
disebabkan kelainan karena kekurangan vitamin D. Kekurangan vitamin diakibatkan
karena asupan kalsium maupun paparan sinar matahari (pengubah Pro Vitamin D
menjadi Vitamin D) yang hanya sedikit. Sinar matanari hanya didapat dalam keadaan
cuaca cerah. Namun, jika terjadi curah hujan tinggi dan iklim dingin maka jumlah

16
asupan paparan terhadap tubuh dalam memproduksi vitamin D akan berkurang
sehingga terjadi Riketsia atau penyakit tipus. Osteomalasia adalah penyakit
metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang
(menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang
dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak
separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan
tulang sudah lengkap (komplit). Penyebabnya ditandai dengan keadaan kekurangan
vitamin D (calcitrol), dimana terjadi peningkatan absorbsi kalsium dari sistem
pencernaan dan penyediaan mineral dari tulang. penyediaan calsium dan phosfat
dalam cairan eksta seluler lambat. Tanpa adekuatnya vitamin D, kalsium dan fosfat
tidak akan terjadi di tempat pembentukan kalsium dalam tulang.
Ada berbagai macam penyebab dari osteomalasia yang umumnya
menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk
perkembangan osteomalasia diantaranya kesalahan diet, malabsorbsi, gastrectomy,
gagal ginjal kronik, terapi anticonvulsan jangka lama (phenyton, phenobarbital) dan
insufisiensi vitamin D (Diet, sinar matahari).

2.5.4 Struktur vitamin D


Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di mana
tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan
bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin
D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena dapat sintesis di dalam tubuh, vitamin
D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat
cukup sinar matahari, vitamin D perlu dipenuhi melalui makanan. Sumber vitamin D
sinar matahari,susu, telur, ikan salmon, udang, tahu, keju, sereal, jamur, minyak hati
ikan dan kedelai.

17
Metabolisme Vitamin D
Kebutuhan vitamin D dipenuhi melalui diet dan pajanan sinar matahari di
kulit. Pajanan sinar matahari ke kulit menginduksi konversi fotolitik dari 7-
dehydrocholesterol menjadi previtamin D3 yang diikuti oleh isomeriasi termal
vitamin D3. Bila kulit terpajan sinar matahari atau sumber penyinaran artifisial
tertentu, radiasi ultraviolet memasuki epidermis dan menyebabkan transformasi 7,8-
dehydrocholesterol ke vitamin D3 (cholecalciferol). Selanjutnya vitamin D3 dibawa
ke hati dan dimetabolisir menjadi 25(OH)D oleh mitokondria hati dan enzim
mikrosom. Pembuatan 25(OH)D di hati diatur oleh mekanisme umpan balik, yakni
peningkatan konsumsi diet dan produksi endogen vitamin D3. Setelah pembentukan
di hati, 25(OH)D akan dibawa ke ginjal oleh protein pengikat vitamin D (Vitamin D
binding protein) dan mendapat tambahan C1 dan C24. Aktivitas 25(OH)D di
mitokondria ginjal ditingkatkan oleh hipokalsemia dengan meningkatkan konversi
25(OH)D menjadi 1,25(OH)2D (Baekeet al ., 2010).

2.6 Faktor Lingkungan


2.6.1 Penyakit dari lingkungan
Mikroorganisme ini hidup di dalam tubuh dan dapat ditularkan dari satu orang
kepada orang lain. Dalam bentuknya yang paling ringan, sistem kekebalan tubuh kita
mampu melawan penyakit-penyakit menular seperti 1) Kolera disebabkan oleh
bakteri Vibrio cholerae yang mencemari air, makanan (biasanya makanan laut) atau
minuman yang terkontaminasi feses manusia yang terinfeksi. Jika seseorang
mengonsumsi berbagai makanan tersebut, bakteri penyebab kolera mengeluarkan
racun di dalam usus yang memicu diare. 2) Radang selaput otak (meningitis)
Meningitis dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri dan bisa terjadi baik pada
orangtua maupun bayi baru lahir. Berbagai jenis bakteri dapat menyebabkan
meningitis, namun sebagian besar kasus meningitis karena bakteri (meningitis
bakterial) adalah meningokokus atau pneumokokus. 3)Tetanus disebabkan oleh racun

18
yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini tidak dapat menyebar
dari 1 orang kepada orang lain, tetapi terdapat dalam tanah, di dalam usus dan
kotoran hewan peliharaan, pertanian serta kotoran manusia.

Ketika virus memasuki tubuh Anda, ia menyerang sebagian sel tubuh Anda
dan mengambil alih sistem kerja sel tersebut, lalu mengubahnya menjadi sel
penghasil virus baru. Jenis penyakit karena virus diantaranya a) Pilek penyakit yang
paling umum ditemui dengan gejala-gejala seperti bersin, radang tenggorokan, hidung
tersumbat, dan batuk. b) Flu biasanya flu memilki gejala yang lebih serius dibanding
gejala pilek. Demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, meriang, mual, dan muntah
adalah beberapa contoh gejala flu. c) Demam berdarah dengue ditemukan pada
daerah yang hangat dan lembap. Wabah demam berdarah dengue merebak di musim
hujan dengan gejala-gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, ruam, nyeri otot dan
sendi, serta muntah. d) Hepatitis menyerang organ hati Anda dan biasanya menyebar
melalui cairan tubuh seperti darah dan sperma penderita yang telah terinfeksi virus
ini.

Parasit merupakan kelompok organisme yang hidup, berkembang biak, dan


menghisap makanan dari organisme lain yang ditumpanginya. Jadi hidup atau
tidaknya suatu parasit sangat tergantung pada tubuh inangnya. Parasit ini sangat
merugikan inangnya dalam berbagai hal, dapat menyebabkan inangnya sakit dan
mengganggu proses metabolisme pada tempat yang ditumpanginya tersebut.

1. Malaria disebabkan oleh Plasmodium melalui nyamuk anopheles betina


2. Pediculosis disebabkan oleh kutu penghisap darah,serangga dan parasit lainnya
3. Schistosomoasis disebabkan oleh parasit Trematoda
4. Amubiasis disebabkan oleh Amoeba
5. Ascariasis disebabkan oleh parasit Ascaris Lumbricoides (cacing usus)
6. Anchilostomiasis disebabkan oleh parasit Ancylostoma Duodenale (cacing
tambang)

19
7. Enterobiasis disebabkan oleh parasit Enterobius Vermicularis (cacing kremi)
8. Trichuriasis disebabkan oleh parasit Trichuris Trichuira (cacing cambuk)
9. Taeniasis disebabkan oleh parasit Taenia Solium (cacing pita)
10. Strongiloiddiasis disebabkan oleh parasit strongiloides stercoralis (cacing benang)
11. Trichinosis disebabkan oleh parasit trichinella spiralis (cacing otot)
12. Filariasis disebabkan oleh parasit Brugia Malayi (cacing filaria)

2.7 Kebijakan Pemerintah Terhadap Malnutrisi Akibat Lingkungan


Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi, Pasal 5 menjelaskan bahwa Pemerintah bertugas
dan bertanggung jawab : (a). Menyusun dan menetapkan kebijakan bidang gizi; (b).
Melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi surveilans kewaspadaan gizi skala
nasional; (c). Melakukan penanggulangan gizi buruk skala nasional; (d). Mengatur,
membina, dan mengawasi pelaksanaan urusan wajib upaya perbaikan gizi; (e).
Mengupayakan pemenuhan kecukupan dan perbaikan gizi pada masyarakat terutama
pada keluarga miskin, rawan gizi, dan dalam situasi darurat; (f). Meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnya
terhadap peningkatan status gizi.

Negara kita yang masih mengalami lonjakan dalam pemenuhan kebutuhan


pangan menjadi kendala dalam pewujudan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dimana masyarakat kecil tidak dapat membeli makanan pokok karena tidak
mempunyai biaya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Keadaan hidup seperti ini
semakin membuat mereka menjadi lebih terbatas dalam segala hal, sehingga
mengalami kekurangan gizi. Ini disebut kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan
faktor utama dari kekuarangan gizi. Tingkat gizi masyarakat dapat menjadi tolak ukur
dari kemajuan program pembangnan suatu Negara, karena itu program pemerataan
perbaikan gizi merupakan langkah penting yang perlu dilaksanakan.

20
a. Peran sebagi pembiaya (fasilitator) : pemerintah bertanggungjawab dalam
penyediaan dana atau membuat system pelayanan kesehatan rakyat yang
berkualitas yang dapt diakses oleh masyarakat miskin.
b. Peran sebagai Pelaksana Pelayanan : pemerintah bertanggungjawab dalam
menyediakan pelayanan yang berkualitas.
c. Peran sebagai Regulator : menjamin tersediannya lembaga pelayanan kesehatan
pemerintah dan swasta yang aman / patient safety.

2.8 Soal ukom

1. Seorang anak yang mengalami penyakit riketsia berumur 9 tahun. Ia bernama


Sella. Sella pada masa kecilnya, asupan makanan yang mengandung vitamin
kurang diberikan oleh ibunya sehingga saat ini ia mengalami penyakit riketsia
dan paparan sinar matahari pada saat balita kurang karena daerah mereka
berada beriklim curah hujan tinggi. Minggu kemarin, Ibunya ikut penyuluhan
gizi anak di puskesmas terdekat. Ia mendapat informasi bahwa banyak minum
susu, seral, minyak ikan, makan tahu dan keju adalah cara
penanggulangannya.

Pertanyaan.

Vitamin apakah yang kurang pada Sella sehingga ia mengalami penyakit


Riketsia ?

a. Vitamin A
b. Vitamin B
c. Vitamin C
d. Vitamin D

2. Seorang bapak bernama Pak Askar, tangannya mengalami iritasi hebat


ditangan dan kakinya dan memerah, bersih-bersih, pernafasannya terganggu,

21
mata kabur, sehingga ia tidak bekerja seminggu dan karena itu keluarganya
hidup pas-pasan selama seminggu tersebut. Ia berobat mengunakan Asuransi
perusahaan di salah satu klinik.
Pertanyaan
Di faktor lingkungan manakah sehingga ia mengalami gangguan tersebut ?
a. Lingkungan budaya
b. Lingkungan biologis
c. Lingkungan fisik
d. Lingkungan sosial ekonomi

3. Keluarga pak Bambang memiliki seorang istri dan 3 orang anak. Masing-
masing setiap anggota keluarga melakukan aktivitas sesuai aturan. Namun,
salah seorang anaknya bernama Tobi tidak turut dengan aturan tersebut.
Setiap hari sepulang sekolah Tobi langsung lari main-main tanpa
menghiraukan kalau sandal terpakai atau tidak dan pulang tanpa cuci tangan.
Tiba suatu hari ia mudah malas, sering ngantuk di kelas, lemah dan menurun
berat badan. Ibunya khawatir akan hal tersebut dan ia memerika kedokter.
Pertanyaaan
Apa penyebab dari kejadian diatas ?
a. Disebabkan oleh bakteri
b. Disebabkan oleh virus
c. Disebabkan oleh parasit
d. Disebabkan oleh jamur

22
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gizi dan lingkungan memiliki erat dan tak terpisahkan dalam membentuk dan
memengaruhi status gizi. Terjadinya malnutrisi salah satu faktorny adalah
lingkungan. Lingkungan terdiri dari berbagai aspek seperti lingkungan fisik; geografi,
air, suhu, tanah, dan lain-lain; lingkungan biologi: penduduk, hewan dan tumbuhan
serta lingkungan sosial ekonomi; pendidikan dan pekerjaan, urbanisasi, bencana alam
dan perkembangan ekonomi. Semua itu adalah aspek-aspek yang menjadi indicator
dalam pemenuhan status gizi personal ataupun universal. Jika semua hal tersebut
mendukung dalam memproduksi pangan, tentu akan berpengaruh dengan penghasilan
maupun daya beli masyarakat terhadap makanan. Namun, bisa berbanding terbalik
dengan fakta yang ada. Jika terjadi seperti itu yaitu: kekurangan pangan, maka
pemerintah harus mengambil tindakan yang tepat guna mengatasi masalah gizi
tersebut.

3.2 Saran
Lahan masih memberikan tempat yang luas untuk menghasilkan pangan dan
makanan. Dengan itu, tetap optimis dan mulai memanfaatkan secara sungguh-
sungguh lahan tersebut, sehingga menghasilkan pangan, menambah perekonomian
dan tentunya status gizi membaik. Di lingkungan manapun tetap berhati-hati karena
bakteri, virus dan parasit hidup dimana-mana.

23
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, O. W. K. (2011). Nilai Anak dan Jajanan dalam Konteks Sosiokultural:
Studi Tentang Status Gizi Balita Pada Lingkungan Rentan Gizi di Desa
Pecuk Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Jawa Tengah (Doctoral
dissertation, Doktor Studi Pembangunan Program Pascasarjana UKSW).
Solihin, R. D. M., Anwar, F., & Sukandar, D. (2013). Kaitan antara status gizi,
perkembangan kognitif, dan perkembangan motorik pada anak usia
prasekolah (relationship between nutritional status, cognitive
development, and motor development in preschool children). Penelitian
Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research), 36(1),
62-72.
Ernawati, A. (2006). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi
Lingkungan, Tingkat Konsumsi Dan Infeksi Dengan Status Gizi Anak Usia
2-5 Tahun Di Kabupaten Semarang Tahun 2003 The Associations
Between Socioeconomic Factor, Hygiene, Level Of Consumptions, And
Infections With The Nutritional Status Of Preschool Children In
Semarang District, In 2003 (Doctoral Dissertation, Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro).
Adisasmito, W. (2007). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Dasar, R. K. (2013). RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Santi, D. Y., Satria, P. U., & Agus, M. H. (2012). Hubungan antara Kondisi Sosial
Ekonomi dan Higiene Sanitasi Lingkungan dengan Status Gizi Anak Usia
2-5 Tahun di Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun
2012. Naturalis, 1(2), 141-146.
Riyadi, H., Martianto, D., Hastuti, D., Damayanthi, E., & Murtilaksono, K. (2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita di Kabupaten
Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan
Pangan, 6(1), 66-73.

24
Wulandari, A. P. (2009). Hubungan antara faktor lingkungan dan faktor
sosiodemografi dengan kejadian diare pada balita di Desa Blimbing
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009(Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Putri, B. S. S. A., & Margawati, A. (2011). Hubungan higiene perseorangan, sanitasi
Lingkungan dan status gizi terhadap kejadian Skabies pada anak (Studi
kasus di Sekolah Dasar Negeri 3 Ngablak, Magelang) (Doctoral
dissertation, Faculty of Medicine).

Istiono, W. W., Suryadi, H., & Haris, M. (2009). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi balita. Berita Kedokteran Masyarakat, 25(3),
150.
Fatimah, S. (2008). Faktor kesehatan lingkungan rumah yang berhubungan dengan
kejadian TB paru di Kabupaten Cilacap (Kecamatan: Sidareja, Cipari,
Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari) tahun
2008 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS DIPONEGORO).
Devi, M. (2012). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita
di pedesaan. Teknologi dan Kejuruan, 33(2).
Handayani, O. W. K. (2011). Nilai Anak dan Jajanan dalam Konteks Sosiokultural:
Studi Tentang Status Gizi Balita Pada Lingkungan Rentan Gizi di Desa
Pecuk Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Jawa Tengah (Doctoral
dissertation, Doktor Studi Pembangunan Program Pascasarjana UKSW).

Sukowati, S. (2004, April). Hubungan Iklim/Cuaca Dengan


Penyakit Menular Vektor (DBD dan Malaria). In Seminar
Sosialisasi Hasil Penelitian dampak Perubahan Iklim
terhadap Kesehatan. DEPKES. Jakarta (Vol. 6).

25

Anda mungkin juga menyukai