Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Kelompok Sosial Dalam Masyarakat

Disusun Oleh
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Tuhan sumber dari segala ilmu kebaikan atas keutamaan nikmat yang
diberikan dan senantiasa menuntun setiap langkah serta memudahkan segala urusan, salah
satunya dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik, saran, dan
masukan yang membangun sangat kami butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan
ke arah yang lebih baik lagi.

Kami berharap semoga makalah ini membawa manfaat demi menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan pada umumnya para pembaca yang budiman.

Banjarmasin, Januari 2020


DAFTAR ISI

Kata pengantar....................... ................................................................................... ...............


Daftar isi............................................................................................................. ......................
Bab I Pendahuluan .............. ....................................................................................................
Bab II Pembahasan .............. ...................................................................................................
Bab III Penutup ..................... ..................................................................................................
Daftar Pustaka ................... ......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam kehidupannya, individu memang tak pernah lepas dari kelompok. Ketika individu
lahir, ia adalah bagian dari kelompok kecil yang dinamakan keluarga. Selanjutnya, individu
mulai menjadi anggota dari berbagai kelompok di lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja,
dan di tengah masyarakat. Individu beraktifitas dan berkembang bersama orang-orang di
dalam kelompok. Hal itu menimbulkan terjadinya saling mempengaruhi antara individu dan
kelompok. Individu mendefenisikan diri berdasarkan kelompoknya dan bahkan kerap
kehilangan keunikan diri karena membaur dengan kelompok.
Kelompok sosial dapat berupa kelompok sosial primer dan kelompok sosial sekunder.
Kelompok sosial primer dengan hubungan langsung apabila tanpa melalui perantara.
Kelompok sosial sekunder adalah kelompok besar yang didasarkan pada kepentingan yang
berbeda. Proses yang membentuk terjadinya kelompok sosial meliputi faktor pendorong
timbulnya kelompok sosial dan dasar pembentukan kelompok sosial.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kelompok Sosial ?
2. Apa saja jenis-jenis Kelompok Sosial ?
3. Apa ciri-ciri Kelompok sosial ?
4. Apa saja Norma-norma Kelompok ?
5. Apa Norma-norma Sosial ?

Tujuan Penulisan

1. Tujuan dari penulisan makalah kelompok sosial agar pembaca mengetahui tentang
pengertian kelompok social.
2. Makalh ini dibuat untuk membahas tentang pemahaman mengenai kelompok social
dan yang menyebabkan terbentuknya kelompok social.
3. Mengetahui faktor-faktor pembentuk kelompok social dan ciri-ciri kelompok social
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kelompok sosial
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu yang hidup
bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur,
sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang
berlaku. Kelompok sosial merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai
dengan pola-pola yang telah mapan.
Sedangkan secara sosiologis, istilah kelompok sosial adalah kesatuan dari manusia yang
hidup bersama, mempunyai tujuan yang sama, keingininan sama, dan berperasaan sama. Jadi
, perasaan persatuan dalam kelompok mempunyai pandangan yang sama tentang masa depan
bersama, dan secara sadar mengetahui tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memuwujudkan
masa depannya.[2]

2. Jenis-jenis kelompok sosial


Kelompok sosial dapat di golongkan pula dalam bermacam-macam jenis. Suatu
penggolongan utama telah membedakan primary group dan secondary group (Charles H.
Cooly) atau kelompok primer dan kelompok sekunder.[3]

a. Kelompok primer
Kelompok primer sendiri adalah kelompok yang interaksi sosialnya lebih instensif dan lebih
erat antar anggotanya daripada kelompok sosial sekunder. Kelompok sekunder ini juga bisa
di sebut sebagai kelompok face-to-face group, yaitu kelompok sosial yang sering bertatapan
muka dan saling mengenal dari dekat. Dalam kehidupan, kelompok primer mempunyai peran
besar sekali karena di dalam kelompok primer manusia di didik sebagai makhluk sosial.
Contohnya adalah keluarga , rukun tetangga, dan sebagainya.[4]

b. Kelompok sekunder
Dalam kelompok sekunder sendiri berbeda dengan kelompok primer, yaitu interaksi dalam
kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tidak langsung, jauh dari formal, dan
kurang bersifat kekeluargaan. Hubungan dalam kelompok ini biasanya lebih objektif
dan zakelijk[5]. Peranannya sendiri yaitu untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam
masyarakat dengan bersama objektif dan rasional. Contoh dari kelompok sekunder adalah
partai politik dan serikat pekerja.[6]

c. Kelompok formal dan kelompok informal


Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok
informal. Inti perbedaannya adalah bahwa kelompok informal tidak berstatus resmi dan tidak
di dukung oleh peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tertulis
seperti kelompok formal. Dalam kedua kelompok ini juga mempunyai tugas masing-masing
serta pedoman tinggkah laku anggotanya.[7]
jenis-jenis kelompok meliputi :
1. Kelompok formal : organisasi militer, perusahaan, kantor kecamatan.
Kelompok non-formal : arisan, geng, kelompok belajar, teman-teman bermain golf.

2. Kelompok kecil : dua sahabat, keluarga, kelas.


Kelompok besar : divisi tentara, suku bangsa, bangsa.

3. Kelompok jangka pendek : panitia, penumpang sebuah kendaraan umum, orang-orang


yang membantu memadamkan kebakaran atau menolong korban kecelakaan lalu lintas.
Kelompok jangka panjang : bangsa, keluarga, tentara, sekolah.

4. Kelompok kohesif (hubungan erat antaranggota) : keluarga, panitia, rombongan umroh,


geng, sahabat.
Kelompok tidak kohesif : penonton bioskop, pembaca majalah, pengunjung pusat pertokoan,
jamaah shalat jum’at (Cota, dkk., 1995).

5. Kelompok agresif : pelajar tawuran, penumpang bus mengeroyok pencopet, lynching mob
(kelompok yang mengeroyok korban sampai mati), demonstran, pengunjuk rasa, penonton
sepak bola (yang agresif). Kelompok konvensional (menaati peraturan) : jamaah haji, jamaah
shalat jum’at, penonton bioskop, pengendara kendaraan di jalan raya, pengunjung resepsi
perkawinan, penonton konser musik klasik.
Kelompok ekspresif (menyalurkan peraaannya) : penonton sepak bola yang tidak agresif,
massa peserta rapat umum partai politik, massa remaja penggemar cover boy (yang berteriak-
teriak histeris melihat idolanya).
6. Kelompok dengan identitas bersama : keluarga, kesatuan militer, perusahaan, sekolah,
universitas.

7. Kelompok individual-otonomus : masyarakat kota besar, perusahaan dengan sistem


manajemen barat.
Kelompok kolektif-relational : masyarakat pedesaan, perusahaan dengan manajemen timur
(misalnya perusahaan jepang), keluarga besar. Kelompok ini mempunyai identitas kelompok
yang kuat (Brown, dkk., 1992).

8. Kelompok yang berbudaya tunggal (adat, tata susila, agama, hukum atau norma lainnya
yang seragam) : masyarakat pedesaan tradisional, perusahaan, organisasi militer, keluarga
yang berasal dari lingkungan budaya yang sama.
Kelompok berbudaya majemuk : masyarakat perkotaan, partai politik, keluarga antaretnik
atau antaragama (Watson & Kumar, 1992).

9. Kelompok laki-laki : tim sepak bola, pasukan komando, geng laki-laki, jamaah shalat
jum’at.
Kelompok perempuan : tim sepak bola wanita, polisi wanita, korps wanita ABRI, LBH untuk
wanita, gerakan feminis, gerakan wanita karya, himpunan mahasiswi, ikatan pengusaha
wanita. Kelompok berdasarkan jenis kelamin ini biasanya dibentuk karena kurangnya
penghargaan jika kaum wanita bergabung pada kelomok campuran pria-wanita (Home,
1991).

10. Kelompok konsumen (dalam hal sumber daya tergantung pada pihak lain) : yayasan
lembaga konsumen, persatuan penggemar mobil VW, kelompok ibu rumah tangga.
Kelompok produsen, pengusaha atau profesi (mandiri dalam pengalaman dan otoritas) :
asosiasi kayu, persatuan hotel dan restoran, ikatan dokter, ikatan sarjana ekonomi (Schubert
& Borleman, 1991).

11. Kelompok persahabatan : arisan, teman bermain, kumpulan sahabat, kelompok golf,
alumni SMA.
Kelompok yang terlibat dalam tujuan bersama : perusahaan, yayasan, instansi pemerintah
(Amerio & de Piccoli, 1990).[8]
3. Ciri-ciri kelompok sosial
a. Interaksi
Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan individu yang lain (mutual
influences). Interaksi dapat berlangsung secara fisik, non-verbal, emosional dan sebagainya,
yang merupakan salah satu sifat dari kehidupan kelompok. Mengenai interaksi akan dapat
dijumpai adanya berbagai macam teori yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli.

b. Tujuan
Orang yang bergabung dalam kelompok mempunyai beberapa tujuan ataupun alasan.

c. Struktur
Kelompok itu mempunyai struktur, (a stable pattern of relationship among members), yang
berarti adanya peran (roles), norma, dan hubungan antar anggota. Peran dari masing-masing
anggota kelompok, yang berkaitandengan posisi individu dalam kelompok.

d. Groupness
Kelompok adalah merupakan suatu enity (kesatuan), merupakan objek yang unifed . Menurut
Campbell, orang mempersepsi kelompok lebih sebagai suatu unified whole daripada
sekelompok orang yang saling berdekatan satu dengan yang lain. Jadi satu dengan yang lain
tidak saling lepas, tetapi kelompok merupakan satu kesatuan dari para anggotanya,
merupakan kesatuan yang bulat. Karena itu dalam menganalisis perilaku kelompok, unit
analisisnya adalah perilaku kelompok tersebut, bukan individu-individu.[9].

4. Norma-norma kelompok
Norma yaitu peraturan dalam kelompok yang mengindikasikan bagaimana anggota kelompok
harus atau tidak harus berbuat.

Norma adalah aturan yang disepakati bersama tentang apa yang seharusnya dan tidak
seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Norma sangat penting bagi anggota kelompok
karena ia mengatur bagaimana anggota kelompok bertindak. Norma adalah hal pertama yang
dibutuhkan oleh sebuah kelompok baru. Tanpa norma, kelompok akan sulit bekerja untuk
mencapaitujuannya. Norma dapat berbentuk formal, yakni dinyatakan dalam bentuk
peraturan tertulis, dan informal, yakni yang tidak tertulis. Contoh norma berbentuk formal
adalah UUD 1945 di Indonesia. Contoh norma informal adalah musyawarah mufakat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kelompok sosial dapat berupa kelompok sosial primer dan kelompok sosial sekunder.
Kelompok sosial primer dengan hubungan langsung apabila tanpa melalui perantara.
Kelompok sosial sekunder adalah kelompok besar yang didasarkan pada kepentingan yang
berbeda.

Saran
DAFTAR PUSTAKA

Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Utama, 2010


Herabudin, Pengantar Sosiologi, Bandung: Pustaka Setia, 2015
Sarwono W Sarlito. Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2009
Syarbaini Syahrial, Dasar-dasar Sosiologi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009
Walgito Bimo, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Andi,2002

Anda mungkin juga menyukai