Anda di halaman 1dari 25

ASKEP FRAKTUR

Dosen pembi,bing :
Ns. Dian Anggraini, M.Kep, Sp.KMB
DEFINISI

Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari


suatu tulang yang mengganggu jaringan lunak di sekitarnya.

Fraktur merupakan suatu kondisi patahnya tulang atau tulang


rawan yang umumnya disebabkan oleh cedera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dan dapat mengakibatkan tulang
kehilangan fungsinya sebagai penyokong tubuh.

Fraktur dapat terjadi di berbagai tempat pada system rangka. Radiografi


(sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligament yang robek, saraf putus, atau
pembuluh darah pecah yang dapat menjadi komplikasi pemulihan klien.
Klasifikasi
Berdasarkan sifat fraktur (luka
yag ditimbulkan)
• Fraktur Tertutup (closed) :
antara fragmen tulang
dengan dunia luar tidak
berhubungan, disebut juga
fraktur bersih (karena kulit
masih utuh) tanpa
komplikasi.
• Fraktur Terbuka
(open/compound) :
terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya
perlukaan.
KLASIFIKASI
Berdasarkan bentuk garis patah dan
hubungannya dengan mekanisme
trauma
• Fraktur Transversal : arahnya
melintang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung
• Fraktur Oblik : arah garis patahnya
membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi juga.
• Fraktur Spiral : arah garis patahnya
berbetuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.
• Fraktur Kompresi : terjadi karena
trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah
permukaan lain.
• Fraktur Avulsi : terjaid akibat trauma
tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
Berdasarkan komplit atau tidakkomplitan fraktur
• Fraktur Komplit : bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
• Fraktur InKomplit : bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
- hair line fraktur (patah retidak rambut)
- buckle atau torus fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi
tulang spongiosa di bawahnya
- green stick fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang
terjadi pada tulang panjang.

Berdasarkan jumlah garis patah


• Fraktur komunitif : garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
• Fraktur Segmental : garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan
• Fraktur Multiple : garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama

Berdasarkan pergeseran fragmen tulang


• Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) : garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosterum masih utuh
• Fraktur Displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen yang juga
disebut lokasi fragmen.
ETIOLOGI
• Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis
pada suatu tulang, saat tekanan yang diberikan
pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang
mampu ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang
diperlukan untuk menimbulkan suatu fraktur dapat
bervariasi,sebagian tergantung pada karakteristik
tulang itu sendiri. Seorang klien gangguan
metabolic tulang seperti osteoporosis, dapat
mengalami fraktur dari trauma minor karena
kerapuhan tulang akibat gangguan yang telah
ada sebelumnya. Fraktur dapat terjadi secara
langsung, seperti saat sebuah benda bergerak
menghantam suatu area tubuh di atas tulang.
Dan dapat terjadi secara tidak langsung seperti
ketika suatu kontraksi kuat dari otot menekan
tulang. Selain itu, tekanan dan kelelahan dapat
menyebabkan fraktur karena penurunan
kemampuan tulang menahan gaya mekanikal.
MANIFESTASI KLINIS
 Deformitas
 Pembengkakan
 Memar (ekimosis)
 Spasme otot
 Nyeri
 Ketegangan
 Kehilangan fungsi
 Gerakan abnormal dan krepitasi
 Perubahan neurovascular
 Shock
PATOFISIOLOGI
• Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang
fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati,maka tulang mungkin hanya retak saja dan
bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem seperti tabrakan mobil,maka tulang dapat
pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur,otot yang melekat pada ujung tulang dapat
terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi.
Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu
menggeser tulang besar seperti femur. Walaupun bagian proksimal dari tulang patah
tetap pada tempatnya,namun bagian distal dapat bergeser karena gaya penyebab patah
dan spasme otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping,pada suatu
sudut (membentuk sudut) atau menimpa segemn tulang lain. Fragmen juga dapat
berotasi atau berpindah
• Selain itu, priosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang yang
patah juga terganggu. Sering terjadi cedera jaringan lunak. Perdarhan terjadi karena
cedera jaringan lunak atau cedera tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medulla)
hematoma terjadi di antara fragmen-fragmen tualng dan di bawah periosteum. Jaringan
tulang sekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respons peradangan yang hebat.
Akan tetapi vasodilatasi,edema,nyeri,kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit
serta infiltrasi sel darah putih. Respons patofisiologis ini merupakan tahap
penyembuhan tulang.
KOMPLIKASI
Komplikasi cepat
a. Shock Hipovolemik/traumatik
Syok hipovolemik akibat perdarahan (baik kehilangan darah eksterna
maupun yang tak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan
yang rusak, dapat terjadi pada berbagai fraktur termasuk fraktur femur.
Karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi
kehilangan darah dalam jumlah besar sebagai akibat trauma. Penanganan
meliputi mempertahankan volume darah, mengurangi nyeri yang diderita
pasien, memasang pembebatan yang memadai dan melindungi pasien
dari cedera lebih lanjut.
b. Emboli Lemak
Ada dua teori yang menyatakan bagaimana terjadinya emboli lemak. Teori
pertama menyatakan bahwa lemak dilepaskan dari sumsum tulang yang
mengalami injuri dan dikeluarkan seiring dengan meningkatnya tekanan
intramedular dam memasuki sirkulasi vena menuju kapiler pulmonal,
beberapa tetesan lemak melewati dasar kapiler dan masuk ke sirkulasi
sistemik dan mengemboli organ lainnya seperti otak. Teori kedua
menyatakan bahwa katekolamin dilepaskan ketika terjadi mobilisasi asam
lemak bebas oleh trauma dari jaringan adipose, sehingga menyebabkan
hilangnya stabilitas emulsi chylomicron. Chylomicron membentuk tetesan
lemak yang besar pada paru, dan bisa mengakibatkan perubahan
biokimia karena injury. Jaringan dari paru, otak, hati, ginjal dan kulit yang
paling sering terkena.
KOMPLIKASI
c. Sindrom kompartemen
Terjadi pada saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan
untuk kehidupan jaringan. Ini disebabkan oleh karena:
- Penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat atau gips/balutan yang menjerat
- Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagai masalah (iskemi, cedera remuk, toksik
jaringan)
Kompartemen terdiri dari otot, tulang, saraf dan pembuluh darah yang
mengalami fibrosis dan fasia.
Tekanan kompartemen normal (< atau = 8 mmHg), jika di atas 30-40 mmHg
dapat merusak peredaran darah mikro. Manifestasi klinik yaitu nyeri
iskhemik yang terus menerus yang tidak dapat dikontrol dengan analgesik,
nyeri yang meningkat dengan turunnya aliran arteri dan nyeri ketika
dipalpasi atau dipindahkan, klien mungkin akan mengalami kelemahan
beraktivitas, paresthesia, rendahnya/absent dari nadi, ekstremitas yang
dingin dan pucat.
Perawatan yang dilakukan yaitu dengan memindahkan penyebab dari
kompresi, jika sindrom kompartmen disebabkan dari edema atau
pendarahan maka diperlukan fasciotomy, biasanya insisi dibiarkan terbuka
sampai berkurangnya bengkak, selama 2-3 hari area tersebut dibungkus
dengan longgar sehingga pemindahan kulit terjadi. Sindrom kompartment
juga dapat disebabkan klien yang mengalami luka bakar yang hebat,
injuri, gigitan berbisa atau prosedur revascularisasi.
KLASIFIKASI
d. Kerusakan arteri
Terdiri dari contused, thrombosis, laserasi, atau arteri yang
kejang. Arteries dapat disebabkan ikatan yang terlalu
ketat. Indikasi dari kerusakan arteri antara lain absent/tidak
teraturnya nadi, bengkak, pucat, kehilangan darah terus
menerus, nyeri, hematoma, dan paralysis. Intervensi
emergency yaitu pemisahan atau pemindahan pembalut
yang mengikatnya, meninggikan atau merubah posisi dari
bagian yang injuri, mengurangi fraktur/dislokasi, operasi.
e. Shock
Hypolemic shock merupakan masalah yang potensial
karena fragment tubuh dapat melaserasi pembuluh darah
besar dan menyebabkan pendarahan, klien yang beresiko
tinggi yaitu klien dengan fraktur femur dan pelvis.
f. Injuri saraf
Injuri saraf radial biasanya disebabkan fraktur humerus,
manifestasinya antara lain paresthesia, paralisis, pucat,
ekstremitas yang dingin, meningkatnya nyeri dan
perubahan kemampuan untuk menggerakkan
ekstremitas
g. Volkmann’s iskhemik kontraktur
Komplikasi ini dapat menyebabkan lumpuhnya tangan
atau lengan bawah akibat fraktur, dimulai dengan
timbulnya sindrom kompartmen pada sirkulasi vena dan
arteri. Jika tidak hilang, tekanan dapat menyebabkan
iskhemik yang berkepanjangan dan otot secara
bertahap akan digantikan dengan jaringan fibrosis
antara tendon dan saraf. Mati rasa dan paralisis juga
sering terjadi.
h. Infeksi
Disebabkan kontaminasi fraktur yang terbuka atau terkena
saat dioperasi. Agen infeksi yang biasanya menimbulkan
infeksi yaitu pseudomonas. Tetanus atau gas gangren dapat
meningkatkan resiko infeksi. Infeksi gas gangren berkembang
didalam dan mengkontaminasi luka, gas gangren
disebabkan bakteri anaerobik.
Pengkajian menunjukkan: turunnya Hb secara cepat; naiknya
suhu tubuh; nadi semakin cepat; nyeri; bengkak lokal secara
tiba-tiba; dan pucat.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk kasus ini yaitu
membuka luka lebih lebar untuk membiarkan udara masuk
dan mencegah terjadinya drainase. Insisi multipel juga dapat
dilakukan melewati kulit dan fascia, jahitan dan materi
gangren dihilangkan dan luka diirigasi. Jika gangren tetap
berkembang, amputasi mungkin diperlukan(Brunner,
Suddarth; 2001)
Komplikasi lambat
1. Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang
diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Delayed Union
merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai
darah ke tulang.
2. Non union
Non union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan
stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan
adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang
membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga
disebabkan karena aliran darah yang kurang.
3. Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan
(ada perubahan bentuk). Malunion merupakan
penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik.
4. Nekrosis avaskuler tulang
Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan
fungsi tulang. Tulang yang mati mengalami kolaps dan
diganti oleh tulang yang baru. Pasien mengalami nyeri
dan keterbatasan gerak. Sinar X menunjukkan
kehilangan kalsium dan kolaps struktural.
o Kekakuan sendi lutut
o Gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur: menentukan lokasi,
luasnya fraktur/trauma
b) Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c) Pemeriksaan jumlah darah lengkap
Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi), menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari
trauma multiple)
Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
d) Arteriografi: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
e) Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal
f) Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah atau cedera hati
penatalaksanaan
1) Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian
kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.
1)Riwayat kecelakaan
2)Parah tidaknya luka
3)Diskripsi kejadian oleh pasien
4)Menentukan kemungkinan tulang yang patah
5)Krepitus
2) Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan
letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
• Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual
dengan traksi atau gips
• Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan
melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan
alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
3) Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan
untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama
penyembuhan (gips/traksi)
4) Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan
bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali
pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang
sempurna (latihan gerak dengan kruck). (Sylvia, Price; 1995)
Asuhan keperawatan fraktur
PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
• 1) anamnesa
• a) Identitas Klien : meliputi nama,jenis
kelamin,umur,alamat,agama,bahasa yang
dipakai,stataus
perkawinan,pendidikan,pekerjaan,asuransi,gol
ongan darah,no.rekam medis,tgl
MRS,diagnose medis
• b) Keluhan utama
• c) Riwayat penyakit sekarang
• d) Riwayat penyakit dahulu
• e) Riwayat penyakit keluarga
• f) Riwayat Psikososial
2) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
• Aktivitas/Istirahat
• Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi
pada bagian yang terkena (mungkin segera
fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder
dari pembengkakan jaringan, nyeri).
• Sirkulasi
• Tanda : -Hipertensi (kadang-kadang terlihat
sebagai respons terhadap nyeri/ansietas)
atau hipotensi (kehilangan darah).
-Takikardia (Respon stress,
hipovolemia).
-Pembengkakan jaringan atau
massa hematoma pada sisi cedera.
• Neurosensori
• Gejala : - Hilang gerakan/sensasi, spasme otot
- Kebas/kesemutan (parestesis)
• Tanda: -Deformitas lokal, angulasi abnormal,
pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit),
spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
-Agitasi (mungkin berhubungan dengan
nyeri/ansietas atau trauma lain).
• Nyeri/Kenyamanan
• Gejala : -Nyeri berat tiba-tiba pada saat ceder
(mungkin terlokasasi pada area
jaringan/kerusakan tulang: dapat berkurang pada
imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
-Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).
• Keamanan
• Gejala : -Laserasi kulit, avulsi jaringan,
perdarahan, perubahan warna.
-Pembengkakan lokal (dapat
meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
• DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan
integritas tulang
• Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen
tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi, stress dan
ansietas
• Risiko tinggi perhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan penurunan/interupsi aliran darah/cedera vaskuler langsung,
edema berlebihan, pembentukan thrombus
• Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan aliran darah, emboli lemak, perubahan membrane
alveolar/kapiler
• Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler, nyeri/ketidaknyamanan
• Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan
dengan cedera tusuk, fraktur terbuka, perubahan sirkulasi, imobilisasi
fisik
• Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada
lingkungan
• Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat,
salah interpretasi informasi/tidak mengenal sumber informasi
• INTERVENSI KEPERAWATAN

o Diagnosa : risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan


kehilangan integritas tulang.
• Tujuan dan kriteria hasil:
o Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
o Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur
o Menunjukkan pembentukan kalus/mulai penyatuan fraktur dengan cepat
• Intervensi :
Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi
• R: meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan
posisi/penyembuhan
Letakkan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada
tempat tidur ortopedik
• R: tempat tidur yang lembut dapat membuat deformasi gips yang masih
basah, mematahkan gips yang sudah kering
Sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut
• R: mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi
Pertahankan posisi atau integritas traksi
• R: traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur tulang dan
mengatasi tegangan otot untuk memudahkan posisi/penyatuan
Pertahankan katrol tidak terhambat dengan beban bebas menggantung
• R: jumlah beban traksi optimal dipertahankan
o Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan
fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi, stress
dan ansietas
• Tujuan dan criteria hasil
o Menyatakan nyeri hilang
o Menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
o Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas terapeutik sesuai indikasi untuk
situasi individual
• Intervensi keperawatan
Kaji tanda-tanda vital klien
• R: mengetahui keadaan umum pasien
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips
• R: menghilangkan nyei dan mencegah kesalahan posisi tulang yang cedera
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
• R: meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri
Hindari penggunaan bantal plastik/sprey di bawah ekstremitas dalam gips
• R: dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi
panas dalam gips yang kering
Tinggikan penutup tempat tidur; pertahankan linen terbuka pada ibu jari kaki
• R: mempertahankan kehangatan tubuh tanpa ketidaknyamanan karena
tekanan selimut pda bagian yang sakit
o Diagnosa : Risiko tinggi perhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan penurunan/interupsi aliran darah/cedera vaskuler langsung, edema
berlebihan, pembentukan thrombus
• Tujuan dan criteria hasil:
o Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit hangat/kering,
sensasi normal, sensori biasa, tanda vital stabil, dan haluaran urine adekuat untuk situasi
individu
• Intervensi:
• Evaluasi adanya kualitas nadi perifer distal terhadap cedera melalui palpasi
• R: penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya
evaluasi medic segera terhadap status sirkulasi
• Kaji aliran perifer, warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur
• R: kembalinya warna harus cepat (2-3 detik), warna kulit menunjukkan gangguan
arterial. Sianosis diduga ada gangguan vena
• Lakukan pengkajian neuromuskuler. Perhatikan perubahan fungsi motor/sensori. Minta
pasien untuk melokalisasi nyeri/ketidaknyamanan
• R: gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan penyebaran nyeri terjadi bila
sirkulasi pada saraf tidak adekuat
• Pertahankan peninggian ekstremitas yang cedera kecuali dikontraindikasikan dengan
meyakinkan adanya sindrom kompartemen
• R: meningkatkan drainase vena/menurunkan edema
Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai