Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya
secara wajar dalam khalayaknya sendiri yang tidak realistis. Isolasi sosial adalah
suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
mengatakan sikap negatif atau mengancam. (Dalami dkk, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. (Dr.Keliat, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkaan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya. (Yosep, 2007)..
2. Rentan Respon
Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif
(Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :

Respon Adaptif Respon maladatif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi


Otonomi Menarik Diri Impulsif
Bekerja sama Tergantung Narcissisme
Saling tergantung

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara


yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono & Teguh
(2009) respon adaptif meliputi :

a. Solitude atau menyendiri


Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-
rencana.
b. Autonomy atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan untuk
interdependen dan pengaturan diri.
c. Mutuality atau kebersamaan
Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Interdependen atau saling ketergantungan
Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah


dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat.
Menurut Sujono & Teguh (2009) respon maladaptif tersebut adalah :
a. Manipulasi
Gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan
sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk
berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu
untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris,
harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan
mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
3. Faktor Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah
a. Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu /
pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan / hostilitas. Sikap
mengancam dan menjelek – jelekkan anak. Ekspresi emosi yang tinggi. Orang tua
atau anggota keluarga sering berteriak, marah untuk persoalan kecil / spele, sering
menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasi masalah, selalu mengkritik,
mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya tidak memberi pujian atas keberhasilan anak .
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Contoh : Individu yang
berpenyakit kronis, terminal, menyandang cacat atau lanjut usia. Demikianlah
kebudayaan yang mengizinkan seseorang untuk tidak keluar ruman (pingit) dapat
menyebabkan isolasi sosial.
d. Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden
tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga
menderita skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
Internal maupun eksternal meliputi.
a. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah dengan
orang yang dicintai kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena
ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara .
b. Stressor Giokimic
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
c. Stressor biologic dan lingkungan sosial
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.
d. Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik
mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan
adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase sinibiotik sehingga
perkembangan psikologis individu terhambat.
1) Hubungan ibu dan anak
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan kecemasannya
pada anak, misalnya dengan tekanan suara yang tinggi, hal ini membuat anak
bingung, karena belum dapat mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut.
2) Dependen versus Interdependen
Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat menimbulkan konflik,
di satu sisi anak ingin mengembangkan kemandiriannya.
4) Proses Terjadinya
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri
atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami
klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewaan dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam
mengembangakan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi
atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri.
Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu
serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi
(Dalami, 2009).
5) Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respons sosial maladaptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut
berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Stuart, 2002, hlm.
281).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara
lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi,
idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi.
6) Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis :
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana
arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang
ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan
terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya
perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
1) Depresi mayor
 Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian
lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan
dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
 Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon
membaik pada ECT.
 Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan
atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
2) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau
terapi lain berbahaya bagi klien.
3) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat
pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada klien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud
untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.
2) Penatalaksanaan Keperawatan :
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1) Pengertian
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama.
2) Tujuan
Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif.
3) Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan
isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu untuk
melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal,
kelompok dan massa.
7) Prinsip Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Interaksi sering dan singkat
c. Dengarkan dengan sikap empati
d. Beri umpan balik yang positif
e. Ciptakan suasana yang ramah dan bersahabat
f. Jujur dan menepati semua janji
g. Susun dan tulis daftar kegiatan harian bersama klien sesuai dengan
jadwal ruangan, minat serta kemampuan klien
h. Bimbing klien untuk meningkatkan hubungan sosial secara
bertahap mulai dari klien-perawat, klien dua orang perawat, klien-
dua perawat-dan klien lain, klien dengan kelompok kecil, klien
dengan kelompok besar
i. Bimbing klien untuk ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok
seperti dalam terapi aktivitas kelompok : sosialisasi
j. Berikan pujian saatklien mampu berinteraksi dengan orang lain
k. Diskusikan dengan keluarga untuk mengaktifkan support system
yang ada
l. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti depresan
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah
Sakit dan alamat klien.
b. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah,
dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor Predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.
d. Pemeriksaan Fisik
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Psikososial
1) Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang
menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan
keluarga.
2) Konsep diri, meliputi :
Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan
singkat, meliputi :
a. Citra tubuh
Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
b. Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok), kepuasan klien sebagai perempuan atau laki-laki.
c. Peran
Tanyakan tentang tugas / peran yang diemban dalam keluarga/kelompok,
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran.
d. Ideal diri
Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status, tugas/peran dan
harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat).
e. Harga diri.
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien dengan
orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan penilaian/penghargaan
orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
f. Hubungan Sosial
1) Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang paling berarti dalam
kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau
sokongan.
2) Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat.
3) Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh mana klien terlibat
dalam kelompok di masyarakat.
g. Spiritual
Meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap gangguan jiwa
sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah yang biasa dilakukan di rumah.
h. Status Mental
Nilai aspek-aspek meliputi :
1) Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.
2) Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren,
atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3) Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan,
agitasi, tik (gerakan involunter pada otot), grimasen (gerakan otot muka
yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien), tremor atau
kompulsif.
4) Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.
5) Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
6) Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak mata
kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.
7) Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.
8) Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai pada
tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit tidak sampai
pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi (pembicaraan yang tidak
ada hubungan satu dengan yang lainnya), flight of ideas (pembicaraan
yang meloncat-loncat), blocking (pembicaraan terhenti sejenak tanpa
gangguan eksternal, kemudian dilanjutkan kembali), perseverasi
(pembicaraan yang diulang berkali-kali).
9) Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada objek / situasi
tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ di
dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (merasa asing
terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan), ide yang terkait
(keyakinan klien terhadap kejadian yang banyak di lingkungan yang
bermakna dan terkait pada dirinya), pikiran magis dan waham.
10) Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan
orang.
11) Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya
ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah dialihkan,
tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.
13) Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan
kemampuan penilaian bermakna.
14) Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita,
menyalahkan hal-hal di luar dirinya
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,
istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di dalam
dan di luar rumah
j. Mekanisme Koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan klien dengan
menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat perkembangan yang lebih
rendah dengan respon yang kurang matang), represi (koping yang menekan
keadaan yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar), isolasi (respon
memisahkan diri dari lingkungan sosial).
k. Masalah Psikologis
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
l. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
m. Aspek Medik
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,
psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
2. Daftar Masalah
a) Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
b) Isolasi sosial
c) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Pohon Masalah
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


4. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
5. Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial : menarik diri
1) Tujuan umum
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
2) Tujuan khusus
TUK 1
Dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil:
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran perawat.
Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini secara verbal:
 Mau menjawab salam
 Ada kontak mata
 Mau berjabat tangan
 Mau berkenalan
 Mau menjawab pertanyaan
 Mau duduk berdampingan dengan perawat
 Mau mengungkapkan perasaannya
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapetik Sapa
pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
 Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak menjawab
 Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buruburu,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien
 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
TUK 2
Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal satu
penyebab menarik diri yang berasal dari:
 Diri sendiri
 Orang lain
 Lingkungan
Intervensi
 Tanyakan pada pasien tentang
 Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
 Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan
 Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
 Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
 Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan orang lain
 Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
 Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri tidak mau bergaul
 Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta
penyebab yang muncul
 Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap kemampuan pasien
dalam mengungkapkan perasaannya.
TUK 3
Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain, misal:
 Banyak teman10
 Tidak kesepian
 Bisa diskusi
 Saling menolong
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain, misal:
 Sendiri
 Tidak punya teman, kesepian
 Tidak ada teman ngobrol
Intervensi
 Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan
dengan orang lain
 Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
berhubungan dengan orang lain
 Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
 Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain
TUK 4
Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial
secara bertahap
Intervensi
 Observasi perilaku pasien saat berhubungan dengan orang lain
 Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/ berkomunikasi dengan
orang lain melalui: pasien-perawat, pasien-perawat-perawat lain, pasien-
perawat-perawat lain-11pasien lain, pasien-perawat-perawat lain-pasien
lainmasyarakat
 Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai
 Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
 Beri motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien dalam
mengisi waktu luang
 Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat
 Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam memperluas pergaulan
melalui aktivitas yang dilaksanakan
TUK 5
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien dapat mengungkapkan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain untuk untuk:
 Diri sendiri
 Orang lain
 Kelompok
Intervensi
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain/kelompok
 Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan
orang lain
 Beri reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya
berhubungan dengan orang lain
TUK 6
Pasien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan dengan orang lain12
Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang
 Pengertian menarik diri dan tanda gejalanya
 Penyebab dan akibat menarik diri
 Cara merawat pasien dengan menarik diri
Intervensi
 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga: salam, perkenalkan diri,
sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi perasaan keluarga
 Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi perilaku menarik diri
 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: perilaku menarik diri ,
penyebab perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku
menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi pasien menarik
diri
 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu mengatasi pasien menarik
diri
 Latih keluarga merawat pasien menarik diri
 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih
 Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada pasien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
 Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk pasien
minimal satu kali seminggu
 Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga
TUK 7
Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien menyebutkan:
 Manfaat minum obat
 Kerugian tidak minum obat
 Nama, warna, dosis, efek samping obat13
Setelah ...x interaksi, pasien mampu mendemonstrasikan penggunaan obat
dan menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
Intervensi
 Diskusikan dengan pasien tentang kerugian dan keuntungan tidak minum,
serta karakteristik obat yang diminum (nama, dosis, frekuensi, efek
samping minum obat)
 Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien,
obat, dosis, cara, waktu)(c) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya kepada
perawat agar pasien dapat merasakan manfaatnya
 Beri reinforcement positif bila pasien menggunakan obat dengan benar
 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
 Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawat apabila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan
6. Implementasi
SP I :
 Membina hubungan saling percaya
 Mendiskusikan faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya Isolasi
Sosial
 Mendiskusikan keuntungan jika berinteraksi
 Mendiskusikan kerugian tidak bernteraksi dengan yang lain
 Mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang
 Menganjurkan pasien mampu menerapkan latihan berbincang – bincang
dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari
7. Evaluasi
S : Pasien mengatakan tidak ingat dengan nama perawat, pasien tidak
menjawab salam perawat
O : pasien langsung beranjak pergi ketika perawat mengingatkan janji
kemaren untuk belajar berkenalan lagi
A : pasien tidak mampu mengulang cara berkenalan dengan orang lain
P :Ulangi SP I
C. DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/149827002/Laporan-Pendahuluan Keperawatan-
Jiwa-ISOS
https://id.scribd.com/doc/133836690/LP-ISOLASI-SOSIAL
https://id.scribd.com/document/253383693/7-LP-Jiwa
https://id.scribd.com/document/317042024-LP-7-Diagnosa-Utama-
Keperawatan-Jiwa-pdf
https://www.scribd.com/document/388774593/7-lp-jiwa

Anda mungkin juga menyukai