DISUSUN
TINGKAT : II A
TAHUN 2017
EPIDEMIOLOGI KONSEP PENYAKIT DIARE
Definisi Diare
Diare berasal dari kata diarrola (bahasa yunani) yang berarti mengalir terus,
merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen.
(Smeltzer& Barre,2002).
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3
kali/hari ), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi atau feses
cair (Smeltezer&Bare, 2002).
Diare merupakan pengeluaran feses yang sering berupa cairan abnormal dan encer.
Diare dapat digolongkan menjadi ringan sedang atau berat, akut atau kronis,
meradang atau tidak meradang. Gangguan ini merupakan manifestasi dari
transportasi cairan dan elektrolit yang abnormal(Muscari, 2005)
A. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
1. Host
Apabila daya tubuh host baik maka virus tidak dapat masuk ke dalam
tubuh,apabila daya tahan tubuh jelek dan host tidak memelihara personal hygiene
yang baik maka virus dengan mudah masuk dalam tubuh host.
b. Umur
Kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada kelompok usia 21-
40th (51,2%) dan pada anak-anak (75%) jadi diare lebih sering menyerang pada
anak-anak.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin laki-laki mendominasi angka kejadian diare sekitar 86,8% dan
jumlamnya lebih banyak dari pada perempuan sekitar 21% di karenakan laki-laki
kurang bias memelihara personal hygiene yang baik.
d. Adat kebiasaan
Bila host kurang bias memelihara personal hygiene maka sangat mudah virus
masuk dalam tubuh.
2. Agent
a. Golongan biologi
b. Golongan fisik
3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Keadaan lingkungan yang stuktur cuaca kering lebih sering terkena diare .daerah
dengan stuktur keadaan geografis kurang baik lebih sering terkena diare di
karenakan kurang pengetahuan.
Lingkungan dengan social ekonomi yang rendah serta adaptasi kebiasaan yang
kurag baik atau perilaku yang kurang baik dalam memelihara personal hygiene
sangat berpontensial terjadinya diare
c. Linkungan biologis
Interaksi faktor host, agent, dan environment pada penyakit diare merupakan interaksi
antara ketiga variabel tersebut. Lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan kuman
penyebab diare berkembang dengan pesat. Perilaku host juga dapat menjadi penyebab kuman
penyebab diare masuk ke dalam tubuh host sendiri melalui jalur fecal oral.
1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit, maupun virus
diantaranya rotavirus, E.coli, dan shigella. Penyebaran mikroorganisme in dapat terjadi
melalui jalan fecal dan oral. Pada tahap ini belum di temukan tanda-tanda penyakit bila daya
tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang penyakit dan apabila daya tubuh
penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus masuk dalam tubuh
2. Tahap Patogenesis
a.Tahap inkubasi
3. Tahap Postpatogenesis
- Mata cekung
- Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik.
b. Tahap Akhir
Pada tahap ini bila mendapat penanganan yang baik maka pasien dapat sembuh sempurna
tetapi bila tahap ini tidak mendapat penanganan yang baik maka dapat mengancam
jiwa(kematian).
H. MODEL EPIDEMIOLOGI
Adanya mutasi pada virus sehingga meningkatkan agent, hal ini karena virus lebih banyak
berkembang biak di lingkungan,yang mengakibatkan daya tahan tubuh Host atau manusianya
menurun dan dapat terkenaa penyakit diare.
Jumlah peningkatan kerentanan pada host (jumlah balita meningkat), hal ini karena balita
atau anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang belum kuat,sehingga rentan akan penyakit
atau agen yang ada di lingkungan. Khususnya pada penyakit diare karena penyakit ini banyak
menyerang bayi,balita maupun anak-anak.
Selama ini masyarakat kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, contohnya masih
banyak warga yang belum menggunakan jamban pribadi untuk melakukan buang air besar.
Kebanyakan masyarakat masih melakukan buang air besar di sungai dan di kebun. Setelah
melakukan buang air besar, terkadang mereka tidak mencuci tangan dengan sabun sampai
bersih,sehingga menyebabkan agen penyakit menyebar di lingkungan.
I. TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE
1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan
dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme
penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan
lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian
imunisasi.
2. Pencegahan Skunder
a. Tahap inkubasi
1.Diberi orallit
2.Makanan harus di teruskan bakan di tingkatkan selama diare untuk menhindari efek buruk
pada status gizi
3.Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi
2. Setelah 3-4jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian anak kemudian oilih
rencana A, B, atau C untuk melanjutkan pengobatan:
a. Bila tidak ada rehidrasi, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur
b. Bila tanda menunjukan dehidrasi ringan atau sedang tawarkan makanan susu dan sari buah,
c. Bila tanda menunjukan dehidrasi berat maka secepatnya rehidrasi cairan dan amati dengan
seksama anak.
d. Tahap akhir
Biasanya pasien diamati kurang lebih 6jam setelah pemberian oralit terus berikan
antibiotic dan berikan caiarn intra vena. Pada tahap ini bila penanganan baik pasien bisa
sembuh sempurna.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan
kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian
fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat
dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan
cairan.
Roda
C. RODA
Sanitasi Lingkungan
Rendahnya mutu sanitasi lingkungan merupakan keadaan yang potensial untuk menjadi
sumber penularan penyakit diare. Hasil penelitian Efrida Yanthi (tahun 2001) yang
melakukan analisis hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare yang menggunakan
desain penelitian cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
sanitasi lingkungan dengan kejadian diare dengan nilai
Alasan :
Dari ketiga model diatas saya lebih memilih menggunakan model segitiga
epidemiologi karena pada model ini dapat menjelaskan secara terperinci hingga pada
penyakit yang ditularkan langsung oleh manusia yang membuat manua tersebut
rentang terkena penyakit diare