Anda di halaman 1dari 21

Makalah The Health Belief Model (HBM)

The Health Belief Model (HBM)

Dosen Pengampu :
1.    Andini Yulina Pramono, SKM, MARS, dan Tim
2.    Muhammad Risya Rizki, SKM, M.KES
Penyusun :
1.    Arif Choirul Effendi                           (201412050)
2.    Fadiah Ayu Wardani                           (201412063)
3.    Intan Putri Wirahana Shanty              (201412067)
4.    Silvia Idamayanti Aditya W.              (201412081)
5.    St. Sukma Fany Karimah                    (201412082)
6.    Tamara Ismadha A.W                          (201412083)
7.    Yudis Tira Argada Putra                     (201412088)

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
YAYASAN RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO
2014/2015

  Kata Pengantar
Assalamuallaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini.
Makalah disajikan dengan bahasa yang tepat, lugas, dan jelas sehingga mudah
dipahami. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing Antropologi Kesehatan. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang dating dari diri penyusun maupun yang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam belajar
dan hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami sadar bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu kepada dosen
pembimbing kami meminta bantuan masukannya serta saran dan kritik dari para pembaca
yang bersifat membangun demi penyempurnaan penyununan makalah ini.

                                                                                                 Surabaya, 04 Desember 2014

                                                                                                              Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar                        


Daftar Isi
BAB I  Pendahuluan    ……………………………………………………………                      1
1.1 Latar Belakang       ……………………………………………………………                      1
1.2 Tujuan Penulisan   ……………………………………………………………                      1
1.3 Rumusan Masalah             ……………………………………………………………                      1
BAB II  ISI                  ……………………………………………………………                      2
2.1 Sejarah Lahirnya Terori HBM …………………………………………………                   2
2.2 Pengertian HBM    ……………………………………………………………                      2
2.3 Macam-macam Teori dan Konsep HBM ………………………………………                  2
2.4 Pengukuran KOnsep HBM …………………………………………………….                   3
2.5 Faktor Esensial dalam HBM …………………………………………………...                   4
2.6 Teori perubahan Perilaku ………………………………………………………                   4
2.7 Konsep Teoritis     ……………………………………………………………                      6
2.8 Konstruksi Teori    ……………………………………………………………                      6
2.9 Contoh Perilaku     ……………………………………………………………                      8
BAB III  Penutup         ……………………………………………………………                      9
3.1 Kesimpulan           ……………………………………………………………                      9
3.2 Saran                     ……………………………………………………………                      9
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perilaku kesehatan masyarakat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kualitas kesehatan masyarakat. Belakangan ini, kualitas kesehatan masyarakat di
Indonesia mengalami penurunan akibat perilaku kesehatan masyarakat yang buruk.
Penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat perilaku kesehatan masyarakat
yang buruk ini kemudian menjadi suatu hal yang sangat krusial bagi petugas kesehatan.
Perilaku yang buruk, rusaknya lingkungan, dan penurunan kualitas kesehatan menjadi
siklus yang harus diputus untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat.
Melalui teori Health Belief Model, kita mampu mempelajari perilaku kesehatan
masyarakat yang akan mempermudah pemahaman tehadap perubahan kualitas kesehatan
masyarakat. Melalui pemahaman dan pengaplikasian teori Health Belief Model yang baik
akan tercipta kualitas kesehatan masyarakat indonesia yg baik pula.
Promosi kesehatan merupakan upaya yang bersifat promotif (peningkatan), sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif
(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif (Kholiq, 2012). Promosi
kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan pada perilaku, agar
perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan (Notoatmojo, 2007). Banyak media yang dapat
digunakan sebagai promosi kesehatan, salah satunya yaitu video learning multimedia.
VLM (Video Learning Multimedia) adalah sebuah alat atau media pembelajaran
menggunakan video atau tampilan bergerak, media ini merupakan sebuah alat pembelajaran
modern dikalangan masyarakat. Multimedia adalah penyampaian informasi menggunakan
gabungan dari teks, grafik, suara, video dan animasi. Pembelajaran dengan menggunakan
teknologi audiovisual akan meningkatkan kemampuan belajar sebesar 50%, daripada tanpa
menggunakan media (Munir, 2013). Peneliti dalam penelitian ini memilih media video atau VLM
(video learning multimedia), karena jika dilihat dari sasaran dan karakteristik partisipan yang
akan dijadikan sebagai responden oleh peneliti dianggap lebih efisien dan lebih modern serta
diharapkan dengan media VLM tersebut pembelajaran bisa cepat terserap dan dimengerti.
Menurut Shahed (2013), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa promosi kesehatan
(health promotion) pada penyakit kanker payudara sangat berpengaruh.

1
2

Media yang digunakan untuk promosi kesehatan pada kanker payudara yaitu video, leaflet,

ceramah dan diskusi terkait kanker payudara. Berdasarkan hasil setelah dilakukan

intervensi, pengetahuan terkait kanker payudara dan deteksi dini berupa SADARI

signifikan meningkat. Seraya dengan penelitian yang dilakukan oleh Melina, Soebiyanto

dan Wujoso (2014), menjelaskan bahwa media video efektif untuk meningkatkan

keterampilan dalam melakukan SADARI dibandingkan dengan media lainnya. Penelitian

yang dilakukan oleh Shorea, Agrina & Wofers (2014), pendidikan kesehatan dengan media

dapat meningkatkan pengetahuan terkait kanker payudara. Media pendidikan kesehatan

tentang pemeriksaan payudara sendiri yang digunakan adalah audio visual. Kelebihan

media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik sebab mengandung kedua unsur yaitu

didengar dan dilihat sehingga pesan yang disampaikan bisa lebih efektif dibandingkan

dengan media lainnya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kanker

payudara.

Kanker payudara adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan

mekanisme normalnya sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak

terkendali terjadi pada jaringan payudara (Yilmaz & Durmus, 2016). Kanker payudara

merupakan kata yang relatif mudah untuk diucapkan tetapi meninggalkan kesan

menakutkan yang mendalam pada wanita (Izzati et al, 2013). Kanker payudara adalah

salah satu penyebab kematian terbanyak yang dialami oleh wanita dan penyebab utama

terkait kematian di negara yang memiliki sumber daya rendah (Secretan et al, 2015).

Menurut Birhane et al (2015), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa satu dari delapan

orang didiagnosa mengalami kanker payudara setiap harinya. Padahal kanker payudara

bisa dideteksi lebih awal.


1.2    Tujuan Penulisan
2.        Memeperkaya pengetahuan dibidang kesehatan khususnya perilaku masyarakat
3.        Memahami konsep teori Health Belief Model
4.        Mempermudah pemahaman terhadap perilaku kesehatan masyarakat

1.3    Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengkur Health Belief Model?

BAB II
ISI

2.1    Sejarah Lahirnya Teori Health Belief Model


HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh seorang
psikologis sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya kegagalan
pada program pencegahan dan pencegahan penyakit (Hocbaum 1958,Rosenstok 1960.1974).
Selanjutnya HBM dipelajari sebagai perilaku terhadap gejala gejala sakit yang terdiagnosis
terutama tentang kepatuhan terhadap proses pencarian penyembuhan.
Sebelumnya, Witson (1925) mengembangkan teori yang dinamakan sebagai Teori S-R
atau stimulus rangsangan yang menyatakan bahwa  semua yang terjadi (perilaku) diakibatkan
karena adanya penguatan (reinforcement), kemudian Skiner (1938) menguatkan bahwa setiap
perilaku yang mendapatkan ganjaran memungkinkan seseorang akan meningkatkan atau
mengulangi perilaku tersebut.

2.2    Pengertian Health Belief Model


Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan
dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada sikap dan
keyakinan individu. HBM adalah perubahan prilaku kesehatan dan model
psikologis. Teori Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan
mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini dituangkan dalam
lima segi pemikiran dalam diri individu,yang mempengaruhi upaya yang ada dalam diri
individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya,
yaitu perceivedsusceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived
severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action (manfaat yang
dirasakan dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action (hambatan yang dirasakan
akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat untuk melakukan tindakan). Hal tersebut
dilakukan dengan tujuan self efficacyatau upaya diri sendiri untuk menentukan apa yang baik
bagi dirinya.
Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :
1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit  atau
memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan
terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap
penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan,
penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan
yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang
serupa.
Dalam kasus yang terjadi di Jawa Tengah sesuai penelitian yang dilakukan dari bulan
Agustus 1989 sampai Oktober 1990 di Salah satu Kabupaten Magelang. Permasalahan terjadi
antara pasien dan tenaga kesehatan di PUSKESMAS.Adanya hambatan dalam komunikasi,
mitos yang berkembang di masyarakat, dan masalahfinancial.

2.3 Macam Teori atau Konsep Health Belief Model


HBM, mengandung konsep utama yaitu memprediksikan mengapa seseorang melakukan
tintadakan tertentu  untuk menjaga, melindungi dan mengendalikan kondisi sakit, dengan
melihat beberapa sudut pandang antara lain :
1.        Kerentanan (Perceived Susceptibility) yaitu seseorang merasakan keyakinan/percaya akan
kemungkinan sakit yang terjadi pada dirinya. Misalnya seseorang wanita yang beresiko
mempunyai pasangan yang tidak setia, akan merasakan dirinya rentan terkena suatu penyakit
menular seksual.
2.         Keseriusan (Perceived Severity/seriousility) yaitu seseorang memprediksikan tingkat
keparahan apabila menderita penyakit tersebut.
3.        Hambatan (Perceived Barrier) yaitu hambatan yang ada dalam seseorang berperilaku sehat,
misalnya pada kasus perempuan yang beresiko terkena penyakit IMS, dia akan mencari
pencegahan dengan pendeteksian dini melalui pemeriksaan Papsmear, namun dari pihak
suami tidak mendukung, hal ini merupakan hambatan.
4.        Keuntungan (Benefitt) yaitu seseorang menimbang keuntungan yang diperoleh antara biaya
yang dikeluarkan dengan tingkat sakitnya, misalnya apakah efektif biaya yang dikeluarkan
pada pemeriksaan Papsmear yang mahal bila dibandingkan dengan tingkat keseriusan atau
resiko penyakitnya.
5.        Cues to action :Pasien sudah mengerti kebiasaan seperti apa yang harus mereka lakukan saat
berobat ke puskesmas, misalnya setelah memberikan keluhan yang dirasakan saat itu, dokter
memberikan pertanyan sugestif “suntik, ya?”, dengan spontan pasien akan berbaring dan
membuka bajunya siap untuk disuntik.

Variasi dari model ini merupakan  nilai yang dirasakan serta intervensi yang


ditentukan sebagai keyakiyan utama. Konstruksi dari faktor mediasi kemudian menjadi
penghubung berbagai jenis persepsi dengan perilaku kesehatan di masyarakat.
Faktor lain yang juga mempengaruhi persepsi antara lain :
1.        Variabel demografi                 : umur, jenis Kelamin, ras, pekerjaan. Demografi variabel
(seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan)
2.        Variabel sosio-psikologi          : Ekonomi, kepribadian, sosial-psikologis variabel
(sepertistatus sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping)
3.    Persepsi efikasi (penilaian diri dalam hal kemampuan untuk berhasil mengadopsi perilaku
yang diinginkan)
4.    Isyarat untuk tindakan (pengaruh eksternal dalam mempromosikan perilaku yang
diinginkan,  termasuk informasi yang diberikan atau dicari, komunikasi persuasif, dan
pengalaman pribadi)
5.     Motivasi kesehatan  (individu terdorong  untuk tetap pada keadaan sehat )
6.    Kontrol Perasaan (ukuran tingkat self-efficacy)
7.    Ancaman (termasuk bahaya yang muncul tanpa melakukan tindakan kesehatan)
8.    Prediksi dari model tersebut merupakan kemungkinan yang dilakukan individu untuk
mengambil tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti pencegahan dan pengobatan)
                                                                                    
2.4 Pengukuran Konsep Health Belief Model
Sangatlah penting mengukur seluruh rentang faktor yang mungkin mempengaruhi
perilaku, hal ini untuk mengurangi adanya kesalahan pengukuran   (Measurable Error) dan
tentu akan semakin validitas  serta realibilitas. Pengukuran harus spesifik terhadap perilaku
tertentu  (misalnya hambatan pada mammografy mungkin agak berbeda dengan
hambatan Colonoscopy) dan harus relavan untuk populasi mana pengukuran itu akan
digunakan. Perbedaan budaya dan populasi membuat skala penerapan tanpa pemeriksaan
seperti itu cenderung menghasilkan kesalahan. Artinya setiap skala ukur sesuatu tindakan
harus jelas dan sudah diteliti apakah layak atau tidak.
Misalnya pada kasus kanker payudara, untuk membuktikan apakah gejala sakit pada
payudara seseorang ada hubungannya dengan kanker payudara atau hanya gejala biasa maka
alat ukurnya harus jelas yaitu dengan penggunaan mammografy.
Ada beberapa  model perilaku untuk melindungi kesehatan yang umum digunakan yaitu :
1.      Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) disingkat dengan TRA.
2.      Teori Motivasi perlindungan (Protection Motivation Theory)
3.      Teori manfaat yang diharapkan dan subjektif (Subjective Expected Utility)

2.5 Faktor Esensial dalam Health Belief Model


Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada
program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health Belief
Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
1.    Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan.
2.    Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
3.    Perilaku itu sendiri.

BaganPerubahanPerilakuMasyarakat

Penjelasan:
Masyarakat umum mempercayai bahwa kepercayaan terhadap perilaku akan
mempengaruhi output dari masing-masing individu. Kemudian melalui pemikiran-pemikiran
tersebut kemudian lahirlah peraturan-peraturan yang membatasi perilaku.Peraturan atau
norma yang lahir kemudian menjadi sebuah intensitas yang pada akhirnya melahirkan sebuah
perilaku yang umum dilakukan dimasyarakat.
Sebagai contoh, masyarakat dilingkungan yang kumuh beranggapan bahwa membuang
sampah disembarang tempat adalah hal yang biasa. Kemudian, karena pemikiran tersebut
maka muncul kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya didaerah yang kumuh.
Kebiasaan tersebut pada akhirnya melahirkan perilaku hidup tidak sehat yang
menjadikankualitas kesehatan masyarakat di daerah kumuh juga menurun.
2.6 Teori Perubahan Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat  diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun
tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan
terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap
penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan
memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu
sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan
yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan
perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan Pendidikan Kesehatan
Konsep : Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus
bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat
mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya. 
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:
a)            Ancaman
Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau kesediaanmenerima  diagnosa
penyakit). Atau persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya.
b)      Harapan
Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan, dan persepsi tentang hambatan-hambatan untuk
melakukan tindakan itu.
c)      Pencetus tindakan:Media, pengaruh orang lain, dan hal-hal yang mengingatkan (reminders)
d)      Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender, sukubangsa).
e)      Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu)
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap
individu.     Contoh:  kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang
menganggap penyakit itu tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular
olehnya karena diantara anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Keputusan
untuk mengambil tindakan/upaya penanggulangan atau pencegahan penyakit itu tergantung
dari persepsi individu tentang keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya
hambatan untuk melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri
sendiri.Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya dipengaruhi oleh
latar belakang sosio-demografi si individu.Untuk menguatkan keputusan bertindak,
diperlukan faktor pencetus (berita dari media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang
mengingatkan).Jika faktor pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah individu
itu benar-benar melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah
penyakit tersebut. 
Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
1.      Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu.
Bagaimana menyadarkan masyarakat tersebut bilamana dirinya dapat mengalami
diare setiap saat.Oleh karena adanya lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan perilaku
yang buruk terhadap kesehatan, seperti cakupan jamban yang rendah serta sumber air bersih
yang dikonsumsi berpotensi tercemar oleh kuman.Tidak adanya WC memungkinkan adanya
lalat sebagai vektor penyebab terjadinya penularan ke manusia yang sehat lainnya.Sumber air
yang digunakan dari sumur pinggir sungai/menggali lubang pasir di pinggir sungai sangat
membahayakan bilamana ada penderita cholera yang BAB disungai tersebut.
2.      Menganggap masalah ini serius
Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan kesakitan tetapi juga bahaya
kematian.Terutama akibat dehidasi berat oleh diare.Penyakit ini setiap tahunnya merupakan
pembunuh no 1 atau no 2 di Indonesia.
3.      Meyakini efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan.
Model pengobatan dini dapat mencegah ke tahapan diare berat dengan dehidasi hebat,
sehingga tidak perlu dirujuk ke RS.Pencegahan merupakan upaya terbaik dan murah melalui
kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat terutama sumber air yang steril, penggunaan WC
dan kebiasaan cuci tangan dengan sabun.Dimaksudkan memutuskan penularan penyakit
diare.
4.      Tidak mahal
Biaya yang tidak mahal karena hanya dengan merubah kebiasaan buruk
dimasyarakat.Jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk kesembuhan
ditambah dengan hilangnya produktifitas (waktu kerja).
5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Melaksanakan anjuran oleh petugas kesehatan merupakan tujuan dari perubahan
perilaku.

Kelemahan :
1.      Bersaing dengan kepercayaan dan sikap-sikap lain
2.      Pembentukan kepercayaan seiring dengan perubahan perilaku
2.7  Konsep Teoritis
Health Belief Model ini (HBM) adalah teori yang paling umum digunakan dalam
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz, Rimer, & Lewis, 2002; National Cancer
Institute [NCI], 2003). Ini dikembangkan pada 1950-an sebagai cara untuk menjelaskan
mengapa program skrining medis yang ditawarkan oleh US Public Health Service, terutama
untuk TBC, tidak begitu sukses (Hoch-Baum, 1958). Konsepasli yang mendasari HBM
adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang
penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit (Hochbaum,
1958).Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi perilaku
kesehatan intrapersonal.

2.8  Konstruksi Teori
Berikut empat persepsi yang berfungsi sebagai konstruksi utama dari model: keseriusan
dirasakan, kerentanan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, dan hambatan yang dirasakan.
Masing-masing persepsi, secara individu atau dalam kombinasi, dapat digunakan untuk
menjelaskan perilaku kesehatan.Baru-baru ini, konstruksi lainnya telah ditambahkan ke
HBM, dengan demikian, HBM telah diperluas dengan mencakup isyarat untuk bertindak,
faktor motivasi, dan efisiensi diri.
1.             Keseriusan yang dirasakan
Konstruksi keseriusan yang dirasakan berbicara dengan kepercayaan individu tentang
keseriusan atau keparahan penyakit. Sementara persepsi keseriusan sering didasarkan pada
informasi medis atau pengetahuan, juga dapat berasal dari keyakinan seseorang bahwa ia
akan mendapat kesulitan akibatpenyakit dan akan membuat atau berefek pada hidupnya
secara umum (McCormick-Brown, 1999).
Sebagai contoh, sebagian besar dari kita melihat flu sebagai penyakit
relatif ringan. Kita mengerti cara perawatannya, tinggal di rumah beberapa hari, dan kondisi
kita akan lebih baik. Namun, jika kita menderita asma, tertular flu bisa mengantarkan kita ke
pembaringan dirumah sakit.Dalam hal ini, persepsi kita tentang flu mungkin, bahwa itu
adalah penyakit yang serius. Atau, jika kita adalah pekerja wiraswasta,terserang flu dapat
berarti seminggu atau lebih kehilangan upah. Sekali lagi, ini akan mempengaruhi
persepsi kita tentang keseriusan penyakit ini.
2.             Kerentanan yang dirasakan
Risiko pribadi atau kerentanan adalah salah satu persepsi yang lebih kuat dalam
mendorong orang untuk mengadopsi perilaku sehat.Semakin besar risiko yang dirasakan,
semakin besar kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi risiko. Hal ini adalah
apa yang mendorong laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki untuk divaksinasi
terhadap hepatitis B (de Wit et al., 2005) dan menggunakan kondom dalam upaya untuk
mengurangi kerentanan terhadap infeksi HIV (Belcher et al., 2005).
Kerentanan yang dirasakan memotivasi orang untuk divaksinasi influenza (Chen et al,
2007.), untuk menggunakan tabir surya untuk mencegah kanker kulit, dan benang gigi
mereka untuk mencegah penyakit gusi dan gigi. Ini begitu logis bahwa ketika orang percaya
bahwa mereka berada pada risiko untuk penyakit, mereka akan lebih mungkin untuk
melakukan sesuatu untuk mencegah hal itu terjadi. Sayangnya, sebaliknya juga terjadi. Ketika
orang percaya bahwa mereka tidak berisiko atau memiliki risiko kerentanan yang rendah,
perilaku tidak sehat cenderung mengakibatkan munculnya penyakit ini adalah persis apa yang
telah ditemukan dengan orang dewasa yang lebih tua dan perilaku pencegahan HIV. Karena
orang dewasa yang lebih tua umumnya tidak menganggap diri mereka berada pada risiko
infeksi HIV, banyak yang tidak mempraktekkan seks aman (Rose, 1995; Maes & Louis,
2003). Ini adalah skenario yang sama yangditemukan terhadap mahasiswa Asia-Amerika.
Mereka cenderung untuk melihat epidemi HIV / AIDS sebagai masalah non-Asia, dengan
demikian, persepsi mereka tentang kerentanan terhadap infeksi HIV adalah rendah dan tidak
berhubungan dengan mempraktekkan perilaku seks aman (Yap, 1993).
3.             Manfaat yang dirasakan
Konstruksi manfaat yang dirasakan adalah pendapat seseorang dari nilai atau kegunaan
dari suatu perilaku baru dalam mengurangi risiko pengembangan penyakit. Orang-orang
cenderung mengadopsi perilaku sehat ketika mereka percaya perilaku baru akan
mengurangiresiko mereka untuk berkembangnya suatu penyakit. Apakah orang berusaha
untuk makan lima porsi buah dan sayuran sehari jika mereka tidak percaya hal itu
bermanfaat? Apakah orang berhenti merokok jika mereka tidak percaya itu lebih baik bagi
kesehatan mereka? Apakah orang menggunakan tabir surya jika mereka tidak percaya itu
bekerja?Mungkin tidak dirasakannya manfaat memainkan peran penting dalam adopsi
perilaku pencegahan sekunder, seperti sebuah pemutaran sebab akibat. Sebuah contoh yang
baik dari ini adalah skrining untuk kanker usus besar.Salah satu tes skrining untuk kanker
usus besar adalah kolonoskopi. Hal ini membutuhkan beberapa hari persiapan sebelum
prosedur untuk benar-benar membersihkan usus besar: diet dibatasi
untuk mendapatkan cairan bening diikuti oleh penggunaan kateter. Prosedur ini melibatkan
penyisipan instrumen, tabung fleksibel yang sangat panjang dengan kamera di ujungnya ke
dalam rektum untuk melihat panjang usus besar.Prosedur itu sendiri dilakukan di bawah
anestesi, sehingga tidak nyaman, tetapi tidak lama untuk pemulihansesudahnya, dan
persiapan yang memakan waktu.Terlepas dari ketidaknyamanan ini, ini adalah metode terbaik
saat ini untuk deteksi dini kanker usus besar, penyebab utama ketiga kematian akibat kanker
di Amerika Serikat. Ketika kanker usus besar ditemukan lebih awal, ia memiliki angka
kesembuhan 90%. Namun, hanya 36% dari orang di atas usia 50 (yang paling berisiko) telah
melakukan skrining ini (New York-Presbyterian Hospital, 2006). Apa yang membuat
sebagian orang menjalani pemeriksaan dan yang lain tidak? Di antara wanita, mereka yang
merasakan manfaat dari kolonoskopi (deteksi dini) lebih mungkin untuk menjalani skrining
daripada mereka yang tidak melihat skrining memiliki manfaat (Frank & Swedmark, 2004).
4.             Hambatan yang dirasakan
Karena perubahan adalah bukan sesuatu yang datang dengan mudah bagi kebanyakan
orang, konstruk terakhir dari HBM adalahmasalah hambatan yang dirasakan untuk
berubah.Ini adalah evaluasi individu sendiri atas hambatan yang dihadapi untuk mengadopsi
perilaku baru.Dari semua konstruksi, hambatan yang dirasakan adalah yang paling signifikan
dalam menentukan perubahan perilaku (Janz & Becker, 1984). Dalam rangka untuk perilaku
baru yang akan diadopsi, seseorang perlu untuk percaya manfaat dari perilaku baru lebih
besar daripada konsekuensi melanjutkan perilaku lama (Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit A.S., 2004). Hal ini memungkinkan hambatan yang harus diatasi dan perilaku baru
yang akan diadopsi.Dalam mencoba untuk meningkatkan praktek-praktek pemeriksaan
payudara sendiri pada wanita, akan terlihat jelas bahwa ancaman kanker payudara akan
memotivasi penerapan praktik deteksi dini. Tentu kanker payudara adalah penyakit yang
sangat serius, ini adalahsatu hal yang meyakinkan perempuan akan ancaman yang besar.
Bahkan dengan semua ini, hambatan untuk melakukan deteksi dini kanker payudara
berpengaruh lebih besar atas perilaku daripada ancaman kanker itu sendiri (Champion, 1993;
Champion & Menon, 1997; Ellingson & Yarber, 1997; Umeh & Rogan-Gibson, 2001).
5.             Variabel Modifikasi
Empat konstruksi utama dari persepsi dapat dimodifikasi oleh variabel lain, seperti
budaya, tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, keterampilan, dan motivasi. Variabel
tersebut adalah karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi pribadi. Sebagai contoh,
jika seseorang didiagnosis dengan kanker kulit sel basal dan berhasil diobati, ia mungkin
memiliki persepsi kerentanan tinggi karena ini pengalaman masa lalu dan menjadi lebih sadar
dari paparan sinar matahari karena pengalaman masa lalu. Sebaliknya, pengalaman masa lalu
ini bisa mengurangi persepsi seseorang dari keseriusan karena kanker itu mudah diobati dan
disembuhkan.
Di kelas Hygine Personal di banyak kampus, mahasiswa diwajibkan untuk
menyelesaikan sebuah proyek penelitian perubahan perilaku.Mereka memilih perilaku sehat
dan mengembangkan rencana untuk mengubah dan mengadopsi perilaku yang lebih
sehat.Variabelmodifikasi untuk ini adalah motivasi.Motivasinya adalah kelas.
6.             Isyarat untuk bertindak
Selain empat keyakinan atau persepsi dan variabel memodifikasi, HBM menunjukkan
perilaku yang juga dipengaruhi oleh isyarat untuk bertindak.Isyarat untuk bertindak adalah
peristiwa-peristiwa, orang, atau hal-hal yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku
mereka.Mengetahui adanya sesama anggota gereja yang menderitakanker prostat adalah
isyarat yang signifikan untuk tindakan bagi pria Afrika-Amerika untuk menghadiri program-
program pendidikan kanker prostat (Weinrich et al, 1998.).Mendengar cerita TV atau berita
radio tentang penyakit bawaan makanan dan membaca petunjuk penanganan yang aman
untuk paket daging mentah dan unggasmerupakan isyarat untuk tindakan yang terkait dengan
perilaku penanganan makanan yang lebih aman (Hanson & Benediktus, 2002).
Setelah ditampilkannya di kampus-kampus mengenai mobil yang terlibat dalam
kecelakaan fatal akibat mengemudi dalam keadaan mabuk adalah contoh isyarat untuk
tindakan jangan mengemudi setelah minum minuman beralkohol.
7.             Self-Efficacy (Percaya Kemampuan Diri)
Pada tahun 1988, self-efficacy ditambahkan dengan empat keyakinan asli dari HBM
(Rosenstock, Strecher, & Becker, 1988).Self-efficacy adalah kepercayaan pada kemampuan
sendiri untuk melakukan sesuatu (Bandura, 1977).Orang umumnya tidak mencoba untuk
melakukan sesuatu yang baru kecuali mereka pikir mereka bisa melakukannya. Jika
seseorang percaya suatu perilaku baru yang berguna (manfaat dirasakan), tetapi berpikir dia
tidak mampu melakukan itu (penghalang dirasakan), kemungkinan bahwa hal itu tidak akan
dilakukan.

2.9 Contoh Penyakit


Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu. Contoh:
kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang menganggap penyakit itu
tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular olehnya karena diantara
anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Keputusan untuk mengambil
tindakan/upaya penanggulangan atau pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi
individu tentang keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk
melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri.
Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya dipengaruhi oleh
latar belakang sosio-demografi si individu. Untuk menguatkan keputusan bertindak,
diperlukan faktor pencetus (berita dari media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang
mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah
individu itu benar-benar melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau
mencegah penyakit tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
1.      The Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan
dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada sikap dan
keyakinan individu
2.      HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh seorang
psikologf sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya kegagalan pada
program Pencegahan dan pencegahan penyakit ( Hocbaum 1958,Rosenstok 1960.1974 )
3.      Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
a. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari   suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan.
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya  merubah perilaku.
c. Perilaku itu sendiri.
4.    Ada beberapa  model perilaku untuk melindungi kesehatan yang umum digunakan yaitu :
a. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) disingkat dengan TRA.
b. Teori Motivasi perlindungan (Protection Motivation Theory)
c.  Teori manfaat yang diharapkan dan subjektif (Subjective Expected Utility)

3.2 Saran
Mengingat besarnya manfaat dari teori Health Belief Model ini, maka seharusnya
teori Health Belief Model ini tidak hanya terbatas  ilmu yang dipelajari kemudian dilupakan
begitu saja. tetapi seharusnya, seorrang yang mengabdi dibidang kesehatan khususnya
kesehatan masyarakat mampu menerapkan konsep Health Belief Model dalam kehidupan
nyata.
Diharapkan, dengan pemahaman mengenai perilaku kesehatan masyarakat
melalui Health Belief Model, akan tercipta kualitas kesehatan masyarakat Indonesia yang
baik pula.
DAFTAR PUSTAKA

Maggie davies and Wendy Macdowall. 2006. Understanding Public Health: Health


Promotion Theory. England: London School of Hygiene & tropical medicine. Available
at : http://www.openup.co.uk (diakses 2013)
National Institutes of Health. Theories of Health Behavior. United States of America.
Available at : http://oc.nci.nih.gov   (diakses 2013)
http://smiqilover.blogspot.com/2009/12/promosi-kesehatan-health-belief-model.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Health_belief_model
http://www.fhi360.org/nr/rdonlyres/ei26vbslpsidmahhxc332vwo3g233xsqw22er3vofqvrfjvub
wyzclvqjcbdgexyzl3msu4mn6xv5j/bccsummaryfourmajortheories.pdf
http://msucares.com/health/health/appa1.html

Anda mungkin juga menyukai