Anda di halaman 1dari 61

COVER

KEPERAWATAN KELUARGA
VISI DAN MISI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI

1. Visi

Menjadi perguruan tinggi pusat pendidikan kesehatan sehingga tercipta

lulusan yang unggul dibidang kesehatan, berjiwa entrepreneurship, serta

dapat bersaing dikancah nasional melalui proses pendidikan, penelitian, dan

pengabdian masyarakat tahun 2030.

2. Misi

1) Menyiapkan peserta didik agar menjadi lulusan yang berintelektual

tinggi, berbudi pekerti luhur serta berjiwa entrepreneurship.

2) Melaksanakan karya ilmiah di bidang kesehatan dan terlibat aktif dalam

penelitian ilmiah yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan

ilmu pengetahuan, teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan

pelayanan kesehatan.

3) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan memberikan

pelayanan terbaik sebagai bentuk pengabdian masyarakat dalam

pembangunan bangsa dan sistem pendidikan yang sesuai dengan

perkembangan IPTEK sebagai bentuk kepedulian institusi.

4) Meningkatkan jejaring nasional dan global dengan melakukan kerjasama

dengan institusi terkait dalam maupun luar negeri.

5) Menciptakan iklim akademik yang mampu mendukung perwujudan visi

STIKes Yatsi
VISI MISI KEPERAWATAN

A. VISI KEPERAWATAN

Menjadikan Program Studi Berstandar Nasional tahun 2040 dalam

menghasilkan tenaga perawat yang komunikatif, islami dan berjiwa

entrepreneur melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

B. MISI KEPERAWATAN

1. Menghasilkan lulusan pendidikan Keperawatan yang unggul, mandiri

dan berjiwa enterpreneur

2. Menghasilkan lulusan yang mampu berkomunikasi dan memiliki

akhlak yang baik dan islami

3. Menghasilkan karya ilmiah di bidang keperwatan dan terlibat aktif

dalam penelitian sebagai bentuk pengabdian masyarakat dalam

pembangunan bangsa dan sistem yang sesuai dengan perkembangan

bangsa dan sistem yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, sebagai

bentuk kepedulian insstitusi.


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yang

berinteraksi dan merupakan unit utama yang menyangkut kehidupan

masyarakat. Keluarga menempati posisi antara individu dan masyarakat.

Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat.

Masalah yang dialami anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota

keluarga yang lain, karena keluarga merupakan perantara yang efektif dan

mudah untuk berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat. Sehingga

dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat

mendapat dua keuntungan. Perawat dapat memenuhi kebutuhan individu

dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi untuk membangun keluarga

yang sehat dibutuhkan peran perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga merupakan

rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan keluarga.

Adapun kriteria keluarga yang harus mendapatkan asuhan keperawatan

keluarga adalah keluarga yang dalam tahap perkembangan keluarga,

misalnya keluarga dengan pasangan baru (Berganning family) / keluarga

pemula

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga


( rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang

Maha Esa. 1 Perkawinan merupakan perjanjian yang sangat sakral, sakral

bukan hanya karena ia sebagai perintah agama, namun juga tujuannya

yang agung dan suci, karena perkawinan yang sah menurut agama

merupakan bentuk wujud ketaatan seorang hamba kepada sang kha >liq,

dan adapun tujuan daripada perkawinan adalah memperoleh kehidupan

yang sakinah, mawaddah dan rahmah.2

Orientasi pembangunan nasional di berbagai negara di lingkup

internasional telah mengalami perubahan dengan menempatkan

pembangunan sosial sejajar dengan pembangunan ekonomi. Kedua aspek

pembangunan sosial dan ekonomi tersebut bersifat sejalan dan saling

melengkapi. Kemajuan pembangunan sosial, yang memposisikan manusia

sebagai pusat orientasi pembangunan, akan mendorong terciptanya

kemajuan pembangunan dalam aspek ekonomi demikian pula sebaliknya.

Indonesia sebagai negara yang sedang giat membangun juga telah

menempatkan pentingnya aspek sosial dan ekonomi dalam pembangunan

nasional secara berkelanjutan.

Dalam konteks pembangunan sosial di Indonesia maka pembangunan

keluarga merupakan salah satu isu tematik dalam pembangunan nasional.

Upaya peningkatan pembangunan sosial tidak terlepas dari pentingnya

keluarga sebagai salah satu aspek penting pranata sosial yang perlu

diperhatikan. Kekuatan pembangunan nasional, berakar pada elemen

keluarga sebagai komunitas mikro dalam masyarakat. Keluarga sejahtera


merupakan fondasi dasar bagi keutuhan kekuatan dan keberlanjutan

pembangunan. Sebaliknya, keluarga yang rentan dan tercerai-berai

mendorong lemahnya fondasi kehidupan masyarakat bernegara.

Upaya peningkatan ketahanan keluarga menjadi penting untuk

dilaksanakan dalam rangka mengurangi atau mengatasi berbagai masalah

yang menghambat pembangunan nasional. Dengan diketahuinya tingkat

ketahanan keluarga maka dinamika kehidupan sosial keluarga sebagai

salah satu aspek kesejahteraan keluarga juga dapat diukur. Kondisi

ketahanan keluarga menjadi gambaran keadaan dan perkembangan

pembangunan sosial yang sedang berlangsung. Sayangnya, meskipun

konsep ketahanan keluarga telah dicantumkan secara jelas dalam berbagai

peraturan perundang-undangan, tetapi sejauh ini dirasakan masih belum

tersedianya ukuran yang pasti secara metodologis dan berlaku umum

untuk mengetahui tingkat ketahanan keluarga di Indonesia. Badan Pusat

Statistik (BPS) bersama-sama dengan Pembangunan Ketahanan Keluarga

2016 Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 33 Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) berupaya

untuk menyusun berbagai indikator terkait ketahanan keluarga yang

digunakan sebagai bahan kajian dan penilaian tingkat ketahanan keluarga

di Indonesia.
BAB II

KONSEP DASAR KELUARGA

2.1 DEFINISI

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009,

keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri

atau suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

Anak yang dimaksud dalam pengertian ini adalah anak yang belum

menikah. Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami

atau istri atau anak-anaknya, maka anak tersebut dapatmenjadi keluarga

tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru). Selain itu, terdapat definisi

khusus untuk keluarga, yaitu satuan individu atau seseorang yang tidak

diikat dalam hubungan keluarga, hidup dan makan serta menetap dalam satu

rumah, misalnya seseorang atau janda atau duda sebagai anggota keluarga

sendiri, atau dengan anak yatim piatu dan lain-lain (BKKBN, 2011 dalam

Sahar, 2019).

Keluarga adalah unit dari masyarakat yang merupakan lembaga yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang

erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga

sebagai lembaga/unit layanan perlu diperhitungkan. Keluarga adalah

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta

sosial individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai

tujuan umum (Friedman, 2010).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan (Departemen

Kesehatan RI,1988).

2.2 Tipe Keluarga Tradisional dan Non Tradisional

2.2.1 Tipe Keluarga Tradisional

Friedman (2010) mengklasifikasikan tipe keluarga antara lain

sebagaiberikut:

1. Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari

orang tua dan anak yang masih menjadi tanggunganya dan

tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluargalainnya.

2. keluargaExtended Family (besar), yaitu satu keluarga yang

terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu

rumahdan saling menunjang satu samalain.

3. Single parent family, yaitu satu keluarga yang dikepalai oleh

satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang

masih bergantungkepadanya.

4. Nuclear dyed, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami

istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yangsama.


5. Blended family, yaitu suatu keluarga yang terbentuk dari

perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan

membawa anak hasil perkawinanterdahulu.

6. Three generation family, yaitu keluarga yang terdiri dari tiga

generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu

rumah.

7. Single adult living alone, yaitu bentuk keluarga yang hanya

terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalamrumahnya.

8. Middle age atau elderly couple, yaitu keluarga yang terdiri dari

sepasang suami istri paruhbaya.

2.2.2 Tipe Keluarga Non Tradisional

Friedman (2010) mengklasifikasikan tipe keluarga non tradisional

antara lain sebagaiberikut :

1. The unmarried teenagemother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak

dari hubungan tanpa nikah.

2. The stepparentfamily

Keluarga dengan orang tua tiri.

3. Communefamily

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,

sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,


sosialisasi anak dengan melalui aktivitas

kelompok/membesarkan anakbersama.

4. The nonmarital heterosexsual cohabitingfamily

Keluarga yang hidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa

melalui pernikahan.

5. Gay and lesbianfamilies

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama

sebagaimana ”marital pathners”

6. Cohabitatingcouple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan

karena beberapa alasan tertentu

7. Group-marriagefamily

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah

tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu

dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan

membesarkan anak.

8. Group networkfamily

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup

berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-

barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung

jawab membesarkananaknya.

9. Fosterfamily
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua

anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan

kembali keluarga yangaslinya.

10. Homelessfamily

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan

yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan

keadaan ekonomi dan atau problem kesehatanmental.

11. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai

perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal

dalamkehidupannya.

2.3 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman, (2010) adalah :

a. Fungsiafektif

Fungsi afektif merupakan hubungan sosial yang positif

berhubungan dengan hasil kesehatan yang lebih baik, umur

panjang, dan penurunan tingkat stres. Sebaliknya, kehidupan

keluarga juga dapat menimbulkan stres dan koping

disfungsional dengan akibat yang dapat menganggu kesehatan

fisik (misal tidur, tekanan darah tinggi, penurunan respon

imun).
b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah adalah proses perkembangan atau

perubahan yang terjadi atau dialami seseorang sebagai hasil

dari interaksi dan pembelajaran peran sosial. Sosialisasi di

mulai dari sejak lahir dan keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsireproduksi

Fungsi sosial adalah fungsi keluarga untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya

manusia.

d. Fungsiekonomi

Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.

e. Fungsi perawatan keluarga

Fungsi untuk menyediakan makanan, pakaian, perlindungan,

dan asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga

melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga individu.


BAB III

TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Definisi

Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini
dan kejadiannya berdasarkan fakta.

Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum
jelas faktannya atau buktinya

3.2 Beberapa Trend dan Isu Keperawatan Keluarga diantaranya


1 Trend dan isu Global :
a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola
perilaku kekuarga.
b. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga
penyebarannya semakin meluas.
c.  Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat
mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran
yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.
d. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan
yang ketak serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang
mengutamakan kualitas pendidikan.
e. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta
pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan
yang tinggi.
2. Trend dan Isu Nasional :
a. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.
b. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
c. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang
kesehatan
d. .Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah
kesehatan masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga
miskin serta asuransi kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak
ma
3.3 Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga
yang muncul di indonesia :

a. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara


global serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di
negara kita
b. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para
tenaga kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat
pasif.
d. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana-sarana
pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
e. Pengetahuan dan ketrapilan perawat yang masih perlu ditingkatka.
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat
system yang belum berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang
meskipun telah disusun telh disusun pedoman pelayanan keluarga
namun belum disosialisaikan secara umum.
h. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang
dengan fasilitas transfortasi yang cukup.
i.  Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
j. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
k. Lahan praktek yang terbatas.
l. Sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
m. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
n. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga
kurang.

3.4 Trend Dan Current Issu Keperawatan Kleuarga

a. Dunia tanpa batas (global vilage) mempengaruhi sikap dan pola


perilaku keluarga.
b. Kemajuan dan pertukaran IPTEK
c. Kemajuan teknologi transportasi migrasi dan mudah interaksi
keluarga berubah
d. Kesiapan untuk bersaing secara berkualitas dan sekolah-sekolah
berkualitas
e. Kompetensi global tenaga kesehatan/ keperawatan.
 Dalam Bidang Pelayanan :
a. SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada
perawat keluarga.
b. Penghargaan / reward rendah.
c. Bersikap pasif.
d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat
system yang belum berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang  (DEPKES
sudah mneyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan
model keperwatan keluarga di rumah & perlu disosialisasikan).
h. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
i. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
j. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
k. Model pelayanan  belum mendukung peranan aktif semua profesi

Dalam Bidang Pendidikan:


a. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan
cenderung “mudah”
b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.

Dalam Bidang Profesi:


 

a. Standar kompetensi belum disosialisasikan


b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan
c. Kompetensi  berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
f. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik
keperawatan.
BAB IV

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

4.1 Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga

4.1.1 Definisi Keperawatan Keluarga

Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang

menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan

dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010).

Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian

pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik

keperawatan (Depkes RI, 2010).

Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan

keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan

komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota

keluarga dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi,

dengan memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di

keluarga dan sumbersumber dari profesi lain, termasuk pemberi

pelayanan kesehatan dan sektor lain di komunitas (Depkes RI, 2010)

4.1.2 Tujuan Keperawatan Keluarga

Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan umum

dan khusus. Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah


kemandirian keluarga dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah

keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan

keluarga dan mampu menangani masalah kesehatannya berikut ini.

1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.

Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan

seluruh anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti

tentang pengertian dan gejala kencing manis yang diderita oleh

anggota keluarganya?

2. . Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah

kesehatan anggota keluarga. Kemampuan keluarga dalam

mengambil keputusan untuk membawa anggota keluarga ke

pelayanan kesehatan. Contoh, segera memutuskan untuk

memeriksakan anggota keluarga yang sakit kencing manis ke

pelayanan kesehatan.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan. Kemampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit. Contoh, keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang sakit kencing manis, yaitu memberikan

diet DM, memantau minum obat antidiabetik, mengingatkan

untuk senam, dan kontrol ke pelayanan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan yang kondusif. Kemampuan keluarga

dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu mempertahankan


kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta perkembangan

setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga menjaga kenyamanan

lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota keluarga

termasuk anggota keluarga yang sakit

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan

dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan. Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah

sakit, atau fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk anggota

keluarganya yang sakit

4.1.3 Sasaran Keperawatan Keluarga (DEPKES RI, 2010)

1. Keluarga sehat

Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi

tidak mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan

antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan

tahapan tumbuh kembang keluarga. Fokus intervensi

keperawatan terutama pada promosi kesehatan dan pencegahan

penyakit.

2. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan

Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih

anggota keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki

kebutuhan untuk menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan

anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko penurunan

status kesehatan.
3. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut Keluarga yang

memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan

keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca hospitalisasi

penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan pembedahan, dan

penyakit terminal
BAB V

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KELUARGA

5.1 Peran dan Fungsi Perawat Keluarga

5.1.1 Definisi Peran Perawat Keluarga

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dan sistem, dimana

dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat

maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstran.

1. Memberi asuhan keperawatan yaitu membantu klien mendapatkan

kembali kesehatannya melelui proses penyembuhan.

2. Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan.

Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan

keahliannya berfikir kritis melalui proses keperawatan.

3. Pelindung dan advokat klien; sebagai pelindung, membantu

mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan

mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta

melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan

dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan.

4. Manager kasus; perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim

kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika

mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien.


5. Rehabilitator; rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali

ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian

yang menimbulkan krtidakbedayaan lainnya.

6. Memberi kenyamanan; perawat klien sebagai seorang manusia,

karena asuhan keperawatan harus ditunjukan pada manusia secra

utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberian kenyamanan

dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan bagi klien

sebagai individu yang memiliki perasaaan dan kebutuhan yang

unik.

7. Komunikator; keperawatan mencangkup komunikasi dengan klien

dan keluarga, antar sesama profesi kesehatan lainnya, sumber

informasi dan komunitas.

8. Penyuluh; sebagai penyuluh perawat menjelaskan kepada klien

konsep dan data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan

prosedur seperti aktifitas perawatan diri, menilai apakan klien

memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan

dalam pembelajaran.

9. Kolaborator; perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri

dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain. Dengan mengupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan

termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk

pelayanan selanjutnya.
10. Edukator; peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan

perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

11. Konsultan; peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap

masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.

12. Pembaharu; peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan

mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis

dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan

keperawatan.

5.1.2 Definisi Fungsi Perawat Keluarga

suatu pekerjaan yang dilakukan yang dilakukan sesuai dengan

perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang

ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melakasanakan

berbagai fungsi diantaranya:

1. Fungsi independen; merupakan fungsi mandiri dan tidak

tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan

tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam

melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar

manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan

kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,

pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktib=vitas


dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan,

pemenuhan kebutuhan cinta dan mencintai, pemenuhan kebutuhan

harga diri dan aktualisasi diri.

2. Fungsi dependen; merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan

kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga

sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini

biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum,

atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi interdependen; fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim

yang bersifat saling ketergantungan diantara satu dengan yang

lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan

membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti

dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang

mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi

dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun

lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan

bekerja sama dengan perawat dalam memantau reaksi onat yang

telah diberikan.
BAB VI

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN BAHAGIA

6.1 Definisi keluarga Sejahtera

Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu

memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa

kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar

anggota dan antar keluarga dengan masyarakat danlingkungan (Friedman,

2010).

6.2 Tahap Keluarga Sejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal

atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan,

kesehatan dan KB.

Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan, berdasarkan Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah mengadakan program

yang disebut dengan Pendataan Keluarga. Yang mana pendataan ini

bertujuan untuk memperoleh data tentang dasar kependudukan dan keluarga

dalam rangka program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Adapun

pentahapan keluarga sejahtera tersebut ialah sebagai berikut:


Keluarga pra sejahtera
 

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic

need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang,

papan, kesehatan dan KB.

Sejahtera I

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,

tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti

kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi

lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

Sejahtera II

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan

sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh

informasi

Sejahtera III

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan

pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur

bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti

sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat

Sejahtera III plus

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan

pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan


berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian

sosial yangtinggi.

 Keluarga Berencana

Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga kecil, bahagia dansejahtera.

 Kualitas keluarga

Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi,

sosial budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai

agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.

 Kemandirian keluarga

Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat

dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan

meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan

mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan

kesadaran dan tanggungjawab.

 Ketahanan Keluarga

Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan

ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-


mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan

keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan

lahir dan kebahagiaan batin

 NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)

Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang

membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang

berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk

mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

6.3 Indikator Keluarga Sejahtera

Terdapat 23 Indikator Keluarga Sejahtera diantaranya

1. Keluarga Pra sejahtera

Tahapan ini keluarga belum mampu melakukan tahapan

sebagai berikut

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-

masing anggota keluarga

2. Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali

atau lebih dalam sehari.

3. Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di

rumah, bekerja, sekolah atau berpergian.

4. Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.


  

5. Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber

KB dibawa ke sasaran kesehatan.


2. Keluarga Sejahtera 1 adalah Keluarga sudah mampu

melakukan tahapan 1-5 namun belum mamapu melakukan

tahapan sebagai berikut:

6. Anggota keluarga melakukan ibadah secara teratur

7. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan


  

daging, ikan atau telur.

8.  Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1

stel pakaian baru pertahun

9. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk

tiap pengguna rumah

10. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam

kedaan sehat

11. Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan

tetap.

12.  Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa

baca tulis huruf latin.

13. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini

14. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia

subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)


3. Keluarga Sejahtera Tahapan II adalah keluarga sudah mampu

melakukan tahapan 1-14, namun keluarga belum mampu

melakukan tahan sebagai berikut:

15. Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.


16.  Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk
tabungan keluarga.
17.  Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi
antar anggota keluarga.
18. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan
keluarga.
19. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling
kurang 1 kali perbulan.
20. Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi
atau majalah.
21.  Anggota keluarga mampu menggunakan sarana
trasportasi sesuai kondisi daerah.

4. keluarga Sejahtera Tahap III adalah keluarga sudah


mampu melakukan tahapan 1-21 namun keluarga belum
mampu melakukan tahapan sebagai berikut:

22. Memberikan sumbangan secara teratur (waktu


tertentu) dan sukarela dalam bentuk materil kepada
masyarakat
23. Aktif sebagai pengurus yayasan/institusi masyarakat

5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus adalah keluara sudah


mampu melakukan tahapan 1-23
6.4 Definisi Keluarga Bahagia

Keluarga adalah suatu pranata sosial yang penting fungsinya dalam

masyaakat. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta yaitu kula dan warga.

‚kula warga‛ yang berarti ‚anggota‛ kelompok kerabat. Keluarga adalah satu

kelompok atau kumpulan mnusia yang hidup bersama, sebagai satu

kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan

darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama di suatu

rumah dan biasanya dipimpin oleh suatu kepala keluarga.

sebagai keadaan atau perasaan tenang dan tentram, bebas dari segala sesuatu

yang menyusahkan. Makna inidapat dipahami dari ungkapan ‚bahagia di

dunia dan akhitrat‛ atau ‚hidup dengan penuh kebahagiaan‛. Dalam kata

benda lainnya kebahagiaan diartikan sebagai kesenangan, ketentraman

hidup (lahir dan batin), keberubtungan dan kemujuran lahir batin. Hal ini

dapat dipahami dari kalimat ‚kehadiran bayi itu memberi kebahahagiaan

pada rumah tangganya‛atau ‚saling pengertian antar suami isteri akan

membawa kebahagiaan di rumah tangga‛. Dalam bentuk kata sifat, bahagia

diartikan sebagai beruntung. Hal ini dapat dipahami dari kalimat ‚saya

betul-betul merasa bahagia karena dapat berada kembali di tengah-tengah

keluarga‛. Dalam bentuk kata kerja, kata bahagia berarti membuat bahagia

atau menjadikan. Makna ini dapat dilihat dari kalimat ‚Ia berusaha keras

membahagiakan keluarganya‛. Dapat pula diartikan sebagai mendatangkan

rasa bahagia jika dilihat dari kalimat ‚kehadirannya sangat membahagiakan


keluarganya‛. Diluar itu, kata bahagia juga diartikan selamat. Misalnya

kalimat ‚selamat berbahagia‛. Kata bahagia dalam ungkapan ini berarti

sejahtera atau sehat. Jika dikaitkan dengan kata taman (‚taman bahagia‛)

berarti tempat orang mendapat kebahagiaan.

keluarga bahagia adalah: satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup

bersama, sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya

selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau adobsi dan saling

berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan komunikasi yang

penuh dengan kasih sayang memberikan rasa ketenangan dan ketentraman,

tidak merasa dibebani antar satu anggota dengan anggota yang lain.

1. Menuju rumah tangga bahagia

a. Membina Pernikahan

Pernikahan merupakan ikatan suci nan sakral dari seorang pasangan

terdiri dari pria dan wanita yang telah menginjak atau dianggap

memiliki umur yang cukup dewasa. pernikahan dianggap sebagai

ikatan kudus karena hubungan pasangan antara seorang pria dan

wanita yang telah disahkan oleh agama. mereka mungkin telah

diesmikan oleh agama Islam ketika sudah diresmikan seorang

penghulu pernikahan. atau mereka disahkan pendeta (protestan) atau

pastor (Katolik) di gereja. Hal ini dilakukan agar keduanya tidak

melanggar ajaran agama, misalnya seperti melakukan hubungan seks

mereka tidak dianggap melakukan zina atau kumpul kebo. mereka

telah memiliki kesepakatan melanggegkan kehidupan cinta yang


dijalin sejak awal kenal atau perjodohan orang tua. Ketika sepakat

untuk menikah ada konsekuensi hak dan kewajiban yang harus

ditanggung bersama. Mereka memerankan diri sebagai orangtua,

kepala keluarga, ibu rumah tangga, ayah-ibu, suami-isteri. Ditengah

kehidupan keluarga lahirlah anak-anak yang siap dididik dan

bimbingan hingga tumbuh berkembang menjadi seorang individu

yang dewasa mandiri.

2. Alasan Pernikahan Yang Baik

1. Komintmen

Banyak orang mendambakan bahwa suatu hari seseorang yang

dirasa tepat mau mendedikasikan dirinya hidup berdua

selamanya tanpa syarat. Dalam hal ini perkawinan merupakan

bentuk ekspresi dedikasi sepenuhnya dan upaca perkawinan itu

sediri merupakan simbol penting yang menunjukkan komitmen

yang akan dijalani.

2. Kesetiaan

Banyak individu yang mendambakan keadaan dimana mereka

akan hidup bersama dengan orang yang sudi berbagi dukungan

emosional, baik berupa kasih sayang, penghormatan,

kepercayaan dan keintiman. Belajar bagaimana caranya


mengikat diri dengan satu orang saja dalam waktu yang lama

dapat merupakan suatu pekerjaan berat bagi suatu pasangan

muda.

3. Hubungan Suami Isteri Dan Keterbukaan

Perkawinan merupakan usaha dalam menghindari kesendirian

dan isolasi sosial. Perkawinan menawarkan sebuah hubungan

keterbukaan eksklusif antara dua jiwa yang sendirian. Sebuah

penelitian mengungkapkan bahwa keterbukaan antara suami-

isteri merupakan kunci keberhasilan dalam perkawinan. Ketika

kebutuhan jasmani atau rohani terpenuhi dan saling terbuka,

pasangan merasa perkawinannya mengalami peningkatan

kualitas dengan perasaan puas yang bertambah pula.

4. Cinta

Perkawinan menawarkan pemenuhan kebutuhan dasar akan

cinta. Suatu kehidupan dirasa bermakna ketika kehidupan

tersebut memberikan manfaat bagi orang lain. Banyak orang

yang mendambakan bertemu dengan seseorang dengan cinta

tanpa syarat dan berbagi perasaan cinta dengannya.


5. Kebahagiaan

Banyak orang menyimpulkan bahwa perkawinan merupakan

sumber kebahagiaan dan pencapaian tertinggi kehidupan.

Namun perlu dipahami bahwa sebenarnya kebahagiaan dalam

perkawinan tergantung pada pihak-pihak yang ada di dalamnya

bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain dalam ikatan

yang permanen.
BAB VII

KONSEP TAHAP PERKEMBANGAN

7.1 Definisi Perkembangan

Perkembangan keluarga merupakan model kerangka kerja yang

mempertkenalkan bahwa keluarga berkembang melalui pengalaman dan transisi

peran yang dialami selama perkembangan. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam

melihat perkembangan keluarga dapat dilihat melalui tugas perkembangan

keluarga. Tugas perkembangan keluarga harus dipenuhi disetiap

perkembangannya. Dalam perkembangan ini keluarga sebagai sistem berkembang

kearah tingkatan fungsi yang lebih tinggi sehingga berdampak terhadap bebagai

hal (Sahar, 2019).

Keluarga dituntut untuk dapat memenuhi tugas perkembangan disetiap

priode transisi perkembangan keluarga. Keluarga akan mampu memenuhi tugas

perkembangan yang harus diselesaikannya dengan pemahaman terhadap tugas

perkembangan keluaraga (Sahar, 2019).

7.2 Tahapan perkembangan keluarga baru menikah dan Child Bearting

1. Keluarga Baru Menikah

A. Definisi

Perkawinan dari sepasang insan menandai berbumulanya sebuah

keluarga baru – keluarga yang menikah atau prokreasi dan

perpindahan dari keluarga asal atau status lajang kehubungan baru


yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini

berlangsung lebih lambat (Sahar, 2019).

B. Tugas Tugas Perkembangan Keluarga

a. Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan,

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,

c. Merencanakan keluarga

2. Keluarga Child Bearing

A. Definisi

Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai bayi berusia

30 bulan (Sahar, 2019).

B. Tugas Tugas Perkembangan

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).

b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dan

menambhakan peran-peran orangtua dan kakek nenek.


7.3 Tahapan Perkembangan Kleuarga Anak Prasekolah Dan sekolah

1. Keluarga Anak Usia Pra Sekolah

A. Definisi

Tahap perkembangan ini siklus kehidupan keluarga dimulai ketika

anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5

tahun.sekarang, keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima

orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara,

anak perempuan-saudari. Keluarga lebih menjadi majemuk dan

berbeda (Duvall dan Miller, 1985 dalam Sahar, 2019).

B. Tugas Tugas Perkembangan Keluarga

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan.

b. Mensosialisasikan anak.

c. Mengintegrasi anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan di

luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).


2. Keluarga Anak Usia Sekolah

A. Definisi

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan

mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal

dari masa remaja.

B. Tugas Tugas Perkembangan Keluarga

a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

7.4 Tahapan Perkembangan Keluarga Anak Usia remaja Dan Pelepasan Usia

Dewasa Muda

1. Anak Usia Remaja

A. Definisi

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari

siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6

hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih

tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun.


B. Tugas Tugas Perkembangan Keluarga

a. Menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri.

b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.

2. Anak Usia Dewasa Muda

A. Definisi

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak

pertama sampai ketika anak terakhir meninggalkan rumah orangtua

sehingga dikenal sebagai “sarang yang kosong”. Tahap ini dapat

berjalan singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak

anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum

menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan

Perguruan Tinggi. Meskipun tahap ini biasanya berlangsung 6

sampai 7 tahun, namun tahap melepaskan anak juga dapat

berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua orang tua,

mengingat anak-anak yang lebih tua baru meninggalkan orang tua

setelah menyelesaikan sekolah di tingkat yang lebih tinggi dan

mulai bekerja. Pada banyak keluarga di Indonesia tahap ini tidak

dilampaui karena akan ada anak yang menemani orang tuanya

walaupun telah menikah dan membentuk keluarga baru.


B. Tugas Tugas Perkembangan Keluarga

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang di dapatkan melalui perkawinan anak-anak

b. Menganjurkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan

kembali hubungan perkawinan

c. Membantu orang tua lanjut usia yang sakit-sakitan baik dari

pihak suami maupun istri.

7.5 Tahapan Perkembangan keluarga Lanjut Usia

A. Definisi

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau

kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah

satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasanga lain meninggal

(Sahar, 2019).

B. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

c. Mempertahankan hubungan perkawinan

d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan

berintegrasi hidup
BAB VIII

PENGKAJIAN KELUARGA

8.1 Definisi

Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat mengambil

informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.

Pengkajian merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi masalah.

Pengkajian keperawatan bersifat dinamis, interaktif, dan fleksibel. Data

dikumpulkan secara sistematis dan terus menerus dengan menggunakan alat

pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan metode

obsevasi, wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009 dalam Riasmini

dkk, 2017).

8.2 Variabel Data Dalam Pengkajian Keperawatan Keluarga

Riasmini (2017) mengklasifikasikan beberapa variabel data dalam

pengkajian, yaitu :

1. Data Umum/ Identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga,

komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari,

jarak pelayanan terdekat dan alat transportasi.

2. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama, hubungan

dengan umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan saat ini,

status gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi dasar, dan penggunaan alat

bantu atau protesa serta status kesehatan anggota keluarga saat ini

meliputi keadaan umum, riwayat penyakit atau alergi.


3. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (saat ini

sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosis medis,

rujukan dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi, cairan,

perkemihan, pernapasan, muskuloskeletal, neurosensory, kulit, istirahat

dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya, kebersihan diri,

perawatan diri sehari-hari, dan data penujang medis individu yang sakit

(Lab,Radiologi,EKG,USG).

4. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan pemukiman

antaralain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, penerangan, tempat

pembuangan sampah dll.

5. Struktur keluarga ; struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai

(value), komunikasi, kekuatan. Komponen struktur keluarga ini akan

menjawab pertanyaan tentang siapa anggita keluarga, bagaimana

hubungan diantara anggota keluarga.

6. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel perkembangan

keluarga ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas

perkembangan keluarga.

7. Fungsi keluarga. Fungsi keluarga terdiri dari aspek instrumental dan

ekspresif. Aspek instrumental fungsi keluarga adalah aktifitas hidup

sehari-hari seperti makan, tidur, pemeliharaan kesehatan. Aspek

ekspresif fungsi keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi, pemecahan

masalah, keyakinan dll. Pengkajian variabel fungsi keluarga mencakup

kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan keluarga,


meliputi kemampuan mengenal masalah kesehatan, menggambil

keputusan mengenai tindakan keperawatan yang tepat, merawat anggota

keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah yang sehat dan

menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan dimasyarakat.

8.3 Sumber Data Dalam Pengkajian Keperawatan Keluarga

Riasmini (2017) mengklasifikasikan beberapa sumber data dalam

pengkajian, yaitu :

1. Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga dapat diperoleh

dari wawancara dengan klien berkaitan dengan kejadian sebelumnya dan

kejadian sekarang, penilaian subjektif misalnya pengalaman setiap

anggota keluarga, maupun temuan yang objektif misalnya hasil observasi

berbagai fasilitas yang ada dirumah keluarga.

2. Sumber data keluarga dapat juga diperoleh dari informasi yang tertulis

atau lisan dari berbagai agensi yang berhubungan atau bekerjasama

dengan keluarga, atau informasi dari anggota tim kesehatan lain.


BAB IX

DIAGNOSIS KELUARGA

9.1 Definisi

Diagnosis keperawatan adalah keptusan klinis mengenai individu,

keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan

data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk

menetapkan tindakan tindakan dimana perawat bertanggung jawab

melksanakanya (Riasmini, 2017).

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil

pengkajianterhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,

lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping

keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat

memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan

keperawatan bersama-sama dalam keluarga dan berdasarkan kemampuan

dan sumberdaya keluarga. Daftar diagnosis keperawatan keluarga bisa

dilihat pada buku North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA) (Riasmini, 2017).


9.2 Daftar Diagnosis Keperawatan Keluarga

Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan Diagnosis

Keperawatan
Keluarga Domain 1: Kelas 2: 00080 Ketidakefektifan

promosi manajemen manajemen regimen

kesehatan kesehatan 00099 terapeutik keluarga

Ketidakefektifan

00188 pemeliharaan

kesehatan

Perilaku kesehatan

cenderung berisiko
Domain 2: Kelas 1: 00106 Kesiapan untuk

nutrisi ingesti meningkatkan ASI

Domain 4: Kelas 5: 00098 Gangguan pemeliharan

aktivitas atau perawatan diri rumah

istirahat
Domain 5: Kelas 4: 00222 Ketidakefektifan

persepsi atau kognisi control impuls

kognisi Kelas 5: 00157 Kesiapan

komunikasi meningkatkan

komunikasi
Domain 7: Kelas 1: peran 00061 Ketegangan peran
hubungan caregiver pemberi asuhan

peran 00062 Risiko ketegangan

peran pemberi asuhan

00056 Ketidakmampuan

menjadi orang tua

00164 Kesiapan

meningkatkan peran

00057 menjadi orang tua

Kelas 2: Risiko

hubungan 00058 ketidakmampuan

keluarga 00063 menjadi orang tua

00060 Risiko gangguan

00159 perlekatan

Kelas 3: Disfungsi proses

performa 00223 keluarga

peran 00207 Gangguan proses

keluarga

00229 Kersiapan

meningkatkan proses

00064 keluarga

00055 Ketidakefektifan

hubungan

00052 Kesiapan
meningkatkan

hubungan

Risiko ketidakefektifan

hubungan

Konflik peran orang

tua

Ketidakefektifan

performa peran

Hambatan interaksi

sosial
Domain 9: Kelas 2: 00074 Penurunan koping

koping atau respon koping 00073 keluarga

toleransi stres Ketidakmampuan

00075 koping keluarga

Kesiapan

00199 meningkatkan koping

keluarga

00226 Ketidakefektifan

perencanaan aktivitas

00210 Risiko ketidakefektifan

00211 perencanaan aktivitas

00212 Hambatan penyesuaian

Risiko hambatan

penyesuaian
Kesiapan

meningkatkan

penyesuaian
Domain 10 : Kelas 3: nilai/ 00083 Konflik pengambilan

prinsip hidup keyakinan / keputusan

aksi kongruen 00169 Hambatan religiositas

00170 Risiko hambatan

00171 religiositas

Kesiapan

00184 meningkatkan

religiositas

Kesiapan meningkan

pengambilan

keputusan
Domain 11: Kelas 4: 00181 Kontaminasi

keamanan hazard 00180 Risiko kontaminasi

atau proteksi lingkungan 00037 Risiko keracunan

Domain 13: Kelas 1: 00113 Risiko pertumbuhan

pertumbuhan / pertumbuhan tidak proposional

perkembangan

Kelas 2: 00112 Risiko keterlambatan

perkembanga perkembangan

n
Carers Carers 10027773 Stres pada pemberi
asuhan

10027787 Risiko stres pada

pemberi asuhan

10029621 Gangguan kemampuan

untuk melakukan

perawatan

10032270 Risiko gangguan

kemampuan untuk

melakukan perawatan

Emosional / 10023370 Gangguan komunikasi

isu 10038411 Gangguan status

psikologikal psikologis
Perawatan 10029841 Masalah

keluarga ketenagakerjaan

10023078 Gangguan proses

keluarga

10022473 Kurangnya dukungan

keluarga

10022753 Masalah dukungan

sosial

10032364 Risiko gangguan

koping keluarga
Promosi Health 10023452 Kemampuan untuk

kesehatan promotion mempertahankan


kesehatan

10000918 Gangguan

mempertahankan

kesehatan

10032386 Risiko bahaya

lingkungan
Manajemen 10021994 Kurangnya

perawatan pengetahuan tentang

jangka penyakit

panjang
Medikasi 10022635 Gangguan kemampuan

untuk manajemen

pengobatan
Perawatan diri 10000925 Gangguan

kerumahtanggaan
Manajemen 10029792 Kekerasan rumah

risiko tangga

10030233 Keselamatan

lingkungan yang

efektif

10029856 Masalah keselamatan

lingkungan

10032289 Risiko terjadinya

penyalagunaan

10032301 Risiko terjadinya


pelecehan anak

10033470 Risiko terjadinya

pengabaian anak

10032340 Risiko terjadinya

pelecehan lansia

10033489 Risiko terjadinya

pengabaian lansia

10015122 Risiko untuk jatuh

10015133 Risiko terinfeksi

10033436 Risiko terjadinya

pengabaian
Keadaan 10029860 Masalah finansial

sosial 10029887 Tinggal dirumah

10029904 Masalah perumahan

10022563 Pendapatan yang tidak

memadai

10022753 Kurangnya dukungan

sosial
BAB X

INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

10.1 Definisi

Bulechek dan McCloskey (2000) dalam Friedman (2010) mendefinisikan

bahwa intervensi keperawatan sebagai “Setiap tindakan, berdasarkan

keputusan klinis, yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kriteria hasil

pada pasien atau klien. Intervensi keperawatan meliputi baik perawatan

langsung maupun tidak langsung; yang ditujukan kepada individu, keluarga

dan komunitas; meliputi penanganan awal perawat, dokter, dan penyedia

layanan kesehatan lainnya” (Friedman, 2010).


10.2 Indikasi Intervensi

Wright &Leahey (2000) dalam Friedman (2010) mengklasifikasikan

beberapa indikasi intervensi keperawatan keluarga, yaitu :

1. Anggota keluarga mengalami suatu penyakit yang menimbulkan

gangguan yang nyata terhadap anggota keluarga lain.

2. Anggota keluarga menyebabkan gejala atau masalah individu.

3. Perbaikan pada satu anggota keluarga menimbulkan gejala atau

gangguan pada anggota keluarga yang lain.

4. Anggota keluarga untuk pertama kali didiagnosis menderita penyakit.

5. Kondisi anggota keluarga terganggu secara nyata.

6. Anak atau remaja mengalami masalah emosi, perilaku, atau fisik dalam

konteks penyakit anggota keluarga.

7. Anggota keluarga yang mengalami penyakit kronik pindah dari rumah

sakit atau pusat rehabilitasi kekomunitas.

8. Pasien mengalami penyakit kronik meninggal dunia.

10.3 Intervensi Keperawatan Keluarga

Friedman (2010) mengklasifikasikan beberapa intervensi antara lain :

1. Modifikasi perilaku

2. Membuat kontrak

3. Manajemen kasus, termasuk koordinasi dan advokasi

4. Kolaborasi

5. Konsultasi
6. Konseling, termasuk dukungan, penilaian ulang kognitif (reframing),

intervensi krisis, dan kerja kelompok.

7. Strategi pemberdayaan

8. Modifikasi lingkungan

9. Advokasi keluarga

10. Modifikasi gaya hidup, termasuk manajemen stres

11. Jaringan, termasuk menggunakan kelompok swa-bantu dan dukungan

sosial

12. Merujuk

13. Model peran

14. Tambahan peran

15. Strategi pengajaran

16. Klasifikasi nilai


BAB XI

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA

11.1 Definisi

Perawat membantu keluarga dalam mengimplementasikan rencana

keperawatan yang telah disusun. Perawat dapat bertindak sebagai pendidik,

konselor, advokat, model peran, dan kordinator dalam menerapkan setiap

perencanaan.(Sahar, 2019).

11.2 Implementasi asuhan keperawatan keluarga


Riasmini (2017) mengklasisfikasikan bebrapa implemetasi keperawatan

yang ditunjukan pada kelaurga meliputi:

a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan,

mendorong sikap emosi yang sehat terhdapa masalah.

b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara keperawatan yang tepat

untuk individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak

melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber sumber yang dimiliki

keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota l=keluarga

yang skit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,

menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah, mengawasi

keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber sumber

yang dapat dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan

lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi kleuarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada dilingkungan

keluarga, membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.
BAB XII

EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan

evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Vila tidak atau belum berhasil,

perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin

tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat

dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien atau

keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan keperawatan

atau pada akhir pemberian asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk


mengevaluasi status dan kemajuan klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil

dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi

meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan individu dalam konteks keluarga,

membandingkan respon individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan

menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan

keperawatan.
Daftar Pustaka

Friedman, Marilyn. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : riset, teori &

praktikEdisi Bahasa Indonesia. Jakarta : EGC.

Riasmini, N. M. Dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan : Individu,

Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICPN,

NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia.

Sahar, Junaiti. Dkk. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga

Edisi Bahasa Indonesia. Singapore : Elsevier.


Ns, Wahyu Widagdo., M.kep Sp. Kom (2016). Keperawatan keluarga Dan

Komunitas. Cetakan pertama: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Depkes RI. 2010. Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011. Jakarta.

Nailun Nurul Firdausirrohim (2018) Konsep Keluarga Bahagia dalam Alquran

Dan Kontekstualisainya: Program Ilmu Alquran Dan Tafsir Fakultas

UshuluddinDan Filsafat Universita Negri Islam Ampel, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai