Anda di halaman 1dari 22

STASE GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN
LANSIA DENGAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
(REUMATOID ARTRITIS)

Disusun Oleh :
Siti Nurhayati
NIM : 21317129

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI
TANGERANG TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PENURUNAN FUNGSI PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA
LANSIA OSTEOARTHRITIS

A. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)
dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.
Anatomi Dan Fisiologi Organ-Organ Dalam Sistem Muskuloskletal
1. Muskuler/Otot.
Otot Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat
lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut
dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada
yang melekat di bawah permukaan kulit.
Fungsi sistem muskuler/otot:
1) Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat
dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap
gaya gravitasi.
3) Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal. Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
a) Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.
b) Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh
impuls saraf.
c) Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi
panjang otot saat rileks.
d) Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi
atau meregang.
Jenis-jenis otot.
a. Otot rangka merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
a) Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
b) Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
c) Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
a) Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-
serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
b) Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai
banyak nukleus ditepinya.
c) Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan
bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang
disebut dengan myofibril.
d) Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda
ukurannya :
 yang kasar terdiri dari protein myosin
 yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
b. Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta
pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi,
urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
a) Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.
b) Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh
darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.
c) Kontraksinya kuat dan lamban.
Jenis otot polos Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot
distimulasi untuk berkontraksi.
1) Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada
jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan
lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
2) Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding
organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu
berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri
atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil
dari aktivitas listrik spontan
c. Otot Jantung
a) Merupakan otot lurik
b) Disebut juga otot seran lintang involunter
c) Otot ini hanya terdapat pada jantung
d) Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga
mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut. Struktur
Mikroskopis Otot Jantung • Mirip dengan otot skelet

Kerja Otot.
a) Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
b) Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
c) Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
d) Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
e) Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
f) Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)
2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang
terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan
otot atau otot dengan otot.
3. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan
elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan
tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
a. Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament
kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya
pergerakan.
b. Ligamen jaringan elastik kuning. Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan
yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang
lengan atas.
4. Skeletal
Tulang/ Rangka Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang.
Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting adalah
tulang belakang.
Fungsi Sistem Skeletal :
a. Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
b. Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otototot
yang.
c. Melekat pada tulang
d. Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan
pembentuk darah.
e. Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium daridalam darah
misalnya.
f. Hemopoesis
Struktur Tulang
a. Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup (matriks).
b. Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
c. Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral.
d. Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk.
e. Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit (sel tulang
dewasa).
f. Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan tulang).
Jaringan tulang terdiri atas :
a) Kompak (sistem harvesian matrik dan lacuna, lamella intersisialis)
b) Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan pembuluh darah)
5. Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga dimaksudkan
untuk memudahkan terjadinya gerakan.
a. Synarthrosis (suture) Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan,
strukturnya terdiri atas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di tengkorak.
b. Amphiarthrosis Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan,
strukturnya adalah kartilago. Contoh: Tulang belakang
c. Diarthrosis Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan, yang
terdiri dari struktur sinovial meliputi:
a) Sendi Putar, terdapat pada hubungan antara : tulang hasta dengan pengumpil,
tulang kepala dengan tulang atlas.
b) Sendi Pelana, terdapat pada hubungan antara : ruas-ruas jari dengan telapak
kaki.
c) Sendi Peluru, terdapat pada hubungan antara : tulang lengan dengan gelang
bahu, tulang paha dengan gelang panggul.
d) Sendi Kaku, terdapat pada hubungan antara : tulang dada.

B. Penurunan Fungsi Sistem Muskuloskeletal


1. Perubahan Fisiologis Otot, Tulang, dan Sendi
Menurut Black (2014), penuaan mempengaruhi tulang, otot, dan tendon. Jaringan
tulang hilang karena kapasitas untuk tumbuh kurang dari laju hilangnya kepadatan
tulang. Sistem hiversian pada tulang kompak secara bertahap mengalami gangguan.
Lakuna membesar dan tulang kortikal menjadi tipis dan keropos. Osteoporosis
menjadi suatu kondisi penurunan kadar kalsium dalam tulang sangat dikaitkan dengan
penuaan, menyebabkan melemah dan mengeroposnya tulang dan meningkatnya risiko
fraktur.
Perubahan normal muskuloskeletal terkait usia pada lansia termasuk penurunan
tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan korositas
tulang, atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan, dan kekuatan
sendi-sendi. Perubahan pada tulang otot dan sendi mengakibatkan terjadinya
perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya pergerakan yang menyertai
penuaan.
1. Sistem Skeletal
Penurunan progresif dalam tinggi badan adalah hal yang universal terjadi
diantara semua ras dan pada kedua jenis kelamin terutama ditujukan pada
penyempitan diskus intervertebral dan penekanan pada volumna spinalis. Bahu
menjadi sempit dan pelvis menjadi lebih lebar, ditujukan oleh peningkatan
diameter antero posterior. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon estrogen
pada wanita, vitamin D, serta beberapa hormon lain. Implikasi dari hal ini adalah
peningkatan terjadinya resiko osteoporosis dan fraktur (Suhartini, 2012).
Tulang mencapai kematangan pada saat waktu dewasa awal tetapi harus teru
melakukan remodeling sepanjang hidup. Menurut Colon, et al (2018), secara
umum perubahan fisiologis tulang lansia adalah kehilangan kandungan mineral
tulang, keadan tersebut berdampak pada meningkatnya risiko fraktur dan kejadian
terjatuh. Selain itu terjadi juga penurunan massa tulang atau disebut juga dengan
osteoponia. Jika tidak ditangani dengan segera dapat berlanjut menjadi
osteoporosis yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan tulang dan
meningkatnya laju kehilangan tulang.
Perubahan lain yang lain menurut Miller (2012) antara lain :
1. Meningkatnya reabsorbsi tulang (misalnya pemecahan yang diperlukan untuk
remodeling)
2. Absorbs kalsium berkurang
3. Meningkatnya hormon serum paratiroid
4. Gangguan reabsorbsi dari aktivitas osteoblast
5. Gangguan formasi tulang sekunder untuk mengurangi produksi osteoblastik
dari matriks tulang
6. Menurunnya estrogenpada wanita dan terstosteron pada laki-laki
2. Sistem Muskular
Selain tulang, otot yang dikontrol oleh neuron motorik secara langsung
berdampak pada kehidupan sehari-hari. Perubahan fisiologis pada otot yang
terjadi pada lansia tersaji dalam bentuk tabel berikut ini (Colon et al, 2018) :

Perubahan Efek Fugsional


Peningkatan variabilitas dalam Peningkatan heterogenitas jarak
ukuran serat otot kapiler, karena kapier dapat hanya
terletak pada tepi serat ->
berdampak negative terhadap
oksigenasi jaringan
Kehilangan massa otot Penurunan kekuatan dan tenaga
Serabut otot (fiber) tipe II menurun Terjatuh
Infiltrasi lemak Kerapuhan atau otot melemah
Kekuatan muskular mulai merosot sekitar 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan gaya hidup dan
penurunan penggunaan sistem neuromuskular adalah penyebab utama untuk
kehilangan kekuatan otot. Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah
serabut otot dan atrofi secara umum pada organ dan jaringan tubuh.
Regenerasi jaringan otot melambat dengan penambahan usia, dan jaringan
atrofi digantikan oleh jaringan fibrosa .
Perlambatan, pergerakan yang kurang aktif di hubungkan dengan
perpanjangan waktu kontarksi otot, periode laten, dan periode relaksasi dari
unit motor dalam jaringan otot. Sendi-sendi seperti pinggul, lutut, siku,
pergelangan tangan, leher, dan vertebra menjadi sedikit fleksi pada usia
lanjut . Peningkatan fleksi disebabkan oleh perubahan dalam volumna
vertebalis, ankilosis (kekakuan) ligamen dan sendi, penyusutan dan sklerosis
tendon dan otot, dan perubahan degenerative sistem ekstrapiramidal.
3. Sendi
Secara umum, terdapat kemunduran kartilago sendi, sebagian besar
terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat, dan pembentukan tulang
dipermukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen
yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat secara progresif yang jika
tidak dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi , nyeri, penurunan
mobilitas sendi dan defomitas. Efek pada perubahan sendi ini adalah
gangguan fleksi ekstensi, penurunan fleksibilitas struktur berserat, berkurang
perlindungan dari kekuatan gerakan, erosi tulang, berkurangnya kemampuan
jaringan ikat (Miller, 2012).
C. Permasalahan Yang Sering Muncul

1. Artritis
Arthritis berarti peradangan sendi yang merupakan sekelompok kondisi yang
mempengaruhi sendi. Kondisi ini menyebabkan kerusakan sendi biasanya
menyebabkan rasa sakit dan kekakuan. Arthritis ini dapat mempengaruhi banyak
bagian yang berbeda dari sendi dan hampir setiap sendi didalam tubuh (Arthritis Care,
2016).

a. Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun yang disebabkan karena
inflamasi pada sendi (Arthritis Research UK, 2014). Gangguan ini merupakan
gangguan sistemik dan kronis. Gangguan ini terjadi ketika tubuh menciptakan
peradangan pada persendiannya sendiri yang tidak diperlakukan dan bersifat
merusak dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena selaput senovial tipis yang
melapisi kapsul sendi, selubung tendon, dan busae menjadi meradang. Sendi
yang meradang kemudian menjadi kaku dan nyeri serta bengkak. Faktor resiko
yang dapat menyebabkan rheumatoid arthritis yaitu faktor genetic, lingkungan,
serta gaya hidup. Gejala yang sering muncul pada pasien ini yaitu kekakuan
sendi, nyeri, lelah, depresi, anemia, berkeringat, demam yang sesekali tidak
dirasakan.
b. Gout
Gout merupakan penyakit sistemik yang dihasilkan dari pengendapan kristal
Monosodium Urat (MSU) dalam jaringan. MSU dapat disimpan disemua
jaringan terutama didalam sendi yang nantinya akan membentuk thopi (Ragab
et al, 2017). Asam urat merupakan produk sampingan dari purin yang disintesis
dari makanan yang dikonsumsi. Purin merupakan kompenen utama dalam asam
nukleat di DNA atau RNA bersama primidin. Purin akan terkonfeksi menjadi
asam urat yang normalnya dapat di filtrasi oleh ginjal dan dikeluarkan oleh
urine. Asam urat memiliki kelarutan yang terbatas dalam tubuh, dalam kondisi
patologis yaitu ketika terjadi kenaikan asam urat diatas 6,8 mg/dL, maka terjadi
deposisi asam urat di jaringan. Pada lansia umumnya jarang terjadi serangan
yang akut namun, gout akan terlihat sebagai manifestasi arthritis yang kronik
dengan kumpulan tophi pada jari-jari tangan, siku, dan lutut (Tabloski, 2014).
2. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit skeletal istemik yang ditandai dengan
berkurangnya kepadatan tulang dan keruakan jaringan tulang yang berakibat pada
menurunnya kekuatan tulang (Tabloski, 2014). Kekuatan tulang mencerminkan
kepadatan tulang. Kepadatan tulang dipengaruhi oleh gram mineral yang terdapat
didalam tulang. Sementara, kualitas tulang dipengaruhi oleh mikroarsitektur tulang,
bone turnover, dan akumulasi kepadatan pada tulang (Tabloski, 2014). Sehingga
apabila individu menderita osteoporosis dimana hal tersebut dapat menurunkan
tulangnya, maka individu menderita tersebut akan memiliki risiko tinggi terjadinya
fraktur atau patah tulang (Amelio & Isaia, 2015). Faktor utama terjadinya
osteoporosis adalah usia yang sering terjadi pada lansia, jenis kelamin yang sering
terjadi pada wanita, riwayat keluarga yang memiliki osteoporosis, gaya hidup dan
kurangnya konsumsi vitamin D (Tabloski, 2014).
Menurut Amelia & Isaia (2015), lansia memiliki resiko tinggi terjadinya
osteoporosis diakibatkan oleh penuaan yang membuat berkurangnya misal tulang
melalui perubahan hormon dan disfungsi osteoblast terkait usia. Pada lansia
perempuan perubahan hormon terjadi saat setelah menopause yang mengakibatkan
menurunnya kadar estrogen (Sihombing et al, 2012). Sementara itu pada laki-laki
terjadi juga perubahan hormon yaitu menurunnya kadar steroid seksual yang
mengakibatkan peningkatan pada kortisol oleh kelenjar adrenalin. Terapi non
farmakologi yang dapat diberikan diantaranya dengan mengurangi konsumsi alcohol,
kurangi konsumsi rokok, dan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit seperti
berjalan, aerobic, menari (Touhy & Jett, 2014). Selain itu lansia juga dianjurkan untuk
diet tinggi kalsium dengan mengkonsumsi tofu, jus jeruk, roti, sayuran hijau.
3. Low back pain
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut
sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah
factor dan intensitas yang dirasakan berbeda diantara tiap individu. Reseptor nyeri
(nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus
yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia,
mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat
memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi
yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan.
Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan
iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan
dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya
karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada
kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion na
dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar
pemeriksaan laseque.

D. Diagnosa Yang Sering Muncul


1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
3. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit.
E. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Domain 12 : Domain IV : Pengetahuan Domain 1 fisiologii dasar
Kenyamanan Tentang Kesehatan Dan Kelas F peningkatan
Kelas 1 : Perilaku kenyamanan
Kenyamanan Kelas Q : Perilaku Sehat 1400 manajemen nyeri
Fisik 1605 : Kontrol Nyeri 1. Lakukan pengkajian
00132 : Nyeri Setelah dilakukan tindakan nyeri kompherensif.
Akut keperawatan Manajemen (meliputi : lokasi,
Nyeri dalam waktu lebih dari durasi nyeri, frekuensi
1 jam diharapkan masalah dan actor pencetus
dapat teratasi dengan kriteria terjadiya nyeri )
hasil: 2. Anjurkan tehnik non
 160501 Menggambarkan farmakologi yaitu
faktor penyebab (2-4) kompres hangat jahe
 160502 Mengenali kapan pada bagian yang
nyeri terjadi (2-4) nyeri selama 15 menit
 160504 Menggunakan (Purba, Marlina &
tindakan pengurangan Arianto, 2020)
(nyeri) tanpa analgesik (2- 3. Libatkan keluarga
4) dalam modalitas
penurunan nyeri.
2. Domain 4 Domain 1 Fungsi Kesehatan Domain 1 fisiologis dasar
aktivitas/istirahat Kelas C Mobilitas Kelas A manajemen
Kelas 2 0208 Pergerakan aktivitas dan latihan
aktivitas/olahraga Setelah Dilakukan Tindakan 0180 manajemen energi
00085 hambatan Keperawatan Manajemen 1. Monitor lokasi dan
mobilitas fisik Energi Selama 16-30 Menit sumber
Diharapkan Masalah Klien ketidaknyamanan /
Teratasi Dengan Kriteria nyeri yang dialami
Hasil: pasien selama aktivitas
 020802 Gerakan Otot(2-4) 2. Anjurkan senam
 020814 Bergerak Dengan aerobic sesuai
Mudah (2-4) kemampuan pasien
 020804 Gerakan Otot (2- 3. Monitor / catat waktu
4) dan lama istirahat/ tidur
pasien
3. Domain 5 : Domain IV : Pengetahuan Domain 3 : Perilaku
Persepsi / Kognisi Tentang Kesehatan Dan Kelas 5 : Pendidikan
Kelas 4 : Kognisi Perilaku Pasien
00126 : Defisiensi Kelas 5 : Pengetahuan 5602 : Pengajaran : Proses
Pengetahuan Tentang Kesehatan Penyakit
1803 : Pengetahuan : Proses 1. Jelaskan tanda dan
Penyakit gejala yang umum dari
Setelah dilakukan tindakan penyakit, sesuai
keperawatan Pengajaran : kebutuhan
Proses Penyakit dalam waktu 2. Diskusikan pilihan
16 – 30 menit diharapkan terapi / penanganan
masalah dapat teratasi dengan 3. Diskusikan perubahan
kriteria hasil: gaya hidup yang
 180303 Faktor – faktor memungkinkan
penyebab dan faktor yang diperlukan untuk
berkontribusi (1-3) mencegah komplikasi
 180306 Tanda dan gejala dimasa yang akan
penyakit (1-3) datang dan atau
 180307 Proses perjalanan mengontrol proses
penyakit (1-3) penyakit
DAFTR PUSTAKA

Arthritis Care. (2016). Understanding Arthritis. London: Arthritis Care retrieved. Arthritis
Research UK. (2014). Clinical assessment of the musculoskeletal system:
A guide for medical students and healthcare professionals. Registered Charity
England and Wales No. 207711, ISBN 978 1 901815 17 7
Colón, et al. (2018). Muscle and Bone Mass Loss in the Elderly Population:

Advances in diagnosis and treatment (Vol. 3). doi: 10.7150/jbm.23390

Tabloski, P. (2014). Gerontological nursing third edition. USA: Pearson

Touhy, T.A., & Jett, K. (2014). Ebersole and hess: Gerontological nursing and healthy
aging. USA: Elsevier Mosby
A. Analisa Data

No Data Fokus Masalah Keperawatan

1. DS: Domain 12 :
- P : Reumatoid Artritis Kenyamanan
- Q : Klien mengatakan nyerinya seperti Kelas 1 : Kenyamanan
cenat cenut Fisik
- R : Nyeri sendi di bagian kaki bawah, lutut 00132 : Nyeri Akut
bagian kanan
- S : Skala nyeri 6
- T : Klien mengatakan nyeri terasa saat
digerakan
DO:
- Lutut dan kaki bagian bawah klien tampak
bengkak
- Klien tampak sedikit meringis kesakitan
- TTV : TD : 160/100 mmHg
N : 74 x/menit
Rr : 20 x/menit
S : 36,0ºC

2. DS: Domain 4
Ny. S mengatakan kepalanya suka pusing, aktivitas/istirahat
lemas lelah terkadang setelah Kelas 2
duduk/jongkok saat ingin berdiri sedikit aktivitas/olahraga
susah harus pelan-pelan, terkadang harus 00085 hambatan
berpegangan ketika ingin berjalan dan mobilitas fisik
terkadang terasa baal/ kaku sedikit

DO:
- Ny. S tampak lemas ketika berjalan, dan
sedikit terganggu karena nyeri
- Ny. S tampak berpegangan jika ingin
berjalan
- Skala tonus otot ekstremitas atas kanan,
kiri 4
- Skala tonus otot ekstremitas bawah kanan,
kiri 4
3. DS: Domain 5 : Persepsi /
- Klien dan keluarga belum mengerti Kognisi
bagaimana cara merawat Ny. S yang Kelas 4 : Kognisi
mengalami rheumatoid artritis 00126 : Defisiensi
Pengetahuan
DO:
- Klien dan keluarga tampak banyak
bertanya tentang penyakit yang di derita
Ny. S

B. Prioritas Masalah

1. Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
00132 : Nyeri Akut

2. Domain 4 aktivitas/istirahat
Kelas 2 aktivitas/olahraga
00085 hambatan mobilitas fisik
3. Domain 5 : Persepsi / Kognisi
Kelas 4 : Kognisi
00126 : Defisiensi Pengetahuan

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Domain 12 : Domain IV : Pengetahuan Domain 1 fisiologii dasar
Kenyamanan Tentang Kesehatan Dan Kelas F peningkatan
Kelas 1 : Perilaku kenyamanan
Kenyamanan Kelas Q : Perilaku Sehat 1400 ajemen
Fisik 1605 : Kontrol Nyeri nyeri
00132 : Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
Akut keperawatan Manajemen nyeri kompherensif.
Nyeri dalam waktu lebih dari (meliputi : lokasi, durasi
1 jam diharapkan masalah nyeri, frekuensi dan
dapat teratasi dengan kriteria actor pencetus terjadiya
hasil: nyeri )
 160501 Menggambarkan 2. Anjurkan tehnik non
faktor penyebab (2-4) farmakologi yaitu
 160502 Mengenali kapan kompres hangat jahe
nyeri terjadi (2-4) pada bagian yang nyeri
 160504 Menggunakan selama 15 menit (Purba,
tindakan pengurangan Marlina & Arianto,
(nyeri) tanpa analgesik (2- 2020)
4) 3. Libatkan keluarga
dalam modalitas
penurunan nyeri.

2. Domain 4 Domain 1 Fungsi Kesehatan Domain 1 fisiologis dasar


aktivitas/istirahat Kelas C Mobilitas Kelas A manajemen
Kelas 2 0208 Pergerakan aktivitas dan latihan
aktivitas/olahraga Setelah Dilakukan Tindakan 0180 manajemen energi
00085 hambatan Keperawatan Manajemen 1. Monitor lokasi dan
mobilitas fisik Energi Selama 16-30 Menit sumber
Diharapkan Masalah Klien ketidaknyamanan /
Teratasi Dengan Kriteria nyeri yang dialami
Hasil: pasien selama aktivitas
 020802 Gerakan Otot(2-4) 2. Anjurkan senam
 020814 Bergerak Dengan aerobic sesuai
Mudah (2-4) kemampuan pasien
 020804 Gerakan Otot (2- 3. Monitor / catat waktu
4) dan lama istirahat/ tidur
pasien
3. Domain 5 : Domain IV : Pengetahuan Domain 3 : Perilaku
Persepsi / Kognisi Tentang Kesehatan Dan Kelas 5 : Pendidikan
Kelas 4 : Kognisi Perilaku Pasien
00126 : Defisiensi Kelas 5 : Pengetahuan 5602 : Pengajaran : Proses
Pengetahuan Tentang Kesehatan Penyakit
1803 : Pengetahuan : Proses 1. Jelaskan tanda dan
Penyakit gejala yang umum dari
Setelah dilakukan tindakan penyakit, sesuai
keperawatan Pengajaran : kebutuhan
Proses Penyakit dalam waktu 2. Diskusikan pilihan
16 – 30 menit diharapkan terapi / penanganan
masalah dapat teratasi dengan 3. Diskusikan perubahan
kriteria hasil: gaya hidup yang
 180303 Faktor – faktor memungkinkan
penyebab dan faktor yang diperlukan untuk
berkontribusi (1-3) mencegah komplikasi
 180306 Tanda dan gejala dimasa yang akan
penyakit (1-3) datang dan atau
 180307 Proses perjalanan mengontrol proses
penyakit (1-3) penyakit

D. Implementasi
Hari ke 1

Diagnosa
No Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
keperawatan

1. Selasa, 14 Domain 12 : 1. Melakukan S : P : Klien


Desember Kenyamanan pengkajian nyeri mengatakan
2021 Kelas 1 : kompherensif. nyeri sendi
09.25 WIB Kenyamanan Hasil : Q : Klien
Fisik - P : Klien mengatakan
mengatakan nyeri nyerinya
00132 : Nyeri sendi seperti cenat
Akut - Q : Klien cenut
mengatakan nyerinya R : Nyeri sendi
seperti cenat cenut di bagian kaki
- R : Nyeri sendi di bawah, lutut
bagian kaki bawah, bagian kanan
lutut bagian kanan S : Skala nyeri
- S : Skala nyeri 6 6
- T : Klien T : Klien
mengatakan nyeri mengatakan
terasa saat digerakan nyeri terasa
saat
2. Mengajarkan tehnik digerakan
non farmakologi Ny. S
Hasil : Ny. S mengatakan
diberikan kompres merasa nyaman
hangat dengan jahe dan hangat
selama 15 menit sedikit.
(Purba, Marlina & O : Ny. S
Arianto, 2020) tampak
3. Melibatkan nyaman saat
keluarga dalam dikompres
modalitas namun masih
penurunan nyeri. merasa nyeri
Hasil : Anak Ny.S sedikit
ikut serta membantu setelah
dalam pemberian dikompres
terapi kompres dan keluarga
hangat dengan jahe Ny. N mulai
paham
dengan cara
melakukan
kompres
hangat
dengan jahe

A : Masalah
keperawatan
nyeri kronik
sebagian
teratasi

P : lanjutkan
intervensi
1.Lakukan
pengkajian
nyeri
kompherens
if.
2. Ajarkan
tehnik non
farmakologi
kompres
hangat
dengan jahe

2. Selasa Domain 4 1. Memonitor lokasi S : Ny. S


14 aktivitas/istirahat dan sumber mengatakan
Desember Kelas 2 ketidaknyamanan/n nyeri di kaki
2021 aktivitas/olahraga yeri yang dialami bawah, lutut
09.45 WIB 00085 hambatan pasien selama kanan,
mobilitas fisik aktivitas kepalanya suka
Hasil : Ny. S pusing, lemas
mengatakan nyeri lelah terkadang
di kaki bawah, lutut setelah
kanan dan duduk/jongkok
terkadang terasa saat ingin
baal/ kaku sedikit berdiri sedikit
2. Melakukan ROM susah harus
aktif /pasif untuk pelan-pelan
menghilangkan dan terkadang
ketegangan otot terasa baal/
Hasil : Ny. S kaku sedikit
mengikuti O : Ny. S
pergerakan ROM menunjukan
aktif lokasi nyeri,
3. Menganjurkan mau mengikuti
aktivitas fisik ROM aktif dan
sesuai dengan dapat
kemampuan energi melakukan
pasien jalan santai dan
Hasil : Ny. S latihan
melakukan aktifitas pemanasan
jalan santai, dan dengan lambat
latihan pemanasan A : masalah
dengan lambat keperawatan
hambatan
mobilitas fisik
teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi

1. Lakukan
ROM
aktif /pasif
untuk
menghilang
kan
ketegangan
otot
2. Anjurkan
aktivitas
fisik sesuai
dengan
kemampuan
energi
pasien

Anda mungkin juga menyukai