Anda di halaman 1dari 37

TINJAUAN TEORI

Dalam tinjauan pustaka ini akan dijelaskan tentang konsep meditasi, konsep

stres, konsep lanjut usia, kerangka konseptual, dan hipotesis penelitian.

2.1 Konsep meditasi

2.1.1 Pengertian meditasi

a. Meditasi yaitu seni kuno yang memfokuskan perhatian individu terhadap

satu suara atau gambar atau pada irama pernafasannya sendiri yang telah

ditemukan mempunyai efek positif terhadap kesehatan terutama untuk

mengurangi stres (Stockslager, 2003 : 383).

b. Shafi’i (2008), yang dikutip oleh Hoiron (2010), menyatakan bahwa pada

umumnya meditasi didefinisikan sebagai refleksi, merenung, berfikir

secara mendalam. Dan keadaan jasmani- rohani yang diam dan pasif

tetapi aktif dan kreatif.

c. Menurut Ada (1990), yang dikutip oleh Farida (2009), Mendefinisikan

terapi meditasi sebagai suatu teknik untuk mencapai harmoni dan

memberdayakan tubuh dengan jalan mengkonsentrasikan pikiran.

2.1.2 Macam-macam meditasi

a. Meditasi dengan pemusatan fikiran (concentration)

Perhatian dipusatkan pada suatu objek tertentu : nafasnya sendiri, gambar,

lilin yang menyala, suara, mantra, atau bahkan gerakan yang di ulang-

ulang. Pemusatan perhatian ini adalah untuk mendiamkan fikiran,

sehingga memungkinkan timbulnya kejernihan pikiran dan munculnya


kesadaran yang lebih tinggi. Termasuk kategori meditasi ini adalah doa

rosario, dzikir, transcendental meditation (TM), silva mind control,

visualisasi, relaksasi progresif, biofeedback, hingga tarian sufi.

b. Meditasi dengan kesadaran penuh (mindfulness)

Yaitu dengan sengaja membuka perhatian agar menjadi sadar akan aliran

sensasi, perasaan, pikiran, bayangan, suara, bau-bauan, dan sebagainya

yang melintas, tanpa menjadi terlibat karena memikirkannya. Yang

bermeditasi duduk tenang dan sekedar menjadi saksi terhadap apa saja

yang melalui pikirannya, tanpa bereaksi atau menjadi terlibat dengan

pikiran-pikiran tersebut hal ini akan membantu untuk mencapai pikiran

yang lebih tenang ,jernih, non reaktif. Termasuk golongan mindfulness

adalah hampir semua teknik meditasi tradisi timur seperti Zen, yoga, tao,

vipassana (buddhis), juga tai chi (Sustrani, Alam, Iwan 2006 : 101-104).

Tiga meditasi dasar meliputi 3 macam meditasi yaitu :

1. Meditasi Mantra

Meditasi ini merupakan bentuk meditasi yang paling umum

dilakukan diseluruh dunia. Sebelum meditator memulai, pilih kata

atau suku kata yang paling disukai, atau mungkin kata atau suku kata

yang mempunyai arti tersendiri bagi meditator.

2. Meditasi pernafasan

Meditasi ini mungkin bentuk meditasi paling relaks. Dengan

mengambil dan menghembuskan nafas yang lembut.

3. Meditasi menatap
Bentuk meditasi ini meliputi tatapan yang ditujukan pada objek

tertentu tanpa memikirkannya dalam kata lain, pilihan benda atau

objek yang disukai, batu, lilin, sepotong kayu, atau objek lain yang

dianggap cocok atau sesuai.

2.1.3 Teknik meditasi

Menurut Minner (1985) yang dikutip oleh Hoiron (2010), Ada banyak cara

yang dapat dilakukan untuk melaksanakan meditasi, salah satunya yang

umum yaitu dengan cara :

a. Duduklah / berbaringlah dengan santai dalam ruangan yang sepi.

b. Memilih posisi yang nyaman

c. Menutup mulut dan memejamkan mata

d. Melakukan pemusatan pada pernafasan

e. Sikap pasif selama meditasi

f. Mengikuti kata-kata yang akan disampaikan fasilitator

g. Lakukan berulang selama 15-25 menit

h. Setelah muncul perasaan yang tenang & rileks mulailah lakukan

ucapan dzikir yang telah dipilih.

i. Setelah dirasakan cukup, bukalah mata anda secara perlahan-lahan.

j. Tataplah dengan menggunakan kesadaran dengan tenang dan tidak

terburu-buru sambil mengucapkan alkhmduillah.

2.1.4 Teknik pernafasan

Dalam meditasi terdapat latihan pernafasan. Latihan pernafasan ini akan

membuat seseorang merasa rileks.


a. Duduk tegak dengan posisi kaki bersila, perlu diperhatikan, tulang

ekor anda harus menyentuh lantai, buka telapak tangan anda agar

menghadap ke atas dan pertemukan ibu jari dengan jari tengah,

rapatkan jari-jari lainnya dan letakkan tangan anda di atas lutut.

Tundukkan kepala anda sedikit dan tataplah ujung jari anda. Tarik

nafas dalam-dalam melalui hidung dan tarik kepala anda ke belakang

secara perlahan.

b. Buka mulut anda untuk membuang nafas dan keluarkan suara seperti

tiupan angin saat anda membuang nafas.

c. Teruslah membuang nafas hingga dagu anda menyentuh dada.

d. Tegakkan kembali kepala anda dan teruslah menarik dan membuang

nafas melalui hidung anda. Sebanyak 10 hitungan, tariklah nafas

dalam-dalam, ulangi sebanyak lima kali (Handiko Siti Rahayu, 2007:

23-24).

2.1.5 Meditasi dzikir

a. Pengertian

Meditasi dzikir ini merupakan bentuk sikap pasif atau pasrah dengan

menggunakan kata yang diulang-ulang sehingga menimbulkan respon

relaksasi yaitu tenang. Respon relaksasi yang digabungkan dengan

keyakinan, dimana dengan mengulang kata yang dipilih dapat

membangkitkan kondisi relaks (Nuryanto, 2011). Sedangkan zikir

sendiri yang mana arti dari pada zikir adalah ingatan dimana

dimaksudkan di sini adalah untuk mengingat Allah. Jadi meditasi


dzikir berarti merenungkan diri yang disertai dengan amalan atau

bacaan-bacaan dzikir.

b. Manfaat meditasi dzikir

Menurut cahyono (2011), mengemukakan bahwa manfaat dari

meditasi dzikir yaitu :

1. Menyehatkan badan

2. Menghilangkan stres

3. Memusatkan perhatian

4. Mempertajam rasa/perasaan

5. Mengurangi penderitaan kesakitan

6. Mengurangi nafsu makan yang berlebihan

7. Membantu seseorang untuk dapat mengenal akan dirinya

sendiri

8. Meningkatkan vitalitas dan energi

9. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit

10. Menguatkan Jiwa

c. Cara pelaksanaan meditasi dzikir

Menurut Cahyono (2011), cara–cara yang dapat dilakukan untuk


memulai meditasi dzikir yaitu :
1. Berniat untuk melaksanakan meditasi dzikir dalam waktu dan

tempat yang tertentu

2. Kenakanlah pakaian yang nyaman dan longgar

3. Berwudhu

4. Lakukan senam ringan (stretching) selama + 10 menit kemudian

lakukan aktivitas latihan pernapasan perut, yaitu sa’at pengambilan

nafas perut kita mengembung dan sa’at mengeluarkan nafas, perut

kita menyempit . Ini perlu dilakukan agar badan kita segar dan

oksigen yang masuk dalam diri kita akan menjadi lebih banyak.

5. Rabalah seluruh tubuh anda dari ujung rambut sampai ujung jari

kaki, dengan pelan-pelan dan penuh perasaan, sambil dihayati dan

disyukuri bahwa semuanya itu Allah lah yang memberikannya

pada kita untuk kita manfa’atkan sebaik baiknya.

6. Duduklah pada kursi atau bangku yang mana anda dapat duduk

dengan rileks dan badan anda dapat duduk tegak dengan punggung

lurus tapi meskipun tegak,tetap dalam posisi kendor jadi bukan

tegang.

7. Dan kemudian bacalah Taawudz ( A’udzubillahimminaas syaithon

nirrojiim), Basmallah ( Bismillahirohmaanirohiim), dan Syahadat (

Asyhadu alla illaha ilallah Wa asyhadu anna Muhammadar

Rasulullah).
8. Kendorkan semua otot atau syaraf anda dari mulai ujung rambut

sampai ke ujung kaki, ceklah dengan cara memperhatikannya satu

persatu dari mulai ujung kaki merambat pelan keatas, sekiranya

masih ada yang tegang maka segeralah kendorkan.

9. Tariklah lidah anda kelangit langit, semakin dalam semakin baik.

10. Usahakan bernafas dengan pernafasan perut, yaitu saat anda

menarik nafas perut anda kembungkan dan saat mengeluarkan

nafas perut anda mengecil.

11. Senyumlah anda dan bawalah senyum tersebut keseluruh organ

tubuh anda dari mulai otak, mata bibir tenggorokan paru paru

jantung perut dan terus kebawah sampai ke ujung kaki.

12. Setelah itu rasakan / perhatikanlah tubuh anda secara perlahan.

13. Rasakanlah rasa atau proses apa yang terjadi pada bagian bagian

organ organ tubuh  anda tadi, apakah timbul rasa hangat, dingin,

apakah terasa seperti ada listrik, atau seperti ada angin dan lainya

itulah energi yang ada dalam tubuh anda.

14. Dan disini mulailah anda mulai melaksanakan dzikir seirama

dengan energi yang mengalir tadi.

15. Kerjakan hal tersebut minimal dua kali sehari selama minimal 30

menit
16. Tutuplah dengan mengembalikan kesadaran anda dengan tenang

dan tidak terburu buru sambil mengucapkan AlhamdulillaH.

2.2 Konsep stres

2.2.1 Pengertian stres

a. Menurut Smeltzer (2002) yang dikutip oleh Hoiron (2010), Stres

adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang

diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak

terhadap keseimbangan atau keadaan dinamis seseorang.

b. Menurut Budi (2000) yang dikutip oleh Hoiron (2010), Stres adalah

realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian. Stres

bukan suatu hal yang buruk dan menakutkan tetapi bagian kehidupan.

c. Stres adalah reaksi non-spesifik manusia terhadap rangsangan atau

tekanan (stimulus stressor). Stres merupakan suatu reaksi adaptif,

bersifat sangat individual, sehingga suatu stres bagi seseorang belum

tentu tanggapannya bagi orang lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh

dipengaruhi oleh tingkat kematangan berfikir, tingkat pendidikan, dan

kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungannya (dr.LA

Hartono, 2007).

d. Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan

seorang individu untuk merespons atau melakukan tindakan. Respon

atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis

(Potter&Perry, 2005).
2.2.2 Sumber Stres

Stressor merupakan sumber dari stres. Stressor dapat didefinisikan

sebagai, kejadian, kondisi, situasi dan atau kunci internal atau eksternal,

yang berpotensi untuk membawa atau sebenarnya mengaktifkan reaksi

fisik dan psikososial yang bermakna. Sumber stressor merupakan asal dari

penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stressor seperti

linngkungan, baik secara fisik, psikososial maupun spiritual. Selain

sumber stressor di atas, stres yang dialami manusia dapat berasal dari

berbagai sumber dari dalam diri seseorang, keluarga, dan lingkungan

(Hidayat, 2004).

a. Sumber stres di dalam diri

Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik

yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini

adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan

dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres.

b. Sumber stres di dalam keluarga

Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya

perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan

yang berbeda diantara keluarga permasalahan ini akan selalu

menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres.

c. Sumber stres di dalam masyarakat dan lingkungan

Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada

umumnya, seperti lingkungan perkerjaan, secara umum disebut


sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya

hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di

masyarakat sehingga tidak dapat berkembang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap individu

selalu terpapar oleh stimulus (stressor), yang dapat menimbulkan

perubahan atau masalah (stres) yang memerlukan upaya penyesuaian

dan penanganan (koping) agar individu adaptif.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres

a. Kondisi kesehatan fisik

Seiring dengan penurunan fungsi fisiologis itu, ketahanan tubuh lansia

pun semakin menurun sehingga berbagai penyakit dapat hinggap

dengan mudah. Penurunan kemampuan fisik ini dapat menyebabkan

orang menjadi stres.

b. Kondisi psikologi

Faktor non fiisik seorang lansia, misalnya sifat, kepribadian, cara

pandang, tingkat pendidikan, dll dapat berpengaruh dalam menghadapi

stres. Seorang lansia yang memiliki pikiran yang positif, biasanya

dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan positif pula.

Orang yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil

resiko terkena stres.

c. Keluarga
Keluarga berperan besar dalam kejadian stress pada lansia. Jika

terdapat masalah dalam keluarga, hal ini dapat menjadi pemicu stres

bagi lansia.

d. Lingkungan

Stres juga dapat dipicu oleh hubungan sosial dengan orang lain di

sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres

adaptasi lingkungan baru, teman-teman yang sudah tidak ada lagi, dan

lain-lain. Lansia juga bisa terkena stres karena lingkungan tempat

tinggalnya.

e. Pekerjaan

Pekerjaan dapat menjadi pemicu stres bagi lansia. Penurunan kondisi

fisik dan psikis berpengaruh pada turunnya produktifitas para lansia.

2.2.4 Tanda dan gejala stres

Biasanya gejala awal stres adalah perubahan dalam emosi atau

perilaku, dan sewaktu-waktu perubahan ini tampak nyata pada orang lain

tanpa kita sendiri menyadarinya.

a. Reaksi emosi

Perubahan paling penting yang perlu diwaspadai adalah

meningkatnya ketegangan, kejengkelan, dan kemurungan. Sedikit rasa

jengkel bisa tak tertahankan bila mencapai puncak stres, dan

menimbulkan kemarahan yang meledak. Reaksi emosi yang biasa

terjadi pada seseorang yang mengalami stres yaitu :

1. Merasa tertekan
2. Merasa tegang dan tak bisa rileks

3. Mersa lelah secara mental

4. Terus merasa takut dan khawatir

5. Meningkatnya keluhan dan kejengkelan

6. Merasa adanya konflik

7. Frustasi dan ingin marah

8. Gelisah, semakin tidak bisa berkonsentrasi atau menyelesaikan

masalah dengan cepat

9. Sering menangis

10. Menjadi lebih rewel, muram atau curiga

11. Sulit mengambil keputusan

12. Keinginan unntuk lari dan bersembunyi

13. Takut akan jatuh pingsan atau mati mendadak

14. Takut dipermalukan atau gagal

15. Berkurangnya kemampuan untuk merasakan senang

atau gembira.

b. Reaksi fisik

Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, naiknya denyut nadi,

dan tekanan darahnafas menjadi lebih cepat, telinga, mata, dan hidung

menjadi lebih peka. Perubahan ini diakibatkan oleh bekerjanya hormon

stres yang dilepaskan dalam aliran darah pada saat itu. Dan reaksi fisik

yang terjadi adalah :

1. Otot-otot tegang
2. Jantung berdebar-debar lebih cepat, atau tak teratur

3. Pernafasan lebih cepat dan pendek

4. Berkeringat

5. Biji mata membesar

6. Kewaspadaan yang berlebihan

7. Perubahan nafsu makan

8. Otot melemah atau bergetar

9. Tangan dan kaki lemas

10. Sering ingin buang air kecil

11. Rasa sakit atau nyeri yang tidak jelas

12. Sembelit atau diare

13. Resah dan gelisah terus

14. Lelah dan lemas

Cara yang paling efektif untuk mengatasi reaksi fisik akibat stres

adalah bernafas dalam dan teratur serta merasa santai. Cobalah

mengenali bahasa tubuh anda, dan kapanpun anda merasakan reaksi

fisik akibat stres cobalah untuk melemaskan otot-otot.

c. Reaksi pada perilaku

Perilaku orang yang sedang stres dapat berubah secara cepat.

Biasanya mereka tidak suka sendirian dan mencari bantuan keluarga

atau teman. Ada juga yang menjadi menyendiri dan menjadi pendiam.

Mereka perlu menenangkan hati mereka dan sering menjadi ragu-ragu.

Pikiran mereka sering berubah-ubah dan bisa membicarakan seseorang


dengan gembira, tetapi sebentar kemudian, menganggap orang itu

sama seali tidak berguna.

Mereka mudah menangis, rewel, suaka mengeluh, dan sering

mengharap orang lain dapat memahami mereka sepenuhnya. Mungkin

terjadi perubahan dalam kebiasaan seksual (kehilangan minat,

meningkatnya kebutuhan seks dari pada biasanya,atau perubahan

dalam sikap), dan sifat yang lemah lembut bisa berubah menjadi galak

dan agresif. Seringkali seseorang yang sedang stres menyangkal

perubahan perilaku tersebut, namun sikapnya itu tampak jelas sekali

dilihat orang lain.

2.2.5 Macam-macam stres

Ditinjau dari penyebabnya, maka stres dibagi menjadi tujuh

macam, di antaranya :

a. Stres fisik

Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena

temperatur yang tinggiatau yang sangat rendah, suara yang bising,

sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.

b. Stres kimiawi

Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan,

zat beracun asam, basa, factor hormone atau gas, dan prinsipnya

karena pengaruh senyawa kimia.

c. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri

atau parasit.

d. Stres fisiologik

Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh

diantaranya gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan dan organ

lain-lain.

e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan

Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan

perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan lanjut usia.

f. Stres psikis atau emosional

Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau

ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri

seperti hubungan interpersonal, sosial, budaya atau faktor

keagamaan.

2.2.6 Karakteristik Stres

Menurut Agoes (2003) yang dikutip oleh Hoiron (2010),

mengemukakan beberapa karakteristik stres adalah sebagai berikut :

a. Suatu keadaan pada diri individu atau kumpulan individu (kelompok)

yang bersifat dinamis karena adanya ketidakseimbangan antara

tuntutan (keinginan) dan kemampuan respon.

b. Kemampuan berada jauh lebih rendah dibandingkan kesempatan dan

tuntutan yang diharapkan, sehingga kemungkinan yang menjadi


keinginanya tidak dapat dicapai sedangkan keinginanya itu sangat

penting dan pokok.

c. Adanya ketegangan emosional, dikarenakan harapannya begitu tinggi

sedangkan kemampuan respon tidak dapat meraihnya.

d. Kondisi mental dan fisik menjadi labil (tidak stabil), dengan adanya

ketegangan emosional maka kondisi mental dan fisik mendapat

gangguan. Derajat gangguan yang dialami tergantung kepada tingkat

atau derajat ketegangan emosionalnya, semakin tunggi ketegangan

emosionalnya akan semakin besar pengaruh terhadap kondisi mental

dan fisiknya.

e. Gangguan stres akan meliputi gangguan psikis (kejiwaan) dan fisik.

2.2.7 Tipe orang dalam kaitannya dengan stres

Dalam kaitannya dengan stres, tipe orang dikelompokkan dalam

dua tipe : 1. Orang tipe A dan 2. Orang tipe B:

a. Orang tipe A adalah orang yang bersifat agresif, berdisiplin tinggi,

suka bekerja keras, senang bersaing, dan mempunyai standar keinginan

yang tinggi serta menempatkan dirinya dibawah tekanan waktu yang

konstan. Orang tipe A ini umumnya kurang sabaran, ingin

mengerjakan sesuatu dengan cepat, dan kurang begitu suka senang-

senang dan umumnya amat sangat serius.

b. Orang tipe B merupakan lawan (kebalikan) dari tipe B. Orang tipe B

adalah orang yang bersifat tidak agresif, kurang senang bersaing dan

mempunyai standar yang tidak tinggi serta menempatkan dirinya


dibawah tekanan waktu yang tidak konstan serta sangat suka santai,

tidak serius dan tidak berdisiplin tinggi. Orang tipe B lebih

menyenangi santai dan bersikap sangat tenang, mengabaikan persoalan

yang dihadapi sehingga tidak mudah terguncang stres seperti orang

tipe A. Orang semacam ini umumnya akan mampu menangani stres

karena orang semacam ini sering bertindak kalem, sabar, mempunyai

rasa humor yang tinggi dan dapat melaksanakan tugasnya dengan

menyenangkan nagi dirinya meskipun mungkin memperoleh imbalan

yang tidak besar. Sedangakn orang tipe A lebih mudah terkena stres

dibandingkan orang tipe B.

2.2.8 Tahapan stres

Menurut Hawari (2008) yang dikutip oleh Hoiron (2010), tahapan –

tahapan stres sebagai berikut :

a. Stres tahap I

Tahap ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

1. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

2. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya

3. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,

namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan dan juga disertai

rasa gugup yang berlebihan.

4. Merasa senang dengan pekerjaannya dan semakin bertambah

semangat, namun tanpa disadari cadangan energi menipis.


b. Stres tahap II

Dalam tahap ini dampak stress yang semula menyenangkan

sebagaimana diuraikan pada tahap pertama diatas mulai menghilang,

dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi

tidak lagi cukup sepanjang hari, dan karena tidak cukup waktu untuk

istirahat.

Keluhan–keluhan yang sering dikemukakan oleh seorang yang

berada pada stres tahap dua adalah sebagai berikut :

1. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa

segar

2. Merasa mudah lelah sesudah makan siang

3. Lekas merasa capai menjelang sore hari

4. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel

discomfort)

5. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)

6. Otot- otot punggung dan tengkuk terasa tegang

7. Tidak bisa santai

c. Stres tahap III

Bila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaanya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres

tahap dua, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin

nyata dan menganggu, yaitu :


1. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan

mag (gastritis) buang air besar tidak teratur (diare)

2. Ketegangan otot-otot semakin terasa

3. Perasaan tidak tenang dan ketegangan emosional semakin

meningkat

4. Gangguan pola tidur (insomnia) misalnya sulit untuk mulai masuk

tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan sukar

kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi dan tidak

dapat kembali tidur (late insomnia)

5. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa tidak bertenaga dan mau

pingsan).

d. Stres tahap IV

Hal ini terjadi dan yang bersangkuatanterus memaksakan diri untuk

bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap empat akan

muncul, yaitu :

1. Untuk bertahan sepanjang hari saja terasa amat sulit

2. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan akan mudah

disleseikan menjadi membosankan dan tearsa lebih sulit

3. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate)

4. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin

sehari-hari
5. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi

menegangkan

6. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun

7. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut , maka sesorang itu akan jatuh dalam stres

tahap lima ditandai dengan hal-hal berikut :

1. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and

psychological exhaustion)

2. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari

secara ringan dan sederhana

3. Gangguan system pencernaan semakin berat (gastro-ntestinal

disorder)

4. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik

f. Stres tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang

mengalami stres tahap enam ini berulang kali dibawa ke Unit Gawat

Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena

tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh, gambaran stres pada

tahap enam ini adalah sebagai berikut:


1. Detak jantung teramat keras

2. Susah bernafas (sesak dan tengengah -engah)

3. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat

bercucuran

4. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

5. Pingsan atau kolaps (collaps)

Bila dikaji maka keluhan atau dengan gejala-gejala sebagaimana

digambarkan diatas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang

disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat

stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk

mengatasinya.

2.2.9 Manajemen stres

Menurut Hidayat (2004), Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau

dikelola dengan baik, maka akan dapat berdampak lebih lanjut seperti

mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk mencegah dan

mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat

dilakukan dengan cara :

a. Pengaturan Diet dan Nutrisi

Merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres

melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan

mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi.

b. Istirahat dan tidur


Merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan

istirahat tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan

memulihkan keadaan tubuh.

c. Olahraga atau Latihan Teratur

Adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan

fisik maupun mental.

d. Berhenti merokok

Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena

dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan

dan kekebalan tubuh.

e. Tidak mengkonsumsi minuman keras

Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahan

tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena

minuman keras banyak mengandung alkohol.

f. Pengaturan berat badan

Merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena

mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh

yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh

terhadap stres.

g. Pengaturan waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan

menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang

dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari.

h. Terapi psikofarmaka

Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang

dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro

imunologi sehingga stressor psikososial yang dialami tidak

mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat

menganggu organ tubuh yang lain.

i. Terapi somatik

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres

yang dialami sehingga diharapkan tidak menganggu sistem tubuh yang

lain.

j. Psikoterapi

Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan

dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi

suportif dan psikoterapi redukatif dimana psikoterapi suportif ini

memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya

diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan

pendidikan secara brulang.

k. Terapi psikoreligius

Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi

permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi atau


mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,

social dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.

Manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan

strategi koping yaitu koping yang berfokus pada emosi dan koping

yang berfokus pada masalah. Penggunaan koping yang berfokus pada

emosi dengan cara pengaturan respons emosional dari stres melalui

perilaku individu seperti cara meniadakan fakta-fakta yang tidak

menyenangkan, kontrol diri, membuat jarak, penilaian secara positif,

menerima tanggung jawab, lari dari kenyataan (menghindar).

Sedangkan strategi koping berfokus pada masalah dengan mempelajari

cara-cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah seperti

merencanakan problem solving dan meningkatkan dukungan social,

teknik lain dalam mengatasi stres adalah relaksasi, restrukturisasi

kognitif, meditasi, terapi multi model dan lain-lain.

2.3 Konsep lansia

2.3.1 Pengertian lansia

a. Menurut Martono (1994), yang dikutip oleh Nugroho (2008). Lansia

merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stress. Dan

Hilangnya kemampuan jaringan tubuh secara bertahap untuk dapat

memperbaharui dirinya sendiri, mempertahankan struktur dan fungsinya

secara normal, ketahanannya terhadap injury (termasuk infeksi) dan


untuk memperbaiki kembali kerusakan yang dialaminya, tidak seperti

saat belia.

b. Yang dimaksud dengan orang usia lanjut adalah seseorang yang berusia

60 tahun ke atas (WHO).

c. Lansia yaitu seseorang yang telah mengalami perubahan fisik dan

tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada

saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu

(Stanley, 2007: 11).

2.3.2 Perubahan yang terjadi pada lansia

a. Perubahan sistem tubuh

Fungsi- fungsi organ tubuh umumnya sudah menurun, mulai dari

sistem pernafasan, kardiovaskuler, otak dan saraf, dll. Perubahan

struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini

memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis

sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia

misalnya: stroke, parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada

kematian.

Penuaan patologis dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia

sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis, atau perubahan degeneratif

yang timbul karena stres yang dialami oleh individu. Stres tersebut dapat

mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi


akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan

penyakit fisik.

Berikut beberapa perubahan yang terjadi dalam sisitem tubuh

lansia menurut Stanley dan Beare (2002 : 127-234) :

1. Penuaan pada sistem Sensorik

Dalam sisitem ini, terdapat perubahan yang terjadi pada sisitem

pendengaran, penglihatan, pengecapan, dan penciuman.

2. Penuaan pada sistem integumen

Hal yang dikaitkan dengan penuaan adalah khususnya perubahan

yang terlihat pada kulit seperti atropi, keriput, dan kulit yang

kendur.Perubahan yang terlihat ini sangat bervariasi, tetapi pada

prinsipnya terjadi karena hubungan antara penuaan intrinsik (alami)

dan penuaan ekstrinsik (lingkungan).

3. Penuaan pada sisitem pulmonal

Perubahan yang terjadi misalnya, hilangnya silia, menurunnya

refleks batuk, muntah, menurunnya kekuatan otot pernafasan, serta

perubahan dalam sistem imun.

4. Penuaan pada sisitem endokrin

Pennyakit yang sering muncul pada sistem ini yaitu diabetes karena

kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua.

Gangguan tiroid, orang yang berusia 60 tahun atau lebih dapat

mengalami hipertiroidisme apatetik. Karena kelenjar tiroid menjadi

lebih kecil.
5. Penuaan pada sistem renal dan urinaria

Kondisi yang sering terjadi pada lansia yang dikombinasikan dengan

perubahan terkait usia dalam sistem urinaria dapat memicu terjadinya

inkontinensia.

6. Penuaan sistem pada gastrointestinal

Gangguan pada gastrointestinal lansia umumnya yaitu, gangguan

pada rongga mulut, esophagus, lambung, usus, hati, dan hati.

b. Perubahan psikologis

Meliputi tugas perkembangan, faktor kepribadian, hubungan

interpersonal, dan fungsi kognitif pada lansia. Pada tugas

perkembangan, lansia mencapai “integritas ego” dengan menyadari

bahwa dirinya telah memasuki tahap akhir hidupnya serta menerima,

memahami dan puas dengan apa yg telah dicapainya saat itu. Bila gagal

timbul kekecewaan.

Kepribadian cenderung stabil sepanjang hidup dengan makin

menonjolnya kepribadian yang asli pada masa lansia. Pada faktor

hubungan interpersonal, misalnya pada lansia yang pensiun, kualitas

hubungan interpersonal berkurang. Pentingnya mempertahankan

hubungan interpersonal melalui kegiatan-kegiatan sosial atau alih kerja

untuk menjamin produktifitas. Pada perubahan fungsi koqnitif, terjadi

penurunan kecepatan berfikir dan membaca . “Fluid Functions” seperti


memori, konsentrasi dan kecekatan sangat terpengaruh dengan

bertambahnya usia.

c. Perubahan sosiologik

1. Status sosial dan kedudukan dalam masyarakat

Misalnya pada lansia yang pensiun, mengalami perubahan status

sosial dan kedudukan di masyarakat.

2. Stres dan perubahan peran

Reaksi stres dapat timbul akibat setiap perubahan yang mengancam

kehidupan individu, status, hubungan interpersonal, harta milik

atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Perubahan status ekonomi.

Disatu pihak beberapa kebutuhan lansia menurun tetapi di pihak

lain kebutuhan meningkat (misal: pengobatan/ perawatan).

2.3.3 Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI, 2003 yang dikutip oleh Hoiron (2010). Terdapat lima

klasifikasi pada lansia :

1. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.


4. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/ jasa.

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya untuk mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain.

2.3.4 Tipe lansia

Menurut Nugroho (2000) yang dikutip oleh Hoiron (2010),

mengemukakan ada beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter,

pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan

ekonominya.

Tipe- tipe tersebut antara lain :

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, dan banyak

menuntut.
d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan

melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, menyesal, dan acuh

tak acuh.

2.3.5 Teori penuaan

Teori tentang proses menua antara lain :

a. Teori biologi

1. Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetik untuk

spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokomia yang terprogram oleh molekul-molekul atau

DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

2. Teori radikal bebas

Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi

bahan organik yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

3. Imunologi Slow Theory

Menurut immunologi slow theory, system imun menjadi kurang

efektif dengan bertambahnya usia dan masuknnya virus kedalam

tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ.

4. Theory Rantai Silang


Teori ini mengungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua

menyebabkan ikatan yang kuat khususnya jaringan kolagen. Ikatan

ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya

fungsi.

5. Teori stres

Teori stres mengungkapkan bahwa menua terjadi akibat hilangnya

sel-sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, dan stres

menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

b. Teori psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring

dengan penambahan usia, perubahan psikologis yang terjadi dapat

dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional

yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan

intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari lansia. Adanya

penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan

kognitif dan kemampuan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka

sulit untuk dipahami dan berinteraksi.

c. Teori Sosial

Proses menua tidak hanya diakibatkan perubahan dalm tubuh itu

sendiri tetapi juga berperan dari lingkungan sosial dimana mereka

tinggal.

Dibawah ini dijelaskan beberapa teori sosial yaitu :


1. Teori Interaksi Sosial (Sosial Exchange Theory)

Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada situasi

tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.

2. Teori penarikan diri (Disengagement Theory)

Teori ini merupakan teori sosial yang diperkenalkan oleh Maryam

(2008) yang dikutip oleh Hoiron (2010), menyatakan bahwa

kemiskinan yang diderita lansia dan menurunya derajat kesehatan

menyebabkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik dari

pergaulan sekitarnya.

3. Teori Aktivitas (Activity Theory)

Yaitu teori yang menjelaskan bahwa dari satu sisi aktivitas lansia

dapat mengalami penurunan, akan tetapi di lain sisi dapat

dikembangkan, misalnya peran baru pada lansia menjadi kakek dan

nenek, relawan, ketua RT, duda, janda.

4. Teori kesinambungan

Teori ini mengugkapkan adanya kesinambungan dalam siklus

kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat

merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia.

2.3.6 Stres Pada Lansia

a. Pengertian Stres Pada Lansia

Menurut Maryam (2008) yang dikutip oleh Hoiron (2010)

menyatakan bahwa, pada masa penuaan, lansia mengalami berbagai

macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah


tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa

yang dialami oleh golongan lansia pada saat mereka mulai merasakan

adanya tanda-tanda terjadinya proses penuaan pada dirinya.

Lanjut usia cenderung mengalami dua macam stres : yaitu stres

yang normal karena proses penuaan dan stres yang disebabkan oleh

lingkungan. Stres internal misalnya stres karena penyakit, kehilangan

sesuatu yang berharga dan rumah yang tidak memadai. Stres sosial

meliputi stres karena berprasangka buruk dan karena tidak mendapat

perawatan yang baik. Kedua jenis stres tersebut saling berinteraksi dan

menghasilkan perasaan terkucil, kesepian, dan depresi pada lansia.

2.4 Konsep teori mekanisme terapi meditasi terhadap penurunan tingkat

stres

Menurut Brealey (2002) yang dikutip oleh Hoiron (2010),

Mengemukakan bahwa meditasi telah dipraktekkan selama ribuan tahun oleh

orang-orang yang mencari pencerahan spiritual, tetapi salah satu utama untuk

popularitasnya sekarang ini adalah adanya bukti efek samping berupa

perbaikan kesehatan, baik mental maupun fisik. Dan meditasi telah menjadi

obat yang efektif bagi stres.

Meditasi sebagai respon sistem relaksasi, disadari dapat membendung

aliran hormone stres dan memproduksi respon yang merupakan kebalikan

dari respon melawan-menghindar ataupun respon terhadap stres. Meditasi

yang dilakukan secara teratur akan segera diikuti oleh penurunan kecepatan
detak jantung yang signifikan, penurunan tekanan darah, sistem saraf menjadi

tenang, dan perbaikan dari segala penyimpangan fungsi yang berhubungan

dengan stres seperti depresi, migren, dan insomnia pada lansia. Meditasi

menurunkan kerentangan terhadap stres atau ketegangan dalm sistem syaraf,

dan meditasi juga berfungsi sebagai suatu terapi pembantu untuk

menumbuhkan kemampuan penyembuhan diri dan menawarkan ketegangan

(stres). Reaksi ketegangan akan menambah giatnya pembentukan reticular

dan System Limbic dari Sistem Syaraf Sentral. Penggiatan ini akan

merangsang Hypothalamus, yang menjadi faktor lepasnya Cortiocotrophin

yang disebut Cortiocotriphin Realising faktor (CRF) merangsang kelenjar

Pituitary depan yang disebut sebagai Anterior Pituitary Gland. Kelenjar

Pituitary depan melepaskan Cotricotrophin (ACTH). Dan ACTH ini akan

merangsang kulit atau cortex pada kelenjar adrenal sehingga menyebabkan

terkumpulnya hormon-hormon Adrenocortical, terutama Kortisol.

Meningkatnya kortisol darah pada manusia berhubungan dengan

meningkatnya gejala-gejala stres.

Selain itu, rangsangan Hypothalamus juga meningkatkan tingkat

reaksi Cathecolamine, terutama Adrenalin dan Noradrenalin pada bagian

tengah dari kelenjar Adrenal, dan sel-sel dari System Syaraf Simpatik dan

Sistem Syaraf Simpatik dan System Syaraf Sentral. Adrenalin dan

nonadrenalin sebagai hormon darurat, yang memberikan dorongan pada

manusia untuk melawan atau menghindar. Hormon Adrenalin dan

nonadrenalin menimbulkan reaksi marah dan takut.


2.4.1 Meditasi dan Tingkat Kartisol Plasma

Syafi’i (2008) yang dikutip oleh Hoiron (2010), Mengatakan bahwa

pada 12 transedental jangka panjang (3-5 tahun), ketika dibandingkan

dengan subyek yang tidak memiliki pengalaman meditasi sebelumnya,

level rata-rata Kortisol Plasma pada para meditator adalah 5,7 ug persen

(mikrogram persen) pada saat sebelum meditasi, kemudian menurun 4,3

ug persen setelah selama meditasi. Dan meningkat kembali hingga 4,9 ug

persen setelah meditasi. Sedangkan Kortisol Plasma dari subyek kontrol

(non meditator) dalam keadaan sama adalah 9,6 ug persen sebelum

istirahat, 10,2 ug persen selama istirahat, dan 8,9 persen setelah relaksasi.

Dari studi ini maka terbukti bahwa meditasi berperan bagi terjadinya

penurunan kortisol plasma. Orang berpendapat bahwa rendahnya kortisol

darah akan membantu meminimalkan reaksi berlebihan terhadap gangguan

stres dan meningkatkan kemampuan dari sistem kekebalan sendiri (auto

imune system).

2.4.2 Meditasi Dan Kadar Norepinephrine Plasma

Menurut Syafi’i (2008) yang dikutip oleh Hoiron (2010), terdapat

hubungan yang signifikan antara respon relaksasi dengan peningkatan

Norepinephrine plasma secara tajam, pada subyek yang mengalami respon

relaksasi lebih banyak memerlukan NE (Norepinephrine) untuk

mengasilkan peningkatan imbangan yang normal dalam tingkat kecepatan

jantung dan tekanan darah. Dan subyek-subyek yang mengalami respon


relaksasi dapat lebih santai dan tenang dalam menghadapi kesulitan atau

stres.

2.5 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu kerangka hubungan antara konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Nursalam, 2003)

Lansia

Tingkat stres :
Faktor stres :
Stres 1. Stres tahap I
1. Lingkungan
2. Stres tahap II
2. Diri &
tubuh 3. Stres tahap III
3. Fikiran 4. Stres tahap IV
MEDITASI
5. Stres tahap V

6. Stres tahap VI
Tingkatan stres pada
Faktor-faktor pendukung meditasi : Rileks
lansia:
1. Lingkungan yang tenang 1. <51 : Rendah sekali
2. Posisi yang tenang 2. 51- 72: Rendah
3. Sikap pasif (diam) 3. 73-93 : Sedang
4. Ucapan (kata-kata & latihan 4. 94-114 : Tinggi
pernafasan)
5. >114 : Sangat tinggi

Keterangan :

: Diteliti : Mempengaruhi

: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh terapi meditasi terhadap
penurunan tingkat stres pada lansia di panti werdha Mojopahit
Mojokerto.
2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003 : 57). Hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan tingkat stres

pada lansia di panti werda Mojopahit Mojokerto.

Anda mungkin juga menyukai