Anda di halaman 1dari 23

GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS 1

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

dosen Pengampu Nina Gartika,S.kp.M.Kep

Disusun oleh:
Elvina 302017044
Muhamad Ramlan 302017046
Putri Nur Habibah 302017056
Rani Sopiah Septianilova 302017059
Salma Salsabila 302017068
Sophie Amalia 302017069
Teguh Tresna Nuralam 302017074
Virna Damayanthy Ekasari 302017078
Utari Suci Anjani 302017076
Widya Astuti 302017081

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang begitu
banyak dan tak terhitung jumlahnya, shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dengan hidayah taufik dan inayah dari Allah
SWT akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya ucapkan terima kasih banyak kepada dosen dosen yang telah
membimbing dan memberikan pembelajaran sehingga penyusun bisa sampai
sejauh ini dalam menyelesaikan makalah yang di buat dari berbagai sumber yang
mendukung.
Penyusun sadar bahwa masih ada kesalahan baik dalam hal penulisan atau tata
bahasa, maka dari itu penyusun dengan lapang menerima kritik dan saran agar
makalah ini jauh lebih baik kedepanya dan bisa bermanfaat bagi kedepanya.

Bandung, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................................................3
A. Definisi Diabetes Melitus .......................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................................3
C. Pathway ..................................................................................................................4
D. Penatalaksanaan .....................................................................................................5
E. Manifestasi Klinis ..................................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang ..........................................................................................7
G. Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 1 .....................................................................8
BAB III ANALISA KASUS DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN........... 10
A. Kasus .................................................................................................................... 10
B. Pengkajian ............................................................................................................ 10
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 19
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi


kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun
2025, jumlah klien DM akan membengkakmenjadi 300 juta orang. Menurut WHO
kasus DM di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta orang berada pada
rangking 4 dunia setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat
(17,7 juta), dan WHO memperkirakan akan meningkat pada tahun 2030, India
(79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta).
(Sudoyo, 2006)
Diabetes Melitus tipe-1 dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil
insulin pada Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh.
Sampai saat ini, Diabetes tipe-1 tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga tidak bisa
menyembuhkan ataupun mencegah Diabetes tipe-1. Kebanyakan klien Diabetes
tipe-1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai
diderita. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya
normal pada klien Diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. (Sudoyo, 2006)
Banyak sikap yang dimilikki orang mengenai penyakit diabetes mellitus,
jenisnya tergantung berbagai faktor, di antaranya pengetahuan dan lingkungan.
Klien tidak tahu tentang penyakit Diabetes dan dia sendirimenderita penyakit
Diabetes, sangat mungkin sekali individu tersebut bertingkah laku tidak sesuai
dengan yang seharusnya dilakukan. Sedangkan klien yang tahu tentang penyakit
Diabetes dan dia sendiri menderita Diabetes maka individu tersebut dengan
kemampuan sendiri atau dengan bantuan orang lain akan mencoba menata
kehidupannya sesuai dengan kliennya. (Sudoyo, 2006) dedewfefefweffeefw

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam makalah ini akan di uraikan di bab selanjutnya
berdasarkan latar belakang yang telah di buat oleh kelompok, ada beberapa
rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus tipe 1?
2. Seperti apa penyebab diabetes melitus tipe 1 ini?
3. Bagaimana proses patofisiologi diabetes ?
4. Penatalaksanaan apa yang harus di lakukan untuk orang dengan diabetes
melitus tipe 1 ?
5. Bagaimana manifestasi klinis orang dengan diabetes melitus tipe 1?
6. Permasalahan apa yang terdapat dalam kasus ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dibuat makalah ini untuk menambah pengetahuan mengenai
penyakit diabetes melitus, hasil akhir yang diharapkan mahasiswa dapat
memahami materi ini.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ini bisa disebut juga jawaban dari setiap rumusan masalah
yang ada di atas. Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diabetes melitus tipe ini.
b. Mengetahui apa yang bisa menyebabkan diabetes melitus tipe 1.
c. Agar bisa memahami konsep penyakit diabetes melitus tipe 1.
d. Agar bisa mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan
untuk diabtes melitus tipe 1.
e. Untuk mengetahui orang dengan diabetes melitus.
f. Agar bisa memahami dan menganalisis kasus yang ada dalam makalah
ini.
BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai


oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner &
Suddarth, 2005).
Diabetes melitus tipe I adalah ditandai oleh penghancuran sel sel beta
prankeas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan,
diabetes melitus tipe I ini diturunkan oleh faktor yang memiliki cendrung genetik
(Brunner & Suddarth, 2005).
Diabetes Melitus tipe I merupakan hasil destruksi autoimun sel beta,
mengarah kepada defisiensi insulin absolut (Sylvia A & Lorraine M, 2005)
Sedangkan pendapat kelompok diabetes melitus tipe 1 merupakan suatu
keadaan dimana kadar glukosa meningkat karena berbagai faktor, yaitu genetik,
imun dan lingkungan.

B. Etiologi

Meurut Sylvia dan Lorraine (2015). Diabetes Melitus tipe 1 ini disebabkan
karena adanya kelainan imun dimana imun ini menyerang sel beta pankreas
sehingga produksi insulin terganggu dan tidak bisa menghasilkan insulin lagi, Dm
Tipe I timbul karena beberapa faktor antara lain
1. Genetik
Seseorang yang memiliki keluarga inti biasanya dm tipe 1 ini merurun dari
ibu yang sedang hamil dan terdiagnosis dm, maka kemungkinan menurunya juga
besar. Ini berkaitan dengan gen HLA yang berfungsi menghasilkan protein untuk
sistem kekebalan tubuh.
2. Usia
Dikatakan dalam beberapa sumber bahwa dibetes melitus ini bisa menyerang
berbagai usia, tetapi diabetes tipe 1 lebih rentan terjadi pada anak-anak.

3
3. Lingkungan
Biasanya lingkungan dengan patogen yang banyak sangat beresiko
hipersensivitas imun sehingga dapat menyebabkan auto imun yang ditakutkan
nantinya menyerang sel beta pankreas pada ada anak-anak

C. Pathway

Faktor
Lingkungan

Faktor Imun
Faktor Genetik Virus/Toksin

Respon autoimun
Individu yang abnormal Infeksi
memiliki antigen HLA dalam tubuh

Kerusakan Pankreas Memicu proses


Reaksi Autoimun

autoimun

Kekurangan volume Metabolisme protein


Distruksi sel β pada
cairan dan lemak terganggu
pulau-pulau
langerhans

Polidipsia dan poliuria ↓Simpanan kalori


Sel β produksi insulin
terganggu

↑Sekresi urin beserta Insulin ↓ ↓BB, Polifagia,


elektrolit dan glukosa kelemahan dan
kelelahan
Glukoneogenesis dan
glukogenesis
Penurunan penyerapan terhambat Keletihan
glukosa oleh ginjal

Hiperglikemia Produksi glukosa oleh


4 hati↑ dan pemakaian
glukosa oleh otot↓
5

D. Penatalaksanaan

Menurut Ardiana (2011) Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir


untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan
untuk mencapai 2 target utama, yaitu: 1. Menjaga agar kadar glukosa plasma
berada dalam kisaran normal 2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan
terjadinya komplikasi diabetes. Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam
penatalaksanaan diabetes, yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua
adalah pendekatan dengan obat. Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet
dan olah raga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum
tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin
atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya. Bersamaan dengan
itu, apa pun langkah penatalaksanaan yang diambil, satu faktor yang tak boleh
ditinggalkan adalah penyuluhan atau konseling pada penderita diabetes oleh para
praktisi kesehatan, baik dokter, apoteker, ahli gizi maupun tenaga medis lainnya.
Mengenai hal ini, terutama menyangkut pelayanan kefarmasian dan peran
apoteker dalam penatalaksanaan DM.
1. Terapi Non Farmakologi
Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi yang sangat
direkomendasikan bagi penyandang diabetes. Terapi gizi medis ini pada
prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status
gizi diabetes dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual.
2. Terapi Farmakologi
a. Terapi dengan Insulin Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus
geriatri tidak berbeda dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma,
dimulai dari monoterapi untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam
mempertahankan kontrol glikemik.
b. Obat Antidiabetik Oral
1) Sulfonilurea Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan
OAD generasi kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih
cepat, karena adanya non ionic-binding dengan albumin sehingga
6

resiko interaksi obat berkurang demikian juga resiko hiponatremi dan


hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah.
2) Golongan Biguanid Metformin pada pasien lanjut usia tidak
menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa obat lain, namun
harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia karena dapat
menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan.
3) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose Obat ini merupakan obat oral
yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus,
yang mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat kompleks.
4) Thiazolidinediones Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan
insulin yang baik dan dapat meningkatkan efek insulin dengan
mengaktifkan PPAR alpha reseptor.
5) Glinid Repaglinide (Prandin) adalah obat oral glukosa baru yang dapat
digunakan dalam penggunaan monoterapi atau kombinasi dengan
metformin untuk diabetes tipe 2.
c. Penggunaan Obat Rasional
Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Masing-masing persyaratan
mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kekeliruan
dalam menegakkan diagnosis akan memberi konsekuensi berupa
kekeliruan dalam menentukan jenis pengobatan.

E. Manifestasi Klinis

Menurut Sylvia dan Lorraine (2005) Manifestasi klinis diabetesmelitus


dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya
berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria.
Glikosuria ini kan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa
hilang bersama urine, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan
7

berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan
timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
Pasien dengan diabetes tipe 1 sering memperlihatkan gejala yang eksplosif dengan
polidipsia, poliuria, turunnya berat badan,polifagia, lemah, samnolen yang terjadi
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Pasien dapat menjadi sakit berat dan
timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal jika tidak mendapat pengobatan
segera. Tetapi insulin biasanya diperlukan untuk mengontrol metabolisme dan
pada umumnya penderita peka terhadap insulin.

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Barbara C. Long (2006) pemeriksaan diagnostic untuk penyakit


diabetes mellitus adalah.
Prosedur dan
Pemeriksaan Interpretasi
persiapan
Gula darah puasa (GDP) : Puasa mulai tengah Kriteria diagnostic untuk
70-110 mg/dL plasma malam diabetes millitus
vena >140mg/dL palni sedikit
dalam 2x pemeriksaan
atau >140 mg/dL disertai
gejala klasik
hiperglikemia atau CGT :
115 : 140mg/dL
Gula darah 2 jam Gula darah diukur 2 jam Digunakan untuk skrining
postprandial < 140 mg/dL setelah makan berat atau atau evaluasi pengobatan,
2 jam setelah bukan diagnostic.
mendapatkan 100 gr gula
Gulah darah sewaktu : Digunakan untuk skrining
140mg/dL bukan diagnostik
Tes intoleransi glukosa Puasa mulai tengah Kriteria diagnostic untuk
oral (TTGO). malam, GDP diambil diabetes mellitas GDP:
GD<115mg/dL diberi 75 mg glukosa, 140mg/dL. Tapi gula
8

sampel darah (dan urine) darah 2 jam dan


ditampung pada ½ 1, dan pemeriksaan lainnya
2 jam kadang-kadang >200mg/dL dalam 2 kali
pada 2,4 dan 5 jam pemeriksaan untuk 165
berikut. GDP<140mg/dL 2 jam
antara 140-200 mg/dL
dan pemeriksaan untuk
IGT : GDP< 140mg/dL.
TTGO dilakukan hanya
pada pasien yang bebas
diit dan aktivitas fisik 3
hari sebelum tes, tidak
dianjurkan pada (1)
hiperglikemia yang
sedang puasa (2) orang
yang mendapatkan
thiazide, Dilantin
propranolol, Lasix, tiroid,
estrogen, pil KB, steroid
(3) pasien yang dirawat.
Tes toleransi glukosa Sama untuk TTGO Dilakukan jika TTGO
intra vena (TTGI) merupakan kontra
indikasi kelainan
gastrointestinal yang
mempengaruhi glukosa.

G. Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 1

Menurut Himawan dkk (2009) Dalam perjalanan penyakit DM dapat


menimbulkan bermacam-macam komplikasi yaitu komplikasi jarak pendek dan
komplikasi jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain hipoglikemi
9

dan ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat dijumpai pada saat diagnosis
pertama DM tipe 1 atau pasien lama akibat pemakaian insulin yang salah. Risiko
terjadinya KAD meningkat antara lain pada anak dengan kontrol metabolik yang
jelek, riwayat KAD sebelumnya, masa remaja, pada anak dengan gangguan
makan, keadaan sosial ekonomi kurang, dan tidak adanya asuransi.
Komplikasi jangka panjang terjadi akibat perubahan mikrovaskular berupa
retinopati, nefropati dan neuropati. Retinopati merupakan komplikasi yang sering
didapatkan, lebih sering dijumpai pada pasien DM tipe 1 yang telah menderita
lebih dari 8 tahun. Faktor risiko terjadinya retinopati antara lain kadar gula yang
tidak terkontrol dan lamanya menderita diabetes. Nefropati diperkirakan dapat
terjadi pada 25-45% pasien DM tipe 1. Neuropati merupakan komplikasi yang
jarang didapatkan pada anak dan remaja, tetapi dapat ditemukan kelainan
subklinis dengan melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan saraf perifer.
Komplikasi tersebut terjadi akibat kontrol metabolik yang tidak baik.
10

BAB III ANALISA KASUS DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

An. AS berusia 6 tahun berat badan saat ini 22 kg dibawa ke rumah sakit oleh
orangtuanya. Pada saat dikaji kesadaran anak apatis, menangis lemah, turgor
lambat kembali, akral teraba dingin dan lembab, frekuensi nadi 128x/m, frekuensi
napas 30x/menit, nafas bau gula. Riwayat masuk rumah sakit; dibawa ke RS
karena penurunan kesadaran, sebelumnya pasien sering buang air kecil dan sering
minta minum ke orang tuanya, nafsu makan sebelum sakit baik, berat badan
sebelum sakit 24Kg, dan tidak ada riwayat sakit berat sebelumnya. Gula darah
puasa 300 mg/dl, Gula darah post pandrial: 573 mg/dl. Orang tua pasien juga
merasa sangat terpukul, bingung harus bagaimana, dan khawatir dengan kondisi
anaknya karena kata dokter penyakitnya disebabkan karena gangguan fungsi
pankreas dan membutuhkan pengobatan jangka panjang.

B. Pengkajian

1. Identitas klien
a. Nama : An. AS
b. No. Registrasi/Medrec : 000034578
c. Umur : 6 tahun
d. Suku/bangsa : Indonesia
e. Status perkawinan : Belum kawin
f. Agama : Islam
g. Pendidikan : SD
h. Alamat : Kp. Tarigu
i. Tanggal masuk Rumah Sakit : 21 April 2018
2. Identitas Penanggung jawab
a. Nama : Marcelo
b. Alamat : Kp. Tarigu
c. Hubungan dengan Klien : Ayah
d. No tlpn :084545xxxx
11

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Keluhan Utama
Klien sering buang air kecil
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sebelumnya pasien sering buang air kecil dan sering minta minum ke orang
tuanya. Klien mengalami penurunan kesadaran dan berat badan mengalami
penurunan.
b. Riwayat Kesehatan dahulu
Tidak ada riwayat penyakit berat sebelumnya
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji
d. Pemeriksaan Fisik
1). Tanda-tanda Vital
− TD (tekanan darah) : 100/70 mmHg
− N (Nadi) : 128x/m
− R (Respirasi/Pernafasan) : 30x/m
− S (Suhu) : 37 ◦C
2). Pemeriksaan Antropometri
− BB (berat badan) : 22 kg
− TB (tinggi Badan) : 120 cm
− BMI (Body Mask Index) : (15, 2 /kesan Normal)
− LLA (Lingkat Lengan Atas) :-
3). Pengkajian persistem
a. System Pernafasan
Respirasi 30x/menit, nafas bau gula. (yang harus dikaji) adakah sesak
nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
b. System kardiovaskuler
128x/menit. (yang harus dikaji) perfusi jaringan menurun, aritmia,
kardiomegali, hipertensi/hipotensi.
c. System pencernaan
Terdapat polidipsi, dehidrasi dan penurunan berat badan. (yang harus
dikaji) adanya polifagi.
d. System integument
12

Turgor kulit lambat kembali. (yang harus dikaji) kulit dan membrane
mukosa kering.
e. System perkemihan
(yang harus dikaji) Jumlah urine, warna urine, jenis urine, poliuri dan dapat
juga ditemukan glukosuria.
f. Sistem persarafan
a). Kesadaran dan orientasi : Apatis
b). Nilai GCS : 12
c). Memori :-
d). Tes fungsi syaraf otak
− Nervus I (Olfactorius)
− Nervus II (Optikus)
− Nervus III, IV dan VI (Okulomotorius, Troclearis dan Abdusen)
− Nervus V (Trigeminus)
− Nervus VII (Fasialis)
− Nervus VII (Akustikus)
− Nervus IX dan X (Glosofaringeus dan Vagus)
− Nervus XI (Aksesorius)
− Nervus XII (Hipoglosus)
g. Sistem Endokrin
Gangguan pada fungsi pankreas.
h. Sistem Muskuloskeletal
Akral teraba dingin dan lembab. (yang harus dikaji) kelemahan pada otot
saat melakukan aktivitas.

e. Riwayat ADL (Activity Daily Living)


No Aktivitas Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3x sehari 2x sehari
Jenis Nasi & lauk Bubur
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Minum
Frekuensi 5-6 gelas per hari Sering
Jenis - -
Keluhan - -

2 Eliminasi
13

a. BAB
Frekuensi 1x per hari 1x per hari
Warna Kuning Kuning
Keluhan - -
b. BAK
Frekuensi 3x per hari Sering
Warna Kuning Jernih
Keluhan - -

3 Mobilisasi Normal Mobilisasi terhambat

4 Istitahat tidur 9 jam sehari 9 jam sehari


a. Tidur siang
b. Tidur malam
c. Keluhan
5 Personal hygiene
a. Mandi 2x/hari Tidak mandi
b. Keramas 2x/hari Tidak keramas
c. Gosok gigi 2x/hari Tidak gosok gigi

f. Data Psikologis
1). Status Emosi
Pasien menangis lemah
2). Konsep Diri
a). Gambaran Diri
Tidak terkaji
b). Harga Diri
Tidak terkaji
c). Peran diri
Tidak terkaji
d). Identitas diri
Tidak terkaji
e). Ideal diri
Tidak terkaji
3). Pola Koping
Tidak terkaji
4). Gaya Komunikasi
Sulit berkomunikasi
g. Data Sosial
1). Pendidikan dan pekerjaan
14

Tidak terkaji
2). Gaya Hidup
Tidak terkaji
3). Hubungan Sosial
Tidak terkaji
h. Data Spritual
1). Konsep ketuhanan
Tidak terkaji
2). Praktik Ibadah
Tidak terkaji
3). Makna sehat dan sakit Spritual
Tidak terkaji
4). Support Spritual
Tidak terkaji
i. Data Penunjang
1). Pemeriksaan Labolatorium

Hasil Pemeriksaan Labolatorium

Tanggal Pemeriksaan :

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Interpretasi


Gula darah puasa 300 mg/dl 70 -110 mg/dL Tinggi
Gula darah post 573 mg/dl 120 – 140 mg/dL Tinggi
pandial
-

2). Pemeriksaan Lain


Foto Torax
-
USG
-

j. Terapi
Klien tidak mendapatkan terapi obat
15

1. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Sebelumnya pasien Kadar gula darah Kekurangan
sering buang kecil dan sering meningkat volume cairan
meminta minum pada orang
tua nya. Masuk ke dalam ginjal

DO: Turgor lambat kembali Glukosa menarik air


atau hidrofilik

Osmotik diuretik

Poliuria

Kekurangan volume
cairan

2. DS : - Kerusakan Pankreas Keletihan


DO: kesadaran anak apatis,
menangis lemah Insulin ↓

Metabolisme protein
dan lemak terganggu

↓Simpanan kalori

↓BB, Polifagia,
kelemahan dan
kelelahan

Keletihan
16

Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


2. Keletihan berhubungan dengan kelusuhan fisiologis (penyakit)
17

Rencana Asuhan Keperawatan (Nursing Care Plan)

Nama : An. AS Diagnosis Medis :DM Tipe 1

No Medrek : 000034578 Usia: 6 tahun

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


1 Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status hidrasi (membran 1. Merupakan indikator
cairan b.d kehilangan keperawatan 3 x 24 jam mukosa, turgor kulit, dan respon dari tingkat dehidrasi
cairan aktif kebutuhan cairan terpenuhi haus) atau volume sirkulasi
dengan kriteria hasil: 2. Catat asupan dan pengeluaran yang adekuat
-Turgor kulit lembab cairan 2. Memperkirakan
-Intake dan output cairan 3. Kolaborasi pemberian terapi kebutuhan akan cairan
seimbang cairan IV (berikan NaCl 0,9%) pengganti fungsi ginjal
4. Dukung pasien dan keluarga dan keefektifan dari
untuk membantu dalam terapi yang diberikan
pemberian makan dan minum 3. Karena partikel dalam
yang baik NaCl mudah diserap
5. Berikan insulin long action oleh sel.
4. Peranan pasien dan
keluarga sangat
membantu dalam proses
kesembuhan yang cepat
5. Diberikan jangka
panjang karena untuk
mengurangi trauma
suntikan pada anak.
18

2 Keletihan b.d kelusuhan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor asupan nutrisi untuk 1. Mengetahui asupan
fisiologis (penyakit) keperawatan 3 x 24 jam mengetahui sumber yang adekuat nutrisi pasien yang tepat
keletihan teratasi dengan 2. Kolaborasi untuk pemberian agar menjadi sumber
kriteria hasil: makanan yang tinggi protein. energi yang cukup bagi
- Tingkat kelelahan berkurang 3. Ajarkan pasien atau keluarga pasien
- Peningkatan energi untuk menghubungi tenaga 2. Untuk meningkatakan
membaik kesehatan jika tanda dan gejala asupan energi tanpa
kelelahan tidak berkurang memerlukan insulin.
3. Agar segera ditangani
oleh tenaga kesehatan
jika tanda dan gejala
tidak berkurang
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Diabetes melitus tipe 1 merupakan dimana suatu kondisi kadar glukosa yang
tinggi pada tubuh seseorang karena ada kerusakan pada sel beta pankreas dan
tidak bisa menghasilkan insulin.
Diabetes melitus tipe 1 ini disebabkan oleh kelainan imun atau auto imun,
maksudnya ketika imun ini harusnya menyerang zat azing yang tidak di kenal
tetapi malah menyerang imun yang ada pada tubuh kita sendiri bahkan bisa juga
menyerang beberapa organ salah satunya sel beta pada pankreas, dan cenderung
sering terjadi pada anak-anak karena sistem imun pada ini sangat labil.
Penyakit ini terjadi karena sel beta pada pankreas rusak sehingga tidak bisa
menghasilkan insulin, fungsi dari sel beta ini menghasilkan insulin untuk
mengatur cairan dalam tubuh. Apabila pankreas ini rusak maka insulin tidak akan
keluar dan hasil akhirnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi.
Analisis dari kasus diatas kelompok menyimpulkan bahwa pasien ini
mengalami diabetes tipe 1 karena gen, dan masalah yang di temukan pada kasus
di atas yaitu kekurangancairan elektrolit dan keletihan

B. Saran

Penyusun mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah


wawasan bagi yangg membacanya, meskipun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami menerima kritik dan saran agar makalah ini
terus berkembang menjadi lebih baik

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta:


EGC

Himawan dkk. 2009. Komplikasi Jangka Pendek dan Jangka Panjang


Diabetes Melitus Tipe 1. Sari Pediatri. 10 (6): 367-372

Kusharto, Clara M. 2015. Serat Makanan Dan Perannya Bagi Kesehatan.


Jurnal Gizi dan Pangan. 1(2): 45-54

Leksana, Eri. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. CDK-224. 42(1):


70-73

Long, Barbara C. 2006. Keperawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan


Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung: Yayasan Alumni
Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Wilson Lorraine M. 2005. Patofisiologi: konsep klinis


proses penyakit. Jakarta: EGC

Rismayanthi, Cerika. 2010. Terapi Insulin Sebagai Pengobatan Bagi


Penderita Diabetes. Medikora. 6(2): 29-36

Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V Jili III. Jakarta:
Interna Publishing

TS, Ardiana. 2011. Diabetes Melitus. Tersedia:


http://eprints.ac.id/14984/2/BAB_I.pdf [online] (16 Maret 2019)

Anda mungkin juga menyukai