Anda di halaman 1dari 4

ANEMIA APLASTIK

1. Pengertian

Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia padadarah tepi dan penurunan
selularitas sumsum tulang. Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel
darah dalam tepi, akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sum-sum tulang. Anemia
aplastik merupakan salah satu jenis anemia yang ditandai dengan adanya pansitopenia (defisit sel darah
pada jaringan tubuh). Defisit sel darah pada sumsum tulang ini disebabkan karena kurangnya sel induk
pluripoten sehingga sumsum tulang gagal membentuk sel-sel darah. Kegagalan sumsum tulang ini
disebabkan banyak faktor. Mulai dari induksi obat, &irus, sampai paparan bahan kimia'

2. Etiologi

Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat idiopatik dimana penyebabnya masih
belum dapat dipastikan. Namun ada faktor-faktor yang diduga dapat memicu terjadinya penyakit anemia
aplastik ini. Faktor-faktor penyebab yang dimaksud antara lain:

a. Faktor genetik

Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan sebagian besar diturunkan menurut
hukum Mendel meliputi:

1) Anemia fanconi

2) Diskeratosis bawaan

3) Anemia aplastik konstitusional tanpa kelainan kulit atau tulang

4) Sindrom aplastik parsial

5) Sindrom Pearson

6) Sindrom Dubowitz dan lain-lain.

Diduga penyakit-penyakit ini memiliki kaitan dengan kegagalan sumsum tulangyang mengakibatkan
terjadinya pansitopenia (defisit sel darah). Menurut sumber referensi yang lain, penyakit-penyakit yang
baru saja disebutkan merupakan bentuk lain dari anemia.

b. Zat Kimia

Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat berlebihan. Zat-zat kimia yang
sering menjadi penyebab anemia aplastik misalnya benzen, arsen, insektisida, dan lain-lain. Zat-zat kimia
tersebut biasanya terhirup ataupun terkena (secara kontak kulit) pada seseorang.

c. Obat-obatan
Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia aplastik. Misalnya pemberian
kloramfenikol pada bayi sejak berumur 2-3 bulan akan menyebabkan anemia aplastik setelah berumur 4
tahun. America Medical Association juga telah membuat daftar obat-obat yang dapat menimbulkan
anemia aplastik. Obat-obat yang dimaksud antara lain: Azathioprine, Karbamazepine, Inhibitor
carbonicanhydrase, Kloramfenikol, Ethosuksimide, Indomethasin, Imunoglobulin limfosit, Penisilamine,
Probenesid, Quinacrine, Obat-obat sulfonamide, Sulfonilurea, Obat-obat thiazide, Trimethadione.
Pengaruh obat-obat pada sumsum tulang diduga sebagai berikut:

• Penekanan bergantung dosis obat, re&ersible dan dapat diduga sebelumnya(obat-obat anti tumor)

• Penekanan bergantung dosis, re&ersible, tetapi tidak dapat didugasebelumnya.

• Penekanan tidak bergantung dosis obat (idiosinkrasi)

d. Infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen. Infeksi virus temasuk EBV,
sitomegalovirus, herpes varisela zoster dan virus hepatitis.

e. Radiasi

Radiasi juga dianggap sebagai penyebab anemia aplastik ini karena dapat mengakibatkan kerusakan pada
sel induk ataupun menyebabkan kerusakan pada lingkungan sel induk. Contoh radiasi yang dimaksud
antara lain pajanan sinar yang berlebihan ataupun jatuhan radioaktif (misalnya dari ledakan bom nuklir).
Paparan oleh radiasi berenergi tinggi ataupun sedang yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kegagalan sumsum tulang akut dan kronis maupun anemia aplastik.

f. Kelainan imunologik

Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan mikro dapat menyebabkan anemia aplastik.

g. Anemia aplastik pada keadaan + penyakit lain

h. Kelompok idiopatik

Besarnya tergantung pada usaha mencari faktor etiologi

3. Patofisiologi

Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel prekursor dalam sum-sum tulang dan penggantian sum-
sum tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara kongenital maupun didapat. Dapat juga idiopatik (tanpa
penyebab yang jelas) dan merupakan penyebab utama. Berbagai macam infeksi dan kehamilan dapat
mencetuskannya atau dapat pula disebabkan oleh obat, bahan kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang
sering menyebabkan aplasia sum-sum tulang meliputi benzenedan turunan benzene (misalnya perekat
pesawat terbang), obat anti tumor seperti nitrogen mustard, antimetabolit, termasuk metotrexate dan 6-
merkaptopurin dan bahan toksik seperti arsen anorganik.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau bahan kimiamasuk dalam jumlah toksik.
Namun, pada beberapa orang dapat timbul pada dosis yang dianjurkan untuk pengobatan. Apabila
pajanannya segera dihentikan dapat diharapkan penyembuhan yang segera dan sempurna.

Apapun bahan penyebabnya, apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda hipoplasia muncul, maka depresi
sum-sum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan irreversibel,
disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah sesring mungkin pada pasien yang mendapat pengobatan
atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik.

Pada anemia aplastik, tidak terdapat mekanisme patogenik tunggal sel induk hemopoetik yang
multifoten berdeferensiasi menjadi sistem-sistem eritropoetik, granulopoetik, trombopoetik, limpoetik,
dan monopoetik. Sejumlah sel induk lainnya membelah secara aktif menghasilkan sel induk baru.
Sebagian darinya dalam fase 5istirahat setiap saat siap berdiferensiasi kedalam berbagai sistem tersebut.
Apapun penyebab anemia aplastik, kerusakan dapat terjadi pada sel induk yang aktif maupunyang
berada dalam fase istirahat.

4. Manifestasi klinis

Awitan anemia aplastik biasanya khas yaitu bertahap ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak napas pada
saat latihan, dan manifestasi anemia lainnya. Apabila granulosit juga terlibat, pasien biasanya mengalami
demam, faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan perdarahan. Tanda fisik selain pucat dan
perdarahan kulit, biasanya tidak jelas. Pemeriksaan hitung darah menunjukkan adanya defisiensi
berbagai jenis sel darah (pansitopenia). Sel darah merah normositik dan normokromik artinya ukuran
dan warnanya normal. Sering, pasien tidak mempunyai temuan fisik yang khas: adenopati (pembesaran
kelenjar) dan hepatosplenomegali (pembesaranhati dan limpa).

5. Evaluasi Diagnostik

Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sum-sum tulang, aspirasi sum-sum tulang sering hanya
menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan biopsi untuk menentukan beratnya
penurunan elemen sum-sum normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada
sel stem, prekursor granulosit, eritrosit, dan trombosit, akibatnya terjadi pansitopenia (defisiensi semua
elemen seldarah). Kriteria anemia aplastik yang berat.

Darah tepi:

• Granulosit < 500/mm3

• Trombosit < 20.000/mm3

• Retikulosit < 0,1%

Sumsum tulang:

• Hiposeluler < 25%


6. Penatalaksanaan Pengobatan

Diaa metode penanganan yang saat ini sering dilakukan yaitu:

a. Transplantasi sum-sum tulang

Transplantasi sumsum tulang ini dapat dilakukan pada pasien anemia aplastik jika memiliki donor yang
cocok HLA-nya (misalnya saudara kembar ataupun saudara kandung). Terapi ini sangat baik pada pasien
yang masih anak-anak. Transplantasi sumsum tulang ini dapat mencapai angka keberhasilan lebih dari
80% jika memiliki donor yang HLA-nya cocok. Namun angka ini dapat menurun bila pasien yang
mendapat terapi semakin tua. Artinya, semakin meningkat umur,makin meningkat pula reaksi penolakan
sumsum tulang donor. Kondisi ini biasa disebut GVHD atau graft-versus-host disease. Kondisi pasien akan
semakin memburuk. Dilakukan untuk memberikan persediaan jaringan hematopoesis yang masih dapat
berfungsi. Agar transplantasi dapat berhasil, diperlukan kemampuan menyesuaikan sel donor dan
resipien serta mencegah komplikasi selama masa penyembuhan.

b. Terapi imuunosupresif

Terapi imunosupresif dapat dijadikan pilihan bagi mereka yang menderita anemia aplastik. Terapi ini
dilakukan dengan konsumsi obat-obatan. Obat-obat yang termasuk terapi imunosupresif ini antara lain
antithymocyte globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG), siklosporin A (CsA) dan Oxymethalone.
Oxymethalon juga memiliki efek samping diantaranya, retensi garam dan kerusakan hati. Orang dewasa
yang tidak mungkin lagi melakukan terapi transplantasi sumsum tulang, dapat melakukan terapi
imunosupresif ini. Dengan ATG diberikan untuk menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang
aplasia sehingga memungkinkan sum-sum tulang mengalami penyembuhan. ATG diberikan setiap hari
melalui kateter vena sentral selama 7 sampai 10 hari. Pasien yang berespon terhadap terapi biasanya
akan sembuh dalam beberapa minggu sampai 3 bulan, tetapi respon dapat lambat sampai 4 bulan
setelah penanganan. Pasien yang mengalami anemia berat dan ditangani secara awal selama perjalanan
penyakitnya mempunyai kesempatan terbaik berespon terhadap ATG.

c. Terapi suportif

Berperan sangat penting dalam penatalaksanaan anemia aplastik. Setiap bahan penyebab harus
dihentikan. Pasien disokong dengan transfusi sel darah merah dan trombosit secukupnya untuk
mengatasi gejala. Selanjutnya pasien tersebut akan mengembangkan antibodi terhadap antigen sel
darah merah minor dan antigen trombosit, sehingga transfusi tidak lagi mampu menaikkan jumlah sel.
Kematian biasanya disebabkan oleh perdarahan atau infeksi, meskipun antibiotik khusunya yang aktif
terhadap basil gram negatif, telah mengalami kemajuan besar pada pasien ini.

Pasien dengan lekopenia yang jelas (penurunan abnormal sel darah putih) harus dilindungi terhadap
kontak dengan orang lain yang mengalami infeksi. Antibiotik tidak boleh diberikan secara profilaksis pada
pasien dengan kadar netrofil rendah dan abnormal (netropenia) karena antibiotik dapat mengakibatkan
kegawatan akibat resistensi bakteri dan jamur.

Anda mungkin juga menyukai