Anda di halaman 1dari 25

KONSEP STRESS DAN ADAPTASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikososial dan
Budaya Keperawatan
Dosen pengampu: Hayyinah Rahayu, S.Ag., M. Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 4
Moch Ramlan (302017046)
Salma Salsabila (302017068)
Wulan Nurjannah (302017084)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih


dan sayangnya kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu
memberikan hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat membuat
makalah ini dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
psikososial dan budaya keperawatan. Dalam penyusunannya pun penulis
mendapatkan bantuan dari teman-teman, referensi buku, dan artikel media
massa. Sudah barang tentu makalah yang penulis buat belum sepenuhnya
sempurna, sehingga penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun sehingga di kemudian hari penulis
dapat membuat makalah jauh lebih baik dari makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, 20 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Pembuatan Makalah ............................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Konsep Dasar Stress dan Adaptasi ..................................................................... 3
B. Penyebab Stress dan Stress Psikososial ............................................................. 3
C. Tahapan Stress ................................................................................................. 11
D. Ayat Al Qur’an dan Hadist tentang Penciptaan Manusia ................................ 17
BAB III. PENUTUP ................................................................................................... 21
A. Saran ................................................................................................................. 21
B. Kesimpulan ...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Stres merupakan satu istilah yang sering diucapkan orang ketika
mengalami suatu tekanan atau masalah. Tingginya tuntutan hidup dan
terbatasnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut
akibat dari krisis yang terjadi di masyarakat sehingga menyebabkan daya
beli masyarakat menurun mengakibatkan dampak yang cukup signfikan
terhadap psikologi masyarakat. Susahnya mencari pekerjaan, harga
kebutuhan pokok yang terus melambung, selalu menjadi beban dalam
pikiran setiap individu terutama bagi kepala keluarga. Hal ini yang memicu
terjadinya stres yang disebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari keluarganya.
Stres disini bisa memberikan dampak yang baik ataupun buruk,
tergantung dari bagaimana individu tersebut menyikapi faktor pencetus stres
tersebut dan sejauh apa pandangannya mengenai masalah yang sedang
dihadapinya, beratkah atau ringankah. Tidak selamanya stress membuat
orang menjadi sakit ataupun tidak waras. Justru stres mampu memberikan
dorongan atau motivasi bagi seseorang untuk bergerak mencapai tujuannya.
Individu memiliki cara pandang tersendiri terhadap masalahnya.
Dalam berespon terhadap stres yang muncul, seseorang akan mengalami
proses perubahan pada dimensi fisiologis dan psikososial. Hal ini yang
disebut dengan adaptasi. Individu akan melakukan adaptasi guna untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik somato, psiko, maupun sosial. Secara
umum, tujuan adaptasi adalah untuk menghadapi tuntutan secara sadar dan
tidak sadar, menghadapi tuntutan kebutuhan secara realistik, rasional, dan
objektif. Permasalahan yang sering ditemui saat ini adalah tingginya angka
penderita penyakit kronis yang salah satu pemicunya akibat kurangnya daya
adaptasi masyarakat terhadap faktor pemicu stres.

1
2

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan penjabaran dari mengidentifikasi suatu
masalah yang akan penulis capai penyelesaiannya. Berdasarkan dari
pemaparan latar belakang di atas, penulis dengan ini merumuskan masalah
yang penulis akan kaji sebagai berikut.
1. Apa konsep dasar stress dan adaptasi berdasarkan stimulus, respon, dan
transaksional?
2. Apa penyebab stress dan stress psikososial?
3. Bagaimana tahapan stress?
4. Apa saja ayat Al-Qur’an dan hadist yang berhubungan dengan
penciptaan manusia?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan hasil atau sesuatu
yang diperoleh setelah penelitian selesai. Adapun tujuan pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep dasar stress dan adaptasi berdasarkan stimulus,
respon, dan transaksional Mengetahui manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu.
2. penyebab stress dan stress psikososial
3. Mengetahui tahapan stress.
4. Mengetahui ayat Al-Qur’an dan hadist yang berhubungan dengan
penciptaan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Stress dan Adaptasi


1. Stress
Stress merupakan keadaan yang membuat tegang yang terjadi
ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum
mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang mengganggu
seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya. (Clonninger, 1996)
Menurut Kartono dan Gulo (2000), mengemukakan empat definisi
stress sebagai berikut: 1). Sebagai suatu stimulus yang menegangkan daya
psikologis dan fisiologis organisme; 2). Sejenis frustasi dengan aktivitas
terarah pada pencapaian tujuan tersebut; 3). Kekuatan yang diterapkan
pada suatu sistem berupa tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan
pada diri dan pribadi; dan 4). Suatu kondisi ketegangan fisik atau
psikologis yang disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan
kecemasan.
Dari berbagai definisi stress dapat dinyatakan bahwa stress adalah
ketegangan dimana setiap ketegangan yang dirasakan oleh seseorang akan
mengganggu dan dapat menimbulkan reaksi fisiologis, emosi, kognitif,
maupun perilaku.
Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut
stressor. Hawari (2002) mengemukakan berbagai peristiwa yang dapat
menimbulkan stress, antara lain:
a. Masalah dengan orang tua
Masalah yang ada pada orang tua di zaman sekarang adalah
bukan persoalan jumlah anak melainkan kualitas pola asuh yang
diberikan. Akibat pola asuhyang tidak tepat orang tua sering mengalami
masalah ketika anaknya terlibat kenakalan remaja, pergaulan bebas,
kehamilan diluar nikah, aborsi atau penyalahgunaan NAPZA.

3
4

b. Perkawinan
Di era ini sering terjadi krisis perkawinan salah satunya adalah
perceraian. Perceraian tersebut didasarkan oleh terjadinya
perselingkuhan dalam sebuah rumah tangga.
c. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal yang terjalin dengan orang lain yang
tidak baik dapat menjadi penyebab stres. Hubungan yang tidak setara,
selalu menekan orang lain, maunya menang sendiri, ikut campur urusan
orang lainyang berlebihan, penghianatan adalah merupakan contoh
penyebab stres atau sering disebut dengan stressor.
d. Lingkungan kehidupan
Kondisi lingkungan yang tidak bersih, kurang nyaman, penuh
dengan kriminalitas juga dapat menjadi stresor bagi seseorang.
e. Pekerjaan
Stress yang berhubungan dengan pekerjaan dapat menjadi depresi
yang mengakibatkan bunuh diri. Akibat tekanan pekerjaan yang banyak
dan persaingan yang ketat maka stres tidak dapat dihindarkan diantara
eksekutif muda.
f. Perkembangan
Terjadinya stress pada tahapan perkembangan terjadi akibat
maladaptif (salah sesuai). Keadaan maladaptif perkembangan yang bisa
menjadi stresor bagi yang bersangkutan dapat disebabkan kurangnya
dukungan dari pasangan, keluarga dan orang terdekat lainnya.
g. Keuangan
Pengelolaan keuangan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
dapat menjadi stresor seperti gagalnya usaha karena bangkrut, hutang
dan warisan.
h. Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalaah hukum dapat menjadi
sumber stres terhadap dirinya. Tuntutan hukum, urusan kepolisian,
pengadila, pejara, merupakan stresor yang dapat menimpa seseorang.
5

Kegagalan dalam menegakkan supremasi hukum berdampak pada


ketidakadilan dapat pula menjadi penyebab stres.
i. Keluarga
Perilaku orang tua terhadap anggota keluarga lainnya terutama
terhadap anak dan remaja yang dapat menimbulkan stres adalah:
hubungan kedua orang tua yang kurang harmonis, perceraian, kurang
komunikasi, mendidik anak terlalu keras atau otoriter.
j. Trauma
Peristiwa bencana alam, kecelakaan transportasi, kebakaran,
kerusuhan, peperangan, kekerasan, perkosaan, perampokan, hamil diluar
nikah merupakan suatu pengalaman yang membuat orang mengalami
traumatis.
k. Penyakit Fisik
Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis dan cidera yang
mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan terjadinya stres. Berbagai
penyakit fisik tersubut diantaranya penyakit paru-paru, jantung, hati,
stroke, CA, chirosis hepatis, DM HIV/AIDS.

2. Sumber stress
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan
sebagai stressor internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau
situasional.
a. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh,
demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu
keadaan emosi seperti rasa bersalah, kanker atau perasaan depresi.
b. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh
perpindahan ke kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan
dari teman sebaya, perubahan bermakna dalam suhu lingkungan,
perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari
pasangan.
6

c. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan


sepanjang hidup individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas
tertentu harus dicapai untuk mencegah atau mengurangi stres.
d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan
pun sepanjang hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif.
Contoh:
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada
tahap perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat
lebih menimbulkan stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada
orang yang berusia 40 tahun.

3. Macam – macam Stress


Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di
antaranya:
1) Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena
temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising,
sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
2) Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat
beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena
pengaruh senyawa kimia.
3) Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri
atau parasit.
7

4) Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh
diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ
dan lain-lain.
5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut
usia.
6) Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan (Alimul,
2008).

4. Kategori Stressor
Lazaru dan Cohen (1977) mengidentifikasikan kategori stresor sebagai
berikut :
a. Stressors Cataclysmic
Stressors Cataclysmic adalah semua peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada beberapa orang atau keseluruhan komunitas pada saat
bersamaan. Stressors Cataclysmic biasanya tidak dapat diprediksi,
mempunyai pengaruh sangat kuat dan memerlukan usaha-usaha
penanggulangan yang besar, contohnya bencana alam, perang,
pemberhentian kerja besar-besaran dan bencana teknologi.
b. Stressors Personal
Peristiwa-peristiwa seperti gagal dalam ujian, menganggur, atau
bercerai merupakan stressor personal yang mempengaruhi individu.
Stressor personal kadang-kadang lebih sulit untuk ditangani daripada
stressor cataclysmic jika kekurangan dukungan. Untuk mengenali
kenyataan ini berbagai kelompok pendukung telah dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan individu yang mengalami stressor personal.
8

c. Background Stressors
Sheridan dan Radmacher (1992) mengemukakan background stressor
adalah berupa pertengkaran dalam kehidupan sehari-hari yang sering
terjadi dalam keluarga atau hubungan interpersonal. Background
stressor merupakan masalah-masalah kecil namun terus menerus
mengganggu dan menyusahkan (Lazarus dan Folkman,1984).

5. Sifat Stres
Sheridan dan Radmacher (1992) mengemukakan bahwa
berdasarkan respon seseorang terhadap stressor yang mengenainya atau
yang menimpanya ada tiga sifat stres yaitu: eustress (stres yang baik),
distress (stres yang menyusahkan), dan neutral effects (efeknya netral).
a) Eustress
Mengalami stress sebenarnya dapat memiliki efek positif yang
lazim disebut sebagai eustress atau stres yang baik. Mengikuti ujian, test
dan menyelesaikan tugas dalam waktu terbatas merupakan stresor yang
serius tetapi memiliki dampak positif bagi yang bersangkutan.
Menyelesaikan tugas dalam waktu yang terbatas merupakan stresor yang
bermakna bagi kebanyakan mahasiswa, karena dapat mengembangkan
kemampuan menulis dan mengumpulkan informasi dari referensi yang
ada.
b) Distress
Istilah distress digunakan untuk menjelaskan respon pengaruh
negatif yang dapat diakibatkan dari stresor yang menimpanya. Kata
distress atau menyusahkan yang digunakan disini mempunyai makna
yang sama dengan sebutan "stres bagi banyak orang". Dalam pergaulan
berinteraksi dengan masyarakat ketika mereka mengalami kesusahan
maka istilah yang lazim digunakan adalah dengan meyebutnya sebagai
stres.
9

c) Neutral effects
Banyak stresor yang dihadapi setiap hari ditangani dengan satu
cara atau cara lain tanpa mempengaruhi dirinya atau efeknya netral.
Dohrenwed (dalam Sheridan dan Radmacher (1992) menyatakan ada
berbagai peristiwa yang menekan dapat ditanggulangi tanpa pengaruh
apapun yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Hal demikian
bisa terjadi karena tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh stresor adalah
demikian kecil atau sumberdaya yang dimiliki untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan tersebut adalah sedemikian besar sehingga stresor itu
jarang dapat dirasakan.

6. Model Stres
Model stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu dan
memprediksi respon individu tersebut terhadap stresor (Potter dan Perry,
1992).
a. Model Stres berdasarkan Respon
Model stres dari Selye (1976) merupakan model stres berdasarkan
respon yang mendefinisikan stres sebagai respon nom spesifik dari
tubuh terhadap setiap tuntunan yang di timpakan padanya. Stres
ditunjukkan oleh reaksi fisiologis spesifik, dan GAS (General
Adaptation Syndrom), sehingga respon sesorang terhadap stres benar-
benar fisiologis dan tidak pernah dimodifikasi untuk memungkinkan
pengaruh dari kognitif (McNett, 1989). Berdasarkan model ini tidak
memungkinkan melihat perbedaan individu dalam berespons, sehingga
hal ini hanya bermanfaat untuk menentukan respons fisiologis
seseorang.
b. Model berdasarkan stimulus
Fokus pada keadaan karakteristik yang mengganggu dalam lingkungan.
Riset klasik yang mengidentifikasi stres sebagai stimulus telah
menghasilkan perkembangan dalam skala penyesuaian sosial, yang
mengukur efek peristiwa besar dalam kehidupan terhadap penyakit
10

(Holmes dan Rahe, 1976). Menurut McNett (1989) bahwa model stres
berdasarkan stimulus ini memfokuskan pada asumsi sebagai berikut:
1) Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan
perubahan itu memiliki tipe dan durasi penyesuaian yang sama.
2) Individu adalah resipien pasif dari stres, dan persepsi mereka
terhadap peristiwa adalah tidak relevan.
3) Setiap orang mempunyai ambang stimulus yang sama, dan
penyakit dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut.
Model berdasarkan stimulus juga tidak memungkinkan untuk melihat
adanya perbedaan individu dalam persepsi dan berespon terhadap
stresor seperti halnya model berdasakan respon. Ternyata hal ini
kurang dapat memberikan keleluasaan adaptasi bagi individu.
c. Model Stress Berdasarkan Transaksional
Model ini memandang individu dan lingkungan dalam suatu hubungan
yang dinamis, resiprokal dan interaktif (Lazarus dan Falkman, 1984).
Model yang dikembangkan ini memandang stresor sebagai respons
perseptual individu yang berakar dari proses psikologis dan kognitif.
Stres muncul karena adanya hubungan antara individu dan lingkungan
sehingga muncul berbagai stimulus respons dalam suatu transaksi.
1) Model Adaptasi
Mechanic (1962) menyatakan model ini menunjukkan bahwa ada
empat faktor yang menentukan seseorang mengalami suatu stres atau
ketegangan. Empat faktor tersebut adalah:
a) Kemampuan untuk menghadapi stres yang bergantung pada
pengalaman seseorang dengan stresor serupa, sistem
dukungan, dan persepsi keseluruhan.
b) Praktik dan norma kelompok individu sebaya, jika kelompok
sebaya memandang sebagai suatu yang normal untuk
membicarakan tentang stresor tertentu, seorang individu
mungkin akan mengeluhkannya dan mendiskusikan stresor
tersebut. Respon ini dapat membantu seseorang untuk
11

beradaptasi terhadap stres atau meresponnya dengan cara yang


sederhana untuk menyesuaikan diri dengan perilaku kelompok
sebaya.
c) Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang
individu untuk beradaptasi terhadap stresor. Hal ini terkait
dengan keberadaan dukungan dari lingkungannya.
d) Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor, hal ini
berhubungan dengan sumber-sumber ketahanan terhadap
stressor baik berkenaan dengan aspek psikologis dan sarana,
uang atau barang lainya.
Model adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu
mengalami khawatir dan peningkatkan stres ketika ia tidak siap
mengahadapi situasi yang menegangkan. Dengan menggunakan
model ini kita dapat membantu seseorang untuk meningkatkan
keadaan kesehatanya dalam berbagai dimensi kehidupan yang ada.

7. Tahapan Stres
Dalam prosesnya stres memiliki beberapa tahapan sampai stres itu
dirasakan menganggu fungsi kehidupan individu. Biasanya perjalanan
stres sampai menimbulkan reaksi yang dirasakan oleh seseorang timbul
secara perlahan yang sering kali tidak disadari pada awalnya dan
kemudian baru dirasakan mengganggu jika sudah terjadi lebih lanjut.
Amberg (1979) mengemukakan tahapan stres adalah:
a. Tahap Satu
Merupakan tahapan stres yang paling ringan dan kelihatanya
menyenangkan yang umumnya disertai oleh gejala-gejala tertentu.
1) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebig dari biasanya,
tetapi tanpa disadari cadangan energi dalam tubuhnya telah
dihabiskan yang disertai rasa gugup yang berlebihan.
2) Semangat kerjanya berlebihan
3) Pengelihatannya tajam tidak seperti biasanya
12

4) Merasa senang dengan pekerjaanya itu dan semakin bertambah


semangat
b. Tahap Dua
Pada tahap ini muncul keluhan-keluhan yang sebenarnya akibat
kehabisan energi yang telah digunakan secara berlebihan pada tahap
pertama. Cadangan energi tidak lagi cukup untuk digunakan
sepanjang hari karena tidak memiliki cukup waktu untuk beristirahat.
Gejala yang biasanya muncul adalah:
1) Merasa lelah sewaktu bangun pagi
2) Mudah lelah sesudah makan siang
3) Cepat merasa capai menjelang sore
4) Sering mengeluhkan perut atau lambungnya tidak nyaman
5) Denyut jantung lebih keras dari biasanya
6) Otot- otot punggung dan tengkuk terasa tegang
7) Tampak gelisah, tidak dapat santai
c. Tahap Ketiga
Seseorang yang telah mengalami stres maka keluhan-keluhannya
semakin nyata dan dirasakan mengganggu pada tahap ini. Munculah
gejala-gejala:
1) Gangguan lambung dan usus seperti “maag” (gastritis),
gangguan buang air besar seperti “diare”.
2) Ketegangan otot-otot semakin dirasakan mengganggu.
3) Merasa tidak tenanf dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
4) Gangguan pola tidur (insomnia) seperti susah untuk mulai tidur
(early insomnia), terbangun tengah mala dan susah kembali tidur
(middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari dan tidak
dapat kembali tidur ( late insomnia).
5) Koordinasi tubuh terganggu, sempoyongan seperti mau pingsan
d. Tahap Empat
13

Gejala-gejala yang muncul dirasakan pada tahap ini semakin berat


dan biasanya membutuhkan berbagai bantuan profesional yang lebih
luas untuk mengatasi stresnya.
1) Takut dan cemas yang tidak diketahui penyebabnya
2) Daya ingat dan konsentrasi menurun
3) Seringkali menolak ajakan (negativism) karenan tidak ada
semangat dan kegairahan
4) Gangguan pola tidur yang disertai dengan mimpi-mimpi buruk.
5) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
6) Kehilangan kemampuan untuk merespon dengan memadai yang
tadinya tanggap terhadap suatu situasi.
7) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
8) Sulit bertahan dalam aktivitas sepanjang hari.
e. Tahap Lima
Setelah mengalami stres tahap empat, jika keadaan berlanjut maka
seseorang akan sampai pada tahapan stres pada tahap lima yang
sering mengalami hal-hal berikut:
1) Takut dan cemas yang semakin meningkat
2) Mudah bingung dan panik
3) Kelelahan fisik dan mental semakin berat
4) Ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan dan sederhana.
5) Gangguan sistem pencernaan semakin berat.
f. Tahap Enam
Merupakan tahapan puncak dari keseluruhan tahapan stres, yang
biasanya mengalami seranagn panik dan perasaan takut mati.
Fenomena yang terjadi pada tahap ini sebagai berikut.
1) Sekujur tubuh terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
2) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
3) Susah bernafas
14

4) Debaran jantung sangat keras


5) Pingsan atau kolaps

8. Adaptasi
Adaptasi adalah proses perubahan dimensi fisiologis dan
psikososial dalam berespon terhadap stress. Gerungan (1996)
mengemukan penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan diri (keinginan diri). Adaptasi merupakan pertahan yang didapat
sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk
mengatasi stres.
Potter dan Perry (1997) mengemukakan stres dapat
mempengaruhi dimensi adaptasi fisik, perkembangan, emosional,
intelektual,sosial, dan spiritual.
a. Fisik
Dimensi adaptif fisik meliputi sindrom adaptasi lokal dan sindrom
adaptasi umum. Contoh sakit tenggorokan, kemudian demam, jika tidak
berhasil diatasi maka akan menyebabkan kematian, dan sebaliknya jika
berhasil maka infeksi teratasi dan pulih kembali.
b. Perkembangan
Dimensi adaptif perkembangan meliputi koping yang berhasil
dalam tugas/tahap perkembangan sebelumnya dan adaptasi yang
berhasil terhadap stresor sebelumnya. Contoh stressornya pensiun, jika
tidak berhasil beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akan
mengakibatkan depresi, sebaliknya jika dapat beradaptasi maka peran
fungsi berubah dengan suatu aktivitas lain yang lebih bermakna.
c. Emosional
Dimensi adaptif emosional merupakan mekanisme pertahan
psikologis dan kekuatan kepribadian individu. Contoh stresor perkosaan,
jika tidak berhasil beradaptasi maka ia akan mengalami ketakutan yang
tidak rasional terhadap seorang pria, manakala berhasil beradaptasi maka
15

mengalami integrasi dari ingatan traumatik dan dapat berfungsi sebagai


penasihat untuk orang lain di pusat krisis pemerkosaan
d. Intelektual
Dimensi adaptif intelektual diantaranya pendidikan formal,
kemampuan untuk menyelesaikan masalah, ketrampilan berkomunikasi,
persepsi realistik, mobilisasi kesadaran terhadap strategi koping positif
masa lalu. Contoh stresor seseorang didiagnosis menderita kanker,
adaptasi yang gagal adalah menyangkal adanya kanker dan
mengabaikan semua pengobatan, sebaliknya adaptasi yang berhasil
adalah menggunakan pendekatan penyelesaian masalah yang aktif untuk
mengambil keputusan tentang pengobatan dan perawatannya.
e. Sosial
Dimensi adaptif sosial meliputi jaringan sosial yang memberikan
dukungan dan orang lain yang dapat mengarahkan individu kepada
sumber yang dibutuhkan. Pecandu alkohol dalam keluarga merupakan
contok stresor, jika gagal beradaptasi maka individu menarik diri dari
keluarga dan kontak sosial lainnya, sebaliknya adaptasi yang berhasil
adalah partisipasiaktif dari semua anggota keluarga dalam kelompok
pendukung (Alchoholic Anonymous).
f. Spiritual
Kelompok pendoa dan dukungan dari rohaniawan merupakan
dimensi adaptif spiritual. Contoh stresor anggota keluarga yang sakit
merasa Tuhan telah meninggalkannya, adaptasi yang gagal adalah
menarik diri dan tidak pergi ke tempat ibadah, tidak berbicara dengan
pimpinan agama/rohaniawan, sebaliknya adaptasi yang berhasil meulai
mencari teman di tempat ibadah, menjadi tenaga sukarela untuk aktivitas
yang berkaitan dengan tempat ibadah.

9. Manajemen Sres
Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia.
Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka
16

akan berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau


terkena penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak
sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam
mengurangi atau mengatasi stres melalui makan yang teratur, menu
bervariasi, hindari makan daging dan monoton karena dapat
menurunkan kekebalan tubuh.
b. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan
keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang
cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki
sel-sel yang rusak.
c. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk
meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah
raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua
kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting
menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk
memulihkan kebugaran.
d. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres
karena dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan
ketahanan dan kekebalan tubuh.
e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat
mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi
minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik,
segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.
17

f. Pengaturan Berat Badan


Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya
tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan
meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
g. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi
dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala
pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari.
Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan
waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek produktivitas
waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkkan sesuatu
dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.
h. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres
yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro
dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak
mempengaruhi fungsi kognitif, afektif atau psikomotor yang dapat
mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang biasanya
digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.

B. Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang berhubungan dengan penciptaan


manusia

Q.S Al Hajj: 5
18

“……Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian


dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya….”

Pada ayat ini Allah s.w.t menerangkan proses kejadian manusia di dalam
rahim ibunya dan kehidupan manusia setelah ia lahir sampai mati sebagai
berikut:

1. Allah telah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam a.s, adalah dari
tanah. Kemudian dari Adam diciptakan istrinya Hawa, dari kedua jenis
ini berkembang biak manusia dalam proses yang banyak. Dan dapat
pula berarti bahwa manusia diciptakan Allah berasal dari sel mani, yaitu
perkawinan sperma laki-laki dengan ovum di dalam rahim wanita.
Kedua sel itu berasal dari darah, darah berasal dari makanan yang
dimakan manusia. Makanan manusia ada yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan ada yang berasal dari binatang ternak atau hewan-hewan
yang lain. Semuanya itu berasal dari tanah sekalipun telah melalui
beberapa proses. Karena itu tidaklah salah jika dikatakan bahwa
manusia itu berasal dari tanah.
2. Dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia itu berasal dari “nuthfah”.
Yang dimaksud dengan “nuthfah” ialah setetes mani. Setetes mani laki-
laki itu mengandung beribu-ribu sperma yang tidak dapat dilihat dengan
mata, tanpa menggunakan alat pembesar. Salah satu dari sperma ini
bertemu dengan ovum dalam rahim wanita dengan perantaraan
persetubuhan yang dilakukan oleh kedua jenis manusia itu. Pertemuan
19

sperma dan ovum ini merupakan perkawinan yang sebenarnya, dan


pada waktu itulah terjadi proses pertama dari kejadian manusia yang
serupa terjadi pula pada binatang.
3. Sperma dan ovum yang telah menjadi satu itu bergantung pada dinding
rahim si ibu dan setelah beberapa lama berubah menjadi segumpal
darah.
4. Dari segumpal darah berubah menjadi segumpal daging.
5. Kemudian ada yang menjadi segumpal daging yang sempurna, tidak
ada cacad dan kekurangan pada permulaan kejadiannya, dan ada pula
yang menjadi segumpal daging yang tidak sempurna, terdapat cacat dan
kekurangan. Berdasarkan kejadian sempurna dan tidak sempurna inilah
menimbulkan perbedaan bentuk kejadian bentuk manusia, perbedaan
tinggi dan pendeknya manusia dan sebagainya. Proses kejadian
“nuthfah” menjadi “’alaqah” adalah empat puluh hari, dari “’alaqah”
menjadi “mudghah” (segumpal daging) juga empat puluh hari.
Kemudian setelah lewat empat puluh hari sesudah ini, Allah s.w.t
meniupkan ruh, menetapkan rezeki, amal, bahagia dan sengsara,
menetapkan ajal dan sebagainya, sebagaimana tersebut dalam hadits:
“Sesungguhnya awal kejadian seseorang kamu (yaitu sperma dan
ovum) berkumpul dalam perut ibunya selama 40 malam, kemudian
menjadi segumpal darah selama itu (pula) lalu menjadi segumpal
daging selama itu (pula) kemudian Allah mengutus malaikat, setelah
Allah meniupkan ruh ke dalamnya. maka malaikat itu diperintahkan-
Nya menulis empat kalimat, lalu malaikat itu menuliskan rezekinya,
ajalnya. amalnya, bahagia atau sengsara. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kemudian jika telah sampai waktunya, maka lahirlah bayi yang masih kecil
itu dari dalam rahim ibunya. Masa kandungan yang sempurna ialah
sembilan bulan, tetapi jika Allah menghendaki masa kandungan itu dapat
berkurang menjadi enam bulan atau lebih dan ada pula yang lebih dari
20

sembilan bulan. Pada permulaan masa lahir itu manusia dalam keadaan
lemah, baik jasmani maupun rohaninya, lalu Allah menganugerahkan
kekuatan kepadanya sedikit demi sedikit, bertambah lama bertambah besar,
hingga sampai masa kanak-kanak, kemudian sampai masa dewasa. Pada
masa manusia sempurna jasmani dan rohaninya, badannya sedang kuat,
pikirannya sedang berkembang, kemampuannya untuk mencapai sesuatu
yang diingininya sedang ada pula. Kemudian manusia menjadi tua,
bertambah lama bertambah lemah, seakan-akan kembali lagi kepada masa
kanak-kanak dan menjadi pikun, akhirnya iapun meninggalkan dunia yang
fana ini; ada di antara manusia yang meninggal sebelum mencapai umur
dewasa, ada pula yang meninggal di waktu dewasa dan ada yang diberi
Allah umur yang lanjut, sampai tua bangka. Proses perkembangan manusia
sejak lahir, menjadi dewasa dan menjadi tua ini dilukiskan dalam firman
Allah s.w.t.:

Q.S Ar Rum: 54

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu, menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa. (Q.S. Ar Rum: 54)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stres itu adalah ketegangan, setiap ketegangan yang dirasakan oleh
seseorang akan mengganggu dan dapat menimbulkan reaksi fisiologis,
emosi, kognitif maupun perilaku. Stimuli yang mengawali atau
mencetuskan perubahan disebut dengan stresor. Secara umum stresor dapat
diklasifkasikan menjadi stresor internal dan stresor eksternal.
Sheridan dan Radmacher (1992) mengemukakan bahwa berdasarkan
respon seseorang terhadap, stressor yang mengenainya atau yang
menimpanya ada tiga sifat stres yaitu: eustress (stress yang baik), distress
(stress yang menyusahkan), dan neutral effects (efeknya netral).
Adaptasi adalah proses perubahan dimensi fisiologis dan psikososial
dalam berespon terhadap stress.
Adaptasi yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi suatu
masalah situasi tertentu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
baik somato, psiko maupun sosial.

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini dapat membantu mahasiswa
keperawatan dalam memahami stress dan cara adaptasi terhadap stres,
sehingga kami mengharapkan mampu memahami dan menangani pasien
dengan kondisi seperti ini dengan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Candra I Wayan, I Gusti Ayu, dan I Nengah Sumitra. 2017. Psikologi


Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Penerbit ANDI (Anggota IKAPI)
Taufiq, Muhammad Izzuddin. 2006. Dalil Anfus Al-Qur’an & Embriologi
(Ayat-Ayat Tentang Penciptaan Manusia). Solo: Tiga Serangkai
Maulana, Iham. 2015. Proses Penciptaan Manusia. Tersedia [online]:
https://www.academia.edu/12619425/proses_penciptaan_manusia . diakses
tanggal 22 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai