Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans
untuk digunakan di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang
tetap beredar dan bekerja didalam tubuh.
Hormon merupakan bahan kimia yang disintesa  oleh kelenjar dibawah kontrol
genetic dan kemudian disekresikan menuju darah. Sistem endokrin mempunyai
sel-sel target spesifik di dalam tubuh dan mengontrol bermacam-macam fungsi
fisiologis. Perubahan pada fungsi kelenjar endokrin, hormon-hormon, atau
aktifitas sel target, biasanya mempunyai pengaruh yang cukup lama. Banyak
penyakit endokrin yang prosesnya lambat dan tidak ketahuan gejala-gejalanya,
banyak fungsi tubuh yang dikontrol oleh sistem endokrin  merupakan sistem yang
vital, disfungsi sistem ini akan menimbulkan keadaan yang serius dan fatal. 
Gangguan endokrin adalah penyakit yang terkait dengan kelenjar endokrin
pada tubuh. Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan hormon,
yang merupakan sinyal kimia yang dikeluarkan melalui aliran darah. Hormon
membantu tubuh mengatur berbagai proses, seperti nafsu makan, pernapasan,
pertumbuhan, keseimbangan cairan, feminisasi, dan virilisasi (pembentukkan
tanda-tanda seks sekunder seperti pembesaran payudara atau testis), serta
pengendalian berat badan.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka ditarik rumusan masalah yang akan dibahas
didalam makalah ini
1. Apa yang dimaksud dengan trend ?
2. Apa yang dimaksud dengan issue ?
3. trend dan issue gangguan sistem endokrin apa saja yang ada di indonesia ?
4. trend dan issue gangguan sistem endokrin apa saja yang ada di luar
negeri ?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk mengetahui
1. Mengetahui pengertian trend
2. Mengetahui pengertian issue
3. Mengetahui trend dan issue gangguan sistem endokrin yang terjadi di
indonesia
4. Mengatahui trend dan issue gangguan sistem endokrin yang terjadi di luar
negeri
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TREND
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun
informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di
kalangan masyarakat.
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat
ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era
globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana
banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa
itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat
dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam
dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan
baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping
meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan
infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang
meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi,
peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh
kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional.
Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya
keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam
memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek
social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan
Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional
di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat
menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya:
a. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi
keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama
kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
b. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat
professional.
c. Keterlambatan system pelayanan keperawatan.(standart, bentuk
praktik keperawatan, lisensi).
B. PENGERTIAN ISSUE
Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun
belum jelas faktannya atau buktinya.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut
ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana
alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun
belum jelas faktannya atau buktinya.

C. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN DI INDONESIA


Tren dan Issu keperawatan di Indonesia Keperawatan merupakan
profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-menerus dan terlibat
dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah
dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut.
Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social bidang lain karena fokus
asuhan keperawatan bidang lain meluas.tren dalam pendidikan
keperawatan di indonesia adalah berkembangnya jumlah peserta
keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan, baik peserta didik
dari D3 keperawatan, S1 keperawatan atau kesehatan masayrakat sampai
ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2 atau kesehatan.
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai
tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan
sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat
dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan
sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan
yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi:
pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari
organisasi keperawatan professional menggambarkan trend an praktik
keperawatan. Trend dan Isu tersebut adalah :
a. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan
kesehatan.
b. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang
kesehatan.
c. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang
kesehatan.
d. Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah
kesehatan masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi
keluarga miskin serta asuransi kesehatan lainnya bagi keluarga
yang tidak mampu.
D. TREND DAN ISSUE SISTEM ENDOKRIN DI INDONESIA
a. Trend sistem endokrin di indonesia
1. Obesitas
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang beresiko
menyebabkan kematian di seluruh dunia, dan salah satu dari 5
kondisi di negara-negara berkembang.
Di seluruh dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa mengalami
overweight dan lebih dari 300 juta menderita obesitas. Saat ini,
terdapat tiga besar penyakit tidak menular yang menyebabkan
kematian di Indonesia, antara lain stroke (26,9%), hipertensi
(12,3%) dan diabetes (10,2%). Ketiga penyakit tersebut
berhubungan dengan obesitas atau kelebihan berat badan. WHO
memprediksi Indonesia menghadapi peningkatan jumlah penderita
penyakit diabetes dari 8,4 juta orang pada tahun 2000 menjadi 21,3
juta pada tahun 2030.
Menjadi gemuk tidak hanya mempengaruhi penampilan. Yang
lebih penting, kelebihan berat badan dapat menyebabkan
konsekuensi kesehatan yang serius. WHO mengungkap bahwa
obesitas telah menjadi epidemi yang besar, seperti halnya AIDS
dan penyakit jantung.
2. Perkembangan Terkini di Bidang Terapi Farmakologis Diabetes
Melitus
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penderita
Diabetes Melitus (DM) di seluruh dunia, semakin pesat pula
perkembangan di bidang terapi farmakologis DM. Di satu sisi,
perkembangan ini menyediakan harapan baru bagi penderita DM.
Di sisi lain, timbul banyak pertanyaan baru mengenai waktu dan
cara pemberian golongan obat terbaru itu.
Acara tahunan PERKENI (Perhimpunan Endokrinologi
Indonesia) yang luas dikenal sebagai Jakarta Diabetes Meeting
(JDM) mengumpulkan praktisi medis dari seluruh negeri untuk
mendiskusikan isu-isu tersebut serta isu terkini seputar DM secara
umum. Bertempat di Hotel Mercure, Ancol, acara yang
berlangsung dari 12 hingga 13 November 2011, ini mengambil
tema “The Art of Diabetes Management: Stratification Approach”.
Terlepas dari ketersediaan sekian banyak golongan obat
antidiabetik oral (OAD) seperti metformin, sulfonilurea, glitazon
maupun insulin, mayoritas pasien gagal mencapai atau
mempertahankan kontrol gula darah. Guideline dari American
Diabetes Associtation (ADA) merekomendasikan metformin
sebagai obat antihiperglikemik lini pertama. Begitu metformin
gagal, direkomendasikan penambahan OAD lain. Sayangnya,
kombinasi obat seringkali menimbulkan efek samping yang
signifikan dan menghambat intensifikasi terapi. Penambahan berat
badan dan hipoglikemia merupakan dua dari sekian banyak efek
samping yang menghambat kemajuan terapi pada penderita DM.
Sesi simposium JDM pertama didedikasikan untuk membahas
perkembangan terbaru di bidang terapi DM dengan tajuk “Current
an Future Treatment in Managing Diabetes: GLP-1 analogue or
Insulin?”
Analog GLP-1 merupakan kelas obat antidiabetik terbaru
dengan cara kerja yang menyerupai hormon endogen, yaitu
glucagon-like peptide (GLP). GLP-1 sendiri merupakan salah satu
jenis hormon saluran cerna yang bernama inkretin. Inkretin
dilepaskan ke sirkulasi sebagai respons dari nutrisi yang sedang
dicerna dari makanan. Menurut Prof. Dr. dr. Sarwono Waspadji,
SpPD-KEMD, efek dari inkretin ini pertama kali diketahui setelah
adanya pengamatan bahwa pemberian glukosa secara oral dan
intravena menghasilkan respons yang berbeda. Rangsangan
pelepasan insulin dari pankreas lebih besar setelah pemberian
glukosa oral dibandingkan dengan glukosa intravena yang
diberikan dalam jumlah sama.
Analog GLP-1 sendiri bukanlah satu-satunya terapi yang
berbasis inkretin. Diketahui pula bahwa terdapat enzim bernama
DPP-4 yang menghancurkan GLP-1. Berangkat dari pemahaman
mengenai hal tersebut, peneliti menetapkan penghambatan enzim
DPP-4 atau dikenal sebagai inhibitor DPP-4, atau ‘gliptin’ sebagai
target terapi selanjutnya. Gliptin akan mencegah degradasi dari
analog GLP-1 dan memperpanjang waktu paruhnya.
Kedua terapi berbasis inkretin ini memiliki sejumlah
keunggulan dibandingkan para pendahulunya. Selain penurunan
HbA1C dan kadar glukosa darah yang signifikan, terdapat manfaat-
manfaat lain. Oleh karena sekresi dari inkretin bergantung dari
keberadaan glukosa di saluran cerna, terjadi penurunan risiko
hipoglikemia apabila dibandingkan dengan OAD lainnya. “GLP-1
dikaitkan pula dengan timbulnya rasa kenyang yang selanjutnya
diikuti penurunan asupan makanan. Hasil akhir dari keadaan ini
adalah penurunan berat badan atau sekurang-kurangnya penderita
tidak bertambah berat badan. Inilah sebabnya analog GLP-1
direkomendasikan pada pasien dengan berat badan berlebih,”
demikian menurut dr. E. M. Yunir, SpPD-KEMD. Ditambahkan
pula oleh beliau mengenai adanya penelitian yang mendapati
preservasi fungsi sel beta pankreas setelah konsumsi obat tersebut.
Saat ini, analog GLP-1 belum ada di Indonesia, namun
kehadirannya diharapkan dalam waktu dekat.
Selain analog GLP-1, topik lain yang cukup menyita perhatian
adalah perkembangan terbaru dari terapi insulin. Insulin
dibutuhkan secara mutlak oleh pasien DM tipe 1 yang tidak lagi
memiliki sel beta pankreas fungsional serta oleh pasien DM tipe 2
dengan fungsi sel beta pankreas yang menurun secara progresif.
Untuk pasien DM tipe 2, pemberian insulin masih cukup
problematik. Walaupun penambahan insulin berimbas pada
penurunan kadar glukosa darah secara signifikan, banyak pasien
tidak mampu mencapai target HbA1C setelah pemberian regimen
insulin konvensional. Selain itu, muncul kekhawatiran mengenai
hipoglikemia.  “Dapat timbul resistansi insulin fisiologis pada
pasien DM yang kapok setelah mengalami kejadian hipoglikemia,”
demikian ujar dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, pada kesempatan
yang sama.
Sebuah studi yang dijalankan oleh Rury R. Holman, dkk., dari
kelompok studi 4-T berupaya menggambarkan perbandingan
berbagai jenis insulin sebagai tambahan untuk terapi OAD pada
pasien DM tipe 2. Studi ini membandingkan pemberian insulin
aspart bifasik (basal ditambah prandial), insulin prandial, dan
insulin basal detemir pada pasien yang sudah mendapat dosis
maksimal metformin dan sulfonilurea yang mampu ditoleransi.
Hasilnya, didapatkan bahwa penambahan insulin bifasik atau
prandial lebih menurunkan kadar HbA1C dibandingkan pemberian
insulin basal. Bagaimanapun, diamati pula adanya peningkatan
risiko hipoglikemia dan penambahan berat badan pada pemberian
kedua kelompok insulin pertama.
Insulin basal detemir pun ternyata memiliki kelebihan lain
dalam hal variabilitas intraindividu. Lebih dari 98% insulin detemir
di aliran darah terikat pada albumin, sehingga ia didistribusikan
lebih lambat ke jaringan target perifer. Penambahan asam lemak
juga menjadikan detemir tidak mudah mengalami presipitasi saat
pemberian atau saat diabsorpsi. Stabilitas semacam ini lah yang
berkontribusi mengurangi proses yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, yaitu variabilitas intraindividu, pada pemberian
detemir. Salah satu merk insulin detemir yang beredar luas di
Indonesia adalah Levemir keluaran Novo Nordisk. Dengan alat
injeksi yang mudah digunakan oleh pasien, Levemir menyediakan
alternatif terapi yang baik untuk menurunkan hambatan adherensi
terhadap terapi insulin pada pasien DM tipe 2. (Livia)
3. Program penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia
Program pencegahan primer di Indonesia telah dilaksanakan
oleh PT Merck Indonesia Tbk bekerja samadengan Depkes RI dan
organisasi profesi (PERKENI) dan organisasi kemasyarakatan
(PERSADIdan PEDI) yaitu program bertajuk Pandu Diabetes
dengan simbol Titik Oranye. Melakukankegiatan-kegiatan antara
lain memberikan informasi dan edukasi mengenai Diabetes
Mellitusdan pemeriksaan kadar gula darah secara gratis bagi sejuta
orang yang telah diluncurkan olehMenkes pada 15 Maret
2003.Menteri Kesehatan Dr .dr .Siti Fadillah Supari, Sp.JP(K)
akanmembentuk direktorat baru di Departemen Kesehatan untuk
menangani Penyakit Tidak Menular (PTM )karena berdasarkan
data Depkes untuk jumlah pasien Diabetes rawat inap maupun
rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama untuk seluruh
penyakit endokrin.( Depkes,2005) Terdapat klinik kaki diabetes di
salah satu rumah sakit milik pemerintahyang merupakan bentuk
layanan yang diberikan bagi penderita diabetes.Ini salah satu
bentuk  perhatian pemerintah kepada penderita Diabetes Mellitus
mengingat penderita Diabetes sangantrentan untuk terkena infeksi,
hal ini juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi
amputasikaki akibat pekait Diabetes Mellitus.Federasi Diabetes
Internasional (IDF) mengeluarkan pernyataan konsensus baru
mengenai pencegahan diabetes, menjelang resolusi Majelis
UmumPBB pada bulan Desember 2006 yang menghimbau aksi
internasional bersama.Konsensus IDF baru ini merekomendasikan
bahwa semua individu yang beresiko tinggi terjangkiti diabetes
tipe-2 dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan oportunistik oleh
dokter, perawat, apoteker dandengan pemeriksaan sendiri. Profesor
George Alberti, mantan presiden IDF sekaligus penulis bersama
konsensus baru IDF mengatakan: ³Terdapat banyak bukti dari
sejumlah kajian diAmerika Serikat, Finlandia, Cina, India dan
Jepang bahwa perubahan gaya hidup (mencapai berat badan yang
sehat dan kegiatan olahraga yang moderat) dapat ikut
mencegah berkembangnya diabetes tipe-2 pada mereka yang
beresiko tinggi (2-6).Konsensus baru IDF inimenganjurkan bahwa
hal ini haruslah merupakan intervensi awal bagi semua orang yang
beresiko terjangkiti diabetes tipe-2, dan juga fokus dari pendekatan
kesehatan penduduk .´(S UMBER: Federasi Diabetes
Internasional )

b. Issue gangguan sistem endokrin di indonesia


1. Isu mutakhir tentang penyakit Diabetes Mellitus
a. Adanya hubungan timbal balik antara periodontitis (infeksi
pada mulut) dengan Diabetes Mellitus, keterlibatan dokter gigi
dalam penanganan pasien Diabetes Mellitus perlu ditingkatkan.
(Saidina Hamzah Daliemunthe,2003)
b. Dokter gigi dituntut untuk lebih aktif memposisikan diri
sebagai mitra dokter umum/dokter spesialis dalam penanganan
pasien Diabetes Mellitus Saidina Hamzah Daliemunthe,2003)
c. Perlu adanya perlindungan kepada obat tradisional untuk
penyakit Diabetes Mellitus agar tetap asli dari tanaman obat
dan tidak diberi tambahan zat kimia (Siti SapardiyahSantoso,
2003)
d. Perlu dipelajari lebih lanjut dengan mengadakan pendekatan
kasus dengan metode penelitian yang khusus pula mengapa
penderita IDDM dapat bertahan hidup selama 1minggu tanpa
insulin dengan melalui penggantian insulin atau adaptasi
e. Obat anti Diabetes oral sebaiknya tidak diberikan pada
Diabetes Mellitus denganTuberkulosis paru karena adanya efek
rifampicin dan isoniazid yang mengurangi efek obat tersebut
f. Kadar glukosa darah yang terkontrol pada penderita Diabetes
Mellitus dapat menurunkan derajat kegoyahan gigi sebesar
51,45%
g. Melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan
aktif yang diisolasi dari buahmengkudu untuk mengetahui
efeknya dalam menurunkan kadar gula darah
h. Perlu dikembangkan kegiatan di kelompok-kelompok
masyarakat guna meningkatkan pengetahuan kesehatan
terutama gizi, sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan
dankemampuan untuk menangani masalah kesehatan yang
dihadapinya
i. Perlunya melakukan penelitian isolasi kandungan Eugenia
Polyantha
j. Menguji khasiat hipoglikemianya untuk menurunkan kadar
glukosa darah
2. Terampil Gunakan Insulin Melalui INSPIRE
Insulin termasuk salah satu terapi kunci dalam penatalaksanaan
diabetes mellitus (DM).Akan tetapi, tidak semua dokter, baik
dokter umum maupun spesialis, menguasai teknik terapi insulin
secara mahir.Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan memberikan terapi insulin.
Dalam mengelola diabetes, dibutuhkan kontrol gula darah,
yang salah satunya dapat dicapai melalui pemberian insulin.Akan
tetapi, seiring semakin majunya ilmu pengetahuan, modalitas terapi
insulin juga mengalami perkembangan.Para dokter harus
menguasai metode terapi insulin yang mampu memberikan hasil
terbaik bagi pasien.
Pada tanggal 18 dan 19 Juni 2011 lalu, PERKENI bekerja sama
dengan Novo Nordisk Indonesia mengadakan acara yang disebut
sebagai INSPIRE. INSPIRE sendiri merupakan kepanjangan dari
Insulin Novo Nordisk and PERKENI Roadshow for Excellence.
Acara ini diadakan di sejumlah kota besar di Indonesia dalam
rangka meningkatkan pemahaman dan keterampilan para dokter
dalam memberikan terapi insulin. Adapun kota-kota yang
berpartisipasi, antara lain Palembang, Medan, Banda Aceh,
Surabaya, Padang, Jakarta 1&2, Bandung, Semarang, Surakarta,
Jogjakarta, Malang, Banjarmasin, Samarinda, Surabaya 1&2,
Denpasar, Makassar, dan Manado. Acara yang berlangsung tanggal
18 dan 19 Juni 2011 tersebut merupakan acara untuk wilayah
Jakarta1, yang meliputi Jakarta Timur, Jakarta Selatan ,Depok,
Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang hanya mencakup empat belas wilayah, pada
kesempatan ini INSPIRE diadakan di delapan belas wilayah di
seluruh Indonesia.
Walaupun hanya berlangsung selama satu setengah hari, acara
ini dapat dikatakan mampu mendongkrak pengetahuan dan
keterampilan para dokter dalam memberikan terapi
insulin.Sebelum para narasumber memberikan materi, diadakan
pre-test untuk mengukur emampuan awal para peserta.Di akhir
acara, dilakukan post-test dan hasilnya dibandingkan dengan pre-
test.Dari hasil tersebut ternyata tampak peningkatan pengetahuan
yang signifikan setelah para peserta mengikuti acara ini.
Diharapkan dengan adanya INSPIRE ini pengelolaan diabetes di
Indonesia, khususnya pemberian terapi insulin, menjadi semakin
optimal demi meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Terapi Hiperglikemia Intensif vs Konvensional di ICU
Hiperglikemia adalah hal yang sering terjadi pada pasien
dengan penyakit akut, termasuk mereka yang dirawat di ruang
rawat intensif (ICU). Hiperglikemia berat berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas, sehingga dipikirkan untuk
mengontrol kadar glukosa darah dengan ketat. Namun demikian,
terdapat kontroversi dalam pengontrolan kadar glukosa darah. Ada
ahli yang menyarankan pengontrolan secara ketat, tetapi ada pula
yang lebih memilih cara konvensional.
Untuk memilih metode mana yang paling baik untuk
diterapkan, dilakukanlah suatu penelitian yang bernama
(NICESUGAR). Sebanyak 6104 pasien ICU yang memiliki
karakteristik dasar yang sama direkrut untuk penelitian ini. Mereka
dibagi menjadi dua kelompok.Pada kelompok pertama (3054
orang) diterapkan metode intensif, sedangkan pada kelompok
kedua (3050 orang) diterapkan metode konvensional.Pada metode
intensif, glukosa darah dijaga ketat pada kisaran 81 sampai 108
mg/dL.Sementara itu pada metode konvensional, target glukosa
darah yang diinginkan hanya 180 mg/dL atau kurang.
Normoglycemia in Intensive Care Evaluation?Survival Using
Glucose Algorithm Regulation Terapi Hiperglikemia Intensif vs
Konvensional di ICU Setelah mengikuti para responden tersebut
selama 90 hari, tercatat bahwa kejadian hipoglikemia berat (kadar
glukosa darah kurang atau sama dengan 40 mg/dL) dialami oleh
6,8% responden dari kelompok pertama dan hanya 0,5% dari
kelompok kedua. Sementara itu, kematian dialami oleh 27,5%
pasien dari kelompok intensif, dibandingkan dengan 24,9% dari
kelompok konvensional. Perbedaan persentase sebanyak 2,6%
tersebut didapati bermakna. Kematian karena penyebab
kardiovaskular juga lebih banyak didapati pada kelompok satu
daripada kelompok dua.Namun demikian, tidak didapati adanya
perbedaan lama perawatan antara dua kelompok tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, studi NICE-SUGAR mengambil
kesimpulan bahwa terapi hiperglikemia konvensional, yaitu dengan
mempertahankan target glukosa darah kurang atau sama dengan
180 mg/dL memiliki mortalitas yang lebih rendah dibandingkan
dengan terapi hiperglikemia intensif, yaitu dengan menjaga kadar
glukosa darah antara 81 sampai 108 mg/dL.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Jadi, Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta, sedangkankan Issue adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya.

2. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa yang nantinya sebagai tenaga kesehatan di


masyarakat dapat mengetahui Trend an Isu terkait dengan gangguan sistem endokrin
dan dapat memberikan pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai