Anda di halaman 1dari 9

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN/ LOG BOOK

IV ( INTRA VENA ) PADA PASIEN

Oleh :

NUR HALIMAH

17.20.2780

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2019


ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN/LOG BOOK

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan : Intra vena (I.V)

2. Nama pasien : Inisial nama

3. Diagnosa medis : Mioma Uteri

4. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera


biologis ( pembesaran uteri )

5. Justifikasi tindakan :

Kondisi patofisiologi pasien didiagnosa. Kerusakan jaringan dapat berupa rangkaian


peristiwa yang terjadi di nosiseptor disebut nyeri inflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau
terjadi di jaringan saraf, baik serabut saraf pusat maupun perifer disebut nyeri neuropatik.
Trauma atau lesi di jaringan akan direspon oleh nosiseptor dengan mengeluarkan berbagai
mediator inflamasi, seperti bradikinin, prostaglandin, histamin, dan sebagainya. Mediator
inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeri spontan, atau
membuat nosiseptor lebih sensitif (sensitasi) secara langsung maupun tidak langsung.
Sensitasi nosiseptor menyebabkan munculnya hiperalgesia. Trauma atau lesi serabut saraf di
perifer atau sentral dapat memacu terjadinya remodelling atau hipereksibilitas membran sel.
Di bagian proksimal lesi yang masih berhubungan dengan badan sel dalam beberapa jam atau
hari, tumbuh tunas-tunas baru (sprouting). Tunas-tunas baru ini, ada yang tumbuh dan
mencapai organ target, sedangkan sebagian lainnya tidak mencapai organ target dan
membentuk semacam pentolan yang disebut neuroma. Pada neuroma terjadi akumulasi
berbagai ion-channel, terutama Na+ channel. Akumulasi Na+ channel menyebabkan
munculnya ectopic pacemaker. Di samping ion channel juga terlihat adanya molekul-molekul
transducer dan reseptor baru yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya ectopic
discharge, abnormal mechanosensitivity, thermosensitivity, dan chemosensitivity. Ectopic
discharge dan sensitisasi dari berbagai reseptor (mechanical, termal, chemical) dapat
menyebabkan timbulnya nyeri spontan dan evoked pain. patofisiologi terjadinya cedera
berawal dari ketika sel mengalami kerusakan, sel akan mengeluarkan mediator kimia yang
merangsang terjadinya peradangan. Mediator tadi antara lain berupa histamin, bradikinin,
prostaglandin dan leukotrien. Mediator kimiawi tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi
pembuluh darah serta penarikan populasi sel sel kekebalan pada lokasi cedera. Secara
fisiologis respon tubuh tersebut dikenal sebagai proses peradangan. Proses peradangan ini
kemudian berangsur-angsur akan menurun sejalan dengan terjadinya regenerasi proses
kerusakan sel atau jaringan tersebut. Selain berdasarkan tanda dan gejala peradangan,
diagnosis ditegakkan berdasarkan keterangan dari penderita mengenai aktivitas yang
dilakukannya dan hasil pemeriksaaan penunjang. Pasien memerlukan injeksi antibiotik, obat
yang digunakan Ketorolac adalah obat dengan fungsi mengatasi nyeri sedang hingga nyeri
berat untuk sementara biasanya obat ini digunakan untuk sebelum atau sesudah operasi.
Ketorolac golongan obat nonsteroidal anti inflammatory durg ( NSAID ) yang bekerja dengan
memblok produksi substansi alami tubuh yang menyebabkan inflamasi. Efek ini membantu
mengurangi bengkak,nyeri,atau demam Apabila tidak diberikan antibiotik, pasien akan
menglami nyeri pada bagian ekstremitas atas ( tangan sebelah kiri ) , pemberian antibiotic ini
agar menghilangkan rasa nyeri yang akan dirasakan oleh pasien, dengan tujuan pemberian
obat ini untuk menghindari kerusakan jaringan dan memperoleh reaksi obat yang cepat
6. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :

N Prosedur pelaksanaan Rasional


o
1 Tahap prainteraksi a. Mengecek kebenaran
a. Mengecek progam terapi klien yang akan
b. Mencuci tangan dilakukan tindakan
c. Menempatkan alat didekat b. Mencegah infeksi
klien kuman
c. Memudahkan dalam
melakukan tindakan
2 Tahap orientasi a. Menerapkan
a. Memberikan salam dan komunikasi terapeutik
menyapa nama pasien b. Memberikan informasi
b. Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan
prosedur tindakan pada dilakukan
klien/keluarga c. Menurukan kecemasan
klien
c. Menyakan kesiapan klien
sebelum tindakan dilakukan
3 a. Perhatikan teknik aseptic a. untuk mempertahankan objek dari
mikroorganisme
b. Tindakan dilakukan secara
b. mencegah kesalahan prosedur
tepat dan benar
c. pemberian obat harus mengikuti
c. Sebelum menyiapkan obat
prinsip enam benar untuk mengurangi
suntikan, bacalah dengan
kemungkinan kesalahan dalam
teliti petunjuk pengobatan
pemberian obat
yang ada dalam catatan
d. indikasi keefektifan obat
medik atau status pasien,
e. mencegah infeksi nasokomial
yaitu nama obat , nama
f. media mikroorganisme apatogen
pasien, dosis , waktu , dan
g. agar pecahan kacanya tidak melukai
cara pemberiannya
tangan dan tidak masuk ke dalam
d. Pada waktu menyiapkan
otot.
obat ,bacalah dengan teliti
h. mengobservasi kemungkinan timbul
label atau etiket obat dari
tiap – tiap obat . Obat – reaksi alergi dan lain – lain
obat yang kurang jelas
etiketnya dan habis tanggal
kadaluarsanya tidak boleh
diberikan kepada pasien langkah-langkah
e. Spuit dan jarum suntik yang 1. mencegah infeksi nasokomial.
sudah dipakai tidak boleh 2. memudahkan saat menyiapkan
dipergunakan untuk injeksi.
menyuntik pasien lain. 3. mencegah tertukarnya obat antara
f. Spuit yang retak atau bocor , pasien yang satu dengan yang lain
dan jarum suntik yang 4. meningkatkan kerja sama dan
sudah tumpul atau berkarat mencegah gerakan ekstermitas
atau ujungnya bengkok secara mendadak saat penyuntikan.
tidak boleh di pakai lagi 5. memberikan rasa nyaman
g.Memotong ampul dengan 6. memudahkan saat pemberian injeksi
gergaji ampul harus dan untuk melihat respon pada area
dilakukan secara hati – hati. sekitar pemasangan infus, misalnya
h.Pasien yang telah mendapat adanya hematoma saat obat injeksi
suntikan harus diawasi di suntikkan
dalam beberapa waktu. 7. mengurangi resiko terpapar virus
i. Persiapan Alat: HIV, hepatitis, dan bakteri lain yang
1. Spuit dan jarum steril ditularkan melalui darah.
2. Obat injeksi analgetik 8. Aliran darah yang cepat kedalam
yang diperlukan (injeksi bilik selang infuse mencerminkan
ketorolac) kepatenan selang intravena
3. Kartu obat yang 9. Ceftriaxone memiliki cincin beta
mencantumkan secara lactam yang menyerupai struktur
lengkap; nama pasien, asam amino D-alanyl-D-alanine
nomer tempat tidur, jenis yang dugunakan untuk membuat
dan nama obat, dosis peptidoglikan . tautan saling
obat, jadwal pemberian peptidoglikan dikatalisasi oleh
obat enzim transpeptidase yang
4. Bak spuit steril merupakan penicillin-binding
5. Kapas alkohol proteins (PBP)
6. Gergaji ampul ( bila 10. desinfeksi area suntikan
perlu ) 11. mencegah obat injeksi refluk naik ke
7. Sarung tangan tidak ruang tetesan infus set
steril sekali pakai 12. meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapetik
j. Langkah-langkah :
obat dalam darah
1. Perawat mencuci 13. mengatur tetesan sesuai kecepatan
tangan yang di programkan akan mencegah
2. Siapkan obat, beban cairan berlebih.
masukkan obat dari 14. mengetahui respon klien terhadap
ampul dengan cara obat yang telah diberikan
yang benar 15. mempermudah pengambilan alat saat
3. Identifikasi klien akan diperlukan kembali
(mengecek nama dan 16. mencegah infeksi nasokomial
nomer tempat tidur) 17. memberikan informasi yang mudah
4. Beritahu klien / di lihat oleh semua tenaga perawatan
keluarga tentang mengenai jadwal injeksi
tindakan yang akan
dilakukan serta
tujuannya.
5. Bantu klien untuk
posisi yang nyaman
dan rileks, misalnya
berbaring dengan
tangan dalam keadaan
lurus
6. Membebaskan area
yang akan disuntik dari
pakaian
7. Memakai sarung
tangan
8. Cek kepatenan infus,
jika darah tampak
keluar dari selang
infuse maka obat bisa
dimasukan
9. Berikan injeksi
ceftriaxone secara
perlahan-lahan
10. Membersihkan daerah
penyuntikan dengan
mengusap kapas
alcohol dari arah atas
kebawah pada area
karet untuk
penyuntikan
11. Hentikan tetesan infus
dengan memutar klem
ke arah pasien
12. Masukan obat secara
perlahan-lahan
13. Setelah obat masuk
semua, tarik jarum
agak cepat, bekas
tusukan ditekan
dengan kapas alkohol,
lalu tutup jarum spuit,
teteskan kembali
cairan infus yang
tersedia sesuai dengan
program
14. Perhatikan reaksi
pasien
15. Alat-alat di rapikan
dan di bereskan ke
tempat semula
16. Perawat mencuci
tangan
17. Catat reaksi klien dan
adanya alergi.
Dokumentasikan
kegiatan dalam catatan
asuhan keperawatan
dan kartu obat pasien
(jenis obat, waktu
pemberian, cara
pemberian dan dosis
obat)

4 Tahap Terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan a. Mengetahui keberhasilan tindakan


b. Berpamitan dengan pasien /
b. Menerapkan komunikasi terapeutik
keluarga
c. Membereskan alat
c. Mempermudah membawa peralatan
d. Mencuci tangan.
e. Mencatat kegiatan dalam d. Mencegah infeksi mikroorganisme
lembar catatan keperawatan
e. Sebagai dokumentasi keperawatan

7. Bahaya yang dapat terjadi dan pencegahannya


a. Bahaya
1) Klien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll).
2) Pada bekas suntikan dapat terjadi apses, nekrose atau hematoma.
3) Efek toksik mudah terjadi karena keadaan obat yang tinggi segera mencapai darah
dan jaringan.
b. Pencegahan
1)   Obat-obat suntikan yang diberikan harus sesuai dengan program pengobatan.
2) Sebelum menyiapkan obat suntikan bacalah dengan teliti petunjuk pengobatan
yang ada dalam catatan medik atau status klien, yaitu nama obat, dosis, waktu dan
cara pemberiannya.
3) Perhatikan teknik septik dan antiseptiknya.
4) Spuit dan jarum suntik tidak boleh digunakan untuk menyuntik klien yang lain.
5) Spuit yang retak atau bocor dan jarum suntik yang sudah tumpul, berkarat, atau
ujungnya bengkok tidak boleh dipakai lagi.
6) Klien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa waktu sebab
ada kemungkinan timbul reaksi alergi.

8. Tujuan tindakan tersebut dilakukan


a. Mempercepat proses penyerapan obat,untuk memberikan dosis obat dalam jumlah
yang lebih besar.
b. Menghindari kerusakan jaringan.
9. Hasil yang didapat dan maknanya
Klien mendapatkan terapi pengobatan dengan melakukan tindakan injeksi
intravena melalui selang infus (bolus), kebutuhan klien terhadap pemenuhan
medikasi didalam tubuhnya sudah dapat dipenuhi.
10. Identifikasi Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah/diagnosa tersebut (mandiri dan kolaborasi) :
a. Kaji dan catat tanda-tanda vital.
b. Bantu pemberian pelayanan kesehatan atau mulai sarankan terapi cairan
intravena sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai