1. Tindakan keperawatan yang dilakukan : Intra vena (I.V)
2. Nama pasien : Inisial nama
3. Diagnosa medis : Mioma Uteri
4. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis ( pembesaran uteri )
5. Justifikasi tindakan :
Kondisi patofisiologi pasien didiagnosa. Kerusakan jaringan dapat berupa rangkaian
peristiwa yang terjadi di nosiseptor disebut nyeri inflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau terjadi di jaringan saraf, baik serabut saraf pusat maupun perifer disebut nyeri neuropatik. Trauma atau lesi di jaringan akan direspon oleh nosiseptor dengan mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti bradikinin, prostaglandin, histamin, dan sebagainya. Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeri spontan, atau membuat nosiseptor lebih sensitif (sensitasi) secara langsung maupun tidak langsung. Sensitasi nosiseptor menyebabkan munculnya hiperalgesia. Trauma atau lesi serabut saraf di perifer atau sentral dapat memacu terjadinya remodelling atau hipereksibilitas membran sel. Di bagian proksimal lesi yang masih berhubungan dengan badan sel dalam beberapa jam atau hari, tumbuh tunas-tunas baru (sprouting). Tunas-tunas baru ini, ada yang tumbuh dan mencapai organ target, sedangkan sebagian lainnya tidak mencapai organ target dan membentuk semacam pentolan yang disebut neuroma. Pada neuroma terjadi akumulasi berbagai ion-channel, terutama Na+ channel. Akumulasi Na+ channel menyebabkan munculnya ectopic pacemaker. Di samping ion channel juga terlihat adanya molekul-molekul transducer dan reseptor baru yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya ectopic discharge, abnormal mechanosensitivity, thermosensitivity, dan chemosensitivity. Ectopic discharge dan sensitisasi dari berbagai reseptor (mechanical, termal, chemical) dapat menyebabkan timbulnya nyeri spontan dan evoked pain. patofisiologi terjadinya cedera berawal dari ketika sel mengalami kerusakan, sel akan mengeluarkan mediator kimia yang merangsang terjadinya peradangan. Mediator tadi antara lain berupa histamin, bradikinin, prostaglandin dan leukotrien. Mediator kimiawi tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah serta penarikan populasi sel sel kekebalan pada lokasi cedera. Secara fisiologis respon tubuh tersebut dikenal sebagai proses peradangan. Proses peradangan ini kemudian berangsur-angsur akan menurun sejalan dengan terjadinya regenerasi proses kerusakan sel atau jaringan tersebut. Selain berdasarkan tanda dan gejala peradangan, diagnosis ditegakkan berdasarkan keterangan dari penderita mengenai aktivitas yang dilakukannya dan hasil pemeriksaaan penunjang. Pasien memerlukan injeksi antibiotik, obat yang digunakan Ketorolac adalah obat dengan fungsi mengatasi nyeri sedang hingga nyeri berat untuk sementara biasanya obat ini digunakan untuk sebelum atau sesudah operasi. Ketorolac golongan obat nonsteroidal anti inflammatory durg ( NSAID ) yang bekerja dengan memblok produksi substansi alami tubuh yang menyebabkan inflamasi. Efek ini membantu mengurangi bengkak,nyeri,atau demam Apabila tidak diberikan antibiotik, pasien akan menglami nyeri pada bagian ekstremitas atas ( tangan sebelah kiri ) , pemberian antibiotic ini agar menghilangkan rasa nyeri yang akan dirasakan oleh pasien, dengan tujuan pemberian obat ini untuk menghindari kerusakan jaringan dan memperoleh reaksi obat yang cepat 6. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
N Prosedur pelaksanaan Rasional
o 1 Tahap prainteraksi a. Mengecek kebenaran a. Mengecek progam terapi klien yang akan b. Mencuci tangan dilakukan tindakan c. Menempatkan alat didekat b. Mencegah infeksi klien kuman c. Memudahkan dalam melakukan tindakan 2 Tahap orientasi a. Menerapkan a. Memberikan salam dan komunikasi terapeutik menyapa nama pasien b. Memberikan informasi b. Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan prosedur tindakan pada dilakukan klien/keluarga c. Menurukan kecemasan klien c. Menyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan 3 a. Perhatikan teknik aseptic a. untuk mempertahankan objek dari mikroorganisme b. Tindakan dilakukan secara b. mencegah kesalahan prosedur tepat dan benar c. pemberian obat harus mengikuti c. Sebelum menyiapkan obat prinsip enam benar untuk mengurangi suntikan, bacalah dengan kemungkinan kesalahan dalam teliti petunjuk pengobatan pemberian obat yang ada dalam catatan d. indikasi keefektifan obat medik atau status pasien, e. mencegah infeksi nasokomial yaitu nama obat , nama f. media mikroorganisme apatogen pasien, dosis , waktu , dan g. agar pecahan kacanya tidak melukai cara pemberiannya tangan dan tidak masuk ke dalam d. Pada waktu menyiapkan otot. obat ,bacalah dengan teliti h. mengobservasi kemungkinan timbul label atau etiket obat dari tiap – tiap obat . Obat – reaksi alergi dan lain – lain obat yang kurang jelas etiketnya dan habis tanggal kadaluarsanya tidak boleh diberikan kepada pasien langkah-langkah e. Spuit dan jarum suntik yang 1. mencegah infeksi nasokomial. sudah dipakai tidak boleh 2. memudahkan saat menyiapkan dipergunakan untuk injeksi. menyuntik pasien lain. 3. mencegah tertukarnya obat antara f. Spuit yang retak atau bocor , pasien yang satu dengan yang lain dan jarum suntik yang 4. meningkatkan kerja sama dan sudah tumpul atau berkarat mencegah gerakan ekstermitas atau ujungnya bengkok secara mendadak saat penyuntikan. tidak boleh di pakai lagi 5. memberikan rasa nyaman g.Memotong ampul dengan 6. memudahkan saat pemberian injeksi gergaji ampul harus dan untuk melihat respon pada area dilakukan secara hati – hati. sekitar pemasangan infus, misalnya h.Pasien yang telah mendapat adanya hematoma saat obat injeksi suntikan harus diawasi di suntikkan dalam beberapa waktu. 7. mengurangi resiko terpapar virus i. Persiapan Alat: HIV, hepatitis, dan bakteri lain yang 1. Spuit dan jarum steril ditularkan melalui darah. 2. Obat injeksi analgetik 8. Aliran darah yang cepat kedalam yang diperlukan (injeksi bilik selang infuse mencerminkan ketorolac) kepatenan selang intravena 3. Kartu obat yang 9. Ceftriaxone memiliki cincin beta mencantumkan secara lactam yang menyerupai struktur lengkap; nama pasien, asam amino D-alanyl-D-alanine nomer tempat tidur, jenis yang dugunakan untuk membuat dan nama obat, dosis peptidoglikan . tautan saling obat, jadwal pemberian peptidoglikan dikatalisasi oleh obat enzim transpeptidase yang 4. Bak spuit steril merupakan penicillin-binding 5. Kapas alkohol proteins (PBP) 6. Gergaji ampul ( bila 10. desinfeksi area suntikan perlu ) 11. mencegah obat injeksi refluk naik ke 7. Sarung tangan tidak ruang tetesan infus set steril sekali pakai 12. meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik j. Langkah-langkah : obat dalam darah 1. Perawat mencuci 13. mengatur tetesan sesuai kecepatan tangan yang di programkan akan mencegah 2. Siapkan obat, beban cairan berlebih. masukkan obat dari 14. mengetahui respon klien terhadap ampul dengan cara obat yang telah diberikan yang benar 15. mempermudah pengambilan alat saat 3. Identifikasi klien akan diperlukan kembali (mengecek nama dan 16. mencegah infeksi nasokomial nomer tempat tidur) 17. memberikan informasi yang mudah 4. Beritahu klien / di lihat oleh semua tenaga perawatan keluarga tentang mengenai jadwal injeksi tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya. 5. Bantu klien untuk posisi yang nyaman dan rileks, misalnya berbaring dengan tangan dalam keadaan lurus 6. Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian 7. Memakai sarung tangan 8. Cek kepatenan infus, jika darah tampak keluar dari selang infuse maka obat bisa dimasukan 9. Berikan injeksi ceftriaxone secara perlahan-lahan 10. Membersihkan daerah penyuntikan dengan mengusap kapas alcohol dari arah atas kebawah pada area karet untuk penyuntikan 11. Hentikan tetesan infus dengan memutar klem ke arah pasien 12. Masukan obat secara perlahan-lahan 13. Setelah obat masuk semua, tarik jarum agak cepat, bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol, lalu tutup jarum spuit, teteskan kembali cairan infus yang tersedia sesuai dengan program 14. Perhatikan reaksi pasien 15. Alat-alat di rapikan dan di bereskan ke tempat semula 16. Perawat mencuci tangan 17. Catat reaksi klien dan adanya alergi. Dokumentasikan kegiatan dalam catatan asuhan keperawatan dan kartu obat pasien (jenis obat, waktu pemberian, cara pemberian dan dosis obat)
4 Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan a. Mengetahui keberhasilan tindakan
b. Berpamitan dengan pasien / b. Menerapkan komunikasi terapeutik keluarga c. Membereskan alat c. Mempermudah membawa peralatan d. Mencuci tangan. e. Mencatat kegiatan dalam d. Mencegah infeksi mikroorganisme lembar catatan keperawatan e. Sebagai dokumentasi keperawatan
7. Bahaya yang dapat terjadi dan pencegahannya
a. Bahaya 1) Klien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll). 2) Pada bekas suntikan dapat terjadi apses, nekrose atau hematoma. 3) Efek toksik mudah terjadi karena keadaan obat yang tinggi segera mencapai darah dan jaringan. b. Pencegahan 1) Obat-obat suntikan yang diberikan harus sesuai dengan program pengobatan. 2) Sebelum menyiapkan obat suntikan bacalah dengan teliti petunjuk pengobatan yang ada dalam catatan medik atau status klien, yaitu nama obat, dosis, waktu dan cara pemberiannya. 3) Perhatikan teknik septik dan antiseptiknya. 4) Spuit dan jarum suntik tidak boleh digunakan untuk menyuntik klien yang lain. 5) Spuit yang retak atau bocor dan jarum suntik yang sudah tumpul, berkarat, atau ujungnya bengkok tidak boleh dipakai lagi. 6) Klien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa waktu sebab ada kemungkinan timbul reaksi alergi.
8. Tujuan tindakan tersebut dilakukan
a. Mempercepat proses penyerapan obat,untuk memberikan dosis obat dalam jumlah yang lebih besar. b. Menghindari kerusakan jaringan. 9. Hasil yang didapat dan maknanya Klien mendapatkan terapi pengobatan dengan melakukan tindakan injeksi intravena melalui selang infus (bolus), kebutuhan klien terhadap pemenuhan medikasi didalam tubuhnya sudah dapat dipenuhi. 10. Identifikasi Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah/diagnosa tersebut (mandiri dan kolaborasi) : a. Kaji dan catat tanda-tanda vital. b. Bantu pemberian pelayanan kesehatan atau mulai sarankan terapi cairan intravena sesuai kebutuhan.