OLEH :
1
Gastroenteritis / diare :
Peningkatan keenceran atau frekuensi dari pergerakan usus yang
bersifat relatif pada setiap individu. Diare merupakan gejala dari
proses penyakit dari saluran pencernaan dan intestinal (Greenberg,
1988 : 112)
Faktor Makanan
Makanan yang kadaluarsa, beracun dan adanya alergi terhadap
makanan.
3
Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada bayi dan balita tapi
pada anak yang lebih besar banyak ditemukan kasus ini)
4
Mekanisme Dasar Yg Menyebabkan Diare :
Gangguan Osmotik
Gangguan Sekresi
Gangguan Motilitas Usus
Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinik Gastroenteritis pada Anak :
Penderita dengan diare akut akibat infeksi akan mengalami nausea,
muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare.
5
Tingkatan Dehidrasi / Kekurangan Cairan adalah :
Dehidrasi ringan
Kehilangan Cairan tubuh < 5 % atau rata-rata 25 ml/Kg BB,
Penderita masih mau minum, kesadaran baik, nadi normal, rasa
haus, ubun ubun dan mata belum cekung, turgor kulit biasa dan
kencing normal
Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan tubuh > 5-10 % atau rata-rata 75 ml/Kg BB,
penderita gelisan, sangat haus, nadi agak cepat, pernapasan
cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan turgor
kurang
Dehidrasi berat
Kehilangan Cairan tubuh > 10-15,5 % atau rata-rata 125 ml/kg BB,
penderita apatis, denyut nadi cepat dan kecil, tekanan darah
6
menurun, anuria, pernapasan cepat dan dalam, turgor kulit sangat
lambat, ubun-ubun dan mata sangat cekung.
Pemeriksaan Diagnostik
Gastroenteritis Meliputi :
Riwayat alergi pada obat atau makanan
Kultur tinja
Pemeriksaan elektrolit, BUN, Creatinin dan Glukose
Pemeriksaan tinja, pH, Leukosit, glucose dan adanya darah
7
Dasar Penatalaksanaan Medis Penderita Gastroenteritis :
a. Pemberian Cairan
b. Pengobatan Diet
c. Obat-Obatan
a. Pemberian Cairan
Dalam Pemberian Caiaran ada “4 J “ hal yang perlu diperhatikan :
1) Jenis Cairan
Caiaran Rehidrasi Oral : dengan Formula yang
lengkap mengandung Nacl, KCL, NaCHO dan Glukose yaitu
oralit
Cairan Rehidrasi Parenteral
Digunakan untuk diare akut dengan dehidrasi berat yaitu
Ringer Laktat
8
2) Jalan Pemberian
Cairan rehidrasi oral : Diberikan untuk penderita yang
belum jatuh dalam dehidrasi berat
Cairan rehidrasi Parental : Diberikan kepada penderita
dehidrasi berat atau belum tetapi kesadarannya menurun
4) Jadwal Pemberian
Makin berat derajat dehidrasinya harus semakin cepat
pemberian rehidrasinya.
b. Pengobatan Diet
Anak yang menderita Gastroenteritis diberi diet susu (ASI) atau
susu formula yang menganduk rendah lactose, asam lemak tak
9
jenuh, bila anak tidak mau makan / minum susu beri makanan yg
setengah padat (bubur susu / nasi tim)
c. Obat-Obatan
Obat yang diberikan meliputi obat symtomatik maupun obat yang
langsung mengatasi penyebab yaitu : Antiemetika
(Metokloporamide, Domperidon, Antispasmodik (papaverine,
ekstraxbeladona), obat pengeras tinja (Kaolin) Antipyretika
(paracetamol,acetamenofen) dan Antibiotika (Kotrimoxasol,
kloramhenicol).
10
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian Gastroenteritis menurut Doenges, 1999 : 473-475
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, keletihan, malaise cepat lelah
Eliminasi
Gejala : Episode diare yang tidak dapat diperkirakan akan
hilang timbul, sering tidak terkontrol, platus lembut dan semi cair,
bau busuk dan berlemak serta melena
Makanan / Cairan
Gejala : Anorexia, mual dan muntah, penurunan berat badan,
tak toleransi terhadap produk susu, makanan berlemak.
11
Tanda : Penurunan lemak subcutan / Imasa otot, kelemahan
tonus otot buruk dan turgor buruk, membran muka pucat.
Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan dari
bau badan
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada
kuadran kanan, nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal
Intervensi III :
Timbang badan tiap hari
Anjurkan istirahat sebelum makan
Jaga kebersihan mulut
Sediakan makanan yang bersih, ventilasi yang baik, lingkungan
yang tenang, temani penderita makan
Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen,
flatus (missal produk susu)
15
Dorong penderita untuk menyetakan perasaan masalah makan /
diet
Intervensi IV :
Kaji laporan kram abdomen maupun nyeri, lokasi, lamanya,
intensitas
Catat petujuk non verbal, missal gelisah, menolak untuk
bergerak, berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi,
selidiki perbedaan verbal dan non verval
Kaji ulang hal-hal yang meringankan dan yang memberatkan
nyeri
Berikan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri misalnya
distraksi, masase atau kompres
16
STUDI KASUS DAN CONTOH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN TYPOID
OLEH :
17
PengertianTypoid adalah :
18
Masa penyakit ini 1-3 minggu lamanya dengan gejala dan tanda :
a. Pada Minggu I:
Suhu tubuh naik, berak cair (diare) atau tidak buang air sama
sekali
19
Penyebab demam thypoid yaitu diantaranya :
1. Salmonella Parathypi A
2. Salmonella Parathypi B
3. Salmonella Parathyi C
4. Salmonella Thypi
Patofisiologi
Kuman salmonella thypi masuk tubuh manusia melalui mulut dan
mekanan, dan air yang tercemar. Sebagian kuman yang masuk ke
dalam tubuh manusia di musnahkan oleh asam lambung. Sebagian
lagi masuk ke dalam usus halus dan mencapai jaringan limpoid
plague dan ileumterminous yang mengalami hipertropi. Setelah
melewati kelenjar-kelenjar limfe Salmonella Thypi bersarang di
plague penyeri hati, dan bagian-bagian lain system
retikuloendoterial.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan SCOT dan SCET
Pemeriksaan Widal / Widal Test
Penatalaksaan Medis
Infus RL
Inj. Texegram 3 x 250 mg
Inj. Cortidex 3 x ½ amp
Inj. Novalgin 3 x 150 mg
21
Syp. Tempra (kalau demam)
Diagnosa Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari
keperluan tubuh s.d mual dan anoreksia
Gangguan rasa nyaman : nyeri s.d adanya peradangan
(infeksi) pada usus halus oleh kuman Salmonella Thypi
Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan
Intervensi Keperawatan
OLEH :
23
Hepatitis adalah :
Hepatitis B :
Ditularkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh,
parental, koitus seksual, tattoo, kontak langsung dengan luka
terbuka di mana masa inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan.
24
Profilaksis : Vaksin HBV sebelum pemajanan memberikan
imunitas aktif, untuk mempertahankan imunitas, vaksin harus di
ulang setelah satu bulan, enam bulan dan tujuh tahun
Hepatitis C :
Ditularkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh dengan
masa inkubasi kira-kira 2 minggu sampai 6 bulan. Profilaksis :
Globulinimun sebelum pasif untuk 2-3 bulan
25
harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi yang dapat
menimbulkan gas di hindarkan.
26
Makanan yang dilarang pada Diet Hepatitis :
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Penyakit sekarang
d. Riwayat Penyakit Dahulu
e. Riwayat penyakit Keluarga
f. Pengkajian Fisik
Aktivitas dan istirahat
Sirkulasi
Eliminasi
Makanan / Cairan
Neurosensori
Nyeri / Kenyamanan
Pernafasan
Keamanan
Sesualitas
28
g. Data Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
1) Untuk Hepatitis A adanya anti bodi anti hepatitis A
(Imunoglobulin M) dalam serum
2) Hepatitis B adanya antigen permukaan (HBSAg) dalam serum,
status karier di Diagnosa oleh adanya antibody inti Hepatitis
B dalam serum
3) Pemeriksaan fungsi hepar seperti Bilirubin serum dan urine,
alkaline fostatase, Aspartat aminotransferase (ATS), Alanin
Aminotransferase (ALT) meningkat menunjukkan cedera
hepar
4) Biopsi Hepar (Bila Hepatitis menetap selamalebih enam
bulan) untuk membedakan antara kronis dan aktif menetap
2. Prioritas Masalah
a. Menurunya kebutuhan terhadap hati selama meningkatkan
kesehatan fisik
b. Mencegah Komplikasi
c. Meningkatkan konsep diri, menerima situasi
29
d. Memberikan informasi tentang proses penyakit, pragnosis
dan kebutuhan pengobatan
3. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan dasar perawatan diri
b. Pencegahan komplikasi
c. Pasien dapat menerima kenyataan situasi yang ada
d. Pasien dapat mengerti mengenai proses penyakit,
komplikasi yang bisa terjadi serta perawatan yang di beri
4. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas dengan ketidak adekuatan masukan
nutrisi sekunder terhadap Hepatitis, malaise umum, depresi,
pembetasan akibat aktivitas
Intervensi :
1. Pantau :
a. Hasil pemeriksan diagnostik (PT dan PTT) dan enzim Hepar
Serum
b. Berat badan setiap hari
c. Hasil pemeriksaan fungsi hepar
30
d. Jumlah makanan yang dikonsumsi pada setiap makan
2. Dorong untuk istirahat
b. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolic anoreksia, mual / muntah
Intervensi :
Awasi pemasukan diet / jumlah kalori
Berikan perawatan mulut sebelum makan
Anjurkan tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan berlebihan melalaui muntah dan diare
Intervensi :
Awasi masukan dan keluaran
Kaji tanda Vital, nadi perifer, rengisian kapiler, turgor kulit
dan membran mukosa
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
Berhubungan dengan gatal sekunder terhadap akumulasi
garam empedu pada jantung
31
Intervensi :
Mulai tindakan kenyamanan
Pertahankan Linen dan Pakaian kering
32
STUDI KASUS DAN CONTOH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN SIROSIS HEPATITIS
OLEH :
33
Sirosis Hepatitis adalah penyakit hati menahun yang difu ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang
luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.
(Sjaifoellah Noer)
Kesimpulan :
Sirosis Hepatitis adalah penyakit pada hati yang lama dan
menyebabkan kerusakan hati dan gangguan fungsi hati.
35
Tanda dan Gejala
Arief Mansjoer, mengatakan Tanda dan gejala sirosis hepatis adalah
anoreksia, mual, muntah, diare berat badan turun, asites,
hidrotoraks, edema, kadang-kadang urin menjadi tua warnanya /
kecoklatan
Pemeriksaan Penunjang
Arief Mansjoer menyatakan adanya anemia, gangguan faal hati
(penuruan kadar albumin serum, peningkatan kadar serum,
peninggian kadar bilirubun direk dan enderik, penuruanan enzim
kolinerterase serta peningkatan SGOT dan SGPT, pemeriksaan
terhadap alfafeto protein sering menunjukkan peningkatan, unutk
melihat kelainan secara histopatologi dilakukan biopsy hati.
36
Tinjauan Teoritis Keperawatan Sirosis Hepatis
1. Pengkajian
Menurut Marlyn E Doenges :
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Makanan / Cairan
e. Neurosensori
f. Nyeri / Kenyamanan
g. Pernapasan
37
2. Diagnosa Keperawatan :
Menurut Marlyn E Doenges yang mungkin timbul :
a. Nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan tubuh bd diet
tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses /
mencerna makanan, Anoreksia, mual / muntah , tidak mau
makan, mudah kenyang (asites) fungsi usus abnormal
b. Volume cairan, perubahan : kelebihan bd. Gangguan
mekanisme regulasi, kelebihan natrium / masukan cairan
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit bd. Gangguan
sirkulasi / status metabolic, akumulasi garam empedu pada
kulit, turgor kulit buruk, penonjolan tulang, adanya edema,
asites
d. Pola pernafasan tidak efektif bd. Pengumpulan cairan intra
abdomen (asites) penurunan ekspansi paru, akumulasi secret
penurunan energi, kelemahan
e. Resiko tinggi cedera bd. Demam profil darah abnormal :
gangguan faktor pembekuan , hipertensi p[ortal
38
f. Resiko tinggi perubahan proses piker bd. Perubahan
fisiologis : peningkatan kadar ammonia serum,
ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim / obat tertentu
g. Gangguan harga diri / citra tubuh bd. Perubahan biofisika /
gangguan penampilan fisik, prognosis yang meragukan,
perubahan peran fungsi, pribadi rentan, perilaku merusak diri
(penyakit yang dicetuskan oleh alkohol)
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan bd. Kurang meningkat
kesalahan interpretasi, ketidakbiasaan terhadap sumber-
sumber informasi
39
3. Perencanaan :
Prioritas Keperawatan
Mempertahankan nutrisi adekuat
Mencegah komplikasi
Meningkatkan konsep diri, penerimaan situasi
Memberikan informasi tentang proses penyakit /
prognosis, potensial komplikasi dan kebutuhan pengobatan
4. Tujuan pemulangan :
a. Pemasukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu
b. Komplikasi dicegah
c. Menerima kenyataan
d. Proses penyakit, prognosis, potensial komplikasi dan
program pengobatan dipahami
40
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Diagnosa Keperawatan I
Mandiri :
Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori
Bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat badan
Bantu dan dorong pasien makan
Berikan makan sedikit dan sering
Berikan makan halus, hindari makanan kasar sesuai
indikasi
Berikan perawatan sering dan sebelum makan
Anjurkan menghentikan merokok
Koloborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium :
Konsul dengan ahli diet untuk memberikan diet tinggi dalam
kalori dan karbohidrat sederhana, rendah lemak dan tinggi
protein
Berikan obat sesuai indikasi contoh tambahan vitamin,
tiamin, besi asam folat
41
Intervensi diagnosa Keperawatan II
Mandiri :
Ukur masukan dan keluaran cairan
Auskultasi paru, catat penurunan / tak adanya bunyi napas
dan terjadinya bunyi tambahan
Awasi distrimia jantung
Ukur lingkar abdomen
Kolaborasi :
Aeasi albumin serum dan elektrolit
Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
Berikan obat sesuai indikasi : diuretic
Kolaborasi
Bebaskan / Batsi diet protein
Berikan obat sesuai indikasi : pelembuatan feses, pembersih
kolon, agar bakterisidal
44
Intervensi diagnosa Keperawatan VII
Mandiri :
Jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit
Dukung dan dorong pasien
Dorong keluarga / orang terdekat untuk menyatakan
perasaan
Bantu pasien mengatasi perubahan penampilan
Intervensi diagnosa Keperawatan VIII
Mandiri :
Kaji ulang prose penyakit dan harapan yang akan dating
Tekankan pentingnya menghindari alcohol
Informasikan pasien tentang efek penggunaan obat
Tekankan pentingnya nutrisi yang baik
Anjurkan mnenghindari infeksi
Evaluasi :
Diagnosa Keperawatan I
Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut
45
Menunjukan peningkatan berat badan progresif mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal
Diagnosa Keperawatan II
Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran
Berat badan stabil
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak ada edema
Diagnosa Keperawatan III
Pasien akan memepertahankan integritas kulit
Pasien akan mengidentifikasi faktor resiko dan menunjukkan
perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Diagnosa Keperawatan VI
Pola pernafasan efektif
Bebas dispnea dan sianosis
Kapasitas vital dalam rentang normal
46
Diagnosa Keperawatan V
Menunjukkan perilkau penurunan resiko perdarahan
Pasien akan mempertahankan homeostasis tanpa perdarahan
Diagnosa Keperawatan VI
Menunjukan perilaku / perubahan pola hidup untuk mencegah /
meminimalkan perubahan mental
Pasien akan mempertahankan tingkat mental / oreintasi
kenyataan
47
Diagnosa Keperawatan VII
Pasien akan menyatakan pemahaman akan perubahan dan
penerimaan diri pada situasi yang ada
Pasien akan mengidentifikasi perasaan dan metode koping
terhadap persepsi diri negatif
48