Anda di halaman 1dari 48

STUDI KASUS DAN CONTOH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN GASTRO ENTERITIS

OLEH :

Subhan, S.Kep. Ns.


Staf Pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah

1
Gastroenteritis / diare :
Peningkatan keenceran atau frekuensi dari pergerakan usus yang
bersifat relatif pada setiap individu. Diare merupakan gejala dari
proses penyakit dari saluran pencernaan dan intestinal (Greenberg,
1988 : 112)

Menurut WHO diare adalah :


Buang air besar atau defekasi dengan konsistensi cair lebih dari tiga
kali sehari (Arif Manjoer, 1999 : 501)

Menurut FKUI / RSCM bagian IKA diare :


Buang air besar yang tidak normal atau encer dengan frekuensi
buang air besar lebih dari empat kali sedangkan untuk bayi dan anak
bila frekuensinya lebih dari tiga kali (Ilyas 1952:97)
Berdasarkan mulai & lamanya Gastroenteritis terbagi 2 (dua) :
 Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa hari sampai 7 atau 14 hari
 Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu
2
Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa sedangkan pada bayi /
anak ditetapkan batas waktu 2 minggu (Arif Manjoer, 1999 :500)
Faktor-Faktor Penyebab Diare :
 Faktor Infeksi
1. Infeksi Internal yaitu infeksi pada saluran pencernaan makanan
yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi
infeksi internal oleh bakteri, virus dan parasit
2. Infeksi Parental yaitu infeksi di luar dari saluran pencernaan
makanan seperti Tonsilitis dan Bronkhopneumonia
 Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi Karbohidrat : Disakarida (intoleransi Laktose,
Maltose dan sucrose),Monosakarida (intoleransi Glukose).
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi Protein

 Faktor Makanan
Makanan yang kadaluarsa, beracun dan adanya alergi terhadap
makanan.
3
 Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada bayi dan balita tapi
pada anak yang lebih besar banyak ditemukan kasus ini)

4
Mekanisme Dasar Yg Menyebabkan Diare :
 Gangguan Osmotik
 Gangguan Sekresi
 Gangguan Motilitas Usus

Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinik Gastroenteritis pada Anak :
Penderita dengan diare akut akibat infeksi akan mengalami nausea,
muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare.

Kekurangan Cairan dapat mengakibatkan penderita haus, lidah


kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara serak.

5
Tingkatan Dehidrasi / Kekurangan Cairan adalah :

 Dehidrasi ringan
Kehilangan Cairan tubuh < 5 % atau rata-rata 25 ml/Kg BB,
Penderita masih mau minum, kesadaran baik, nadi normal, rasa
haus, ubun ubun dan mata belum cekung, turgor kulit biasa dan
kencing normal

 Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan tubuh > 5-10 % atau rata-rata 75 ml/Kg BB,
penderita gelisan, sangat haus, nadi agak cepat, pernapasan
cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan turgor
kurang

 Dehidrasi berat
Kehilangan Cairan tubuh > 10-15,5 % atau rata-rata 125 ml/kg BB,
penderita apatis, denyut nadi cepat dan kecil, tekanan darah

6
menurun, anuria, pernapasan cepat dan dalam, turgor kulit sangat
lambat, ubun-ubun dan mata sangat cekung.

Pemeriksaan Diagnostik
Gastroenteritis Meliputi :
 Riwayat alergi pada obat atau makanan
 Kultur tinja
 Pemeriksaan elektrolit, BUN, Creatinin dan Glukose
 Pemeriksaan tinja, pH, Leukosit, glucose dan adanya darah

7
Dasar Penatalaksanaan Medis Penderita Gastroenteritis :
a. Pemberian Cairan
b. Pengobatan Diet
c. Obat-Obatan

a. Pemberian Cairan
Dalam Pemberian Caiaran ada “4 J “ hal yang perlu diperhatikan :
1) Jenis Cairan
 Caiaran Rehidrasi Oral : dengan Formula yang
lengkap mengandung Nacl, KCL, NaCHO dan Glukose yaitu
oralit
 Cairan Rehidrasi Parenteral
Digunakan untuk diare akut dengan dehidrasi berat yaitu
Ringer Laktat

8
2) Jalan Pemberian
 Cairan rehidrasi oral : Diberikan untuk penderita yang
belum jatuh dalam dehidrasi berat
 Cairan rehidrasi Parental : Diberikan kepada penderita
dehidrasi berat atau belum tetapi kesadarannya menurun

3) Jumlah Cairan yang diberikan


 Dehidrasi ringan, penggantinya 25-50 cc/kg/BB/hari
 Dehidrasi sedang, penggantinya 50-100 cc/kg BB/hari
 Dehidrasi berat, penggantinya > 100 cc/kg BB/hari

4) Jadwal Pemberian
Makin berat derajat dehidrasinya harus semakin cepat
pemberian rehidrasinya.

b. Pengobatan Diet
Anak yang menderita Gastroenteritis diberi diet susu (ASI) atau
susu formula yang menganduk rendah lactose, asam lemak tak
9
jenuh, bila anak tidak mau makan / minum susu beri makanan yg
setengah padat (bubur susu / nasi tim)
c. Obat-Obatan
Obat yang diberikan meliputi obat symtomatik maupun obat yang
langsung mengatasi penyebab yaitu : Antiemetika
(Metokloporamide, Domperidon, Antispasmodik (papaverine,
ekstraxbeladona), obat pengeras tinja (Kaolin) Antipyretika
(paracetamol,acetamenofen) dan Antibiotika (Kotrimoxasol,
kloramhenicol).

10
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Pengkajian Gastroenteritis menurut Doenges, 1999 : 473-475

 Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, keletihan, malaise cepat lelah

 Eliminasi
Gejala : Episode diare yang tidak dapat diperkirakan akan
hilang timbul, sering tidak terkontrol, platus lembut dan semi cair,
bau busuk dan berlemak serta melena

 Makanan / Cairan
Gejala : Anorexia, mual dan muntah, penurunan berat badan,
tak toleransi terhadap produk susu, makanan berlemak.

11
Tanda : Penurunan lemak subcutan / Imasa otot, kelemahan
tonus otot buruk dan turgor buruk, membran muka pucat.

 Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan dari
bau badan

 Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada
kuadran kanan, nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal

Tanda : Adanya distensi pada abdomen

 Penyuluhan dan pembelajaran


Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit Inflamasi usus
Rencana Pemulangan : Bantuan dalam program diet, obat dan
dukungan psikologis.
12
Diagnosa Keperawatan :

 Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus


 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran berlebihan
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrisi oleh usus
 Nyeri berhubungan dengan peningkatan peristaltic usus

Intervensi Diagnosa Diare :


Intervensi I :
 Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah
dan faktor pencetus
 Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat
tidur
 Buang feses dengan cepat, desinfeksi kalau perlu
 Identifikasi makanan atau minuman yang menyebabkan diare
 Mulai lagi pemasukan peroral secara bertahap
13
14
Intervensi II :
 Awasi masukan dan keluaran, karekter dan jumlah feses
 Ukur berat jenis urine, observasi oliguri
 Kaji tanda vital
 Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa,
penurunan turgor kulit
 Ukur berat badan tiap hari
 Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring

Intervensi III :
 Timbang badan tiap hari
 Anjurkan istirahat sebelum makan
 Jaga kebersihan mulut
 Sediakan makanan yang bersih, ventilasi yang baik, lingkungan
yang tenang, temani penderita makan
 Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen,
flatus (missal produk susu)

15
 Dorong penderita untuk menyetakan perasaan masalah makan /
diet
Intervensi IV :
 Kaji laporan kram abdomen maupun nyeri, lokasi, lamanya,
intensitas
 Catat petujuk non verbal, missal gelisah, menolak untuk
bergerak, berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi,
selidiki perbedaan verbal dan non verval
 Kaji ulang hal-hal yang meringankan dan yang memberatkan
nyeri
 Berikan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri misalnya
distraksi, masase atau kompres

Evaluasi yang dapat dilakukan pada anak Gastroenteritis :


a. Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi
b. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
c. Pengetahuan keluarga terpenuhi

16
STUDI KASUS DAN CONTOH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN TYPOID

OLEH :

Subhan, S.Kep. Ns.


Staf Pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah

17
PengertianTypoid adalah :

penyakit infeksi akut pada usus halus atau menyebabkan anteritis


akut. Demam tipoid di sebabkan karena Salmonella Thypi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pigmen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang, madsa tunas demam tipoid
berlangsung 10-14 hari

Tanda dan Gejala


Gejala umumnya antara lain :
 Anoreksia, demam beberapa minggu, sakit pada bagian depan
 Nyeri kepala, mual dan muntah, nyeri otot, perasaan tidak enak
pada perut, diare, sembelit, lidah kotor bagian tengah tepi, serta
pada bagian ujungnya merah
 Lemah dan lesu

18
Masa penyakit ini 1-3 minggu lamanya dengan gejala dan tanda :

a. Pada Minggu I:
Suhu tubuh naik, berak cair (diare) atau tidak buang air sama
sekali

b. Pada Minggu II:


Suhu tubuh tinggi terus menerus, penderita lemah sekali, pada
saat ini dinding usus mengalami kerusakan sehingga sangat
berbahaya

c. Pada Minggu III:


Disorientasi mental, diare kehijauan seperti sop kacang polong,
perfurasi usus dan perdarahan dapat terjadi

d. Pada Minggu IV:


Biasa, tetapi suhu tubuh turun dan gambaran klinis membaik

19
Penyebab demam thypoid yaitu diantaranya :
1. Salmonella Parathypi A
2. Salmonella Parathypi B
3. Salmonella Parathyi C
4. Salmonella Thypi

Patofisiologi
Kuman salmonella thypi masuk tubuh manusia melalui mulut dan
mekanan, dan air yang tercemar. Sebagian kuman yang masuk ke
dalam tubuh manusia di musnahkan oleh asam lambung. Sebagian
lagi masuk ke dalam usus halus dan mencapai jaringan limpoid
plague dan ileumterminous yang mengalami hipertropi. Setelah
melewati kelenjar-kelenjar limfe Salmonella Thypi bersarang di
plague penyeri hati, dan bagian-bagian lain system
retikuloendoterial.

Orang yang kena penyakit ini dapat menjadi pembawa penyakit


tipoid, namun tidak menjadi penderita tipoid. Orang ini disebut
Carrier Thypoid, tampak tidak sakit dan bekerja seperti biasa,
20
namun dalam tubuhnya terkandung kuman thypoid. Kuman ini
dapat keluar bersama tinja orang tersebut.

Carrier ini mungkin penderita yang sedang sakit (Carrier akut),


carrier menahun yang terus menerus mengeluarkan kuman
melalui ekskresi tetapi tidak terasa sakit, dan hal ini disebut
sebagai kuman atau carrier pasif.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan SCOT dan SCET
Pemeriksaan Widal / Widal Test

Penatalaksaan Medis
Infus RL
Inj. Texegram 3 x 250 mg
Inj. Cortidex 3 x ½ amp
Inj. Novalgin 3 x 150 mg
21
Syp. Tempra (kalau demam)
Diagnosa Keperawatan
 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari
keperluan tubuh s.d mual dan anoreksia
 Gangguan rasa nyaman : nyeri s.d adanya peradangan
(infeksi) pada usus halus oleh kuman Salmonella Thypi
 Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan

Intervensi Keperawatan

 Monitor vital sign


 Kaji penyebab masalah nutrisi
 Kaji penyebab rasa nyeri
 Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang lunak
 Atur ruangan klien senyaman mungkin
 Kaji penyebab demam
 Kaji kebutuhan nutrisi klien
 Anjurkan kepada klien bed rest yang cukup
22
STUDI KASUS DAN CONTOH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HEPATITIS

OLEH :

Subhan, S.Kep. Ns.


Staf Pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah

23
Hepatitis adalah :

Inflamasi akut hepar yang disebabkan oleh Bakteri atau cedera


toksik, tetapi pada Hepatitis Virus yang sering terlihat yaitu Virus
Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C dan virus-virus lain.

TIPE UTAMA PADA HEPATITIS VIRUS :


 Hepatitis A :
Ditularkan melalui praktik oral-anak, makanan terkontaminasi dan
kerang. Masa inkubasi kira-kira 2-6 minggu. Profilaksis : Globulin
imun sebelum dan sesudah pemajanan memberikan imunitas
pasif selama 2-3 bulan

 Hepatitis B :
Ditularkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh,
parental, koitus seksual, tattoo, kontak langsung dengan luka
terbuka di mana masa inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan.

24
Profilaksis : Vaksin HBV sebelum pemajanan memberikan
imunitas aktif, untuk mempertahankan imunitas, vaksin harus di
ulang setelah satu bulan, enam bulan dan tujuh tahun
 Hepatitis C :
Ditularkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh dengan
masa inkubasi kira-kira 2 minggu sampai 6 bulan. Profilaksis :
Globulinimun sebelum pasif untuk 2-3 bulan

Diet Pada Hepatitis


Tujuan Diet Hepatitis adalah :
Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan pekerjaan
hati, guna mempercepat fungsi hati.

Syarat Diet Hepatitis :


Tinggi Kalori yang didapat melalui sumber hidrat arang, konsumsi
lemak dan protein di batasi sejalan dengan keadaan penyakit, bila
ditemukan bengkak konsumsi garam juga dibatasi, bahan makanan

25
harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi yang dapat
menimbulkan gas di hindarkan.

26
Makanan yang dilarang pada Diet Hepatitis :

Sumber lemak, yaitu semua makanan di goring dan semua daging


yang banyak mengandung lemak, mis : daging babi, jeroan, kuning
telur, santan kental, alpokat. Bahan yang menimbulkan gas mis : ubi,
singkong, kacang merah, Kol, Sawi dll) makan dan minuman yang
beralkohol, serta batasi makanan yang mengandung garam, bumbu-
bumbu.

Makanan yang Diperbolehkan Pada Diet Hepatitis :


Nasi, Roti, Bihun, Biskuit, Kentang, Tahu, Tempe, kacang Ijo,
Sayuran, (Kacang panjang, Buncis muda, Bayam, Labu siam, labu
kuning, wortel, kangkung), buah-buahan (pepaya, pisang, jeruk,
nanas, saribuah) gula murni, madu, gula gula, sirup, lemak tak jenuh
(minyak dari tumbuh-tumbuhan anatar lain kacang tanah, minyak biji
bunga matahari, minyak biji kapas, minyak jagung dll) laus, kunyit,
bawang putih, bawang merah, ketumbar, garam.
27
Konsep Teoritis Askep Hepatitis

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Penyakit sekarang
d. Riwayat Penyakit Dahulu
e. Riwayat penyakit Keluarga
f. Pengkajian Fisik
 Aktivitas dan istirahat
 Sirkulasi
 Eliminasi
 Makanan / Cairan
 Neurosensori
 Nyeri / Kenyamanan
 Pernafasan
 Keamanan
 Sesualitas
28
g. Data Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
1) Untuk Hepatitis A adanya anti bodi anti hepatitis A
(Imunoglobulin M) dalam serum
2) Hepatitis B adanya antigen permukaan (HBSAg) dalam serum,
status karier di Diagnosa oleh adanya antibody inti Hepatitis
B dalam serum
3) Pemeriksaan fungsi hepar seperti Bilirubin serum dan urine,
alkaline fostatase, Aspartat aminotransferase (ATS), Alanin
Aminotransferase (ALT) meningkat menunjukkan cedera
hepar
4) Biopsi Hepar (Bila Hepatitis menetap selamalebih enam
bulan) untuk membedakan antara kronis dan aktif menetap
2. Prioritas Masalah
a. Menurunya kebutuhan terhadap hati selama meningkatkan
kesehatan fisik
b. Mencegah Komplikasi
c. Meningkatkan konsep diri, menerima situasi
29
d. Memberikan informasi tentang proses penyakit, pragnosis
dan kebutuhan pengobatan
3. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan dasar perawatan diri
b. Pencegahan komplikasi
c. Pasien dapat menerima kenyataan situasi yang ada
d. Pasien dapat mengerti mengenai proses penyakit,
komplikasi yang bisa terjadi serta perawatan yang di beri

4. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas dengan ketidak adekuatan masukan
nutrisi sekunder terhadap Hepatitis, malaise umum, depresi,
pembetasan akibat aktivitas
Intervensi :
1. Pantau :
a. Hasil pemeriksan diagnostik (PT dan PTT) dan enzim Hepar
Serum
b. Berat badan setiap hari
c. Hasil pemeriksaan fungsi hepar
30
d. Jumlah makanan yang dikonsumsi pada setiap makan
2. Dorong untuk istirahat
b. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolic anoreksia, mual / muntah
Intervensi :
 Awasi pemasukan diet / jumlah kalori
 Berikan perawatan mulut sebelum makan
 Anjurkan tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan berlebihan melalaui muntah dan diare
Intervensi :
 Awasi masukan dan keluaran
 Kaji tanda Vital, nadi perifer, rengisian kapiler, turgor kulit
dan membran mukosa
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
Berhubungan dengan gatal sekunder terhadap akumulasi
garam empedu pada jantung
31
Intervensi :
 Mulai tindakan kenyamanan
 Pertahankan Linen dan Pakaian kering

32
STUDI KASUS DAN CONTOH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN SIROSIS HEPATITIS

OLEH :

Subhan, S.Kep. Ns.


Staf Pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah

33
Sirosis Hepatitis adalah penyakit hati menahun yang difu ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang
luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.
(Sjaifoellah Noer)

Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis hati yang dikarakteristikkan


oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi
seluler dan selanjutnya aliran darah kehati.
(Marilyn E. Doenges)

Kesimpulan :
Sirosis Hepatitis adalah penyakit pada hati yang lama dan
menyebabkan kerusakan hati dan gangguan fungsi hati.

Penyebab penyakit Sirosis Hepatis antara lain : Malnutrisi,


alkoholisme, virus hepatis, kegagalan jantung yang menyebabkan
34
bendungan vena hepatica, penyakit Wilson, hemokromatosis zat
toksik (Arief Mansjoer)
Patofisiologi :
Sirosis Hepatis

Mekanik Imonologis Campuran

Terjadi Hepatis Terjadi Hepatis


Viral Akut Viral Akut

Peradangan sel hati Peradangan sel hati


Nekrosis luas Nekrosis

Pemb. Jaringan ikat Hepatis Kronik


& nodul regenerasi

Sirosis Hepatis Sirosis Hepatis

35
Tanda dan Gejala
Arief Mansjoer, mengatakan Tanda dan gejala sirosis hepatis adalah
anoreksia, mual, muntah, diare berat badan turun, asites,
hidrotoraks, edema, kadang-kadang urin menjadi tua warnanya /
kecoklatan

Pemeriksaan Penunjang
Arief Mansjoer menyatakan adanya anemia, gangguan faal hati
(penuruan kadar albumin serum, peningkatan kadar serum,
peninggian kadar bilirubun direk dan enderik, penuruanan enzim
kolinerterase serta peningkatan SGOT dan SGPT, pemeriksaan
terhadap alfafeto protein sering menunjukkan peningkatan, unutk
melihat kelainan secara histopatologi dilakukan biopsy hati.

36
Tinjauan Teoritis Keperawatan Sirosis Hepatis
1. Pengkajian
Menurut Marlyn E Doenges :
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Makanan / Cairan
e. Neurosensori
f. Nyeri / Kenyamanan
g. Pernapasan

37
2. Diagnosa Keperawatan :
Menurut Marlyn E Doenges yang mungkin timbul :
a. Nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan tubuh bd diet
tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses /
mencerna makanan, Anoreksia, mual / muntah , tidak mau
makan, mudah kenyang (asites) fungsi usus abnormal
b. Volume cairan, perubahan : kelebihan bd. Gangguan
mekanisme regulasi, kelebihan natrium / masukan cairan
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit bd. Gangguan
sirkulasi / status metabolic, akumulasi garam empedu pada
kulit, turgor kulit buruk, penonjolan tulang, adanya edema,
asites
d. Pola pernafasan tidak efektif bd. Pengumpulan cairan intra
abdomen (asites) penurunan ekspansi paru, akumulasi secret
penurunan energi, kelemahan
e. Resiko tinggi cedera bd. Demam profil darah abnormal :
gangguan faktor pembekuan , hipertensi p[ortal

38
f. Resiko tinggi perubahan proses piker bd. Perubahan
fisiologis : peningkatan kadar ammonia serum,
ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim / obat tertentu
g. Gangguan harga diri / citra tubuh bd. Perubahan biofisika /
gangguan penampilan fisik, prognosis yang meragukan,
perubahan peran fungsi, pribadi rentan, perilaku merusak diri
(penyakit yang dicetuskan oleh alkohol)
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan bd. Kurang meningkat
kesalahan interpretasi, ketidakbiasaan terhadap sumber-
sumber informasi

39
3. Perencanaan :
Prioritas Keperawatan
 Mempertahankan nutrisi adekuat
 Mencegah komplikasi
 Meningkatkan konsep diri, penerimaan situasi
 Memberikan informasi tentang proses penyakit /
prognosis, potensial komplikasi dan kebutuhan pengobatan

4. Tujuan pemulangan :
a. Pemasukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu
b. Komplikasi dicegah
c. Menerima kenyataan
d. Proses penyakit, prognosis, potensial komplikasi dan
program pengobatan dipahami

40
Intervensi Keperawatan :
 Intervensi Diagnosa Keperawatan I
Mandiri :
 Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori
 Bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat badan
 Bantu dan dorong pasien makan
 Berikan makan sedikit dan sering
 Berikan makan halus, hindari makanan kasar sesuai
indikasi
 Berikan perawatan sering dan sebelum makan
 Anjurkan menghentikan merokok
Koloborasi :
 Awasi pemeriksaan laboratorium :
 Konsul dengan ahli diet untuk memberikan diet tinggi dalam
kalori dan karbohidrat sederhana, rendah lemak dan tinggi
protein
 Berikan obat sesuai indikasi contoh tambahan vitamin,
tiamin, besi asam folat
41
 Intervensi diagnosa Keperawatan II
Mandiri :
 Ukur masukan dan keluaran cairan
 Auskultasi paru, catat penurunan / tak adanya bunyi napas
dan terjadinya bunyi tambahan
 Awasi distrimia jantung
 Ukur lingkar abdomen

Kolaborasi :
 Aeasi albumin serum dan elektrolit
 Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
 Berikan obat sesuai indikasi : diuretic

 Intervensi diagnosa Keperawatan III


Mandiri :
 Pijat penonjolan tulang atau area yang tertekan terus
menerus
 Ubah posisi pada jadwal teratur
42
 Tinggikan ekstramitas bawah
 Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan
 Intervensi diagnosa Keperawatan IV
Mandiri :
 Awasi frekuensi,kedalaman dan upayakan pernapasan
 Auskultasi bunyi napas , catat krekel, mengi,ronki
 Pertahankan kepala tempat tidur tinggi
 Dorong napas dalam dan latihan batuk
Kolaborasi
 Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
 Bantu dengan alat-alat pernapasan seperti spirometri intensif
 Intervensi diagnosa Keperawatan V
Mandiri :
 Kaji adanya tanda-tanda dan gejala-gejala perdarahgan GI
 Observasi adanya petekie, ekimosis
 Awasi nadi, TD
 Gunakan jarum kecil untuk injeksi
Kolaborasi
43
 Awasi Hb / Ht dan faktor pembekuan
 Berikan obat sesuai indikasi : vitamin tambahan (Vitamin K,D
dan C)
 Intervensi diagnosa Keperawatan VI
Mandiri :
 Observasi perubahan perilaku dan mental
 Konsul pada orang terdekat tentang perilaku umum dan
mental pasien
 Orientasi waktu, temapat dan orang
 Pertahankan kenyamanan

Kolaborasi
 Bebaskan / Batsi diet protein
 Berikan obat sesuai indikasi : pelembuatan feses, pembersih
kolon, agar bakterisidal

44
 Intervensi diagnosa Keperawatan VII
Mandiri :
 Jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit
 Dukung dan dorong pasien
 Dorong keluarga / orang terdekat untuk menyatakan
perasaan
 Bantu pasien mengatasi perubahan penampilan
 Intervensi diagnosa Keperawatan VIII
Mandiri :
 Kaji ulang prose penyakit dan harapan yang akan dating
 Tekankan pentingnya menghindari alcohol
 Informasikan pasien tentang efek penggunaan obat
 Tekankan pentingnya nutrisi yang baik
 Anjurkan mnenghindari infeksi
Evaluasi :
Diagnosa Keperawatan I
 Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut

45
 Menunjukan peningkatan berat badan progresif mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal

Diagnosa Keperawatan II
 Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran
 Berat badan stabil
 Tanda vital dalam rentang normal
 Tidak ada edema
Diagnosa Keperawatan III
 Pasien akan memepertahankan integritas kulit
 Pasien akan mengidentifikasi faktor resiko dan menunjukkan
perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit

Diagnosa Keperawatan VI
 Pola pernafasan efektif
 Bebas dispnea dan sianosis
 Kapasitas vital dalam rentang normal
46
Diagnosa Keperawatan V
 Menunjukkan perilkau penurunan resiko perdarahan
 Pasien akan mempertahankan homeostasis tanpa perdarahan

Diagnosa Keperawatan VI
 Menunjukan perilaku / perubahan pola hidup untuk mencegah /
meminimalkan perubahan mental
 Pasien akan mempertahankan tingkat mental / oreintasi
kenyataan

47
Diagnosa Keperawatan VII
 Pasien akan menyatakan pemahaman akan perubahan dan
penerimaan diri pada situasi yang ada
 Pasien akan mengidentifikasi perasaan dan metode koping
terhadap persepsi diri negatif

Diagnosa Keperawatan VIII


 Pasien akan menyatakan pemahaaman proses penyakit /
prognosis
 Pasien akan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab
 Pasien akan melakukan perubahan hidup dan berpartisipasi
dalam perawatan

48

Anda mungkin juga menyukai