OLEH :
DISUSUN OLEH:
NIM : 17.20.2784
Page | 1
KATA PENGANTAR
Page | 2
DAFTAR ISI
1. Cover............................................................................................................
2. Kata Pengantar.............................................................................................
3. Daftar Isi......................................................................................................
4. BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang.......................................................................................
1.2Rumusan Masalah..................................................................................
1.3Tujuan....................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................
1.4Manfaat..................................................................................................
5. BAB 2 : LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Endokrin..................................................................
2.2 Jenis-Jenis Gangguan pada Sistem Endokrin.......................................
2.3 Prinsip Legal Etik pada Pasien Gangguan Endokrin............................
6. BAB 3 : PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Kasus......................................................................................
3.2 Penerapan Prinsip Legal Etik.................................................................
7. BAB 4 : PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................
4.2 Saran.....................................................................................................
8. Daftar Pustaka..............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Page | 3
Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai
subjek hukum yang melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan
manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok, hukum mengatur
perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang lain, antar
kelompok manusia, maupun antara manusia dengan kelompok manusia.
Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan
(Praptianingsih, S. 2006).
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan
Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang
keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
.....Kemajuan dalam bidang keperawatan, hak klien, perubahan
sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap
etik. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan
keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat,
dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk
melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien.
Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan
lindungan yangjls
1.2 Rumusan Masalah
Page | 4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah membahas tentang “Prinsip Legal Etik pada Pasien
Gangguan Endokrin” mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan prinsip legal etik keperawatan.
1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk membagikan
informasi dan wawasan kepada pembaca mengenai prinsip legal etik pada
pasien gangguan endokrin.
Page | 5
BAB 2
LANDASAN TEORI
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu
kelenjar atau organ, yang bertindak sebagai “pembawa pesan” untuk
dibawa ke berbagai sel tubuh, kemudian “pesan” itu diterjemahkan
menjadi suatu tindakan. Hormon dalam jumlahyang sangat kecil bisa
memicu respon tubuh yang sangat luas.Hormon yang dihasilkannya itu
dalam jumlah sedikit pada saat dibutuhkan dan dialirkan ke organ sasaran
melalui pembuluh darah.Dalam hal struktur kimianya, hormon
Page | 6
diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut
dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (misal
insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan
katekolamin (misal dopamin, norepinefrin, epinefrin). Hormonyang larut
dalam lemak termasuk steroid (misal estrogen, progesteron, testosteron,
glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (misal tiroksin). Hormon yang larut
dalam air bekerja melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon
steroid dapat menembus membran sel dengan bebas.
Kelenjar hipofisis terletak pada dasar otak didalam sela tursika. Kelenjar
hipofisis berperan penting dalam mengendalikan fungsi sebagian besar
kelenjar endokrin lainnya. Penyakit pada kelenjar hipofisis dibagi menjadi:
1. Hiperpituitarisme
Produksi homron hipofisis anterior yang berlebihan dan disebabkan
oleh adenoma fungsional dalam lobus anterior.
2. Hipopituitarisme
Hipopituitarisme mengacu pada berkurangnya sekresi hormon-
hormon hipofisis, keadaan ini dapat terjadi karena penyakit pada
hipotalamus atau hipofisis.
2) Kelenjar Tiroid
Page | 7
bersifat fokal atau difus dalam kelenjar tiroid. Gangguan pada kelenjar tiroid
antara lain, yaitu:
1. Hipertiroidisme
Tirotoksikosis merupakan keadaan hipermetabolik yang disebabkan
oleh kenaikan kadat T3 dan T4 bebas.
2. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme disebabkan oleh perubahan struktual atau fungsuonal
yang mempengaruhi kecukupan produksi hormon tiroid.
Hipotiroidisme terjadi secara intrinsik dalam kelenjar tiroid sendiri
atau merupakan akibat penyakit pada hipotalamus atau hipofisis.
3. Tiroiditis
Inflamasi kelenjar tiroid, atau tiroiditis, mencakup sekelompok
kelainan yang beragam, meliputi berbagai keadaan yang menyebabkan
sekit akut dengan nyeri tiroid yang hebat (Contoh: Tiroiditis
infeksiosa, tiroiditis granulomatosa subakut) dan kelainan dengan
inflamasi yang relatif ringan terutama bermanifestasi dalam bentuk
disfungsi tiroid (tiroiditis limfositik subakut [tanpa rasa nyeri] dan
tiroidotis fibrosa [reidel])
4. Graves
Penyakit yang disebabkan oleh terganggunya fungsi sistem imun
tubuh. Pada kondisi ini, antibodi yang diproduksi oleh tubuh yang
seharusnya ditujukan kepada virus atau benda asing lainnya sebagai
pemicu penyakit malah justru menyerang reseptor yang terdapat pada
pada sel dalam kelenjar tiroid di leher sehingga antibodi mengganggu
proses produksi hormon tiroid dan menyebabkan hipertiroidisme.
Penyakit ini cenderung dialami oleh wanita pada usia 20 dan 40 tahun.
Penderita biasanya mengeluh lemas, capek, banyak berkeringat, tidak
tahan panas, nervous, sering diare dan palpitasi jantung. Pada penyakit
ini terdapat dua kondisi khusus berdasarkan gejala yang muncul, yaitu
oftalmopati (yang mengenai area mata) dan dermatopati (yang
mengenai kulit).
Page | 8
5. Gondok (Goiter) Difus dan Multinoduler
Pembesaran kelenjar tiroid atau gondok merupakan manifestasi
penyakit tiroid yang paling sering ditemukan. Keadaan gondok
mencerminkan terganggunya sintesis hormon tiroid, keadaan ini
paling sering disebabkan oleh defisiensi iodium dalam makanan.
3) Kelenjar Paratiroid
1. Hiperparatiroidisme
Terjadi dalam dua bentuk utama, yaitu primer dan sekunder. Keadaan
pertama mempresentasikan over produksi otonom PTH sementara
keadaan yang kedua secara khas terjadi sekunder karena insufisiensi
ginjal yang kronik.
2. Hipoparatiroidisme
Hipoparatiroidisme mempunyai lebih dari satu penyebab:
a. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh pembedahan
b. Kelainan kongenital berupa tidak adanya semua kelenjar
(misalnya, sindrom Digeorge)
c. Hipoparatiroidisme familial kerap berkaita dengan kandidiasis
mukokutaneus yang kronik dan insufisiensi adrenal primer,
sindrom ini disebabkan oleh mutasi pada gen regulator
autoimum (AIRE).
d. Hipoparatiroidisme idiopatik besar kemungkinannya
merupakan kelainan autoimun dengan destruksi kelenjar
paratiroid yang tersendiri.
3. Pseudohipoparatiroidisme
Patogenesis Pseudohipoparatiroidisme berhubungan dengan mutasi
pada gen GNAS1, yaitu gen yang mengkode protein Gs yaitu protein
G yang memediasi kerja PTH pada sel. Akibarnya, terjadi kehilangan
daya responsif terhadap PTH dalam jaringan target. Situasi ini
mengakibatkan hipokalsema, hiperfungsi kompensasi paratiroid, dan
sejumlah kelainan skeletal serta tumbuh kembang. Pasien kelainan ini
Page | 9
dapat memiliki tubuh yang pendek, wajah yang bundar (bulat), leher
yang pendek dan tulang-tulang metakarpal dan metatarsal yang
pendek.
Page | 10
dengan keluhan polidipsia serta poliuria dan kadang-kadang
obesitas.
5) Korteks Adrenal
1. Hiperfusi Korteks Adrenal ( Hiperadrenalisma)
Ada 3 tipe dasar kortikosteroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal
(glukokortikoid, mineralokortikoid, dan steroid seks) dan 3 sindrom
klinis hiperadrenal yang berbeda:
a. Sindrom Cushing (sekresi kortisol yang berlebih)
Hiperkortisolisme disebabkan oleh kenaikan kadar
glukokortikoid.
b. Hiperaldosteronisme
(a) Hiperaldosteronisme primer ditandai oleh sekresi kronik
aldosteron yang berlebihan.
(b) Hiperaldosteronisme sekunder, pelepasan aldosteron terjadi
sebagai respon terhadap aktivasi sistem renin-angiotensin dan
ditemukan pada keadaan gagal seperti gagal jantung
kongestif, penurunan perfusi ginjal, serta kehamilan.
c. Sidrom adrenogenital (sekresi hormon-hormon androgen yang
berlebihan)
Kelainan diferensiasi seksual seperti verilisasi pada wanita dan
pubertas prekokus pada pria.
6) Kelenjar Pineal
Neoplasma regio pineal mewakili kurang darai 1% tumor otak; neoplasma
ini meliputi tumor sel tunas yang menyerupai tumor sel tunas pada gonad
dan neoplasma yang berasal dari parenkim kelenjar pineal. Pinealoma
dipilah menjadi pineoblastoma atau pineositoma menurut tingkat
diferensiasinya.
Page | 11
2.3 Prinsip Legal Etik pada Pasien Gangguan Endokrin
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
(Kozier,2010)
Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan ikut
menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara
keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana
keperawatan memberikan kontribusi yangunik terhadap bentuk pelayanan
kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koodinatif dan
advokatif. Keperawatansebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk
pelayanan profesional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan
kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima
oleh masyarakat dengan baik. (Sukma,2012)
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang
Professional, Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and
Management dan bidang Professional Development “Setiap profesi pada
dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh
melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna
dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting
kepada masyarakat”. (Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan UI 2006)
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang
batasan legal yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek
keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung
pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak
perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman
terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan
keperawatan yang profesional.
Prinsip – Prinsip Legal Dan Etis adalah :
Page | 12
a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
Page | 13
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
i. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang
berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan
“consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi
“informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang
diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian “informed
consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh
pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
Page | 14
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko
yang berkaitan dengannya.
a) Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan
cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun
tidak melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien
jatuh dan cedera.
b) Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena
mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang
yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.
c) Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan
orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika
anda menyatakan secara verbal atau tertulis.
d) False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik
atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja
sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan
restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.
Page | 15
e) Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh
orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan
berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita
berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien
harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita
lakukan.
f) Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.
Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu
adalah tindakan yang melawan hukum.
g) Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik
meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan
pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-
anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit di
mengerti mengapa seseorang menganiaya orang lain yang lemah atau
rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa
mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal
dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu
menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.
Page | 16
BAB 3
PEMBAHASAN
Page | 17
Dalam kasus ini pasien merasa kesal, kecewa, marah, dan
menyangkal bahkan akan berpindah – pindah dokter untuk memastikan
bahwa pernyataan dokter mengenai dirinya mengidap DM tidak benar.
Tetapi sebagai seorang perawat, kita juga mempunyai kewajiban
untuk memberikan motifasi dan penjelasan kepada pasien dan keluarga
agar tidak putus asa.
3. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
Pasien menyangkal dan meminta keadilan atas pernyataan dokter
mengenai penyakit DM yang dideritanya karena didalam keluarga
Page | 18
besarnya tidak ada riwayat penyakit DM dan pasien mengatakan selalu
menjaga proporsi makanannya.
Dengan adanya kasus yang terjadi di atas, perawat seharusnya bisa
menyikapi dan mengerti atas masalah yang sedang di hadapi pasien
dan istri pasien misalnya perawat membantu memberikan dukungan
dan memberikan rasa nyaman dan tenang pada psikologis pasien dan
keluarganya.
5. Moral Right
Teori moral mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks dan
luas yang melebihi cakupan pendahuluan ini pada etik perawatan
kesehatan. Namun, terdapat teori moral dasar yang memainkan peran
penting dalam proses pertimbangan.
1. Teori pertama, seringkali dikenal sebagai deontologi, lebih
berfokus pada tindakan atau kewajiban yang harus dilakukan
daripada hasil atau konsekuensi dari tindakan itu sendiri.
Pemikiran seperti ini mengarahkan seseorang untuk
mempertimbangkan kebenaran dan kesalahan bawaan dari
Page | 19
suatu tindakan dan kewajiban tersebut. Kemudian jika tindakan
tersebut salah, tidak akan dilakukan dan jika tindakan tersebut
benar atau baik, seseorang akan memiliki kewajiban moral
untuk melakukannya.
2. Teori kedua, teori teleologis. Teori teologis umumnya
mempertimbangkan konsekuensi suatu tindakan. Teori moral
semacam ini “memulai” sesuatu yang baik dengan melihat pada
situasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan,
berdasarkan konsekuensi apa yang dialami orang yang terlibat
jika tindakan tersebut dilakukan. Seseorang yang menggunakan
pertimbangan teologis mungkin akan berpendapat bahwa
situasi tertentu akan membuat kematian seseorang dapat
diterima jika hasilnya akan lebih menguntungkan, seperti
dalam kasus dimana seseorang yang kompeten meminta
bantuan karena kematiannya telah dekat dan menyebabkan rasa
sakit yang tidak tertahankan.
Page | 20
6. Nilai dan norma masyarakat.
Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat nilai dan norma
masyarakat sangat penting dan perlu ada pada diri masing – masing.
Malah masyarakat yang sadar tentang nilai dan norma masyarakat
berusaha keras dalam mengukuhkan nilai – nilai masyarakat.
Setiap individu tidak boleh hidup bersendirian, oleh itu seseorang
itu perlu bergaul untuk memenuhi keperluan dalam kehidupan. Oleh
itu seseorang itu perlu bersedia agar dapat bertindak dan berfungsi
dalam masyarakat. Bagi seseorang itu dapat berfungsi dan bertindak
dalam masyarakat seseorang itu perlu memahami nilai - nilai
masyarakat dan kelakuan norma masyarakat yang telah disahkan
masyarakat itu sendiri.Nilai sendiri adalah keyakinan seseorang
tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau keinginan mengenai
ide-ide, objek, atau perilaku khusus. Individu tidak lahir dengan
membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang
melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan
tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah.
Dalam kasus ini pasien merasa benar karen pasien megetahui
bahwa DM bisa melalui turunan dari keluarga dan pasien merasa tidak
ada keluarga yang menderita DM sebelumya.
Page | 21
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang
batasan legal yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek
keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung
pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak
perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman
terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan
keperawatan yang profesional.
4.2 Saran
1) Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam
melakukan suatu tindakan agar tidak terjadi sesuatu yang dapat
menyababkan kejadian yang fatal akibatnya.
2) Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan
partisipatif semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam
penyelenggaran Praktik Keperawatan berorientasi kepada pelayanan
yang bermutu.
3) Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang
diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap
mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah dipahami dan
dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut
Page | 22
4) Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktek
keper awatan, sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus
meningkatkan mutu belajar agar memiliki kemampuan berpikir rasional
dalam menyalankan tugas sebagai perawat profesional.
Page | 23
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, R. N., Kumar, V., Abbas, A. K., & Fausto, N. (2006). Buku Saku Dasar
Patologis Penyakit Robbins & Cotran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Page | 24