Anda di halaman 1dari 17

Makalah

APLIKASI TRANSKULTURAL NURSING SEPANJANG HIDUP

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan

Dosen Pengajar : Ns. Euis Herawati Hidayat, MM

OLEH :

KELOMPOK 5

KELAS D KEP. 2017

FIRIYA PAKAYA
NARTI PAKAYA
PINGKI PAKAYA
SARTIKA BLONGKOD
SUPRIYANTO BASRI

PROGAM STUDI SIKEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
T.A 2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh..

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan
sesuatu apapun.
Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SWT . Serta keluarga dan sahabatnya yang telah membimbing kita dari alam kegelapan
menuju alam terang-menerang.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memetik manfaat dan dapat
mengembangkan potensi dirinya. Makalah ini tidak dapat disusun tanpa ada pihak-pihak yang
akan mendukung proses pelaksanaan ini kami ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada pihak yang mendukung, dan beberapa pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu, yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami harapkan
saran dan kritik yang membangun, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami
khususnya dan pembaca umumnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................................ 3
A. Pengertian Transkultural ................................................................................................................................. 3
B. Peran Dan Fungsi Perawat ............................................................................................................................... 3
C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya ..................................................................................................... 4
D. Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya ....................................................................................................... 5
E. Aplikasi Konsep Dan Prinsip Transkultural Nursing Sepanjang Daur Kehidupan Manusia ................... 6
F. Penerapan Konsep Kultur Lainnya ............................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................................. 17
A. Kesimpulan ...................................................................................................................................................... 16
B. Saran................................................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi peningkatan jumlah
penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini memungkinkan adanya
multikultural atau variasi kultur pada setiap wilayah. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas pun semakin tinggi. Hal ini menuntut setiap tenaga
kesehatan profesional termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin
dengan prespektif global dan medis bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam
latar belakang kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan
memperhatikan namun tetap pada tujuan utama yaitu memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas. Penanganan pasien dengan latar belakang budaya disebut dengan
transkultural nursing. Tanskultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepda manusia
(Leininger, 2002). Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi
konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan
pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transkultural?
2. Apa saja peran dan fungsi perawat?
3. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan budaya?
4. Apa saja instrumen pengkajian budaya?
5. Bagaimana aplikasi konsep & prinsip transkultural nursing sepanjang daur
kehidupan manusia?
6. Bagaimana penerapan konsep kultur lainnya?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami bagaimana aplikasi transkultural nursing sepanjang daur
kehidupan manusia.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian transkultural

4
b. Menjelaskan peran dan fungsi perawat
c. Menjelaskan pegkajian asuhan keperawatan budaya
d. Menjelaskan instrumen pengkajian budaya
e. Menjelaskan aplikasi konsep & prinsip transkultural ursing sepanjang daur
kehidupan manusia
f. Menjelaskan penerapan konsep kultur lainnya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transkultural
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.

B. Peran Dan Fungsi Perawat


Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien).
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari, seperti tidur, makan , kebersihan diri, pekerjaan,
pergaulan social, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan
kekeluargaaan, peranan masing – masing orang menurut umur.
Kultur juga terbagi dalam sub – kultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur
yang tidak seluruhnya menganut pandangan kelompok kultur yang lebih besar atau
memberi makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan
cultural.
Nilai – nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan
kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya
Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative
baru; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang
kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya. Leininger (1991) mengatakan bahwa
transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan
maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras, yang
mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan

6
untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan
perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan
dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya
(kultur), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –
persamaan. Lininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola praktik
transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya


Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang memiliki latar
belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Untuk menghadapi situasi ini penting
bagi perawat untuk memahami bahwa klien memiliki pendangan dan interpretasi
mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda. Pandangan tersebut didasarkan pada
keyakinan sosial-budaya klien. Perawat harus sensitif dan waspada terhadap keunikan
warisan budaya dan tradisi kesehatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Perawat harus mengkaji dan
mendengarkan dengan cermat tentang konsistensi warisan budaya klien. Pengakajian
tentang budaya klien merupakan pengkajian yang sisrematik dan komprehensif dari nilai-
nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga, komunitas. Tujuan
pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien
sehingga perawat dapat menerapkan kesamaan budaya (Leininger dan MC Farland, 2002).
Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap kebudayaan klien dimulai dari
menentukan warisan kultural budaya klien, latar belakang organisasi sosial, dan
keterampilan bahasa sertamenayakan penyebab penyakit atau masalah untuk mengetahui
klien mendapatkan pengobatan rakyat secara tradisional baik secara ilmiah maupun
mesogisoreligus atau kata ramah, suci untuk mencegah dan mengatasi penyakit. Hal ini
dilakukan untuk pemenuhan kompoen pengakajian budaya untuk menyediakan informasi
yang berguna dalam mengumpulkan data kebudayaan klien. Model matahari terbit dari
leininger menggambarkan keberagaman budaya dalam kehidupan sehari-hari dan
membantu melaksanakan pengkajian budaya yang dilakukan secara komprehensif. Model
ini beranggapan bahwa nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik merupakn
hal yang tidak dapat diubah dalam budaya dan dimensi struktur sosial masyarakat, konteks
lingkungan, bahasa dan riwayat etik atau peristiwa bersejarah dari kelompok
tertentu(Potter dan perry, fundamental keperawatan ed 7, 187).
Tahapan pengkajian budaya dimulai dari mengetahui perubahan demografik populasi
pada lingkungan praktik komunitas yang disebut dengan data sensus. Data sensus
didapatkan dari data sensus lokal dan regional serta laporan pelayanan kesehatan. Langkah
berikutnya perawta menggunakan teknik wawancara yang terbuka, terfokus, dan kontras
untuk mendorong klien menceritakan nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik dalam warisan
budayanya( Spradley, 1979).
Dalam melaksanakan pengkajian budaya seorang perawt menjalin hubungan dengan
klien dan memiliki keterampilam dalam berkomuknikasi. Pengkajian budaya yang

7
komprehensif membutuhkan keterampilan, waktu hingga persiapan dan antisipasi sangat
diperlukan.

D. Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya


Pada abad ke-21 ini,tuntutan terhadap asuhan keperawatan semakin besar, tak hanya
asuhan keperawatan yang melihat sisi medisnya saja, tetapi juga melihat dari sisi budaya.
Jika melihat dari sisi budaya, ini termasuk ilmu keperawatan yang memasuki level midle
theory range, yaitu teori transkultural nursing. Transkultural nursing mempunyai tahapan
yang sama dengan proses keperawatan; antara lain pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implemantasi dan evaluasi.
Pengkajian dalam transkultural nursing memiliki instrument atau komponen
tersendiri, antara lain; warisan dan sejarah etnik, variasi biologis, religious dan
kepercayaan, organisasi sosial, komunikasi, waktu, kepercayaan perawatan dan
prakteknya, serta pengalaman sebagai tenaga proposional. Warisan budaya dan sejarah
etnik sering membawa pada nilai-nilai dan norma yang berlaku pada suatu adat istiadat,
ras klien, atau dalam hal ini dapat dikaji tentang persepsin sehat dan sakit menurut budaya
klien, keikutsertaan cara-cara budaya dalam proses perawatan. Relijius dan kepercayaan
ini dalah faktor yang sangat mempengaruhi karena membawa motivasi tersendiri untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya. Kajian religious dapat meliputi agama yang
dianut, sudut pandang pasien terhadap penyebab penyakit, proses penyembuhannya serta
sisi positif agama pasien yang dapat membantu proses kesembuhanya. Variasi biologis,
perbedaan biologis antara anggota kelompok kultur, seperti struktur dan bentuk tubuh,
warna kulit, variasi enzimatik dan genetik, kerentanan terhadap penyakit, variasi nutrisi.
Pengkajian organisasi sosial mengacu pada unit keluarga dan kelompok sosial,
dimana di lihat tentang keadaan soal keluarga seperti ekonomi, pergaulan sosial.
Sedangkan pada kelompok sosila klien dapat dilihat sejarah lingkungan dan kondisi
lingkungan. Komunikasi adalah hal terpenting dalam pelaksanaan proses asuhan
keperawatan, ketidak berhasilan komunikasi dapat menghambat proses diagnosis dan
tindakaan serta dapat membawa pada hasil yang tragis. Dalam hal ini perawat harus dapat
melihat bahasa yang digunakan pasien secara verbal maupun non verbal. Ruang personal
menujukkan sikap klien yang harus ditanggapi oleh perawat secara sensitive, sehingga
tidak menimbulkkan rasa ketidak nyamanan pasien. Bukan hanya mengenai ruang
personal yang harus menjadi pertimbangan tetapi juga mengenai waktu ,orientasi waktu
berbeda-deada dalam setiap ethic ada yang memprioritaskan pada saat ini ada juga yang
saat mendatang. Perbedaan orientasi waktu ini akan membawa pada perencaan asuhan
jangka panjang. Keyakinan perawtan klien juga menjadi factor kajian, di sini perawat
harus melihat bagai mana keyakinan dan praktik pengobatan tradisional yang dipercai
pasien dlam proses penyembuhannya apakah dapat membantu atau memperparah
penyakitnnya. Dan factor kajian terakhir yang mempengaruhi adalah pengalam an
propesional perawtan itu sendiri dalam menangggapi atau dalam member asuhan
keperawatan itu.

8
E. Aplikasi Konsep Dan Prinsip Transkultural Nursing Sepanjang Daur
Kehidupan Manusia
1. Perawatan Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya
dalam suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi kelahiran secara
universal sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi dengan cara-cara yang
berbeda oleh aneka kelompok masyarakat (Jordan, 1993). Berbagai kelompok yang
memiliki penilaian terhadap aspek kultural tentang kehamilan dan kelahiran
menganggap peristiwa itu merupakan tahapan yang harus dijalani didunia. Salah satu
kebudayaan masyarakat kerinci di Provinsi Jambi misalnya, wanita hamil dilarang
makan rebung karena menurut masyarakat setempat jika wanita hamil makan rebung
maka bayinya akan berbulu seperti rebung. Makan jantung pisang juga diyakini
menurut keyakinan mereka akan membuat bayi lahir dengan ukuran yang kecil.
Dalam kebudayaan Batak, wanita hamil yang menginjak usia kehamilan tujuh
bulan diberikan kepada ibunya ulos tondi agar wanita hamil tersebut selamat dalam
proses melahirkan. Ketika sang bayi lahir pun nenek dari pihak ibu memberikan lagi
ulos tondi kepada cucunya sebagai simbol perlindungan. Sang ibu akan menggendong
anaknya dengan ulos tersebut agar anaknya selalu sehat dan cepat besar. Ulos tersebut
dinamakan ulos parompa.
Pantangan dan simbol yang terbentuk dari kebudayaan hingga kini masih
dipertahankan dalam komunitas dan masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini,
pelayanan kompeten secara budaya diperlukan bagi seorang perawat untuk
menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya berbeda,
serta berupaya mencapai pelayanan yang optimal bagi klien dan keluarga.
Menurut Meutia Farida Swasono salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa kehamilan dan
kelahiran adalah orang jawa yang di dalam adat adat istiadat mereka terdapat berbagai
upacara adat yang rinci untuk menyambut kelahiran bayi seperti pada upacara mitoni,
procotan, dan brokohan.
Perbedaan yang paling mencolok antara penanganan kehamilan dan kelahiran
oleh dunia medis dengan adat adalah orang yang menanganinya, kesehatan modern
penanganan oleh dokter dibantu oleh perawat, bidan, dan lain sebagainya tapi
penangana dengan adat dibantu oleh dukun bayi. Menurut Meutia Farida Swasono
dukun bayi umumnya adalah perempuan, walaupun dari berbagai kebudayaan
tertentu, dukun bayi adalah laki laki seperti pada masyarakat Bali Hindu yang disebut
balian manak dengan usia di atas 50tahun dan profesi ini tidak dapat digantikan oleh
perempuan karena dalam proses menolong persalinan, sang dukun harus membacakan
mantra mantra yang hanya boleh diucapkan oleh laki laki karena sifat sakralnya.
Proses pendidikan atau rekrutmen untuk menjadi dukun bayi bermacam
macam. Ada dukun bayi yang memperoleh keahliannya melalui proses belajar yang
diwariskan dari nenek atau ibunya, namun ada pula yang mempelajari dari seorang
guru karena merasa terpanggil. Dari segi budaya, melahirkan tidak hanya merupakan
suatu proses semata mata berkenaan dengan lahirnya sang bayi saja, namun tempat
melahirkan pun harus terhindar dari berbagai kotoran tapi “kotor” dalam arti

9
keduniawian, sehingga kebudayaan menetapkan bahwa proses mengeluarkan unsur
unsur yang kotor atau keduniawian harus dilangsungkan di tempat yang sesuai
keperluan itu. Jika dokter memiliki obat obat medis maka dukun bayi punya banyak
ramuan untuk dapat menangani ibu dan janin, umumnya ramuan itu diracik dari
berbagai jenis tumbuhan, atau bahan bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai
penguat tubuh atau pelancar proses persalinan.
Menurut pendekatan biososiokultural dalam kajian antropologi, kehamilan dan
kelahiran dilihat bukan hanya aspek biologis dan fisiologis saja, melainkan sebagai
proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti; pandangan budaya
mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam
pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara pencegahan
bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan tradisional, cara menolong kelahiran,
pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta perawatan
bayi dan ibunya.
Berdasarkan uraian diatas, perawat harus mampu memahami kondisi kliennya
yang memiliki budaya berbeda. Perawat juga dituntut untuk memiliki keterampilan
dalam pengkajian budaya yang akurat dan komprehensif sepanjang waktu
berdasarkan warisan etnik dan riwayat etnik, riwayat biokultural, organisasi sosial,
agama dan kepercayaan serta pola komunikasi. Semua budaya mempunyai dimensi
lampau, sekarang dan mendatang. Untuk itu penting bagi perawat memahami
orientasi waktu wanita yang mengalami transisi kehidupan dan sensitif terhadap
warisan budaya keluarganya.

2. Perawatan Dan Pengasuhan Anak


Disepanjang daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi dari
awal masa kelahiran hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta mempengaruhi
peralihan tersebut. Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham dan bisa
mengaplikasikan pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia. Salah satu
contohnya yaitu aplikasi transkultural pada perawatan dan pengasuhan anak. Setiap
anak diharapkan dapat berkembang secara sempurna dan simultan, baik
perkembangan fisik, kejiwaan dan juga sosialnya sesuai dengan standar kesehatan,
yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial. Untuk itu perlu dipetakan berbagai unsur yang
terlibat dalam proses perkembangan anak sehingga dapat dioptimalkan secara
sinergis.
Menurut Urie Bronfenbrenner (1990) setidaknya ada 5 (lima) sistem yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,yaitu:
Pertama,sistem mikro yang terkait dengan setting individual di mana anak tumbuh
dan berkembang yang meliputi:keluarga,teman sebaya,sekolah dan lingkungan sekitar
tetangga.
Kedua,sistem meso yang merupakan hubungan di antara mikro sistem,misalnya
hubungan pengalaman-pengalaman yang didapatkan di dalam keluarga dengan
pengalaman di sekolah atau pengalaman dengan teman sebaya.

10
Ketiga,sistem exo yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam setting
sosial yang berada di luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh langsung terhadap
perkembangan anak,seperti,pekerjaan orang tua dan media massa.
Keempat, sistem makro yang merupakan budaya di mana individu hidup,
seperti:ideologi,budaya,sub-budaya atau strata sosial masyarakat.
Kelima,sistem chrono yang merupakan gambaran kondisi kritis transisional (kondisi
sosio-historik). Keempat sistem pertama harus mampu dioptimalkan secara sinergis
dalam pengembangan berbagai potensi anak sehingga dibutuhkan pola
pengasuhan,pola pembelajaran, pola pergaulan termasuk penggunaan media
massa,dan pola kebiasaan (budaya) yang koheren dan saling mendukung.
Proses sosialisasi pada anak secara umum melalui 4 fase, yaitu:
a) Fase Laten (Laten Pattern),pada fase ini proses sosialisasi belum terlihat jelas.
Anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan dapat
melakukan kontak dengan lingkungannya. Pada fase ini anak masih dianggap
sebagai bagian dari ibu,dan anak pada fase ini masih merupakan satu kesatuan
yang disebut “two persons system”.
b) Fase Adaptasi (Adaption),pada fase ini anak mulai mengenal lingkungan dan
memberikan reaksi atas rangsangan-rangsangan dari lingkungannya. Orangtua
berperan besar pada fase adaptasi,karena anak hanya dapat belajar dengan baik
atas bantuan dan bimbingan orangtuanya.
c) Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment),pada fase ini dalam sosialisasinya
anak tidak hanya sekadar memberikan umpan balik atas rangsangan yang
diberikan oleh lingkungannya,tapi sudah memiliki maksud dan tujuan. Anak
cenderung mengulangi tingkah laku tertentu untuk mendapatkan pujian dan
penghargaan dari lingkungannya.
d) Fase Integrasi (Integration),pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi hanya
sekadar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan penghargaan,tapi
sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu dengan dirinya sendiri.
Interaksi anak dengan lingkungannya secara tidak langsung telah mengenalkan
dirinya pada kultural atau kebudayaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan dan
keluarga turut berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun tidak terlepas
dari pengaruh-pengaruh budaya yang ada di sekitarnya. Sebagai perawat, dalam
memberikan pengasuhan dan perawatan perlu mengarahkan anak pada perilaku
perkembangan yang normal, membantu dalam memaksimalkan kemampuannya dan
menggunakan kemampuannya untuk koping dengan membantu mencapai
keseimbangan perkembangan yang penting. Perawat juga harus sangat melibatkan
anak dalam merencanakan proses perkembangan. Karena preadolesens memiliki
keterampilan kognitif dan sosial yang meningkat sehingga dapat merencnakan
aktifitas perkembngan.
Dalam lingkungannya, anak diharuskan bekerja dan bermain secara kooperatif
dalam kelompok besar anak-anak dalam berbagai latar belakang budaya. Dalam
proses ini, anak mungkin menghadapi masalah kesehatan psikososial dan fisik
(misalnya meningkatnya kerentanan terhadap infeksi pernapasan, penyesuaian yang
salah di sekolah, hubungan dengan kawan sebaya tidak adekuat, atau gangguan

11
belajar). Perawat harus merancang intervensi peningkatan kesehatan anak dengan
turut mengkaji kultur yang berkembang pada anak. Agar tidak terjadi konflik budaya
terhadap anak yang akan mengakibatkan tidak optimalnya pegasuhan dan perawatan
anak.

F. Penerapan Konsep Kultur Lainnya


Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat
sederhana, pengetahuan tradisional. Dalam masyarakat tradisional, sistem pengobatan
tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli (tradisional)
adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya –
budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah : Untuk menentukan sebab – sebab suatu
penyakit ada dua konsep, yaitu konsep personalistik dan konsep naluralistik.
Dalam konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk
gaib), makhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, roh jahat) dan manusia (tukang
sihir, tukang tenung). Penyakit ini dikatakan tidak wajar / tidak biasa. Penyembuhannya
adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau supernatural, misalnya melakukan
upacara dan sesaji. Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “ wong tuo “.Ada
beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi
masing – masing :
1) Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan bayi, dan orang yang hendak melahirkan.
2) Dukun pijat/tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir ,
patah tulang , jatuh atau salah urat.
3) Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna.
4) Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan
roh halus.
5) Dukun hewan : khusus mengobati hewan.
Sedangkan konsep naturalistik,penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi
kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan racun, bisa, kuman atau
kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam
tubuh, misalnya dingin, panas, angin atau udara lembab. Oleh orang Jawa hal ini disebut
dengan penyakit biasa. Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan
keselarasan , artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali .
Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas
dari tumbuhan dan buah –buahan yang bersifat alami adalah :
1) Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.
2) Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas dan
airnya diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit gula batu
dan dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu makan.
3) Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis
4) Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yakni dengan dikeringkan
terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.

12
5) Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri, peredam panas, dan
penambah nafsu makan.
6) Jagung muda (yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan
kepercayaan) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan
dibagian yang terkena cacar.
7) Daun sirih untuk membersihkan vagina.
8) Lidah buaya untuk kesuburan rambut.
9) Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal.
10) Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.
11) Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
12) Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum
ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki
13) Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu
dengan cara 1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan
sekaligus , tidak boleh kelapa yang sudah tua.

Budaya Sunda
a) Sakit Demam
Keluhan demam ditandai dengan badan terasa pegal – pegal, menggigil, kadang –
kadang bibir biru. Penyebab demam adalah udara kotor, menghisap debu kotor,
pergantian cuaca, kondisi badan lemah, kehujanan, kepanasan cukup lama, dan
keletihan. Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara yang
dihisap, makan teratur, olahraga cukup, tidur cukup, minum cukup, kalau badan
masih panas/berkeringat jangan langsung mandi, jangan kehujanan dan banyak
makan sayuran atau buah. Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat
tradisional, yaitu kompres badan dengan tumbuhan daun melinjo, daun cabe atau
daun singkong, atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer
bintang tujuh nomor 16.
b) Keluhan Batuk
Batuk TBC, yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut, batuk biasa,
dan batuk yang terus menerus dengan suaranya melengking dengan gejala
tenggorokan gatal, terkadang hidung rapet, dan kepala sakit. Penyebab batuk TBC
adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC paru, sedangkan batuk biasa
atau batuk bangkong adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa
hujan, alergi salah satu makanan, makanan basi, masuk angin, makan makanan
yang digoreng dengan minyak yang tidak baik, atau tersedak makanan/keselek.
Pencegahan batuk dilakukan dengan menjaga badan agar jangan kedinganan,
jangan makan makanan basi, tidak kebanyakan minum es, menghindari makanan
yang merangsang tenggorokan, atau menyebabkan alergi. Pengobatan sendiri batuk
dapat dilakukan dengan obat warung misalnya konidin atau oikadryl. Bila batuk
ringan dapt minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur kecap,
daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau rebusan jahe
dengan gula merah.
c) Sakit Pilek

13
Keluhan pilek ringan, yaitu hidung tersumbat atau berair, dan pilek berat yaitu
pilek yang disertai sakit kepala, demam, badan terasa pegal dan tenggorokan
kering. Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu kotor, menghisap asap
rokok, menghisap air, pencegahan pilek adalah jangan kehujanan, kalau badan
berkeringat jangan langsung mandi, apabila muka terasa panas, jangan mandi
langsung minum obat, banyak minum air dan istirahat. Pengobatan sendiri, pilek
dapat dilakukan dengan obat warung yaitu mixagrib diminum 3x sehari sampai
keluhannya hilang. Dapat juga digunakan obat tradisional untuk mengurangi
keluhan , misalnya minyak kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung.
d) Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa panas
biasanya yang disertai. Untuk mengobatinya, orang sunda biasa dengan
menggunakan labu yang diparut, kemudian dibungkus kain dan di kompreskan ke
tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun. Selain itu juga bisa
dengan menggunakan kompres air dingin.

Budaya Batak
Bagi orang batak, di samping penyakit alamiah, ada juga beberapa tipe spesifik penyakit
supernatural, yaitu :
a) Jika mata seseorang bengkak,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan
yang tidak baik (mis : mengintip). Cara mengatasinya agar matanya tersebut
sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih.
b) Nama tidak cocok dengan dirinya (keberatan nama) sehingga membuat orang
tersebut sakit. Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama
yang lain, yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama
keluarga.
c) Ada juga orang batak sakit karena tarhirim Misalnya : seorang bapak menjanjikan
akan memberi mainan buat anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati . Karena
janji tersebut tidak ditepati, si anak bisa menjadi sakit.
d) Jika ada orang batak menderita penyakit kusta, maka orang tersebut dianggap telah
menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.
Di samping itu, dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan”
Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada, mulai sejak
dalam kandungan sampai melahirkan. Obat-obatan tersebut antara lain:
1) Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan
2) Dappol Siburuk (obat urut dan tulang)
3) Biji sirintak (Untuk mengobati sakit mata)

14
4) Tawar mulajadi (Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk)
e) Jika ada orang batak yang menderita penyakit gondok , maka cara pengobatannya
dengan menggunakan belau.
f) Apabila ada orang batak yang menderita penyakit panas ( demam ) biasanya
pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal

Budaya Flores
Damianus Wera orang Flores satu ini punya karunia yang sangat langka . Dami dikenal
sebagai penyembuh alternative unik. Menurut Dami ada tiga jenis penyakit yang
dikeluhkan para pasien : Pertama, jenis penyakit nonmedis atau santet/guna – guna.
Kedua, penyakit medis seperti jantung koroner, tumor, kanker, dll. Ketiga, sakit
psikologis mis : banyak utang, stress, dll. “Dami mengingatkan kunci sehat itu sebenarnya
ada di pikiran yang sehat. Sebaliknya, pikiran yang ruwet, penuh beban dan tekanan, justru
memicu munculnya penyakit dalam tubuh manusia”
Dami mempunyai 7 metode untuk mengatasi penyakit :
1) Berdoa.
2) Air
3) Kapsul ajaib
4) Pijat refleksi
5) Suntik.
6) Telur ayam ( kampung ) dan gelas
7) Operasi / bedah
a) Bawang merah : untuk mengobati batuk , yakni dengan cara dihancurkan (dikunyah )
lalu dibungkus dengan sepotong kain , kemudian ditempelkan di tenggorokan . Cara
ini baik diterapkan pada waktu sebelum tidur malam.
b) Daun sirih :untuk mengobati orang yang mimisan , yaitu dengan digulung kemudian
disumbatkan ke lubang hidung yang keluar darah.
c) Daun papaya yang masih muda : untuk menghentikan keluarnya darah dari bagian
tubuh yang luka , yaitu dengan dikunyah sampai halus kemudian ditempelkan di
bagian yang luka tersebut.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat. misalnya
kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, pekerjaan, pergaulan sosial dan lain-lain.
Kultur juga terbagi dalam sub kultur.
Nilai-nilai budaya timur masih sangat kental, seperti misalnya wanita yang sedang
hamil ingin diperiksa oleh bidan atau perawat wanita daripada dengan dokter pria. Hal ini
menunjukkan bahwa budaya timur masih kental dengan hal-hal yang dianggap tabu.
Dalam Masyarakat tradisional sistem pengobatan tradasional ini adalah pranata sosial
yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata sosial umumnya
dan bahwa praktek pengobatan asli (tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.

B. Saran
Pihak penulis menyarankan agar para pembaca sekalian dapat mengikuti sebagian
besar petunjuk yang telah dirangkum dalam penulisan makalah ini, hal ini dikarenakan
untuk mengetahui transkultural nursing dan perawat harus mengetahui budaya individu
yang dirawat karena sangat berpengaruh dengan kehidupan individu maupun kelompok.

16
DAFTAR PUSTAKA

Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company

Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and


Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and
Application, USA, Appleton & Lange

Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc

Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia

Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts, Theories,


Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies

Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks
Budaya, Jakarta, UI Press

Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care Ditelusuri tanggal 14
Oktober 2006 dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Transcultural Nursing Care of Adult ; Section Two Transcultural NursingModels ;


Theory and Practice, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Transcultural Nursing Care of Adult ; Section Three Application of Transcultural


Nursing Models, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

17

Anda mungkin juga menyukai