HIPOTIROID
DiSUSUN OLEH:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya makalah Hipotiroid ini.
Dalam penyusunan makalah ini , Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan
penyusun , oleh sebab itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk penyempurnaan
makalah ini dan demi kualitas penyusunan makalah selanjutnya .
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ................................................................ 6
2.2 Etiologi ................................................................. 6
3.1 Kesimpulan ................................................................... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Berdirinya Akper Kesdam II/ Swj Pelembang didasari oleh keinginan luhur, disertai
dengan tekat yang suci untuk ikut serta dalam memajukan dan mengembangkan
pendidikan tinggi berdasarkan falsafah Pancasi dan Undang – Undang Dasar 1945 yang
merupakan landasan utama dalam penyelenggaraan pendidikan setingkat perguruan tinggi
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Awal berdirinya Akper Kesdam II/ Swj bermula dari Sekolah Juru Kesehatan pada
tahun 1956, kemudian pada tahun 1958 dibuka Sekolah Pengamat Kesehatan Kesehatan
program 2 tahun. Selanjutnya pada tahun 1990 dirubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat
(SPR) Program 3 tahun dan bersamaan dengan Program Sekolah Siswa Bidan Program 4
tahun (SBD). Selanjutnya program tersebut diubah menjadi Program Pendidikan Sekolah
Perawat Khusus Organik 3 tahun dengan program DI Bidan.
Pada tanggal 30 Mei 1992 Sekolah Perawat Kesehatan Kesdam II/ Swj dikonversi
menjadi Program Pendidikan Diploma III Bidang Keperawatan Berdasarkan Surat
Keputusan menjadi Kesehatan RI No. HK. 00.06.1.12095.
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di
dalam ruang yang sama terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar, dan saraf.
Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga
perempat lingkaran. Arteri karotis komunis, arteri jugularis interna, dan nervus vagus
terletak bersama di dalam sarung tertutup do laterodorsal tiroid. Nervus rekurens terletak
di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak
masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin. Bentuk aktif
hormon ini adalah triiodotironin yang sebagian besar berasal dari konversi hormon
tiroksin di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Sekresi
hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating
Hormon) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara
langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi,
yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap
sekresi hormon pelepas tirotropin dari hipothalamus. Hormon tiroid mempunyai pangaruh
yang bermacam-macam terhadap jaringan tubuh yang berhubungan dengan metabolisme
sel.
4
Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin
adalah polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum, mungkin melalui pengaruhnya
terhadap tulang. Hormon tiroid memang suatu hormon yang dibutuhkan oleh hampir
semua proses tubuh termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hiper atau
hipotiroidisme berpengaruh atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya antara lain adalah
termoregulasi, metabolisme protein, metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, dan
vitamin A.
Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon tiroid dan
bukan kadar normal hormon tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faal dasar yang
perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormon yang aktif adalah free-hormon. Kedua
bahwa metabolisme sel didasarkan adanya free T3 bukan free T4. ketiga bahwa distribusi
enzim deyodinasi I, II, dan III (DI, DII, DIII) di berbagai organ tubuh berbeda, dimana DI
banyak ditemukan di hepar, ginjal, dan tiroid. DII utamanya di otak, hipofisis dan DIII
hampir seluruhnya di jaringan fetal (otak, plasenta). Hanya DI yang direm oleh PTU.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hipotiroid
2.2 Etiologi
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada
orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a. Hashimoto's thyroiditis
b. Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c. Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d. Penyakit pituitari atau hipotalamus
e. Obat-obatan
f. Kekurangan yodium yang berat
Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal
yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid
disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid
sentral (hipotiroid sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis
hipotiroid tersier.
a. Primer
1. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi
yodium
2. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium
radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
6
b. Sekunder :
Kelelahan
Depresi
Kenaikkan berat badan
Ketidaktoleranan dingin
Ngantuk yang berlebihan
Rambut yang kering dan kasar
Sembelit
Kulit kering
Kejang-kejang otot
Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
Konsentrasi menurun
Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak disekeliling mata,
suatu denyut jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal
jantung. Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada
suatu koma yang mengancam nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai
hipotiroid yang berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit
berat, operasi, stres, atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera dengan
hormon-hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara benar,
hipotiroid dapat dengan mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon
tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran
jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan
sekitar paru-paru (pleural effusion).
7
2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut
:
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh
malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
2.6 Gambaran Klinis
c. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
e. Konstipasi
g. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
b. Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon
tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).
c. Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn
hanya mengukur level TSH.
d. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme
masih disuspek), sbb:
3. Total T3
4. Total T4
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara
intravena.
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah,
karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus
diminum sepanjang hidup penderita.
9
2.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain:
a. Identitas pasien :
b. Keluhan utama :
c. Riwayat kesehatan :
1. Pola makan
2. Pola tidur
3. Pola aktivitas
1) Sistem intergument, seperti : kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan
menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut
rontok dan pertumbuhannya rontok.
5) Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang
melambat.
10
f. Pemeriksaan Penunjang :
h. Analisis Data :
4) Pola nafas tidak efektif berdasarkan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi
paru yang menurun, dispnea.
3.1 Diagnosa Keperawatan
11
3.2 Intervensi
Tujuan : agar pasien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak
terjadi trauma/cedera pada mata.
Intervensi :
4. Jika pasien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non
alergi.
Tujuan : agar fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan
darah, dan irama jantung dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk
mengindikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti
hipotensi, penurunan pengeluaran urine dan perubahan status mental.
4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda
yang harus diwaspadai bila terjadi hipertiroid akibat penggunaan obat yang
berlebihan.
12
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan
metabolisme dan napsu makan menurun.
Tujuan : agar nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan
bertambah,tekstur kulit baik.
Intervensi :
3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
Intervensi :
1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang
dapat ditolerir.
2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Intervensi :
2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal
pemanas, selimut listrik atau penghangat).
3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu
normal pasien.
13
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.
Intervensi :
3. Ajarkan kepada pasien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung
air.
Tujuan : Perbaikan status respirasi dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi :
1. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas
darah arterial.
Intervensi :
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan
mental merupakan akibat dan proses penyakit .
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Flynn RW, McDonald TM, Jung RT, et al. Mortality and vascular outcomes in patients
treated for thyroid dysfunction,http://www.aafp.org/afp/20071001/bmj.html last log in :
December 1,2007
McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. The
Management of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid 2004,90-110
16