Anda di halaman 1dari 40

lOMoARcPSD|25603746

Makalah Asuhan Keperawatan Jantung Koroner

Keperawatan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)
lOMoARcPSD|25603746

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JANTUNG KORONER

Diajukan untuk melengkapi tugas Keperawatan Dewasa I

Dosen Pengajar :

Ns. Imam Subiyanto, S.Kep., M.Kep.MB

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Annisyach Putri (2114201007)


2. Cecilia Delima Putri (2114201011)
3. Izzatul Zaily (2114201025)
4. Rossa Monthisca Helviza Carina (2114201039)
5. Welmiyona Lohy (2114201046)
6. Zahra Regina Syavia (2114201050)

YAYASAN WAHANA BHAKTI HUSADA

STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO

PRODI S1 KEPERAWATAN

2022

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat sehingga penulisan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Jantung Koroner” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Dewasa I program studi S1 Keperawatan, STIKes RSPAD Gatot
Soebroto.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 18 September 2022

Penulis

ii

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
2.1 Definisi..............................................................................................................................3
2.2 Anatomi Fisiologi..............................................................................................................4
2.3 Klasifikasi..........................................................................................................................5
2.4 Etiologi..............................................................................................................................7
2.5 Patofisiologi.......................................................................................................................8
2.6 Manifestasi Klinik............................................................................................................12
2.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................12
2.8 Penatalaksanaan Medis....................................................................................................14
2.9 Komplikasi.......................................................................................................................17
2.10 Asuhan Keperawatan.....................................................................................................19
BAB III......................................................................................................................................34
PENUTUP.................................................................................................................................34
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................34
3.2 Saran................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................35

iii

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery
Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang
mensuplai darah untuk dinding jantung mengalami pengerasan dan penyempitan
(Lyndon, 2014). Arteri yang mensuplai miokardium mengalami gangguan,
sehingga jantung tidak mampu untuk memompa sejumlah darah secara efektif
untuk memenuhi perfusi darah ke organ vital dan jaringan perifer secara
adekuat. Pada saat oksigenisasi dan perfusi mengalami gangguan, pasien akan
terancam kematian. Kedua jenis penyakit jantung koroner tersebut melibatkan
arteri yang bertugas mensuplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Saat
aliran yang melewati arteri koronaria tertutup sebagian atau keseluruhan oleh
plak, bisa terjadi iskemia atau infark pada otot jantung ( Ignatavicius &
Workman, 2014).
Data world Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan
17,5% juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskular atau 31%
dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Di seluruh kematian akibat penyakit
kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%) diantaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung
Koroner (PJK). Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di
dunia. Data yang di terbitkan oleh World Health Organization (WHO),
menunjukkan bahwa sebanyak 17,3 milyar orang di dunia meninggal karena
penyakit kardiovaskuler dan diperkirakan akan mencapai 23,3 milyar penderita
yang meninggal tahun 2020.
Indonesia menempati urutan ke empat Negara dengan jumlah kematian
terbanyak akibat penyakit kardiovaskuler. Menurut data dari WHO, 2016
menyebutkan bahwa prevalensi dari penyakit jantung sekitar 31% (WHO,
2017). Data dari Riskesdas tahun 2018 menyebutkan bahwa prevalensi penyakit
jantung di Indonesia berdasarkan diagnosa dokter sebanyak 1,3% untuk jenis
kelamin laki – laki dan 1,6% utuk jenis kelamin perempuan. Penyakit Jantung
Koroner (PJK) adalah penyakit yang mempuanyai angka prevelensi yang secara

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

terus-menerus mengalami peningkatan dengan angka kematian yang cukup


tinggi..
Diantara penyakit kardiovaskuler, penyakit jantung coroner merupakan
penyebab utama kematian, kecacatan, penderitaan dan kerugian materi, serta
menyebabkan keterbatasan fisik dan sosial yang memerlukan penataan
kehidupan pasen, komplikasi – komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
jantung koroner tidak hanya masalah bagi pasien tapi juga pada keluarga. Jika
pasien bertahan dalam serangan pertama, masalah berikutnya kemungkinan
peningkatan serangan akan lebih besar lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan
pencegahan agar tidak terjadi serangan berulang dan terjadi komplikasi, proses
penyembuhan bisa lebih cepat lagi dan meningkatkan kualitas hidup,
pencegahan dilakukan dalam bentuk pencegahan sekunder (Vandanjani,2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Dapat mengetahui Definisi konsep jantung koroner
2. Dapat mengetahui pengertian etiologi penyakit jantung coroner

1.3 Tujuan Penulisan


Dapat mengetahui konsep dasar teori dan asuhan keperawatan serta
mengaplikasikannya

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut World Health Organition (WHO), Penyakit Jantung Koroner
adalah ketidak sanggupan jantung akut atau kronis yang timbul karena
kekurangan suplai darah pada myocardium sehubungan dengan proses penyakit
pada sistem nadi koroner.
Menurut kementrian Kesehatan RI 2013 penyakit jantung koroner adalah
gangguan fungsi jantung yang disebabkan otot jantung kekurangan
darahdikarenakan adanya peyempitan pembuluh darah (Dr. dr. Jeini E and
Nelwan 2019).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang berakibat
karena penumpukan plak di arteri jantung sehingga dapat menyebabkan
tergangguanya suplai darah ke jantung dan hal itu bisa menyebabkan serangan
jantung (American Heart Association, 2013 dalam (Manoydkk,2014)
Penyakit jantung koroner atau Coronary Artery Disease (CAD) adalah
penyakit yang disebabkan oleh penumpukan plak pada arteri sehingga
mempersempit dan mengurangi aliran darah menuju jantung (menurut Bhatia
2010 dalam Nelwan, 2019).
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya suplai darah ke otot jantung sebagai akibat tersumbatnya (obstruksi)
pembuluh darah arteri koronaria (Alamsyah, dkk 2019)
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara klinis PJK
ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa
tertekan berat ketika sedang mendaki, kerja berat ataupun berjalan terburu-buru
pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh. Pemeriksaan angiografi dan
elektrokardiogram (EKG) digunakan untuk memastikan terjadinya PJK. Hasil
pemeriksaan EKG yang menunjukkan terjadinya iskemik merupakan salah satu
tanda terjadinya PJK secara klinis (Soeharto dalam Haslindah, 2015).

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

2.2 Anatomi Fisiologi


Jantung adalah organ muscular yang berbentuk seperti kerucut yang berongga.
Panjang jantung sekitar 10cm dan bisa diukur sektar satu kepalan tangannya. Berat
jantung pada laki-laki 310g sedangkan pada perempuan 225g.jantung berada di
dalam rongga thoraks area mediastinum (ruang antara paru), letak posisis jantung
berda di sebelah kiri yang terdiri dari dari apeks (bagian atas)
danbasal(bagianbawah), dan jantung terletak obliq. Pada apeks jantung terletak
sekitar 9 cm ke kiri garis tangan daan pada tinggi ruang interkosta ke 5, yaitu berada
sedikit lebih kebawah putting susu dan sedikit dekat dengan garis tengah.
Sedangkan basal berada setinggi iga ke 2. (Nurachmach,2013)

Jantung berada diposisi antara kedua paru-paru dan ditengah-tengah dada, dan
bertumpu pada diagfragma throchialis, berada sekitar 5 cm di atas proccesus
xiphoideus. Pada tepi kanan kranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa
III dextra, sedangkan 1 cm berada di tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal
berada di tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, di tepi lateral sternum 1 cm.
di tepi kiri kranial jantung berada di tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra
pada tepi lateral sternum,sedangkan tepi kiri caudal berada di ruang intercostalis 5,
dan kira-kira di sekitar linea medioclavicularis 9cm. (Ronald,2017)

Pericardium, endocardium,dan miokardium merupakan tiga lapisan jaringan


jantung. Pada bagian pericardium memiliki dua sakus (kantong atau pembungkus),
sakus terdalam terdiri atas lapisan membrane serosa ganda dan sakus luar terdiri
dari jaringan fibrosa. Sakus fibrosa luar akan meluas ke tunika adventisia yaitu dari
pembuluh darah besar dibagian atasnya dan melekatnya diagfragma dibagian
bawahnya. (Putri,2018) .

Siklus ini mencegah berlebihnya distensi jantung, yang meliputi lapisan luar
membrane serosa, parikardium pariental yang melapisi sakus fibrosa. Bagian yang
memungkinkan gerakan halus saat jantung berdetak antara lain, lapisan dalam,
pericardium visera/epicardium yang yang nantinya akan lanjut ke pericardium
parietal, yang akan melekat pada otot jantung. Selanjutnya ada membrane mukosa
yang akan dilapisi sel epitel gepeng, sel ini akan menyekresi cairan serosa ke dalam
ruangan antara lapisan pariental dan visera. (Cholid,2016).

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Selanjutnya ada lapisan terdalam dari jantung yaitu Endokardium dimana


endocardium ini befungsi untuk melapisi bilik katup jantung. Lapisan ini biasanya
akan tampak halus, mengkilap, dan tipis yang memungkinkan aliran darah akan
beralir lancar ke dalam jantung. Lapisan itu terdiri daribeberapa bagian yaitu ada sel
eputelium gepeng dan lanjut ke pembuluh darah yang akan melapisi endothelium.
(Zuraida,2017)

Selanjutnya ada bagian yang melapisi jantung disebut Miokardium, terdiri atas
otot jantung. Involuter adalah gerakan dari otot jantung. Miokardium yang paling
tipis berada pada bagian basal dan yang paling tebal berada pada bagian apeks. Hal
tersebut yang dapat menunjukan bahwa beban kerja dalam setiap bilik bekerja
dengan baik saat memompa darah. Implus listrik tidak dapat mengkonduksi karena
cincin jaringan fibrosa dipisahkan oleh atrium dan ventrikel, hal tersebut dapat
menyebabkan aktivitas gelombang listrik melalui otot atrium hanya dapat menyebar
ke yentrikel melalui kondusi system yang menjadi jembatan cincin fibrosa dari
atrium ke yentrikel. (Yahya,2017)

Tubuh manusia mempunyai sirkulasi darah yang dibagi menjadi 2, yaitu


sirkulasi paru dan sirkulasi sistemik. Pada sirkulasi Paruimuali dari yentrikel kanan
lalu menuju ke arteri pulmonalis, ke arteri besar dan lanjut ke kapiler kecil, lalu
kemudian masuk ke paru-paru.setelah dari paru-paru baru kkeluar melalui vena
kecil, ke vena pulmonalis, dan kemudian ke atrium kiri. Sedangkan pada sirkulasi
sistemik dimulai dari yentrikel kiri lalu menuju ke aorta kecil, aeteriole, kemudian
ke seluruh tubuh lalu menuju ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava interior,
vena cava superior lalu kembali lagi ke atrium kanan. (Ronald,2017) Jantung dialiri
oleh darah arteri yang disebut arteri koronaria. Arteri koronaria dibedakan menjadi
dua yaitu kanan dan kiri, yang bisa bercabang dari aorta lalu kembali ke bagian
distal aortic. Jantung di pompa sekitar 5% darah yang menerima dari arteri
koronaria. Pada akhirnya jantung membentuk jaringan kapiler yang luas yang dapat
terlihat di arteri koronaria.(Prawesti.2018)

2.3 Klasifikasi
Penyakit jantung koroner menurut Gray 2013 diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

1. Silent Ischaemeia (Asimtotik)

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Pada penderita Asimtotik yang mengalami PJK banyak yang tidak


merasakan ada sesuatu yang menjanggal pada dirinya atau atau tidak ada
tanda-tanda suatu penyakit. (Gray,2013)
2. Angina Pectoris
Suatu kondisi tubuh yang mengalami nyeri di bagian dada di daerah
sternum, substernal/dada sebelah kiri dan sering kali menjalar ke bagian
lengan sebelah kiri, rahang, punggung, leher, bahkan sampai ke lengan
kanan. Nyeri tekan pada angina pectoris biasanya juga terdapat pada
epigastrium. Biasanya nyeri tekan ditandai dengan adanya tekanan
benda berat, terasa panas, bahkan sering mengeluh rasa yang tidak enak
di bagian dada. Biasanya lamamnya nyeri sekitar 1-5 menit dan nyeri
akan muncul saat melakukan aktivitas dan bisa reda saat berhenti
melakukan aktivitas. Bentuk jantung yang normal dapat dilihat melalui
gambaran EKG saat istirahat dan juga dapat dilihat dari foto rontgen
dada yang dapat menunjukan bentuk jantung yang normal. Bila EKG
menungjukan depresi segmen ST maka perlu dilakukan exercise test.
(Yahya,2017)
3. Infark Miocard Akut
Infark miocard akut disebabakan karena jaringan otot jantung mati dan
karena kekurangan oksigen dalam darah dalam beberapa waktu.
Biasanya ditandai dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri yang rasanya
seperti ditusuk-tusuk atau bahkan diiris-iris dan akan menjalar ke lengan
kiri. Nyeri yang timbul secara terus menerus dan berangsur lama tidak
akan mudah sembuh walaupun sudah di buat istirahat. EKG pada
sedapan elevasi segmen ST diikuti dengan perubahan sampai inverensi
gelombang T, dan kemudian akan muncul pengingkatan pada gelombang
Q minimal di 2 sedapan. Pada peningkatan kadar enzim atau isoenzim
adalah indicator spesifik AMI yaitu kreatinin (CPK/CK), SGOT, LDH,
dan iso enzim CK-MB yang melebihi 25 IU/L. (AHA, 2016).
Menurut Ronald 2017 dapat diklasifikasikan infark miokard akut
berdasarkan EKG 12 sedapan, antara lain :
a. STEMI (ST-segmen Elevasi Miokard Infark)

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Oklusi parsial dari arteri koroner akibat thrombus dari


plak atherosclerosis, atau tidak disertai adanya elevasi
segmen ST pada EKG.
b. NSTEMI (Non ST-segmen Elevasi Miokard Infark)
Oklusi total dari arteri koroner yang dapat menyebabkan
area infark menjadi lebih luas yang meliputi seluruh
ketebalan miokardium yang dapat ditandai dengan adanya
elevasi segmen ST dan EKG.

2.4 Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner akibat terjadinya penyumbatan,
penyempitan, dan kelaianan pembuluh daerah arteri. Pada saat aliran darah ke
otot jantung mengalami penghentian yang di sebabkan oleh penyumbatan atau
penyempitan pembuluh darah yang sering kali ditandai dengan nyeri. Dalam
kondisi yang sangat parah kemampuan jantung dalam memompa darah akan
hilang. Hal tersebut yang dapat menyebabkan kerusakan system pengontrol
irama jantung dan dapat menyebabkan kematian. (Hermawatirisa,2014)
a. Faktor yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler ada
yang dapat ditangani dan ada yang tidak dapat dapat diubah.
Adapun factor resiko alamiah yang tidak dapat diubah meliputi :
jenis kelamin, usia, ras, dan riwayat penyakit keluarga.
b. Sedangkan faktor yang resiko yang dapat ditangani meliputi :
hipertensi, kurangnya aktivitas fisik, merokok, konsumsi
makanan berlemak, konsumsi alcohol berlebih dan profil lipid
yang buruk. Maka resiko factor untuk menderita penyakit
kardiovaskuler semakin tinggi karena semakin banyak factor
resiko yang dimiliki.
c. Ada faktor lain yang beresiko penyakit jantung koroner yang
dapat diklarifikasikan seperti major-independent atau penyakit
jantung coroner yang merupakan hipertensi.
Adapula faktor lain yang mempengaruhi penyakit jantung
koroner ada faktor resiko kondisioner yang berhubungan dengan
peningkatan resiko PJK (Penyakit Jantung Koroner).

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Menurut Rosjidi dan Isro’in pada perempuan lebih rentang


terkena penyakit jantung koroner dibandingkan laki-laki, dan
juga bahkan factor resiko penyakit jantung kororner pada
perempuan lebih besar juga dari pada laki-laki hal tersebut
diakibatkan karena tingginya TG, tingginya LDL, dan kurangnya
aktivitas fisik. Sedangkan umur, hipertensi dan kolesterol tinggi
menjadi factor paling sering terjadi pada perempuan penderita
penyakit jantung koroner. (Rosjidi dan Isro’in, 2014)

2.5 Patofisiologi
Penyakit jantung koroner dapat meliputi beberapa kondisi patologi yang
mampu menghambat aliran darah di dalam arteri yang akan mensuplai jantung.
Arteroklerosis adalah proses penebalan dan pengerasan arteri besar dan mengah,
yang biasanya seperti, koronaria, basilar, aorta, dan arteri iliaka. Lesi-lesi yang
terdapat dalam arteri akan menyumbat aliran darah ke jaringan dan organ-organ
utama, yang di manifestasikan sebagai penyakit koroner arteri, infrak miokard,
penyakit vaskuler perifer, aneuresinadan kecelakan serebral vaskuler (stroke).
Arterosklerosis merupakan mengerasnya tumpukan lemak pada dinding
arteri,secara etimologis berasal dari Bahasa yunani ather yang berate bubur,
pengertian bubur disini merupakan suatu rupa tumpukan lemak lembek yang
menyerupai seperti bubur, serta kata yunani lainnya, yaksi scleros yang
bermakna keras. Jadi secara harfiah, zat yang semula lembut dan lembek
tersebut akan tertumpuk dan terakumulasi jumlahnya dalam suatu area, sehingga
akan terjadi pengerasan yang nantinya akan menyumbat aliran darah dalam
pembuluh darah. Tumpukan lemak tersebut akan disebabkan oleh kolesterol
LDL yang sifatnya sangat mudah melekat dalam pembuluh darah. Pembulih
darahlah yang menjadi penyebab sebuah sarana koridor transportasi proses
mengalirnya sebstansi metabolisme tubuh jika tersumbat akan berakibat sangat
fatal. Kelancaran aliran darah ke otot jantung dan organ tubuh akan terganggua
akibat rusaknya dinding arteri, yang kemudian bisa menyebabkan serangan
jantung.
Proses ateroklerosis sebeneranya sudah dimulai sejak masa kanak-kanak

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

yang seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan dan perubahan gaya


hidup, yang sering mengkonsumsi makanan siap saji. Proses aterosklerosis
bahkan sudah terjadi pada bayi berusia tiga bulan. Persoallan mulai terbuka saat
proses ateroklerosis ini akan terakumulasi dan akn menahun. Dampaknya kan
terlihat disaat peranjakan masa remaja ke masa dewasa. Yang umumnya terjadi
pada masa ini, dan dapat diperkirakan sebagai masa pastinya penyakit ini
terjadi.
Patologi jantung koroner dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, antara
lain :
a. Iskemia Iskemia adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversible.
Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan
reversible pada tingkat sel jaringan dan menekan fungsi
miokardium. Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas
suplai oksigen oleh pembuluh yang terserang penyakin yang
akan menyebabkan iskemia miokardium local. Pada iskemia,
terjadi perubahan hemodinamika bervariasi sesuai ukuran
segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon reflex
kompensasi system saraf otonomi. Serangan iskemia biasanya
mereda dalam beberapa menit jika ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen sudah diperbaiki. Perubahan pada
metabolic, fungsional, hemodinamik, dan elektrokardiografik
yang terjadi semuanya bersifat reversible.
b. Angina Pektoris
Angina pectoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia
miokardium. Pada umumnya angina dipicu oleh aktivitas yang
meningkat dari kebutuhan miokardium dr oksigen, seperti latihan
fisik, akan hilang dalam beberapa menit dengan istirahat atau
pemberian nitrogliserin. Angina perctoris yang jarang terjadi
yaitu angina prinzmetal yang lebeh sering terjadi pada waktu
istirahat dari pada waktu bekerja.
c. Infrak Miokardium

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan


menyebabkan kerusakan selular yang ireversibel dan kematian
otot atau nekrosis. Bagian miokardium yang mengalami infrak
atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Infrak
miokardium biasanya akan menyerang ventrikel kiri. Infrak
transmural akan mengenai seluruh dinding tebal yang
bersangkutan, sedangkan infrak subendokardinal terbatas pada
sepatuh begian dalam miokardium. Infrak terletak berkaitan
dengan penyakit pada daerah tertentu dalam sirkulasi koroner.
Contohnya, infrak dinding arterior yang disebabkan oleh lesi
pada ramus desendens anterior arteria koronaria sinistra. Infrak
miokardium yang nantinya akan mengurangi fungsi ventrikel
karena otot nekrosis akan kehilangan daya kontraksi, sedangkan
otot yang iskemia di sekitarnya juga akan mengalami gangguan
daya kontraksi. Secara fungsional, infrak miokardium akan
menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia, yang
akan menyebabkan daya kontraksi menurun, gerakan dinding
abnormal, perubahan daya kembang dinding ventrikel,
pengurangan curah sekuncup, pengurangan fraksi ejeksi,
peningkatan volume akhir sistolik dan akir diastolic ventrikel,
dan peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri.

10

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Gambar: 2.1 Pathway Penyakit Jantung Koroner


Sumber: Cholid (2016), Putri (2018)
Keterangan:
: Etiologi
: Manifestasi Klinis
: Diagnosa Keperawatan
: Penatalaksanaan

11

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

2.6 Manifestasi Klinik


Gejala dan komplikasi berkembang sesuai dengan lokasi dan tingkat
penyempitan lumen arteri, pembentukan thrombus, dan penyumbatan aliran
darah ke miokardium. (Smeltzer,dkk, 2010). Tanda dan gejalannya antara lain:
a. Kurangnya suplai oksigen ke miokardium(infrak miokard)
b. Ketidak mampuan jantung memompa darah secara efektif untuk memberi
oksigenasi jaringan dan sel.
c. Angina Pectoris
d. Acute coronary syndrome (ACS)
e. Kematian jantung mendadak
Jika gejala diatas hanya muncul pada saat beraktivitas, mak kondisi
tersebut dinamakan angina stabil. Tetapi jika gejala tersebut muncul bahkan
padasaat beristirahat, konisi tersebut dinamakan angina tidak stabil. Kondisi
ACS terjadi apabila gejala iskemis berkepanjangan dan tidak cepat reda
(deWit,dkk,2017)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut (Fallis, 2013) pemeriksaan penunjang pada PJK antara lain :
a. EKG (Elekrokardiogram)
Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya perubahan segmen ST,
namun EKG yang normal pun tidak menyingkirkan diagnosis
APTS/NSTEMI. Pemeriksaan EKG 12 sadapan pada pasien SKA dapat
mengambarkan kelainan yang terjadi dan ini dilakukan secara serial untuk
evaluasi lebih lanjut. Pemeriksaan EKG dapat memberi bantuan untuk
diagnosis dan prognosis, rekaman yang dilakukan saat sedang nyeri dada
sangat bermanfaat. (Fallis,2013)
b. Chest X-Ray (foto dada)

12

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Foto thorak mungkin ada normalatau bahkan adanya kardiomegali, CHF


(gagal jantung kongesti), atau bahkan aneurisma ventrikiler. (Suhaimi,
2015)
c. Latihan test stress jantung (treadmill)
Treadmill adalah pemeriksaan penunjang standar yang banyak digunakan
untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak jantung, irama
jantung, dan tekanan darah terus-menerus akan dipantau, jika arteri
koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan maka akan
ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekamannya. (Wardani,2015)
d. ECG (Ekokardiogram )
Ekokardiogram adalah gelombang suara yang menghasilkan gambaran
jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua bagian
dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas memompa.
Bagian yang bergerak lemah mungkin sudah rusak selama serangan
jantung dan menerima terlalu sedikit oksigen, mungkin ini akan
menunjukan adanya penyakit arteri koroner. (Nurachmach, 2013)
e. Kateterisasi jantung (aniografi)
Aniografi merupakan suatu tindakan invasive minimal dengan
memasukan kateter atau selang melalui pembuluh darah ke pembuluh
darah koroner yang akan mengalir ke jantung, tindakan ini disebut
kateterisasi jantung. Angiogram dikenal sebagai penyuntikan cairan
khusus ke dalam arteria tau intravena. Kateterisasi bertujuan untuk
mendiagnosa sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditentukan adanya
suatu kelainan. (Fallis,2013)
f. CT Scan ( Computerized tomography Coronary Angiogram)
Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi Koroner
merupakan pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk membantu
menggambarkan arteri koroner atau suatu zat pewarna kontras yang
disuntikan melalui intravena selama dilakukannya CT Scan, maka dari tu
dapat menghasilkan gambar arteri jantung, disebut juga sebagai ultrafast
CT Scan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kalsium dalam deposito
lemak yang akan mempersempit arteri koroner. Jika ditemukan kalsium

13

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

dalam jumlah besar maka akan memungkinkan terjadinya PJK.


(Safitri,2015)
g. Magnetik Resonance Angiography (MRA)
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan
penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa
adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini tidak
sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung (Wardani, 2015).
2.8 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dalam PJK dibagi menjadi dua cara yaitu secara medis
dan non medis (Safitri, 2017). Penatalaksanaan pasien dengan riwayat PJK
secara medis menurut (AHA, 2016 )antara lain :

a. Golongan Nitrat
Cara kerja golongan nitrat vasodilatasi yaitu, menurunkan peningkatan
diastolic, menurunkan tekanan intrakardiak serta meningkatkan perfusi
subendokardium. Pada golongan nitrat kerja pendek penggunaan
sublingual untuk profilasis dan dapat diberikan pada setiap pasien bila
terdapat nyeri dada, sedangkan untuk golongan nitrat kerja panjang
penggunaan obat oral dan transdermal digunakan untuk menjaga periode
bebas nitrat. Dosis nitrat dapat diberikan 5mg sublingual dalam 3xsehari.
b. Golongan Beta Bloker
Pemberian beta bloker pada pasien angina yang sebelumnya pernah
mengalami infark miokard atau biasa disebut gagal jantung memiliki
keuntungan dalam prognosis. Berdasarkan data tersebut beta bloker adalah
obat lini pertama terapi angina pada pasien tanpa kontraindikasi. Beta
bloker juga dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan
pencernaan, mimpi buruk, rasa capek, depresi, reaksi alergi blok AV, dan
bronkospasme. Beta bloker dapat memperburuk toleransi glukosa pada
pasien diabetes juga mengganggu respon metabolik dan autonomik
terhadap hipoglikemik. Dosis beta bloker sangat bervariasi untuk
propanolol 120-480/hari atau 3x sehari 10-40mg dan untuk bisoprolol 1x
sehari 10-40 mg.
c. Golongan Antagonis Kalsium

14

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Cara kerja antagonis kalsium adalah sebagai vasodilatasi koroner dan


sistemik dengan inhibisi masuknya kalsium melalui kanal tipe-L.
Verapamil dan diltiazem dan juga menurunkan kontraktilitas miokardium,
frekuensi jantung dan konduksi nodus AV. Antagonis kalsium
dyhidropyridin (missal: nifedippin, amlodipin, dan felodipin) lebih selektif
pada pembuluh darah. Pemberian nifedipin konvensional menaikkan
risiko infark jantung atau angina berulang 16%, penjelasan mengapa
penggunaan monoterapi nifedipin dapat menaikkan mortalitas karena obat
ini dapat menyebabkan takikardi refleks dan menaikkan kebutuhan
oksigen miokard. Dosis untuk antagonis kalsium adalah nifedipin dosis
3x5-10mg, diltiazem dosis 3x30-60mg dan verapamil dosis 3x 40-80 mg.
d. Obat Antiplatelet
Terapi antiplatelet diberikan untuk mencegah trombosis koroner karena
keuntungannya lebih besar dibanding resikonya. Aspirin dosis rendah (75-
150mg) adalah obat pilihan kebanyakan kasus. Clopidogrel mungkin
dapat dipertimbangkan sebagai alternatif pada pasien yang alergi aspirin.
Pada pasien riwayat perdarahan gastrointestinal aspirin dikombinasi
dengan inhibisi pompa proton lebih baik dibanding dengan clopidogrel.
Untuk Clopidogrel dosis 75 mg satu kali sehari. Aspirin bekerja dengan
cara menekan pembentukan tromboksan A2 dengan cara menghambat
siklooksigenase dalam platelet (trombosit) melalui asetilasi yang
ireversibel. Kejadian ini menghambat agregasi trombosit melalui jalur
tersebut. Sebagian dari keuntungan dapat terjadi karena kemampuan anti
inflamasinya dapat mengurangi ruptur plak.
e. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE-I)
ACE-I adalah indikasi pada pasien angina pectoris stabil disertai penyakit
penyerta seperti hipertensi, DM, gagal jantung, disfungsi ventrikel kiri
asimtomatik, dan pasca infark miokard. ACE-I adalah obat yang dikenal
sebagai obat antihipertensi, gagal jantung, dan disfungsi ventrikel kiri.
Sebagai tambahan, pada dua penelitian besar randomized controlled
Ramipril serta perindopril penurunan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular pada pasien penyakit jantung koroner stabil tanpa disertai

15

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

gagal jantung. Pada pasien angina tanpa disertai penyakit penyerta


pemberian ACE-I memerlukan perhitungkan keuntungan dan resikonya.
Dosis untuk penggunaan obat golongan ACE-I untuk captopril 6,25-12,5
mg tigakali sehari. Untuk ramipril dosis awal 2,5 mg dua kali sehari dosis
lanjutan 5 mg duakali sehari, lisinopril dosis 2,5-10 mg satu kali sehari.

f. Antagonis Reseptor Bloker


Mekanisme kerja mencegah efek angiotensin II, senyawa-senyawa ini
memberi relaksasi otot polos sehingga mendorong vasodilatasi, serta
meningkatkan eksresi garam dan air di ginjal, menurunkan volume
plasma, dan mengurangi hipertrofi sel. Antagonis reseptor angiotensin II
secara teoritis juga mengatasi beberapa kelemahan ACEI. Antagonis
reseptor bloker diberikan bila pasien intoleran dengan ACE-I. Dosis untuk
valsartan 40 mg dua kali sehari dosis lanjutan 80-160mg, maximum dosis
320 mg.
g. Anti Kolesterol
Statin dapat menurunkan resiko komplikasi atherosklerosis sebesar 30%
pada pasien angina stabil. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat
statin pada berbagai kadar kolesterol sebelum terapi, bahkan pada pasien
dengan kadar kolesterol normal. Terapi statin harus dipertimbangkan pada
pasien jantung koroner stabil dan angina stabil. Target dosis terapi statin
untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler sebaiknya
berdasarkan penelitian klinis yang telah dilakukan dosis statin yang
direkomendasi merupakan simvastatin 40 mg/hr, pravastatin 40 mg/hr, dan
atorvastin 10 mg/hr. Bila dengan dosis diatas kadar kolesterol total dan
LDL tidak mencapai target, maka dosis dapat ditingkatkan sesuai toleransi
pasien sampai mencapai target.

Menurut (Zuraida,2017) penatalaksanaan PJK secara non-medis, antara


lain terdapat terapi non farmakologis yang masuk dalam terapi komplementer,
yaitu :

a. Terapi relaksasi nafas dalam

16

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk asuhan keperawatan,


perawat dapat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain itu juga dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. (Priharjo, 2017)

b. Terapi stimulasi dan massage


Terapi massage merupakan terapi manipulasi otot-otot dan jaringan dari
tubuh dengan cara menekan, menggosok, getaran/vibrasi dan
menggunakan tangan, jari tangan atau alat-alat manual/elektrik untuk
memperbaiki kondisi kesehatan. (Nurgi, 2017). Dalam terapi massage
harus dilakukan oleh orang yang benar-benar sudah mendapakan
pengarahan atau pelatihan khusus dari tenaga yang sudah berpengalaman.
c. Terapi imajinasi terbimbing
Terapi imajinasi terbimbing merupakan sebuah terapi relaksasi yang
bertujuan mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan damai
serta dapat menjadi obat penenang untuk situasi yang sulit dalam
kehidupan. Imajinasi terbimbing atau imajinasi mental adalah suatu terapi
untuk menguji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk
menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan
keheningan. (Amalia, 2016).

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit jantung koroner menurut
Wicaksono Saputro (2019) adalah sebagai berikut:

1. Syok Kardiogenik
Pada syok kardiogenik dapat ditandai dengan adanya gangguan pada fungsi
ventrikel kiri yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran
oksigen ke jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang di sebabkan oleh
infark miokardium akut (Nurhidayat. S, 2011).

17

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

2. Gagal Jantung Kongestif


Gagal jantung kongestif merupakan gangguan pada sistem sirkulasi
miokardium gagal jantung kongestif merupakan suatu keadaan dimana
jantung tidak dapat memompa darah yang cukp untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan (Sudarta, 2013).
3. Disfungsi otot papilaris
Kontraksi otot papilaris di koordinasi oleh ventrikel kiri secara keseluruhan.
Penelitian dengan magnetic resonance imagine menunjukkan bahwa
kontraksi spiral pada otot papilaris diatur oleh gerakan torsional serat otot
sekitar sumbu utama dari ventrikel kiri. jika bukan karena pemendekan
simulton serat otot ventrikel yang berorientasi pada otot papilaris, panjang
yang tetap dari korda bias menyebabkan daun prolapse ke atrium kiri
sebagai annulus descenden.otot papilaris juga memiliki gerak rotasi di
sekitar sumbu panjang ventrikel kiri (Ramli & Karni, 2018).
4. Sindrom Dissler (postpericardiotomy syndrome)
Sindrom postpericardiotomy ini biasanya trjadi 23 bulan setelah tindakan
pembedahan. Pada keadaan ini pericardium mengalami penipisan sebesar
0,8 mm. pada kasus ini akan muncul tanda dari inflamasi, fibrosis dan tanda
lainnya yang sesuai dengan klasifikasi pericardium intraoperative
(Kudaiberdiev, 2017).
5. Pericarditis Akut
Pericarditis akut bisa disebut juga dengan peradangan pada pericardium
yang bersifat jinak dan dapat terjadi sebagai manifestasi klinis dari penyakit
sistemik.Efek yang dapat ditimbulkan dari pericarditis adalah efusi
pericardial yang memicu tamponade jantung (Márcio, De Melo &
Fernandes, 2015).
6. Aneurisme Ventrikel
Aneurisme adalah dilatasi abnormal dari pembuluh darah / aorta. Terjadi
suatu perubahan pada dindin aorta, elastin dan otot polos mengalami suatu
proses dan menjadi jaringan ikat, akibatnya dinding menjadi lemah lalu
menggembung. Penggembungan yang terjadi adalah local dann dapat

18

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

mencapai lebih lebih dari 50% diameter normal (Widhiatmoko & Apuranto,
2012).
7. Rupture Miokard
Ruptur mokard adalah terjadinya robekan pada bagian – bagian jantung
seperti otot, dinding, septum, korda tendinea atau katup – katup
jantung.Penyebab terjadinyaruptur miokard bervariasi dan pada kasus ini
rupture terjadi secara spontan sebagai komplikasi dari infark miokard akut
transmural akut, ini merupakan penyebab rupture yang paling sering.Infark
jenis ini 90% berhubungan dengan thrombosis akibat atherosclerosis
koroner (Widhiatmoko & Apuranto, 2012)

2.10 Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATANPADA Ny.S DENGAN CORONARY ARTERY


DISEASE (CAD) / JANTUNG KORONER di RSPAD GATOT SOEBROTO
TAHUN 2022

A. Pengkajian Keperawatan

1. Biodata

a. Identitas Klien

1) Nama : Ny. S

2) Tanggal lahir/usia : 55 Tahun

3) Jenis kelamin : Perempuan

4) Agama : Kristen

5) Bangsa/suku : Indonesia / Jawa

6) Status Perkawinan : Menikah

7) Pekerjaan : Karyawan Swasta

8) Pendidikan Terakhir :-

9) Alamat : Pondok Gede

19

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

10) Tgl Masuk RS : 1 September 2022

11) No. Rm : 23.04.03

12) Tgl Pengkajian : 2 September 2022

13) Dx. Medis : Coronary Artery Disease (CAD)

b. Identitas Penanggung Jawab

1) Nama : Tn. L

2) Tgl Lahir/Usia : 23 thn

3) Jenis Kelamin : Laki-Laki

4) Agama : Kristen

5) Pekerjaan : Karyawan Swasta

6) Hubungan dgn Klien : Anak klien

7) Alamat : Pondok Gede

2. Keluhan Utama

Keluhan utama yang diperoleh dari klien saat pengkajian bahwa klien
mengatakan nyeri di bagian dada

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan kejadian ini awalnya mulai dirasakan pada tanggal


14 Juli 2019 jam 00.00 wita (malam hari). Pasien mengatakan sore tadi
tepatnya jam 17.00 Wita mengalami stress dan tiba-tiba merasakan sakit
yang hebat pada dada bagian kiri, tertikam dan tembus sampai punggung,
merasa tegang pada tengkuk, dan rasa mual, sehingga oleh keluarga pasien
diantar keluarga ke rumah sakit. Keluhan saat dikaji: pasien mengatakan
masih merasa sakit pada dada bagian kiri, tertikam dan tembus punggung,
pasien juga mengatakan merasa tidak nyaman dengan alat yang terpasang di

20

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

tubuhnya. Tampak pasien berbaring lemas, wajah meringis kesakitan,


tampak terpasang monitor, dan tampak sebagian besar activity daily livings
(ADL) dibantu keluarga dan perawat.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan pernah mengalami penyakit diabetes sejak lima tahun


yang lalu, dan tidak pernah control selama 2 tahun ini.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan dalam keluarga belum pernah menderita penyakit


seperti ini

Genogram 3 Generasi

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Menikah

: Pasien

: Laki-laki/ Perempuan Meninggal

: Tinggal Serumah

21

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

4. Riwayat Psikososial

a. Psikologis

Klien mengatakan jika dirawat di RS dan berobat secara teratur serta


rutin ia akan sembuh, dan penyakitnya cukup parah sehingga ia harus di
rawat di Rumah sakit dan klien tampak serius menghadapi kenyataan yang
menimpanya.

b. Pola Koping

Koping pasien baik dibuktikan dengan pasien mau menceritakan


masalah tentang penyakitnya dan sering bertanya tentang penyakitnya kepada
perawat

c. Pola interaksi

Pasien dapat berinteraksi dengan perawat dan anggota keluarga lainnya


hanya dengan senyum dan menggelengkan kepala dan kurang perhatian.
Hubungan pasien dengan anggota keluarga,lingkungan rumah sakit dan
perawat sangat baik

5. Riwayat Spiritual

Klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah, tetapi selama sakit klien


tidak pernah melaksanakan shalat. Klien sangat yakin akan sembuh jika klien
berobat secara teratur dan berdoa.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda Vital

1) Tekanan Darah : 9/70 mmHg

2) Nadi : 120 x/mnt

3) Pernapasan : 20 x/mnt

22

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

4) Suhu Badan : 36° C

5) SPO2 : 100%

b. Pemeriksaan Sistem Tubuh

1) Airways (Jalan Napas)

Sumbatan: (-) benda asing (-) bronscospasme (-) darah (-) sputum -()
lendir (-) lain-lain sebutkan:

2) Breathing (Pernapasan)

Tidak ada sesak napas dan suara napas tambahan, irama napas . Sesak
saat: Aktifitas(-) Tanpa aktifitas(-) Menggunakan otot tambahan (-)
Frekuensi napas : 20 x/mnt

Irama : (√)

Kedalaman : (-) dalam (-) dangkal

Reflek batuk : (√) tidak ada

Batuk : (-) produktif (-) non produktif

Sputum : (-) tidak

Bunyi napas : (-) ronchi (-) creakles (-)

BGA :Tidak ada pemeiksaan

3) Ciruculation

a) Sirukulasi Perifer

Nadi :120 x/menit

Irama : (√) teratur, Denyut nadi: (√) kuat, TD: 90/70 mmHg,
Ekstremitas : (√) Hangat,

Warna Kulit : (-) cyanosis (√) Pucat (-) Kemerahan

Nyeri Dada :(√) Ada,

23

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Karakteristik nyeri dada : (√) Seperti ditusuk-tusuk (- ) Seperti


ditimpah benda berat, Capillary refill : (√) < 3 detik

Edema (√ ) Tidak, Lokasi edema : (-) Muka (-) Tangan (-)


Tungkai (-) Anasarka

b) Fluid (cairan dan elektolit)

1. Cairan

Turgor Kulit: (√) < 3 detik (-) > 3 detik (√) Baik (-) Sedang (-)
Jelek

2. Mukosa Mulut : (-) Lembab (√) Kering

3. Kebutuhan Nutrisi : Diiit jantung tinggi serat

Energi: 1500 kk, Protein: 56 gram, Lemak: 33 gram, Karbohidrat:


292 gram, Oral: 1.000 cc/24 jam (air putih), Parenteral: RL
500cc/24 jam

4. Eliminasi:

BAB : belum 1 hari

BAK : 800cc /7jam

Jumlah : 800 cc. (√) Banyak

Rasa sakit saat BAK : (√) Tidak

Keluhan sakit pinggang : (√) Tidak

BAB: 1 kali/hari, Diare : (√) Tidak, Bising Usus: 20x /menit

Pemeriksaan Abdomen:

Keluhan :

(√) I : Abdomen tampak simetris

(√) A : Bising usus 20x/ menit (-)

Pal : saat perkusi tidak teraba massa

24

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Per : saat perkusi abdomen pekak

5. Intoksikasi

(-) Makanan (-) Gigitan Binatang (-) Alkohol (-) Zat kimia (-)
Obat-obatan (-) Lain – lain : Tidak ada intoksikasi

4) Disability

Tingkat kesadaran : (√ ) ComposMentis

Reaksi terhadap cahaya :

Kanan (√ ) Positif (-) Negatif

Kiri (√ ) Positif (-) Negatif

GCS: E:4 M:5 V:6 = Jumlah : 15

5) Musukoskeletal

(-) Spasme otot (-) Vulnus (-) Krepitasi (-) Fraktur (-) Dislokasi

6) Integumen

(-) Vulnus (-) Luka Bakar

7) Psikologis

a. Pasien merasa tegang

b. Pasien cemas

c. Kurang pengetahuan

7. Pemeriksaan Laboratorium

(Hasil Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 September 2022

Jenis Hasil
Hb 10,5 gr%
GDS 243 mg/dl
Gula darah puasa 161 mg/dl

25

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Gula darah 2 jam 205 mg/dl


Kreatinin darah 1,38 mg/dl

8. Pengobatan

a. IVFD Nacl 0,9 % 500 cc/24 jam,

b. ISDN3 x 5 mg,

c. Aspilet 1x80 mg/oral (1-0- 0),

d. CPG 1x75 mg (0-0-1),

e. Simvastatin 1x25 mg/oral (0-0-1),

f. Arixtra 1x25 mg/sc/abdomen

B. Klasifikasi Data

Data Subyektif Data Obyektif

- Klien mengatakan sakit pada dada - Ekspresi wajah tampak meringis


bagian kiri Tanda Vital :
- Klien mengatakan nyeri (skala TD : 9/70 mmHg
nyeri 5) N : 120 kali/menit
Pengkajian nyeri S : 36° C
P : Pada saat stress dan tiba-tiba P : 20 kali/menit
Q : nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk - Klien tampak berbaring lemas
R : nyeri dirasakan pada daerah - Klien tampak terpasang monitor
dada kiri - Tampak sebagian besar ADLs
S : skala nyeri 5 dibantu keluarga dan perawat
T : timbulnya nyeri tidak menentu - GDS : 243 mg/dl
dan hilang timbul (Nilai normalnya 70-150 mg/dl),
- Gula darah puasa: 161 mg/dl
- Klien mengatakan merasa tegang (Nilai normalnya 74-109 mg/dl),
pada tenguk - Gula darah 2 jam PP: 205

26

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

- Klien mengatakan rasa tidak mg/dl. (Nilai normalnya 75-140


nyaman dengan alat yang mg/dl).
terpasang - Masalah keperawatan: Nyeri
akut.
- Etiologi: Agens cedera biologis
(iskemia)
- HB 10,5 gr%
- Kreatinin darah 1,38 mg/dl
- Masalah keperawatan:
Intoleransi aktivitas.
- Etiologi: Ketidakseimbangan
antara suplay dan kebutuhan
oksigen

C. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


1. Ds :
- Klien mengatakan sakit pada dada bagian kiri Agens cedera Nyeri Akut
- Klien merasa tegang pada tenguk biologis
Do : (iskemia)
- Wajah klien tampak meringis

27

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

- Pengkajian PQRST
P : Pada saat stress dan tiba tiba
Q : nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada daerah dada kiri
S : skala nyeri 5
T : timbulnya nyeri tidak menentu dan hilang
timbul

- GDS 243 mg/dl


(Nilai normalnya 70-150 mg/dl
- Gula darah puasa: 161 mg/dl
(Nilai normalnya 74- 109 mg/dl 5.
- Gula darah 2 jam PP: 205 mg/dl.
(Nilai normalnya 75-140 mg/dl)

2. Ds :
- Klien mengatakan rasa tidak nyaman dengan Ketidakseimban Intoleransi
alat yang terpasang gan antara aktivitas
suplay dan
Do : kebutuhan
- Klien nampak berbaring lemas oksigen
- Tampak terpasang monitor
- Tampak sebagian besar
- ADLs dibantu keluarga dan perawat
- HB 10,5 gr% (Nilai normalnya 12,0-16,0 gr
%)
- Kreatinin darah 1,38 mg/dl (Nilai
normalnya 0,6-1,1 mg/dl)
- TTV :
TD : 90/70 mmHg,
Nadi : 120 kali/menit,
Suhu : 36 °C,
RR : 20 x/menit

28

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

D. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (iskemia)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay


dan kebutuhan oksigen

3. Risiko Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan


diabetes mellitus

E. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
No NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Cairan :
berhubungan tindakan keperawatan 3 1. Monitor tanda – tanda vital
dengan agens x 24 jam diharapkan pasien
cedera biologis Pasien akan 2. Lakukan pengkajian nyeri
(iskemia) mempertahankan rasa komprehensif yang meliputi :
nyaman nyeri selama karakteristik, durasi,
dalam perawatan. frekuensi, kualitas, intensitas
(beratnya) nyeri dan factor
pencetus
3. Observasi adanya petunjuk
non verbal mengenai
ketidaknyamanan
4. Berikan informasi mengenai
nyeri, misalnya penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasinya.
5. Ajarkan tentang penggunaan
teknik non farmakologi untuk
pengurangan nyeri
6. Anjurkan pasien dan keluarga

29

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

untuk menghindari hal-hal


yang dapat menyebabkan
nyeri
7. Kolaborasi pemberian terapy
analgetik
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Kaji status fisiologis pasien
b/d tindakan keperawatan 3 yang menyebabkan
ketidakseimbangan x 24 jam diharapkan gangguan aktivitas
antara suplay dan klien dapat meningkat 2. Anjurkan pasien
kebutuhan oksigen dalam beraktivitas. menganjurkan perasaan
secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
3. Pilih intervensi untuk
mengurangi gangguan
aktivitas baik secara
farmakologis maupun non
farmakologis dengan tepat
4. Tentukan jenis dan
banyaknya aktivitas yang
dibutuhkan untuk menjaga
kesehatan
5. Monitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang adekuat
6. Monitor/catat waktu dan
lama istirahat/tidur pasien
7. Bantu pasien identifikasi
pilihan aktivitas-aktivitas
yang akan dilakukan.
8. Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas.

30

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

F. Implementasi & Evaluasi Keperawatan

No.Dx Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


1 Sabtu, 1. Melakukan pengkajian S :
17/09/2022 nyeri komprehensif yang 1. Pasien
08.00 meliputi : mengatakan sakit
P : Pada saat ditekan dan pada dada bagian
tertekuk kiri, tertikam dan
Q : Nyeri dirasakan tertusuk- tembus sampai di
tusuk punggung
R : Nyeri dirasakan pada 2. Merasa tegang
perut bagian kanan pada tengkuk
S : Skala nyeri 4 (Dengan O:

31

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

menggunakan angka 0-10) 1. Wajah pasien


T : Nyeri dirasakan sewaktu- tampak
waktu meringis
2. Mengoservasi tanda-tanda PQRST:
vital P : Pada saat
3. Mengobservasi adanya stress dan
petunjuk non verbal tiba-tiba
mengenai ketidaknyamanan Q : Nyeri
yaitu : sering memegang dirasakan
daerah dada kiri tertusuk-
4. Memberikan informasi tusuk
kepada pasien mengenai R : Nyeri
nyeri, yaitu penyebab nyeri dirasakan
karena adanya gangguan pada dada
pada jantung. kiri S : Skala
5. Mengajarkan pasien nyeri 5
tentang penggunaan teknik (Dengan
non farmakologi untuk menggunaka
pengurangan nyeri yaitu n angka 0-10)
dengan latihan teknik napas T : Nyeri
dalam dirasakan
sewaktu-
waktu
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
2 Senin, 1. Mengkaji status fisiologis S :
12/09/2022 pasien yang menyebabkan 1. Pasien
09.00 gangguan aktivitas mengatakan
2. Menganjurkan pasien rasa tidak
menganjurkan perasaan nyaman
secara verbal mengenai dengan alat

32

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

keterbatasan yang dialami yang


3. Memilih intervensi untuk terpasang
mengurangi kelelahan baik O:
secara farmakologis maupun 1. Pasien tampak
non farmakologis dengan berbaring lemas
tepat 4. Memonitor/catat 2. Tampak terpasang
waktu dan lama istirahat/tidur monitor
pasien 3. Tampak sebagian
5. Membantu pasien besar ADL dibantu
identifikasi pilihan aktivitas- keluarga dan perawat
aktivitas yang akan dilakukan 4. TTV : TD : 90/70
6. Membantu pasien dalam mmHg, Nadi : 120
melakukan aktivitas kali/menit, Suhu : 36
oC, RR: 20 x/menit
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Faktor risiko PJK dibagi menjadi faktor risiko alami, utama dan tidak langsung.
Faktor risiko alami terdiri dari genetik, jenis kelamin, usia dan ras. Faktor risiko
utama terdiri dari kolesterol, hipertensi dan merokok. Faktor risiko tidak
langsung terdiri dari diabetes mellitus, obesitas, aktivitas fisik, stress, diet nutrisi
dan alkohol. Cara mencegah penyakit jantung koroner adalah berhenti merokok
sedini mungkin, berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan sehat dan

33

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

gizi seimbang, menghindari stress yang berlebihan, menghindari pola hidup


tidak sehat, mengurangi konsumsi alkohol, menjaga tekanan darah, mengontrol
gula darah dan menurunkan berat badan.

3.2 Saran
Dengan mengetahui dan memaahai cara pemeriksaan fisik pada pasien dengan
penyakit jantung koroner yang benar diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan
dapat melakukan pemberian asuhan keprawatan yang baik sesuai dengan
kebutuhan pasien. Bagi profesi keperawatan diharapkan Kerjasama antar
perawat dan tim kesehatan lain seperti dengan dokter, ahli gizi, dan fisioterapi
sangat di perlukan untuk kemajuan pasien dapat di capai secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Amanda.T.S 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Congestive


Dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas. Insan Cendekia
Medika Jombang.
Hajiri.F., Pujiastuti.E.S., & Siswanto .2019. Terapi Murotal Dengan Akupresur
Terhadap Tingkat Kecemasan Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Dengan Penyakit Janrung Koroner. Jurnal keperawatan silampari.2.146-159
Hj, H. (2018). Studi Kasus Pada Pasien Ny. "M" Dengan Jantung Koroner
Diruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 7(1), 182-186

34

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Kudaiberdiev, T. (2017). Postpericardiotomy syndrome and its complications:


prevalence, clinical significance and management. (Heart-Vessels
andTransplantation, 55-61.
Maia, B. (2019). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Pada Ny. I.
F. L. Dengan Diagnosa Coronary Artery Disease (Cad) Di Ruang Iccu
Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Program Studi Diploma Iii
Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Majid Abdul, 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System
Kardiovaskular, PUSTAKA BARU PRESS
Majid.A. 2017. Penyakit Jantung Koroner, Patofisiologi, Pencegehan, Dan
Pengobatan Terkini.Universitas Sumatera Utara. Medan
Márcio , T., De Melo, D., & Fernandes, F. (2015). Acute pericarditis. Rev
Nurhidayat Saiful. 2011. Asuhan Keperawtan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Ponorogo: UMPO Press
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DewanPengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Ramli D, Karani Y. Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral. J Kesehat Andalas.
2018;7:103.
Sudarta, I W. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Cardiovaskuler. Gosyen Publishing. Yogyakarta
WD, F. A. (2019). Pemeriksaan Kadar HDL Pada Penderita Penyakit Jantung
Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Wicaksono, S. 2020. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Pada Pasien
Rawat Inap di Intensive Cardiovascular Care Unit (ICCU) RSUD Dr M
Yunus Bengkulu. Jurnal Kesmas Indonesia, Vol. 12 (1), 26-32
Widhiatmoko , B., & Apuranto , H. (2012). Myocardial Rupture As a Cause of
Sudden Death. Media Jurnal Pro Justisia Volume : 14 - No.

35

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)


lOMoARcPSD|25603746

Yuli Aspiani, Reni. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular, Aplikasi NIC & NOC. Jakarta EGC. 2014

36

Downloaded by Muhammad Rozakh (rozakhmuhammad69@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai