Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH KMB III

“ASKEP GLAUKOMA”

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Debi DwiVayana (1710142010045)

2. Dina Putri Aryati (1710142010004)

3. Mesi Kartika Sari (1710142010017)

4. Mulya Ulfa Kaswati (1710142010018)

5. Rani Nadya Aliyyan (1710142010030)

6. Ratika Wulandari Z. (1710142010031)

7. Welly Utama (1710142010042)

Prodi S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing : Ns. Yossi Fitrina,S.Kep, M.Kep

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat dan
karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah
“ASKEP GLAUKOMA” Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa
dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun.Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.

Bukittinggi, 4 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Glaukoma ................................................................................................... 3

2.2 Klasifikasi Glaukoma ............................................................................................... 4

2.3 Etiologi Glaukoma.................................................................................................... 5

2.4 Manifestasi Klinis Glaukoma ................................................................................... 6

2.5 Patofisiologi Glaukoma ............................................................................................ 6

2.6 Komplikasi Glaukoma .............................................................................................. 7

2.7 Pemeriksaan Penunjang Glaukoma .......................................................................... 7

2.8 Penatalaksanaan Glaukoma ...................................................................................... 9

2.9 Asuhan Keperawatan Glaukoma .............................................................................. 9

iii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 14

3.2 Saran ......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya
orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja
termasuk matanya. Mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu
sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang
hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua
terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010
akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak
bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa
gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan
sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita
glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang
disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan
harus dilakukan sedini mungkin.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa Defenisi dari Glaukoma?
b. Apa Klasifikasi dari Glaukoma?
c. Bagaimana Etiologi dari Glaukoma?
d. Apa Manifestasi Klinis dari Glaukoma?
e. Bagaimana Patofisiologi dari Glaukoma?
f. Apa Komplikasi dari Glaukoma?
g. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Glaukoma?
h. Bagaimana Penatalaksanaan dari Glaukoma?
i. Apa Asuhan Keperawatan dari Glaukoma?

1.3 Tujuan Masalah


a. Untuk memahami defenisi dari glaucoma
b. Untuk memahami klasifikasi dari glaucoma
c. Untuk memahami etiologi dari glaucoma
d. Untuk memahami manifestasi klinis dari glaucoma
e. Untuk memahami patofisiologi dari glaucoma
f. Untuk memahami komplikasi dari glaucoma
g. Untuk memahami pemeriksaan penunjang dari glaucoma
h. Untuk memahami penatalaksanaan dari glaucoma
i. Untuk memahami askep dari glaucoma

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Glaukoma

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya
(Indriana dan N Istiqomah; 2004). Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta
defak lapang pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010).

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan


intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil saraf
optik sehingga terjadi atropi saraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009).

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,
sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi
penglihatan (Dwindra M; 2009)

3
2.2 Klasifikasi dari Glaukoma
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua
mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan
lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem,
dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal
biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit) disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan
iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni
akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi
ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan
atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:

4
- Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
- Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
- Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran,
biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan
pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya.
Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat
terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik
biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.

2.3 Etiologi dari Glaukom


Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.
b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah pupil

Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)


a. Umur
Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari
populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan
bertambahnya usia.
b. Riwayat anggota keluarga yang terkenaglaukoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko
6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak adik kemudian
hubungan orang tua dan anak-anak.
c. Tekanan bolamata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk
sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.

5
Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter
spesialis mata.
d. Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid
yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk
radang sendi, dan pemakai obat secara rutin lainnya.

2.4 Manifestasi Klinis dari Glaukoma


1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

2.5 Patofisiologi dari Glaukoma


Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus
oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui
sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan
episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan
dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23
mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi
akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina.
Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan
tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf pada
papil saraf optik.

6
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada
papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf optik.
(Tamsuri M, 2010 : 72-73).

2.6 Komplikasi dari Glaukoma


a. Glaukoma Kronis
b. Sinekia anterior
c. Katarak
d. Kerusakan saraf optikus
e. Kebutaan

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
- Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab
cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat digunakan dalam keadaan
terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan
diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh
ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras
pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini
selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi :dimana satu jari
menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.

7
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :

a. N : normal
b. N + 1 : agak tinggi
c. N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
d. N – 1 : lebih rendah dari normal
e. N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
- Indentasi dengan tonometer schiotz
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
- Nonkontak pneumotonometri

b. Gonioskopi

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf
optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik
yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu
pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau
terus melebar.
d. Pemeriksaan lapang pandang
- Pemeriksaan lapang pandang perifer
Lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut
kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas
ke tengah.
- Pemeriksaan lapang pandang sentral
Mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan
dini lapang pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.
(Sidarta Ilyas, 2002: 242-248).

8
2.8 Penatalaksanaan
Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaukoma dapat dicegah
untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan dan rusaknya saraf penglihatan.
Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan
mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit
dan respons terhadap terapi (Harnawartiaj, 2008) :
a. Terapiobat.
- Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mgoral.
- Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts /jam.
b. Bedahlazer.
Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan TIO.
c. Bedahkonfensional.
d. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk
memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke anterior. Trabekulektomi
(prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran balu melalui sclera.

2.9 Asuhan Keperawatan dari Glaukoma


1. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari
kulit putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan
mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan sering
menabrak, gangguan saat membaca

9
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat
itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang
mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia
tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami penyakit
glaucoma sudut terbuka primer.
3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu, berkendaraan.
4. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan
lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor
keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
- Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
- Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada
glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada
waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)

10
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan;gangguan status
organ ditandai dengan kehilangan lapang pandangprogresif.
b. Nyeri b/d peningkatanTIO
c. Ansietas b/d penurunan pengelihatanaktual.
d. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/d kurang
informasi tentang penyakitglaukoma.

3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan ; gangguan
status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal Intervensi :
1) Pasti derajat atau tipepenglihatan
R : mempengaruhi harapan masa depan pasien

2) Dorong pasien mengekspresikan parasaan tentang kehilangan


penglihatan
R : pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atautotal

3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan,


mengikuti jadwal, tidak salahdosis
R : mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut

4) Lakukan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh:


atur perabot, kurangi kekacauan, perbaiki sinar suram, dan masalah
penglihatanmalam
R : menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang
pandang
5) Kolaborasi pemberian asetazolamid(diamox)
R : menurunkan laju produksi akueus humor

11
b. Nyeri b/d peningkatan TIO

Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang


Intervensi :
1) Kaji tingkatnyeri
R : Mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensi selanjutnya
2) Pantau derajat nyeri mata setiap 30 menit selama faseakut
R : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
3) Siapkan pasien untuk pembedahan sesuaiperanan
R : setelah TIO terkontrol pada glukoma sudut terbuka, pembedahan harus
dilakukan untuk secara permanent menghilangkan blok pupil
4) Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semifowler
R : tekanan pada mata ditingkatkan bila tubuhdatar
5) Berikan lingkungan gelap danterang
R : stress dan sinar menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri

6) Berikan analgesic narkotik yng di resepkan peran dan evaluasi keefektifanya

c. Ansietas b/d penurunan pengelihat anaktual.


Tujuan : Cemas hilang atau berkurang Intervensi :
1) Kaji tingkatansietas
R : factor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri

2) Beri informasi yang akurat danjujur

R : menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan yang akan


dating
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan
perasaan
R : memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata

4) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien

R : membantu pasien dalam menurunkan kecemasan

12
5) Identifikasi sumber atau orang yangmenolong

R : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri

d. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/d
kurang informasi tentang penyakitglaukoma.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatannya.
Intervensi :
1) Diskusikan perlunya menggunakanidentifikasi
R : untuk memberikan informasi pada perawat dengan kasusdarurat

2) Tunjukan tehnik yang benar untuk pemberian tetesmata R :


meningkatkan keefektifanpenglihatan
3) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat R :
mempertahankan konsistensi programobat
4) Identifikasi efek samping atau reaksi merugikan daripengobatan
R : efeksamping obat atau merugikan mempengaruhi rentan dari tak nyaman
sampai ancaman kesehatan berat

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa
perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler
(TIO) dengan segalah akibatnya.Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi
pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan
dan bisa memahami perjalanan dari penyakit glaucoma serta asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan baik dan benar.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.ac.id//askep-glaukoma//

https://www.repository.ac.id//glaukoma-pdf//

15

Anda mungkin juga menyukai