“ASKEP GLAUKOMA”
Disusun oleh :
Kelompok 2
Prodi S1 Keperawatan
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat dan
karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah
“ASKEP GLAUKOMA” Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa
dalam memahami makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun.Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa Defenisi dari Glaukoma?
b. Apa Klasifikasi dari Glaukoma?
c. Bagaimana Etiologi dari Glaukoma?
d. Apa Manifestasi Klinis dari Glaukoma?
e. Bagaimana Patofisiologi dari Glaukoma?
f. Apa Komplikasi dari Glaukoma?
g. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Glaukoma?
h. Bagaimana Penatalaksanaan dari Glaukoma?
i. Apa Asuhan Keperawatan dari Glaukoma?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya
(Indriana dan N Istiqomah; 2004). Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta
defak lapang pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010).
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,
sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi
penglihatan (Dwindra M; 2009)
3
2.2 Klasifikasi dari Glaukoma
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua
mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan
lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem,
dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal
biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit) disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan
iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni
akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi
ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan
atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
4
- Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
- Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
- Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran,
biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan
pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya.
Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat
terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik
biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
5
Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter
spesialis mata.
d. Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid
yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk
radang sendi, dan pemakai obat secara rutin lainnya.
6
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada
papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf optik.
(Tamsuri M, 2010 : 72-73).
7
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
a. N : normal
b. N + 1 : agak tinggi
c. N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
d. N – 1 : lebih rendah dari normal
e. N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
- Indentasi dengan tonometer schiotz
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
- Nonkontak pneumotonometri
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
c. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf
optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik
yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu
pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau
terus melebar.
d. Pemeriksaan lapang pandang
- Pemeriksaan lapang pandang perifer
Lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut
kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas
ke tengah.
- Pemeriksaan lapang pandang sentral
Mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan
dini lapang pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.
(Sidarta Ilyas, 2002: 242-248).
8
2.8 Penatalaksanaan
Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaukoma dapat dicegah
untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan dan rusaknya saraf penglihatan.
Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan
mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit
dan respons terhadap terapi (Harnawartiaj, 2008) :
a. Terapiobat.
- Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mgoral.
- Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts /jam.
b. Bedahlazer.
Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan TIO.
c. Bedahkonfensional.
d. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk
memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke anterior. Trabekulektomi
(prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran balu melalui sclera.
9
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat
itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang
mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia
tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami penyakit
glaucoma sudut terbuka primer.
3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu, berkendaraan.
4. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan
lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor
keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
- Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
- Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada
glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada
waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)
10
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan;gangguan status
organ ditandai dengan kehilangan lapang pandangprogresif.
b. Nyeri b/d peningkatanTIO
c. Ansietas b/d penurunan pengelihatanaktual.
d. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/d kurang
informasi tentang penyakitglaukoma.
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan ; gangguan
status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal Intervensi :
1) Pasti derajat atau tipepenglihatan
R : mempengaruhi harapan masa depan pasien
11
b. Nyeri b/d peningkatan TIO
4) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien
12
5) Identifikasi sumber atau orang yangmenolong
d. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/d
kurang informasi tentang penyakitglaukoma.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatannya.
Intervensi :
1) Diskusikan perlunya menggunakanidentifikasi
R : untuk memberikan informasi pada perawat dengan kasusdarurat
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa
perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler
(TIO) dengan segalah akibatnya.Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi
pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan
dan bisa memahami perjalanan dari penyakit glaucoma serta asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan baik dan benar.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.ac.id//askep-glaukoma//
https://www.repository.ac.id//glaukoma-pdf//
15