Anda di halaman 1dari 7

JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO.

2, NOVEMBER 2017: 125-131

Agrina, Tingkat Kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS)...

TINGKAT KEJADIAN RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)


ANTARA BBLR PRETERM DAN BBLR DISMATUR

Meta Febri Agrina, Afnani Toyibah, Jupriyono


Poltekkes Kemenkes Malang, Jalan Besar Ijen No. 77 C Malang
Email: meta.diana22@gmail.com

Respiratory Distress Syndrome (RDS) and Low Birth Weight Infant

Abstrak: There are many kind of low birth weight infant complication, one of them is Respiratory
Distress Syndrome (RDS). The aim of this research is to know the difference of RDS between preterm low
birth weigth infant and dismature low birth weight infant. Research design use comparative analytic
with documentation study approach. Population of this research is all of the low birth weight infant
with RDS diagnose that registered in medical record of RSUD Kanjuruhan in 2016 period as many as 40
infants. Sampling technique use simple random sampling as many as 36 respondent include. Statistic
test use Fisher Exact which show us the result p > a (0,28 > 0,05), so this research accept H0, it means
that there is no difference of RDS between preterm low birth weigth infant and dismature low birth
weight infant.

Keywords: RDS, preterm, dismature, low birth weight infant

Abstrak: Komplikasi BBLR banyak macamnya salah satunya adalah Respiratory Distress Syndrome
(RDS). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kejadian Respiratory Distress Syndrom
(RDS) antara BBLR preterm dan BBLR dismatur. Desain penelitian analitik komparatif dengan
pendekatan studi dokumentasi. Populasi sebanyak 40 BBLR dengan diagnosa RDS, sampling
menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 36 responden yang
memenuhi kriteria inklusi. Uji statistik dengan Fisher Exact yang menunjukkan hasil p > a (0,28 >
0,05), dengan demikian penelitian ini menerima H0 artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna
pada kejadian RDS antara BBLR preterm dan BBLR dismatur.

Kata Kunci: kejadian RDS, preterm, dismatur, BBLR

PENDAHULUAN Indonesia mencapai 22 per 1000 kelahiran hidup.


Kematian bayi merupakan masalah bidang Meskipun mengalami penurunan tetapi jumlah
kesehatan yang perlu mendapat perhatian. tersebut terbilang cukup tinggi. Dibandingkan
Kematian bayi yang terangkum dalam Angka dengan negara ASEAN lainnya, angka AKB
Kematian Bayi (AKB)/ Infant Mortality Rate tertinggi berada di Indonesia. Angka ini
merupakan salah satu indikator yang lazim untuk menandakan masih perlunya upaya yang lebih,
menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik dalam menurunkan AKB melalui upaya
dalam tatanan kota/kabupaten hingga tatanan pencegahan dan penanganan faktor penyebab
nasional. AKB merujuk pada jumlah bayi yang kematian.
meninggal pada fase antara kelahiran hingga usia Setiap tahunnya di seluruh dunia diperkirakan
di bawah 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. In- 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama
donesia dalam MDGs 2015 menargetkan kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada
adanya penurunan angka kematian bayi (AKB) bulan pertama kehidupan. Hasil Riskesdas 2007
menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neo-
ISSN 2460-0334 125
natal terjadi pada umur 0-6 hari (masa neonatal).
Berdasarkan hasil sementara Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKB di Kematian neonatal juga berkontribusi besar

125
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 125-131

terhadap AKB yaitu sebanyak 59%. Selain itu, oksigen (hipoksia) dalam tubuh bayi, sehingga
penurunan presentase angka kematian neonatal bayi mengaktifkan metabolisme anaerob.
juga terbilang sulit yaitu 20/1.000 kelahiran hidup Metabolisme anaerob akan menghasilkan
pada SDKI tahun 2002-2003 hanya menjadi 19/ produk sampingan berupa asam laktat.
1.000 kelahiran hidup pada SDKI tahun 2012. Metabolisme anaerob yang terjadi dalam waktu
Hal ini menandakan bahwa masa neonatal perlu lama akan menyebabkan kerusakan otak dan
mendapat perhatian lebih disamping sebagai berbagai komplikasi pada organ tubuh.
penyumbang besar AKB, juga karena masa neo- Komplikasi utama mencakup kebocoran udara
natal merupakan masa paling rentan terhadap (emfisema interstisial pulmonal), perdarahan
berbagai komplikasi yang menyebabkan pening- pulmonal, duktus arteriosus paten, infeksi/kolaps
katan angka morbiditas dan mortalitas pada paru, perdarahan intraventikular, yang berujung
masa neonatal. pada peningkatan morbiditas dan mortalitas
Penyebab utama kematian pada neonatus neonatus. RDS sering menjangkit bayi dengan
adalah komplikasi kehamilan dan persalinan, berat lahir rendah dikarenakan imaturitas fungsi
seperti asfiksia, sepsis, dan komplikasi berat lahir organ tubuh. Hal ini ditegaskan pula dalam
rendah (Depkes RI, 2008). Komplikasi yang (Sacco, 2015) bahwa, berat bayi lahir ekstrem
menyerang bayi berat lahir rendah banyak rendah memiliki paru dengan struktur dan fungsi
macamnya, diantaranya gangguan pada sistem yang imatur, sehingga menyebabkan lebih mudah
pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler, terserang RDS akibat defisiensi surfaktan.
hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan Profil kesehatan provinsi Jawa Timur 2012
termoregulasi. Hal ini dikarenakan bayi yang lahir menyatakan bahwa provinsi Jawa timur memiliki
dengan berat badan < 2500 gr tubuhnya belum estimasi pemetaan AKB > 28,31/1000 kelahiran
mampu beradaptasi dengan baik terhadap hidup, yaitu sebanyak 30,46/1000 kelahiran
lingkungan di luar rahim. Salah satu komplikasi hidup. Hal ini menandakan bahwa Jawa Timur
berat lahir rendah yang merupakan gangguan tergolong provinsi dengan AKB tinggi. Dari
sistem pernafasan adalah respiratory distress laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tahun
syndrome (RDS) / hyaline membrane disease 2012, diketahui bahwa jumlah bayi dengan BBLR
(HMD) /sindrom gawat nafas. Hal ini sesuai di Jawa Timur mencapai 3,32% yang diperoleh
dengan hasil Ramdani dkk., (2014), yang dari persentase 19.712 bayi dari 594.461 bayi
menyatakan bahwa faktor penyulit tersering pada baru lahir yang ditimbang. Kabupaten Malang
BBLSR salah satunya adalah RDS/HMD sendiri jumlah BBLR sebanyak 3,44%, dengan
sebanyak 38,1%. kata lain jumlah BBLR di kabupaten Malang
Respiratory distress syndrome (RDS)/ melebihi rata-rata jumlah BBLR di Jawa Timur.
sindrom gawat nafas merupakan suatu sindrom Sedangkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
yang sering ditemukan pada neonatus. RDS Kementerian kesehatan (Kemenkes) tahun 2007,
disebut juga sebagai penyakit membran hialin RDS menyumbangkan AKB sebanyak 14%
(hyalin membrane disease, (HMD)) atau sama besarnya dengan AKB yang disebabkan
penyakit paru akibat difisiensi surfaktan (surfac- oleh prematuritas. Hasil penelitian Malino dan
tant deficient lung disease (SDLD)), gangguan Artana, menyatakan bahwa RDS bermakna
pernapasan paling umum yang mengenai bayi dalam meningkatkan kematian neonatus. Hal ini
preterm (kurang bulan), serta penyebab utama menunjukkan bahwa RDS memegang peran
morbiditas dan mortalitas pada bayi preterm dalam menyumbang angka pada kematian bayi
(Lissauer, 2008). RDS menimbulkan defisiensi dan kematian neonatus. Seperti yang telah

126 ISSN 2460-0334


Agrina, Tingkat Kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS)...

diuraikan di atas, bahwa penyumbang AKB yang pulmonary hypertension of the neonate, pneu-
besar berasal dari kematian neonatus, dimana mothorax. Dengan kata lain, tidak hanya bayi
kematian neonatus salah satunya diakibatkan prematur/preterm yang beresiko terhadap RDS
oleh komplikasi pada BBLR yang dalam namun juga bayi bukan prematur/aterm dengan
penelitian ini dimaksudkan adalah RDS, maka gangguan-gangguan penyerta, juga memiliki
berdasarkan data tersebut provinsi Jawa Timur resiko terhadap Tingkat Kejadian RDS.
kabupaten Malang menjadi daerah yang peneliti Tujuan penelitian ini untuk membandingkan
pilih sebagai tempat penelitian dan khususnya di tingkat kejadian RDS antara BBLR preterm dan
RSUD Kanjuruhan Kepanjen, yang merupakan BBLR dismatur di RSUD Kanjuruhan Kepanjen.
rumah sakit umum di daerah kabupaten Malang.
Di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabu- METODE PENELITIAN
paten Malang, didapatkan jumlah AKB pada Desain penelitian yang digunakan dalam
tahun 2014 sebanyak 60/1000 KH, pada tahun penelitian ini adalah analitik komparatif. Sampel
2015 sebanyak 43/1000 KH, serta pada tahun yang digunakan pada penelitian ini adalah BBLR
2016 sebanyak 66/1000 KH. Sedangkan data dengan diagnosa RDS yang diambil dari dokumen
BBLR dalam periode 2014-2016 sebanyak rekam medis pasien yang dirawat di ruang
1059 bayi, yaitu 472 bayi di tahun 2014, 315 perinatologi RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada
bayi di tahun 2015, 272 bayi di tahun 2016. tahun 2016 yang memenuhi kriteria inklusi, yang
Oleh karena jumlah AKB dan BBLR yang berjumlah 36 responden. Kriteria inklusi dalam
cukup besar di RSUD Kanjuruhan Kepanjen penelitian ini adalah: a) BBLR preterm, b) BBLR
terutama di tahun 2016 dibandingkan tahun- dismatur, c) Bayi dengan RDS, d) Dirawat di
tahun lain dalam periode 3 tahun terakhir ini, ruang perinatologi RSUD Kanjuruhan pada tahun
maka penulis memilih RSUD Kanjuruhan 2016 dan terdapat dalam rekam medik pada
Kepanjen sebagai tempat penelitian dan pada bagian berat badan lahir, lama kehamilan,
periode tahun 2016. diagnosa, dan penatalaksanaan. Teknik pengam-
Berdasarkan hasil penelitian Marfuah, dkk, bilan sampel yang digunakan adalah teknik
didapatkan bahwa derajat asfiksia, kehamilan Simple Random Sampling. Penelitian ini
ganda, usia kehamilan, paritas, dan hipertensi dilaksanakan di Ruang Perinatologi RSUD
ibu merupakan faktor resiko signifikan pada RDS Kanjuruhan Kepanjen. Penelitian ini dilakukan
neonatus. RDS terutama terjadi pada bayi pada bulan bulan Mei 2017. Untuk memperoleh
prematur; insidensinya berbanding terbalik data tentang BBLR dan Tingkat Kejadian RDS
dengan umur kehamilan dan berat badannya. dilakukan dengan studi rekam medis pasien.
Meskipun terlihat paling sering setelah kelahiran Dalam penelitian ini skala data dari variabel
prematur, namun gangguan lain seperti diabetes mandiri menggunakan skala data nominal, oleh
maternal atau sindrom aspirasi mekoneum dapat karena itu untuk menguji hipotesis dengan
pula menghambat produksi surfaktan menggunakan uji Fisher Exact.
(Greenough et al, 1996 dalam Fraser, 2009).
Ditegaskan pula dalam Edwards et al (2013) HASIL PENELITIAN
bahwa, lama kehamilan berbanding terbalik
Hasil penelitian pada 36 responden di RSUD
dengan resiko RDS, namun ada penyebab lain
Kanjuruhan Kepanjen ditampilkan dalam data
terjadinya RDS pada usia aterm yaitu: transient
umum dan data khusus. Data umum berisi kategori
tachipnea of the newborn, pneumonia,
BBLR, jenis kelamin, jenis persalinan, komplikasi
meconeum aspiration syndrome, persistent

ISSN 2460-0334 127


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 125-131

Tabel 1. Tabel Silang Perbedaan Tingkat Kejadian RDS antara BBLR preterm
dan BBLR dismatur

pada BBLR, dan kondisi akibat RDS sedangkan


data khusus meliputi data yang berisi variabel Tingkat kejadian RDS berat dan RDS ringan
penelitian, yaitu tingkat kejadian RDS pada pada BBLR preterm masing-masing sebanyak
BBLR preterm, tingkat kejadian RDS pada 50%, sedangkan tingkat kejadian RDS pada
BBLR dismatur, serta perbedaan tingkat BBLR dismatur adalah RDS berat sebanyak
kejadian RDS antara BBLR preterm dan BBLR 60%.
dismatur. Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa tingkat
Pada data umum ini disajikan karakteristik kejadian RDS ringan dan RDS berat masing-
responden meliputi kategori BBLR, jenis masing sebanyak 50% pada BBLR preterm dan
kelamin, jenis persalinan, komplikasi pada tingkat kejadian RDS berat sebanyak 60% pada
BBLR, dan kondisi akibat RDS. BBLR dismatur.
Hasil penelitian diketahui BBLR preterm Hasil uji fisher exact dengan  = 0,05
sebanyak 72,2% dan BBLR dismatur sebanyak didapatkan p = 3,91. Oleh karena p lebih besar
27,8%. dari taraf kesalahan yang ditetapkan  (3,91 >
Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa 0,05) maka H0 diterima, dapat dinyatakan bahwa
57,7% BBLR preterm berjenis kelamin laki-laki tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada
dan 70% BBLR dismatur berjenis kelamin laki- tingkat kejadian RDS antara BBLR preterm dan
laki. BBLR dismatur.
Hasil penelitian diketahui bahwa 65,4%
BBLR preterm memiliki jenis persalinan spontan PEMBAHASAN
dan 70% BBLR dismatur memiliki jenis Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
persalinan SC. bahwa pada BBLR preterm mengalami RDS
Diketahui bahwa komplikasi yang sering berat dan RDS ringan masing-masing sebanyak
terjadi pada BBLR adalah sepsis sebesar 92,3% 50%. Hal ini dikarenakan pada BBLR preterm
pada BBLR preterm dan 70% pada BBLR fungsi organ bayi belum matur, yaitu: alveoli kecil
dismatur dan terjadi kematian sebesar 76,9% sehingga sulit untuk mengembang, pengembangan
pada BBLR preterm dan sebesar 80% pada alveoli kurang sempurna karena dinding dada
BBLR dismatur akibat RDS. masih lemah, serta produksi surfaktan yang belum
Data khusus responden meliputi tingkat sempurna. Gangguan pernapasan pada neonatus
kejadian RDS pada BBLR preterm, tingkat ini terutama berkaitan dengan terhambatnya
kejadian RDS pada BBLR dismatur, serta maturasi paru dan kondisi yang mengarah pada
perbedaan tingkat kejadian RDS antara BBLR defisiensi surfaktan, serta imaturitas fisiologis dari
preterm dan BBLR dismatur. dada (Hockenberry, 2013). Hasil penelitian

128 ISSN 2460-0334


Agrina, Tingkat Kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS)...

menjelaskan bahwa BBLR preterm yang berat, dan 40% mengalami RDS ringan. Hal ini
mengalami RDS lebih banyak dibandingkan disebabkan karena faktor resiko dismaturitas,
BBLR dismatur. Ditegaskan pula oleh Greenough yaitu diabetes gestasional berat pada ibu dan
et al (1996) dalam Fraser (2009) bahwa komplikasi yang sering terjadi pada bayi dismatur
sebagian besar bayi yang lahir sebelum genap diantaranya hipoglikemia, asfiksia, sindrom
30 minggu gestasi akan mengalami RDS. aspirasi mekoneum, dan polisitemia dimana
Surfaktan memiliki unsur utama, yaitu: komplikasi-komplikasi tersebut merupakan
dipalmitilfosfatidilkolin (lesitin), fosfatidilgliserol, faktor penyebab terjadinya RDS. RDS jarang
apoprotein (protein surfaktan= PS-A, B, C, D), terjadi pada bayi cukup bulan. Kenaikan
dan kolesterol. Ketidakadekuatan surfaktan frekuensi RDS pada bayi cukup bulan
pada bayi preterm disebabkan karena terhentinya dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes,
fase pembentukan surfaktan yang seharusnya kehamilan multijanin, persalinan seksio caesarea,
terdiri dari 5 fase (embrionik, pseudoglandular, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin, dan
kanalikular, kantong terminal, alveolar), harus adanya riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena
terhenti pada fase ke-3 (kanalikular), yaitu pada RDS (Warren & Anderson, 2010 dalam
usia 17-24 minggu. Agen aktif ini dilepaskan ke Hockenberry, 2015). Bayi dengan ibu diabetes
dalam alveoli, untuk mengurangi tegangan lanjut an dapat pula menjadi penyebab
permukaan dan membantu memertahankan dismaturitas karena vaskularisasi maternal yang
stabilitas alveolar dengan jalan mencegah terganggu.
kolapsnya ruang udara kecil pada akhir ekspirasi. Gangguan hipoglikemia sering terjadi pada
Kadar tertinggi surfaktan terdapat dalam paru bayi dengan ibu diabetes gestasional karena bayi
janin yang dihomogenasi pada umur kehamilan memproduksi insulin yang berlebihan, dikarena-
20 minggu, tetapi belum mencapai permukaan kan kadar glukosa yang ditransport ibu melalui
paru sampai tiba saatnya. Surfaktan tampak plasenta kadarnya berlebihan. Hal ini menyebab-
dalam cairan amnion antara 28 dan 32 minggu. kan bayi berada dalam kondisi hiperinsulin. Saat
Kadar surfaktan paru matur biasanya muncul bayi lahir, bayi akan mengalami hipoglikemia
sesudah 35 minggu (Behrman, dkk, 2000). karena pasokan glukosa dari ibu terhenti
Kenaikan frekuensi RDS dihubungkan oleh ditambah dengan kondisi hiperinsulin yang telah
beberapa faktor, salah satunya adalah jenis ada pada bayi sejak kehamilan. Dalam penelitian
kelamin. Insidens RDS tertinggi adalah pada bayi Bourbon (1985) dinyatakan bahwa keadaan
preterm laki-laki. Hal ini sesuai dengan data jenis hipoglikemia dan hiperinsulin pada bayi akan
kelamin BBLR di RSUD Kanjuruhan Kepanjen menghambat proses biokimia dalam maturasi
tahun 2016, bahwa sebanyak 57,7% BBLR paru dan menyebabkan abnormalitas pada sistem
preterm yang mengalami RDS berjenis kelamin surfaktan paru yang menyebabkan defisiensi
laki-laki. Penyebab hal ini adalah adanya hormon produksi surfaktan. Hal inilah yang menyebabkan
androgen pada laki-laki yang dapat menurunkan terjadinya RDS.
produksi surfaktan oleh sel pneumosit tipe II. Pada penelitian didapatkan bahwa pada
Oleh karena penyebab-penyebab yang telah BBLR dismatur mengalami gangguan/komplikasi
dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan RDS asfiksia sebesar 10%. Gangguan asfiksia peri-
lebih mengarah pada BBLR preterm baik RDS natal pada bayi dismatur dapat diakibatkan
berat maupun RDS ringan. karena ibu diabetes, ibu perokok berat, pre-
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui eklampsi, status ekonomi yang rendah, infeksi
bahwa 60% BBLR dismatur mengalami RDS kehamilan oleh toksoplasmosis dan CMV.

ISSN 2460-0334 129


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 125-131

Asfiksia perinatal ini dapat berakibat pada aspirasi pneumosit tipe II. Sedangkan pada persalinan
mekoneum dan hipoglikemia yang dapat dengan sectio caesarea, dimungkinkan ibu
mengarah pada RDS. mengalami gangguan perfusi darah uterus yang
Pada penelitian didapatkan bahwa pada dapat menyebabkan asfiksia pada bayi, dimana
BBLR dismatur terjadi gangguan sindrom aspirasi asfiksia dapat menjadi predisposisi RDS. Hasil
mekoneum sebesar 10%. Gangguan aspirasi penelitian menunjukkan bahwa jenis persalinan
mekoneum terjadi pada bayi yang mengalami SC pada BBLR dismatur sebanyak 70%.
stress intra-uterin/hipoksia. Stress intra-uter- Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
ine/hipoksia menyebabkan bayi mengalami BBLR dismatur beresiko terhadap penyakit RDS
relaksasi pada sfingter anal, sehingga bayi karena adanya faktor resiko dismatur dan
mengeluarkan mekoneum. Kebanyakan meko- komplikasi dismatur yang dapat menyebabkan
neum ini teraspirasi saat bayi bernapas pertama RDS .
kali, namun tidak menutup kemungkinan telah Hasil penelitian diketahui bahwa RDS berat
teraspirasi sejak dalam rahim yang disebabkan dan RDS ringan lebih banyak terjadi pada BBLR
bayi mengalami gasping. Oleh karena aspirasi preterm. Berdasarkan analisa data dengan uji
mekoneum, terjadilah obstruksi parsial pada jalan statistik Fisher exact didapatkan p = 3,91. Oleh
napas, sumbatan udara, hiperinflasi distal, dan karena p lebih besar dari taraf kesalahan yang
atelektasis yang menyebabkan inaktivasi ditetapkan/  (3,91 > 0,05) maka H0 diterima,
surfaktan, yang pada akhirnya menyebabkan dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat
RDS. perbedaan yang bermakna pada tingkat kejadian
Gangguan polisitemia sering terjadi pada bayi RDS antara BBLR preterm dan BBLR dismatur.
dengan ibu diabetes, bayi yang mengalami RDS adalah penyakit yang berkaitan dengan
hambatan pertumbuhan intra uterin, bayi dismatur, defisiensi surfaktan. Gangguan pernapasan pada
dan merupakan akibat dari asfiksia. Polisitemia neonatus ini terutama berkaitan dengan
merupakan penyakit dimana sumsum tulang terhambatnya maturasi paru dan kondisi yang
menghasilkan sel darah merah yang berlebihan mengarah pada defisiensi surfaktan, serta
sebagai respon tubuh bayi yang mengalami imaturitas fisiologis dari dada (Hockenberry,
hipoksia. Kondisi ini menyebabkan darah bayi 2013). Ditegaskan pula oleh teori menurut Fraser
menjadi lebih kental yang mengakibatkan (2011), bahwa penyakit ini terjadi akibat
berkurangnya kecepatan aliran darah dalam insufisiensi produksi surfaktan dan terlihat paling
pembuluh darah yang kecil, sehingga pengang- sering setelah kelahiran prematur. Pada BBLR
kutan oksigen ke jaringan terganggu. Keadaan preterm RDS dikarenakan fungsi & struktur paru
ini merupakan predisposisi dari hipoglikemia, yang belum matur (RDS pulmonal), sedangkan
dimana hipoglikemia menyebabkan defisiensi pada BBLR dismatur dikarenakan adanya faktor
produksi surfaktan yang mengakibatkan RDS. resiko dan komplikasi dismaturitas (RDS non-
Persalinan dengan jenis kelamin laki-laki dan pulmonal). Bayi preterm lahir sebelum paru siap
sectio caesarea juga dapat menghambat menjadi organ yang efisien untuk pertukaran gas,
produksi surfaktan pada dismaturitas. Hal ini inilah yang menjadi faktor perkembangan RDS
sesuai dengan hasil penelitian bahwa pada BBLR pada preterm (RDS pulmonal yang disebabkan
dismatur terdapat sebanyak 70% bayi berjenis kombinasi imaturitas struktural & fungsional
kelamin laki-laki, hal ini dikarenakan adanya paru). Sedangkan pada bayi dismatur, memiliki
hormon androgen pada laki-laki yang dapat komplikasi hiperinsulin dan hipoglikemi yang
menurunkan produksi surfaktan oleh sel dimungkinkan menjadi faktor yang menurunkan

130 ISSN 2460-0334


Agrina, Tingkat Kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS)...

sintesis surfaktan yang berkontribusi terhadap dismatur di RSUD Kanjuruhan disimpulkan


perkembangan RDS (Hockenberry, 2013). bahwa tidak ada perbedaan tingkat kejadian Res-
Berat dan ringannya gambaran klinis RDS sangat piratory Distress Syndrom (RDS) antara
dipengaruhi oleh berat badan lahir, usia kehamilan BBLR preterm dan BBLR dismatur di RSUD
yang mengarah pada tingkat maturitas paru. Kanjuruhan.
Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, Petugas kesehatan atau instansi terkait
semakin berat gambaran klinis yang didapatkan. secara rutin/berkala sebaiknya memberikan
RDS merupakan salah satu penyebab penyuluhan kepada masyarakat, khususnya ibu
seringnya kematian pada bayi terutama bayi hamil tentang pemeriksaan kehamilan secara ru-
dengan berat badan lahir rendah. Dalam data tin, pencegahan BBLR baik preterm maupun
yang diambil pada kondisi BBLR di RSUD dismatur selama hamil, serta bahaya penyakit
Kanjuruhan tahun 2016, didapatkan bahwa RDS pada BBLR preterm dan BBLR dismatur.
sebanyak 76,9% terjadi kematian pada BBLR
preterm dan sebanyak 80% kematian pada DAFTAR PUSTAKA
BBLR dismatur akibat RDS. Dalam penelitian Behrman, Richard E., dkk. (2000). Ilmu
tentang faktor risiko tingkat kejadian RDS pada Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
neonatus preterm di RSUD Dr. Soetomo Bourbon, J. R., & Farrell, P. M. (1985). Fetal
Surabaya, diperoleh hasil bahwa faktor resiko Lung Development in the Diabetic Preg-
yang paling berpengaruh terhadap tingkat nancy, 19(3).
kejadian RDS adalah asfiksia prenatal bersama Edwards, M. O., Kotecha, S. J., dan Kotecha,
dengan usia gestasi 24-33 minggu, berat lahir S. (2013). Respiratory Distress of the Term
<1500 gr, persalinan SC, KMK/dismaturitas, Newborn Infant. Paediatric Respiratory
komplikasi hipertensi maternal, komplikasi Reviews, 14(1), 29-37. https://doi.org/
eklampsi maternal, dan komplikasi PROM. Pada 10.1016/j.prrv.2012.02.002
penelitian didapatkan bahwa baik pada BBLR Fraser dan Cooper. (2011). Buku Ajar Bidan.
preterm maupun BBLR dismatur mengalami Jakarta: EGC
gangguan/komplikasi paling umum adalah sep- Haws, Paulette S. (2007). Asuhan Neonatus
sis, yaitu sebesar 92,30% pada BBLR preterm Rujukan Cepat. Jakarta: EGC
dan 70,00% pada BBLR dismatur. Hal ini sesuai Hockenberry, Marilyne J. & David Wilson.
dengan pernyataan menurut Haws, (2007) (2015). Nursing Care of Infants and Chil-
bahwa penyebab RDS salah satunya adalah dren. Canada : Elsevier
infeksi/sepsis (misal streptokokus grup B, her- Hockenberry, Marilyne J. & David Wilson.
pes simpleks, dan varicella). Sehingga dapat (2013). Essentials of Pediatric Nursing.
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan America : Elsevier
yang bermakna pada Tingkat Kejadian RDS Lissauer, Tom dan Avroy Fanaroff. (2008). At a
antara BBLR preterm dan BBLR dismatur Glance Neonatologi. Jakarta: Erlangga
karena RDS berat dan RDS ringan keduanya Sacco, O., Silvestri, M., dan Rossi, G. A.
lebih banyak menyerang BBLR preterm. (2015). Recurrent respiratory infections
in the follow-up of the extremely low birth
PENUTUP weight infant. Italian Journal of
Pada penelitian tentang perbedaan tingkat Pediatrics, 41(Suppl 1), A36. https://
kejadian RDS antara BBLR preterm dan BBLR doi.org/10.1186/1824-7288-41-S1-A36

ISSN 2460-0334 131

Anda mungkin juga menyukai