Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DI PAVILIUN ANGGREK


RSUD JOMBANG TAHUN 2017

Arvinela kusuma ningtyas 1 , Erieska Safitri Hendarti2, Ardiynti Hidayah2


Program Studi D-IV Bidan Pendidik STIKES Husada Jombang

Email : Arvinelakusuma@gmail.com

Abstrak

Pendahuluan : Berat Badan Lahir Rendah merupakan salah satu penyebab


angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi pada neonatus. Salah satu
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah preterm yaitu RDS (Respiratory
distress syndrome) merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-paru dimana
terjadi gangguan pertukaran gas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
BBLR dengan kejadian RDS di paviliun Anggrek RSUD Jombang Tahun 2017.
Metode : Desain penelitian ini adalah observasi non eksperimen yang
menggunakan rancangan korelasional atau survey analitik dengan pendekatan
retrospectif yang diambil dari data sekunder, teknik sampling menggunakan:
simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 35 responden periode
Januari- April 2017.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian responden berdasarkan Bayi Berat Lahir
Rendah hampir setengah yaitu dengan kriteria BBLSR yaitu sebanyak 16 responden
(45,7 %), sebagian besar dengan kriteria mengalami RDS yaitu 21 responden (60
%). Hasil analisis bivariat dengan Uji spearman rho didapatkan nilai p:0,003 (p
< 0,05)
Kesimpulan : Maka hasil penelitian ini H1 diterima. Jadi, ada hubungan BBLR
(Bayi Berat Lahir Rendah) dengan kejadian RDS (Respiratory distress syndrome)
di Paviliun Anggrek RSUD Jombang Tahun 2017. Tindakan pencegahan yang
harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko tinggi adalah
mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang
tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap
kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi .

Kata Kunci : Bayi Berat Lahir Rendah, Respiratory distress syndrome

PENDAHULUAN
Bayi berat badan lahir rendah Badan Lahir Rendah merupakan salah
(BBLR) adalah berat bayi saat lahir satu penyebab angka morbiditas dan
kurang dari 2500 gram yang merupakan mortalitas yang cukup tinggi pada
hasil dari kelahiran prematur (sebelum neonatus. Berat badan lahir rendah
37 minggu usia kehamilan). Berat menyumbang sebesar 51% sebagai

1
penyebab kematian neonatal di dunia. sehingga daya pengembangan paru
Salah satu masalah pada bayi dengan (compliance) menurun 25% dari normal,
berat badan lahir rendah preterm yaitu pernafasan menjadi berat, shunting
sindrom distres respirasi. RDS intrapulmonal meningkat dan terjadi
(Respiratory distress syndrome) atau hipoksemia berat, hipoventilasi yang
disebut juga Hyaline membrane disease menyebabkan asidosis respiratorik.
merupakan hasil dari ketidakmaturan Asidosis yang tidak terkompensasi akan
dari paru-paru dimana terjadi gangguan menyebabkan depresi sistem saraf pusat
pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan dan mengakibatkan gagal nafas dan
30 % dari kematian neonatus kematian.
diakibatkan oleh RDS atau komplikasi Telah diketahui bahwa surfaktan
yang dihasilkannya (Behrman, 2004 di mengandung 90% fosfolipid dan 10%
dalam Leifer 2007). Sindrom ini protein , lipoprotein ini berfungsi
merupakan penyebab terbanyak angka menurunkan tegangan permukaan dan
kesakitan dan kematian pada bayi menjaga agar alveoli tetap
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di mengembang. Secara makroskopik,
dunia. paru-paru nampak tidak berisi udara dan
Menurut Ilyas,dkk (1994),dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh
Winkjosastro (2005) bayi dengan berat sebab itu paru-paru memerlukan
badan lahir rendah dibagi menjadi dua tekanan pembukaan yang tinggi untuk
golongan, yaitu prematuritas murni dan mengembang. Secara histologi, adanya
dismaturitas. Faktor-faktor yang atelektasis yang luas dari rongga udara
memudahkan terjadinya RDS pada bayi bahagian distal menyebabkan edema
prematur disebabkan oleh alveoli masih interstisial dan kongesti dinding alveoli
kecil sehingga kesulitan berkembang, sehingga menyebabkan desquamasi dari
pengembangan kurang sempurna karena epithel sel alveoli type II. Dilatasi
dinding thorax masih lemah, produksi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi
surfaktan kurang sempurna. tertarik karena adanya defisiensi
Kekurangan surfaktan mengakibatkan surfaktan ini. Tindakan pencegahan
kolaps pada alveolus sehingga paru-paru yang harus dilakukan untuk mencegah
menjadi kaku. Hal tersebut komplikasi pada bayi resiko tinggi
menyebabkan perubahan fisiologi paru adalah mencegah terjadinya kelahiran

2
prematur, mencegah tindakan seksio ruang Paviliun Anggrek RSUD
sesarea yang tidak sesuai dengan Jombang tahun 2017.
indikasi medis, melaksanakan
manajemen yang tepat terhadap TUJUAN PENELITIAN
kehamilan dan kelahiran bayi resiko Mengidentifikasi BBLR (Bayi Berat
tinggi. Tindakan yang efektif utntuk Lahir Rendah) di Paviliun Anggrek di
mencegah RDS adalah mencegah Paviliun Anggrek RSUD Jombang
kelahiran < bulan (premature), tahun 2017.
mencegah tindakan seksio sesarea yang Mengidentifikasi kejadian RDS
tidak sesuai dengan indikasi medis, (respiratory distress syndrome) di
management yang tepat, pengendalian Paviliun Anggrek RSUD Jombang
kadar gula darah ibu hamil yang tahun 2017.
memiliki riwayat DM, optimalisasi Menganalisis hubungan BBLR (Bayi
kesehatan ibu hamil, kortikosteroid pada Berat Lahir Rendah) dengan kejadian
kehamilan kurang bulan yang RDS (respiratory distress syndrome) di
mengancam, pemberian steroid, cek Paviliun Anggrek di RSUD Jombang
kematangan paru. Secara tinjauan kasus, tahun 2017.
di negara-negara Eropa sebelum
pemberian rutin antenatal steroid dan METODE PENELITIAN
postnatal surfaktan, terdapat angka Desain Penelitian adalah sesuatu
kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari yang sangat penting dalam penelitian,
kelahiran bayi hidup periode 1986-1987. yang memungkinkan pemaksimalan
Sedangkan jaman modern sekarang ini kontrol beberapa faktor yang bisa
dari pelayanan NICU turun menjadi 1%. mempengaruhi akurasi hasil (Nursalam,
Berdasarkan latar belakang dan 2011). Desain penelitian ini adalah
kenyataan tersebut maka peneliti tertarik observasi non eksperimen dengan
untuk melakukan penelitian di Rumah rancang bangun korelasional atau survey
Sakit Umum Daerah Jombang, dengan analitik. Pendekatan yang digunakan
judul Hubungan BBLR (Bayi Berat adalah retrospectif yaitu : mempelajari
Lahir Rendah) dengan kejadian RDS dinamika korelasi dengan cara
(Respiratory distress syndrome) di pendekatan, observasi atau
pengumpulan data dimana variabel

3
independentnya dan dependentnya membandingkan p-value (nilai
diukur waktu lampau. (Notoadmodjo, probabilitas) < (standar signifikan) : 0,05
2010). pada taraf signifikan maka hubungan
Variabel independent (bebas) dikatakan signifikan, dengan demikian
merupakan variabel yang menjadi dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1
penyebab perubahan atau timbulnya diterima (Sugiyono, 2011). Uji statistik
variabel terikat. Dalam penelitian ini Spearman Rho bisa juga menggunakan
variabel bebasnya adalah BBLR (Bayi komputerisasi program SPSS (Statistic
berat lahir rendah). Product Service Solution) for window
Variabel dependent merupakan variabel release 17.
yang dipengaruhi atau menjadi akibat
HASIL PENELITIAN
variabel bebas. Dalam penelitian ini
Frekuensi karakteristik responden
variabel terikat/ tergantungnya adalah
berdasarkan BBLR di RSUD
Kejadian RDS (Respiratory distress
Kabupaten Jombang, pada bulan
syndrome).
Januari-April 2017
Analisa univariate bertujuan untuk
No. BBLR Frekuensi %
menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian 1. BBLR 12 34.3

yaitu hubungan BBLR ( Bayi Berat 2. BBLSR 16 45.7


Lahir Rendah) dengan kejadian RDS 3. BBLASR 7 20.0
(Respiratory Distress Syndrome) di Jumlah 35 100.0
Paviliun Anggrek RSUD Jombang pada
Sumber: data primer, 2017
bulan Januari-April tahun 2017.
Tabel 1 distribusi frekuensi karakteristik
(Notoatmodjo, 2011: 182)
responden berdasarkan Bayi Berat Lahir
Analisis bevariate yang dilakukan Rendah hampir setengah yaitu dengan
terhadap dua variabel yang diduga kriteria BBLSR yaitu sebanyak 16
berhubungan atau berkorelasi responden (45,7 %) dan BBLR
(Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui sebanyak 12 responden (34,3%) dan
hubungan antara kedua variabel sebagian kecil BBLASR yaitu sebanyak
dilakukan pengujian hipotesis melalui 7 responden (20 %).
uji spearman rho. Untuk melihat adanya Frekuensi karakteristik responden
korelasi dilakukan dengan berdasarkan kejadian RDS di RSUD

4
Kabupaten Jombang, pada bulan mengalami RDS sebanyak 21 responden
Januari-April 2017 (60%) dan yang mengalami RDS
No. RDS Frekuensi % hampir setengah pada klasifikasi

1. Mengalami BBLSR yaitu 10 responden (28,6 %),


21 60.0 sebagian kecil BBLASR yaitu 7
RDS
responden (20%) dan BBLR yaitu 4
2. Tidak
responden (11,4%) , sedangkan
Mengalami 14 40.0
sebagian kecil bayi yang tidak
RDS
mengalami RDS yaitu pada klasifikasi
Jumlah 35 100.0
BBLR 8 responden (22,8%) dan BBLSR
Sumber: data primer, 2017
6 responden (17,2%).
Tabel 2 distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan kejadian RDS
ANALISIS DATA
yaitu sebagian besar dengan kriteria
Hasil uji spearman rho hubungan
mengalami RDS yaitu 21 responden (60
BBLR (Bayi Berat Lahir
%) dan hampir setengahnya tidak
Rendah)terhadap kejadian RDS
mengalami RDS sebanyak 14 responden
(respiratory distress syndrome) di
(40 %).
paviliun anggrek di RSUD Jombang
Tabulasi silang BBLR dengan
tahun 2017
kejadian RDS di RSUD Kabupaten
Koefisien Standar
Jombang, pada bulan Januari-April p-value Keterangan
Korelasi signifikan
2017
RDS
0,485 0,003 0,05 H1 diterima
Meng Sumber: data primer, 2017
Tidak mengalami Total
BBLR alami Berdasarkan uji statistik spearman rho
RDS
RDS
diperoleh nilai korelasi 0,485 dengan
N % N % N %
nilai probabilitas (p-value) 0,003 jauh
BBLR 4 11,4 8 22,8 12 34.3
BBLSR 10 28,6 6 17,2 16 45,7
lebih kecil dari standart signifikan ( =
BBLASR 7 20 0 0 7 20 0,05), maka H1 diterima yang berarti ada
Jumlah 21 60 14 40 35 100 hubungan BBLR (Bayi Berat Lahir
Sumber: data primer, 2017 Rendah) terhadap kejadian RDS
Dari tabel 3 di atas menunjukkan (Respiratory Distress Syndrome) di
sebagian besar kategori BBLR Paviliun Anggrek RSUD Jombang

5
bulan Januari- april tahun 2017 yang hampir setengah ibu responden adalah
signifikan dengan tingkat hubungan SMP sebanyak 14 orang (40%) dan
kedua variabel kategori sedang sebagian kecil Perguruan Tinggi 4 orang
dikarenakan nilai korelasinya (0,485) (4%), berdasarkan pekerjaan ibu dengan
masuk angka interpretasi menurut urutan hampir setengah yaitu IRT
Sugiyono (2011), yaitu 0,400-0,599 sebanyak 13 orang (37,1) dan Tani
kategori sedang. sebanyak 12 orang (34,3%), sedangkan
sebagian kecil pekerjaan ibu responden
PEMBAHASAN adalah pegawai swasta, PNS dan
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) wiraswasta yaitu masing-masing
Dari uraian diatas bahwa sebagian sebanyak 6 orang (17,1%), 3 orang
besar responden BBLR kategori (8,6%) dan 1 orang(2,9 %). Adapun
BBLSR, hal ini memerlukan faktor - faktor yang berpengaruh
penanganan yang serius karena sangat terhadap sosial ekonomi yaitu
erat kaitannya dengan mortalitas dan pendidikan dan pekerjaan ibu
morbiditas, sehingga akan menghambat (Yakubavich 1998). Pendidikan secara
pertumbuhan dan perkembangan tidak langsung akan mempengaruhi
kognitif serta penyakit kronis di hasil suatu kehamilan khususnya
kemudian hari. BBLR kemungkinan terhadap kejadian bayi dengan berat
besar dikarenakan usia ibu, yang badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan
sebagian besar responden berumur > 35 dengan pengetahuan ibu dalam
Tahun. Hal ini sesuai teori menurut memelihara kondisi kehamilan serta
Depkes (2011), yang menyatakan usia upaya mendapatkan pelayanan dan
untuk reproduksi optimal bagi seorang pemeriksaan kesehatan selama
ibu adalah antara umur 20-35 tahun kehamilan. Pekerjaan fisik banyak
(Depkes, 2011). Dari uraian bahwa dihubungkan dengan peranan seorang
organ reproduksi pada usia > 35 tahun ibu yang mempunyai pekerjaan
sudah tidak berfungsi secara optimal tambahan di luar pekerjaan rumah
yang akan mempengaruhi pertumbuhan tangga dalam upaya meningkatkan
intrauterin. Bisa juga kejadian BBLR pendapatan keluarga. Pendapatan
bisa dipengaruhi oleh tingkat merupakan faktor- faktor yang paling
pendidikan ibu, karakteristik pendidikan menentukan kualitas dan kuantitas

6
hidangan, semakin banyak memperoleh sering terjadi adalah gangguan pada
uang berarti semakin banyak berarti sistem pernafasan, susunan saraf pusat,
semakin baik makanan yang diperoleh kardiovaskular, hematologi,
(syafiq et al,. 2010). Riwayat persalinan gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi
terdahulu, riwayat obstetri dan riwayat (Maryunani, dkk, 2009). Penatalaksanaan
penyakit ibu dalam penelitian ini tidak yang dapat dilakukan pada bayi BBLR
mempengaruhi kejadian BBLR (Bayi yaitu dengan menerapkan beberapa
Berat Lahir Rendah) dengan data metode Developemntal care yaitu :
sebagai berikut : Karakteristik Pemberian posisi, Minimalhandling
responden berdasarkan riwayat penyakit (Dukungan Respirasi, Termoregulasi,
obstetri ibu responden hampir Perlindungan terhadap infeksi, hidrasi,
seluruhnya tidak ada riwayat sebanyak nutrisi dan PMK).
32 orang (91,4%) dan sebagian kecil RDS (Respiratory Distress Syndrome)
mempunyai riwayat gemeli yaitu 3 Sindrom gawat nafas atau
orang (8,6%). Karakteristik riwayat Respiratory Distress Syndrome (RDS)
persalinan terdahulu ibu responden pada neonatus, dimana suatu membran
adalah sebagian besar belum pernah yang tersusun atas protein dan sel-sel
melahirkan 21 orang (60%) dan hampir mati melapisi alveoli (kantung udara
setengah riwayat persalinan terdahulu tipis dalam paru-paru) sehingga
SC yaitu 13 orang (37,1%) sedangkan membuat kesulitan untuk terjadinya
sebagian kecil adalah persalinan normal pertukaran gas (Anik, 2009). RDS
1 orang (2.9%). Karakteristik riwayat (Respiratory Distress Syndrome
penyakit ibu responden sebelumnya merupakan hasil dari ketidak maturan
sebagian besar adalah tidak ada riwayat dari paru-paru dimana terjadi gangguan
26 orang (74,3%) dan sebagian kecil pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan
mempunyai riwayat hipertensi 2 orang 30 % dari kematian neonatus
(5,7%) dan DM 7 orang (20%). diakibatkan oleh RDS atau komplikasi
Masalah yang dapat terjadi pada bayi yang dihasilkannya (Behrman, 2004
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) didalam Leifer 2007).
terutama pada prematur terjadi karena Dari uraian diatas didapatkan yang
ketidakmatangan sistem organ pada bayi mengalami RDS pada kategori umur
tersebut. Masalah pada BBLR yang hampir setengah > 35 yaitu 9 orang (26

7
%) sedangkan sebagian kecil <20 tahun Tindakan pencegahan yang harus
sebanyak 7 orang (20 %) dan umur 20- dilakukan untuk mencegah komplikasi
35 tahun sebanyak 5 orang (14 %), pada bayi resiko tinggi adalah mencegah
kejadian ini bisa dikaitkan dengan terjadinya kelahiran prematur,
semakin rendah berat badan lahir mencegah tindakan seksio sesarea yang
semakin tinggi resiko terjadi RDS maka tidak sesuai dengan indikasi medis,
hal itu bisa dipengaruhi oleh umur ibu melaksanakan manajemen yang tepat
responden >35 tahun karena organ terhadap kehamilan dan kelahiran bayi
reproduksi sudah tidak optimal. Dari resiko tinggi. Tindakan yang efektif
data umum ini juga diperoleh bahwa untuk mencegah RDS adalah:
tingkat pendidikan dan pekerjaan Mencegah kelahiran < bulan
mempengaruhi kejadian RDS karena (premature), Mencegah tindakan seksio
sesuai dengan teori yang sama pada sesarea yang tidak sesuai dengan
BBLR semakin tinggi pendidikan dan indikasi medis, Management yang tepat,
semakin tinggi pendapatan dari Pengendalian kadar gula darah ibu hamil
pekerjaan akan semakin baik yang memiliki riwayat DM,
kesejahteraan hidup sehingga untuk Optimalisasi kesehatan ibu hamil,
memperoleh kualitas asupan gizi akan Kortikosteroid pada kehamilan kurang
semakin baik. Pada riwayat persalinan bulan yang mengancam.
didapatkan hampir setengah riwayat Hubungan BBLR (Bayi Berat Lahir
persalinan SC sebanyak 13 orang (37,1 Rendah) Terhadap Kejadian RDS
%), Factor resiko terjadinya RDS (Respiratory Distress Syndrome)
(Respiratory distress syndrome )adalah Menurut jurnal reading wahyu
premature, asfiksia perinatal, ibu dengan febrianto,2016 tentang The Role of
DM (Diabetes Millitus) dan secsio Lung Ultrasound in Diagnosis of
sesaria. Tapi dalam penelitian ini untuk Respiratory Distress Syndrome in
faktor resiko riwayat penyakit dan Newborn Infants Respiratory Distress
riwayat obstetri tidak mempengaruhi, Syndrome ( RDS ) adalah salah satu
yaitu lebih dari setengah tidak ada penyebab paling umum dari gagal napas
riwayat obstetri sebanyak 20 orang (57 dan kematian pada neonatal .
%) dan tidak ada riwayat penyakit Patogenesis yang mendasari penyakit
dahulu sebanyak 18 orang (51,4 %). ini adalah imaturitas perkembangan

8
paru-paru , yang menyebabkan tidak Dari uraian diatas responden dengan
terbentuknya surfaktan pada paru . klasifikasi BBLR (Bayi Berat Lahir
Dengan meningkatnya usia kehamilan Rendah) sebagian kecil mengalami RDS
dan berat badan lahir yang cukup , risiko (Respiratory Distress Sindrome) yaitu 4
terjadinya RDS neonatal dapat responden dan yang tidak mengalami
menurun. Berdasarkan usia kehamilan, RDS (Respiratory Distress Sindrome)
Insiden terjadinya RDS neonatal adalah sebanyak 8 responden (22,8%), hal ini
80 % pada bayi yang lahir saat usia menunjukkan bahwa klasifikasi BBLR
kehamilan < 28 minggu , 60 % saat usia (1.500 gram-2500 gram), sedangkan
kehamilan 29 minggu , 15-30 % pada dalam klasifikasi BBLSR hampir
usia kehamilan 32-34 minggu , dan setengah responden yang mengalami
menurun sampai 5 % pada 35-36 RDS yaitu 10 responden (28,6 %) dan
minggu . Berdasarkan berat badan lahir, sebagian kecil tidak mengalami RDS
tingkat kejadian RDS neonatal yaitu 6 responden (17,2%) dalam
diperkirakan 80 % untuk bayi dengan penelitian ini banyak yang tidak
berat badan saat lahir < 750g dan 55 % mengalami RDS, secara umum bayi
untuk bayi dengan berat badan saat lahir BBLR ini berhubungan dengan usia
750-1000g. Namun , dalam kehamilan yang belum cukup bulan
perkembangannya , dengan adanya (premature) disamping itu juga
terapi kortikosteroid saat antenatal dan disebabkan dismaturitas. Dalam hal ini
ruang bersalin yang kondusif untuk produksi surfaktan masih sedikit
terbentuknya surfaktan paru , kejadian (defisiensi surfaktan). Komponen utama
RDS neonatal tipikal maupun berat surfaktan adalah lesitin, yang terdiri dari
pada bayi prematur dapat diturunkan. cytidine diphosphate cholin (C.D.P
Kewaspadaan yang cukup terhadap cholin) dan phosphatidyldimethy
RDS telah membuat diagnosis lebih etanolamine (P.M.D.E), surfaktan
sering ditegakkan pada neonatus. diproduksi oleh sel ponemosit tipe II
Bouziri Et al menemukan bahwa RDS yang dimulai tumbuh pada gestasi 22-24
menyumbang 6,8 % dari kasus minggu, mulai aktif pada gestasi 24-26
gangguan pernapasan dalam jangka minggu, surfaktan mulai berfungsi pada
waktu atau jangka dekat bayi. masa gestasi 32-36 minggu. Pada kategori
BBLSR seluruh responden yang

9
berjumlah 7 responden mengalami RDS. yang sering terlihat pada bayi prematur
Berdasarkan usia kehamilan, Insiden yang bertahan hidup hingga dewasa
terjadinya RDS neonatal adalah 80 % adalah bronchopulmonary dysplasia
pada bayi yang lahir saat usia kehamilan < (BPD), peningkatan risiko bayi mati
28 minggu , 60 % saat usia kehamilan 29 mendadak, dan gangguan pendengaran
minggu , 15-30 % pada usia kehamilan dan penglihatan. Gangguan
32-34 minggu , dan menurun sampai 5 % perkembangan syaraf juga meningkat
pada 35-36 minggu . Berdasarkan berat seriring dengan rendahnya usia
badan lahir, tingkat kejadian RDS kehamilan pada saat persalinan.
neonatal diperkirakan 80 % untuk bayi Gangguan jangka panjang yang terjadi
dengan berat badan saat lahir < 750g dan antara lain gangguan kemampuan
55 % untuk bayi dengan berat badan saat kognitif, defisit motoris, gangguan
lahir 750-1000g. Hal ini bisa disebabkan sensori, dan masalah psikologi dan
pada Bayi ektremely premature (berat sikap, pencegahan/preventif adalah
badan lahir amat sangat rendah) mungkin langkah yang penting. Dan hal-hal yang
dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. dapat dilakukan diantaranya :
Pada Respirasi Dystress Syndroma yang Meningkatkan pemeriksaan kehamilan
tanpa komplikasi maka surfaktan akan secara berkala minimal 4 kali selama
tampak kembali dalam paru pada umur kurun kehamilan dan dimulai sejak
36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
bertahap pada 24-36 jam pertama. diduga berisiko, terutama faktor risiko
selainjutnya bila kondisi stabil dalam 24 yang mengarah melahirkan bayi BBLR
jam maka akan membaik dalam 60-72. harus cepat dilaporkan, dipantau dan
Risiko dirawat di rumah sakit dirujuk pada institusi pelayanan
meningkat seiring dengan rendahnya kesehatan yang lebih mampu,
usia kehamilan saat lahir. Penyebab penyuluhan kesehatan tentang
yang paling sering adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
pernapasan seperti infeksi pernapasan dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama
oleh virus, asma, dan gangguan kehamilan dan perawatan diri selama
pencernaan seperti refluks kehamilan agar mereka dapat menjaga
gastroesofagus dan gastroenteritis. kesehatanya dan janin dalam
Sedangkan permasalahan kronis lainnya kandunganya dengan baik.

10
KESIMPULAN DAN SARAN akhir melakukan tindakan pencegahan
Pada bab ini dibahas kesimpulan terjadinya BBLR.
yang menjawab tujuan penelitian dan Bagi Penolong Persalinan
saran sesuai dengan kesimpulan Diharapkan hasil penelitian dapat
Kesimpulan sebagai bahan intervensi lanjut terhadap
Responden berdasarkan Bayi Berat BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) yang
Lahir Rendah yaitu hampir setengah beresiko.
dengan kriteria BBLSR yaitu sebanyak Bagi Rumah Sakit
16 bayi (45,7 %) Diharapkan hasil penelitian dapat
Responden berdasarkan kejadian RDS digunakan sebagai bahan masukan dan
yaitu sebagian besar dengan kriteria ilmu pengetahuan untuk membuat
RDS yaitu 21 bayi (60 %) intervensi penatalaksanaan pada bayi
Ada hubungan BBLR (Bayi Berat Lahir yang RDS (Respiratory Distress
Rendah) terhadap kejadian RDS Syndrome).
(Respiratory Distress Syndrome) di Bagi Peneliti
Paviliun Anggrek RSUD Jombang Dapat menambah pengetahuan dan
bulan Januari-April tahun 2017, pengalaman yang nyata tentang
dikarenakan p-value. (0,003) < (standar hubungan BBLR (Bayi Berat Lahir
signifikan) : 0,05 Rendah) dengan kejadian RDS
(Respiratory Distress Syndrome) dan
Saran sebagai acuan untuk menerapkan teori
Bagi Pasien yang diperoleh dalam bentuk nyata.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Bagi Institusi Pendidikan
sebagai peningkatan wawasan suami Dapat digunakan sebagai sumber
istri tentang program kehamilan pada untuk pengembangan khasanah ilmu
usia resiko, sehingga dengan demikian pengetahuan penelitian selanjutnya, dan
pasangan suami istri paham yang pada menambah referensi sumber teori
ataupun penatalaksanaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta Rineka Cipta.

Anita ,2013.Asuhan Keperawatan Bayi Berat Lahir Rendah (http://askep-


poltekesjyp.blogspot.co.id/2013/07/askep-bblr.html) diakses 1 april 2017
Nurhanifah, Tamad. (2011). Hubungan Berat Badan Rendah dengan Kejadian
Sindrom Distress Respirasi Pada Bayi di RSUD Prof. Margono Soekarjo.
Mandala of Health. Vel. 5. No. 2.
Sugiyono (2011). Metode penelitian kuntitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta
UNICEF, WHO. (2013). Low Birth Weight : Country, Regional and Global
Estimate. New York : Unicep. WHO.
Wong Dona, L. (2008). Buku Aja Keperawatan. Pediatrik Wong I Edisi. 6.
Penerbit Buku Kedokteran : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.

Wahyu Febrianto, dkk (2016). The Role of Lung Ultrasound in Diagnosis of


Respiratory Distress Syndrome in Newborn Infants. Jurnal Reading
Laboratorium Instalasi Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya .

12

Anda mungkin juga menyukai