Anda di halaman 1dari 12

LEMBAR PENGESAHAN

JURNAL SKRIPSI

PENGARUH IMPLEMENTASI NESTING TERHADAP RESPON


FISIOLOGIS BBLR DI RUANG MAWAR RSUD CURUP

OLEH :

YUSTIKA PUPENSI TAHER

NPM. 1926010069.P

Telah dikoreksi dan dan disetujui oleh Pembiinbing II


Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi llmu Kesehatan (STIKES)
Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Tahun 2021

Pembimbing II

Ns. Rafidaini Sazarni,S.Kep,M.Kep


Pengaruh Implementasi Nesting Terhadap Respon Fisiologis Bblr Di Ruang Mawar Rsud
Curup

The Effect of Nesting Implementation on the Physiological Response of LBW in the Mawar
Room of Curup Hospital

Yustika Pupensi Taher1, Rafidaini Sazarni Ratiyun 2, Pawiliyah 3


1
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
2
Program Studi Ners STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Email : yustikapupen96@gmail.com

ABSTRAK

Tingkat kejadian BBLR di Indonesia tergolong tinggi. Kelahiran BBLR


memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek berupa mortalitas dan kecatatan,
sedangkan resiko jangka panjang adalah menghambat perkembangan. Perawatan
pada BBLR disarankan yaitu nesting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh implementasi nesting terhadap respon fisiologis BBLR di Ruang RSUD
Curup. Jenis penelitian ini adalah pre-experimental dengan rancangan nonequivalent
control group design dengan menggunakan one group pretest posttest dan
menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 23 responden. Populasi
penelitian ini adalah BBLR sesuai kriteria. Teknik pengumpulan data dengan
melakukan observasi nilai pada suhu, frekuensi nadi dan SPO 2 sebelum dan sesudah
dilakukan implementasi nesting. Hasil penelitian menunjukan terdapat peningkatan
rerata suhu tubuh, frekuensi nadi dan SPO2 pada BBLR setelah penggunaan nesting.
Hasil penelitian terdapat perbedaan suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi nadi
pada BBLR dengan masing – masing p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh implementasi nesting terhadap respon fisiologis BBLR di ruang
Mawar RSUD Curup.

Kata Kunci : Nesting, Respon Fisiologis, BBLR

1
ABSTRACT

The incidence rate of LBW in Indonesia is quite high. LBW births have long-term
and short-term risks in the form of mortality and disability, while long-term risks are
developmental delays. Treatment for LBW is recommended, namely nesting. The
purpose of this study was to determine the effect of nesting implementation on the
physiological response of LBW in the Curup General Hospital. This type of research
is pre-experimental with nonequivalent control group design using one group pretest
posttest and using accidental sampling technique as many as 23 respondents. The
population of this study was LBW according to the criteria. The technique of
collecting data is by observing the values of temperature, pulse rate and SPO2 before
and after the implementation of nesting. The results showed that there was an
increase in the average body temperature, pulse frequency and SPO2 in LBW after
the use of nesting. The results showed that there were differences in body
temperature, oxygen saturation and pulse frequency in LBW with each p value
<0.05, so it can be concluded that there is an effect of nesting implementation on the
physiological response of LBW in the Mawar room of Curup Hospital.

Keywords: Nesting, Physiological Response, LBW

2
A. PENDAHULUAN komplikasi yakni neonatal dengan
World Health Organizations komplikasi yakni neonatal dengan penyakit
(WHO) menyebutkan, berat badan saat dan atau kelainan yang menyebabkan
lahir kurang dari 2500 gram selalu kecatatan hingga kematian pada bayi. Dan
menjadi masalah signifikan secara BBLR merupakan salah satu penyebab
global dan berhubungan dengan kematian terbanyak pada bayi (Kemenkes RI,
berbagai konsekuensi jangka pendek 2019).
maupun jangka panjang. Secara Di Indonesia angka kematian
keseluruan, diperkirakan 15% - 20% neonatus sebesar 35,3% yang disebabkan
dari seluruh kelahiran di dunia oleh BBLR. Di Provinsi Bengkulu anak lahir
mengalami berat badan lahir rendah, hidup dengan BBLR pada tahun 2017
yang mewakili lebih dari 20 juta sebanyak 12,73%, tahun 2018 sebanyak
kelahiran per tahun. WHO telah 8,86%, tahun 2019 sebanyak 10,17%. Di
berkomitmen untuk memantau Kabupaten Rejang Lebong anak lahir dengan
kemajuan perubahan global dan BBLR pada tahun 2017 sebanyak 14,49%,
mendukung target global dalam upaya 2018 sebanyak 5,18% dan tahun 2019
meningkatkan gizi ibu, bayi dan gizi sebanyak 16,63% (BPS Provinsi Bengkulu,
anak-anak melalui enam target gizi 2019).
global tahun 2025. Salah satunya adalah Berdasarkan data yang diperoleh dari
target ketiga yaitu bertujuan untuk rekam medik RSUD Curup Kabupaten
mencapai pengurangan 30% berat badan Rejang Lebong, didapatkan data BBLR pada
lahir rendah pada tahun 2025. Hal ini tahun 2017 mencapai 108 bayi, tahun 2018
berarti target penurunan relatif 3% per bayi dengan BBLR mencapai 104 bayi tahun
tahun antara 2012 hingga 2025 yaitu 2019 bayi dengan BBLR sebanyak 109 bayi,
penurunan dari sekitar 20 juta menjadi pada tahun 2020 bayi dengan BBLR
sekitar 14 juta bayi dengan berat badan sebanyak 91 (Rekam Medik RSUD Curup,
rendah saat lahir (Rahfiluddin, 2017). 2020).
Berat badan merupakan faktor Menurut penelitian di Indonesia
penentu kelangsungan hidup bayi baru intervensi yang spesifik perlu di lakukan
lahir (Shah & Singaravelen, 2019). dalam perawatan bayi BBLR untuk
Kelahiran BBLR memiliki risiko jangka mengurangi angka kematian bayi BBLR.
panjang dan jangka pendek berupa Peran perawat dalam intervensi perawatan
mortalitas dan kecatatan, sedangkan bayi BBLR adalah memberikan asuhan
resiko jangka panjang adalah keperawatan dengan memperhatikan upaya
menghambat perkembangan (stunting) dalam pencegahan komplikasi dan
(Aryastami, 2017). Bayi BBLR berisiko merangsang pertumbuhan serta
tinggi mengalami keterlambatan perkembangan bayi (Suparmi, 2017).
pertumbuhan serta perkembangan, Bayi dengan BBLR dibutuhkan
sehingga mudah terserang penyakit penanganan serius, karena pada kondisi
menular dan kematian selama masa bayi tersebut bayi mudah mengalami hipotermi
dan anak anak (WHO, 2019). dan belum sempurna pembentuakan organ
Hasil Survei Demografi dan tubuhnya sehingga rentan mengalami
Kesehatan (SDKI) tahun 2017 kematian. Kondisi hipotermi menyebabkan
menunjukkan AKB 24 per 1.000 konsumsi oksigen meningkat dan apabila
kelahiran. Angka kematian neonatus dan tidak terpenuhi menyebabkan situasi hipoksia
bayi diharapkan akan terus mengalami dan menimbulkan takikardi atau bradikardi
penurunan. Intervensi-intervensi yang sebagai respon terhadap penurunan
dapat mendukung kelangsungan hidup oksigenasi (Rahfiluddin, 2017).
anak ditunjukkan untuk dapat Beberapa penelitian telah
mendukung AKB menjadi 16 per 1.000 membuktikan bahwa developmental care
kelahiran hidup 2024. Neonatal dengan telah berhasil membantu bayi berat lahir
3
rendah melewati proses perawatan dan Shapiro-Wilk
Respon
dapat pulang dalam kondisi yang sehat. No Ket
Fisiologis Statistic Df Sig
Pemasangan nesting atau sarang
merupakan salah satu metode Suhu
pengelolaan lingkungan dalam 1 tubuh 0,930 23 0,110 Normal
developmental care. Beberapa penelitian (sebelum)
tentang manfaat nesting telah dilakukan Suhu
didalam maupun diluar negeri. Penelitian Tidak
2 tubuh 0,854 23 0,003
oleh Saprudin (2018) menunjukkan normal
(sesudah)
bahwa penggunaan nesting terdapat Nadi
pengaruh yang signifikan terhadap 3 0,969 23 0,659 Normal
(sebelum)
peningkatan saturasi oksigen, denyut Nadi
nadi dan suhu tubuh. 4 0,983 23 0,948 Normal
(sesudah)
Di RSUD Curup utamanya ruang SPO2 Tidak
mawar, sudah diterapkan intervensi 5 0,913 23 0,048
(sebelum) normal
nesting ini, dalam membantu SPO2
meningkatkan frekuensi nadi, saturasi 6 0,949 23 0,281 Normal
(sesudah)
oksigen dan suhu tubuh berat badan lahir
rendah (BBLR). Perawat dapat membuat
Berdasarkan tabel 2 hasil uji statistik
penelitian untuk membandingkan
shapiro-wilk diatas diperoleh bahwa pada
keefektifan nesting terhadap frekuensi
respon fisiologi pada suhu tubuh sebelum
nadi, dan saturasi oksigen berat badan
di berikan implementasi nesting
lahir rendah (BBLR) sehingga dapat
berditribusi normal dengan nilai sig > 0,05
mengetahui seberapa besar pengaruh dan
sedangkan respon fisiologis pada suhu
keefektifan nesting terhadap denyut nadi,
tubuh sesudah diberikan nesting
saturasi oksigen dan suhu tubuh pada
berdistribusi tidak normal dengan nilai sig
berat badan lahir rendah (BBLR).
< 0,05. Respon fisiologi pada nadi sebelum
Berdasarkan latar belakang di atas
di berikan implementasi nesting
maka peneliti tertarik untuk melakukan
berditribusi normal dengan nilai sig > 0,05
penelitian yang tentang pengaruh
sedangkan respon fisiologis pada nadi
implementasi nesting terhadap respon
sesudah diberikan nesting berdistribusi
fisiologis BBLR di Ruang Mawar RSUD
normal dengan nilai sig > 0,05. Respon
Curup .
fisiologi pada SPO2 sebelum di berikan
implementasi nesting berditribusi tidak
normal dengan nilai sig < 0,05 sedangkan
B. HASIL PENELITIAN respon fisiologis pada SPO2 sesudah
DAN PEMBAHASAN diberikan nesting berdistribusi normal
Hasil Penelitian dengan nilai sig > 0,05.
1. Uji Normalitas Maka untuk mengetahui uji beda
pengaruh implementasi nesting terhadap
Uji normalitas data bertujuan untuk
respon fisiologis BBLR di Ruang Mawar
mengetahui data berdistribusi normal
RSUD Curup pada variabel suhu tubuh dan
atau tidak. Uji normalitas data
SPO2 didapat nilai p < 0,05 menggunakan
penelitian ini menggunakan uji
uji Wilcoxon Signed Ranks sedangkan pada
saphiro wilk.
variabel nadi didapat nilai p > 0,05
Tabel 3 menggunakan uji t dependen.
Uji normalitas data di Ruang Mawar RSUD 2. Analisis Univariat
Curup (n=23)
Analisis univariat dilakukan untuk
memperoleh gambaran respon fisiologis
pada BBLR sebelum dan sesudah 20 menit
4
implementasi nesting. yaitu 36,483 dengan nilai minimal
a. Gambaran respon fisiologis 36,3 dan nilai maksimal 36,8 . Nilai
BBLR sebelum dilakukan rata-rata pada nadi sesudah dilakukan
implementasi nesting nesting yaitu 140,96 x/menit dengan
Tabel 4 nilai minimal 128 x/menit dan nilai
Gambaran respon fisiologis BBLR sebelum maksimal 152 x/menit. Nilai rata-rata
implementasi nesting (n=23) pada SPO2 sesudah dilakukan nesting
Respon Std. Min- yaitu 96,30 % dengan nilai minimal 94%
No Fisiologis Mean Deviation max dan nilai maksimal 99%.
36,0 3. Analisis Bivariat
Suhu –
Analisis yang digunakan adalah
1 Tubuh 36,209 0,1411 36,5
paired sample T-Test jika distribusi data
121
normal atau uji wilcoxon jika distribusi

data tidak normal. Wilcoxon Signed
2 Nadi 130,78 5,259 140
Ranks Test. Pada variabel suhu dan SPO2
91 –
menggunakan uji beda Wilcoxon
3 SPO2 92,70 1,105 95
sedangkan variabel nadi menggunakan uji t
dependen.
Berdasarkan tabel gambaran respon
fisiologis sebelum dilakukan implementasi
Variabel suhu menggunakan uji Wilcoxon
nesting didapatkan bahwa nilai rata-rata Tabel 5
pada suhu tubuh yaitu 36,209 dengan Uji Wilcoxon Test Signed Ranks Test pada
nilai minimal 36,0 dan nilai maksimal variabel suhu
36,5 . Nilai rata-rata pada nadi sebelum N Respon N Z P
dilakukan nesting yaitu 130,78 x/menit o Fisiologis Mea
dengan nilai minimal 121 x/menit dan nilai n
maksimal 140 x/menit. Nilai rata-rata pada
1 Suhu Negati 2 - 0,00 0,2
SPO2 sebelum dilakukan nesting yaitu
92,70 % dengan nilai minimal 91% dan tubuh ve 3 4,24 0
nilai maksimal 95%. (sebelu Ranks 1
b. Gambaran respon fisiologis m dan Positiv 0
BBLR sesudah dilakukan sesudah e
implementasi nesting ) Ranks
Tabel 4 Ties 0
Gambaran respon fisiologis BBLR sesudah Jumlah 2
implementasi nesting (n=23) 3
Respon Std. Min-
No Fisiologis Mean Deviation max Berdasarkan tabel 4 hasil uji statistik
36,3 Wilcoxon Sign Rank diatas diperoleh
Suhu – statistik Z = -4,241 dan p-value = 0,000.
1 Tubuh 36,483 0,1302 36,8 Karena p-value = 0,000 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat Ada pengaruh
128
implementasi nesting terhadap respon

fisiologis (suhu) BBLR di Ruang Rawat
2 Nadi 140,96 6,306 152
Anak RSUD Curup.
94 –
a. Variabel SPO2 menggunakan uji
3 SPO2 96,30 1,295 99
Wilcoxon
Tabel 6
Berdasarkan tabel gambaran
respon fisiologis sesudah dilakukan
Hasil Uji Wilcoxon Test Signed Ranks Test
implementasi nesting didapatkan pada variabel SPO2
bahwa nilai rata-rata pada suhu tubuh N Respon N Z P

5
o Fisiologis Mea sebelum implementasi nesting di
n Ruang Mawar RSUD Curup
1 SPO2 Negati 2 - 0,00 4 Hasil penelitian ini menggambarkan
(sebelu ve 3 4,29 0 bahwa ada 23 pasien yang memenuhi
m dan Ranks 4 kriteria untuk menjadi sampel. Sebelum
sesudah Positiv 0 dilakukan tindakan nesting rata-rata suhu
) e tubuh responden 36,2 . Suhu tubuh
Ranks normal pada neonatus berkisar antara 36,0
0
Ties 0 C – 37,50C (Saprudin, 2018). Hipotermia
Jumlah 2 dikarenakan responden terlahir dalam
3 keadaan berat badan lahir rendah. Kondisi
BBLR pada umumnya dicirikan dengan
Berdasarkan tabel 5 hasil uji belum sempurnanya fungsi organ seperti
statistik Wilcoxon Sign Rank diatas fungsi termoregulasi, rendahnya lemak
diperoleh statistik Z = -4,294 dan p- subkutan, permukaan kulit yang tipis dan
value = 0,000. Karena p-value = 0,000 transparan serta luasnya permukaan tubuh
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa yang lebih besar dari masa. Selain faktor
terdapat ada pengaruh implementasi tersebut, kondisi lainnya yang
nesting terhadap respon fisiologis mempengaruhi terjadinya hipotermi adalah
(SPO2) BBLR di Ruang Rawat Anak rendahnya kemampuan BBLR dalam
RSUD Curup. mengatur produksi dan pelepasan panas.
4. Variabel nadi menggunakan uji t Hasil penelitian menunjukan rerata
dependen frekuensi nadi sebelum penggunaan nesting
Tabel 7 yaitu 130x/menit. Batasan normal frekuensi
nadi pada neonatus adalah 70–190 x/menit
Hasil uji paired T- test (n=23)
(Saprudin, 2018). Kondisi ini
Resp menggambarkan frekuensi nadi responden
N on Me berada dalam batasan normal.
T P Me
o Fisiol an an Hasil penelitian menunjukan bahwa
ogis sebelum diberikan nesting rerata saturasi
Nadi oksigen responden sebesar 92 %. Kondisi
130 ini menggambarkan bahwa responden
sebel
,78 - memiliki saturasi oksigen yang tidak
um 0,0 10,
1 17, normal. Hal ini dikarenakan nilai normal
Nadi 00 18
140 285 saturasi oksigen yang diukur menggunakan
setela
,96 oksimetri nadi berkisaran antara 95-100%
h (Rahmawaty, 2017).
2. Gambaran respon fisiologis (nadi,
Berdasarkan tabel 6 hasil uji t suhu tubuh dan SPO2) BBLR sesudah
(dependen/paired) diatas diperoleh implementasi nesting di Ruang Mawar
statistik t = -17,285 dan p-value = RSUD Curup
0,000. Karena p-value = 0,000 < 0,05 Hasil penelitian didapatkan dari
maka hipotesis nol ditolak sehingga 23 responden setelah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa ada implementasi nesting terhadap respon
pengaruh implementasi nesting fisiologis BBLR di Ruang Mawar
terhadap respon fisiologis (nadi) menunjukan terjadi peningkatan suhu 0,2
BBLR di Ruang Rawat Anak RSUD 0
C pada BBLR setelah 20 menit
Curup penggunaan nesting. hasil nilai setelah
dilakukan implementasi nesting
Pembahasan menunjukkan rata-rata nilai (mean) 36,4
1. Gambaran respon fisiologis (nadi, 0
C dengan standar deviasi 0,1302. Hasil
suhu tubuh dan SPO2) BBLR
6
ini menunjukkan rata-rata nilai suhu implementasi nesting terhadap
badan meningkat setelah diberikan respon fisiologis (suhu) BBLR di
implementasi nesting. Ruang Rawat Anak RSUD Curup.
Hasil penelitian menunjukan Hasil penelitian ini didukung
terjadi peningkatan suhu 10 x/menit oleh penelitian Poulose (2015),
pada BBLR setelah 20 menit dalam penelitiannya yang dilakukan
penggunaan nesting. Hasil nilai pada 60 responden yang terbagi
setelah menggunakan nesting menjadi 30 responden kasus dan 30
menunjukkan rata-rata nilai (mean) responden kontrol. Hasil
140 x/menit dengan standar deviasi penelitiannya membuktikan bahwa
6,306. Hasil ini menunjukkan rata- BBLR yang diberikan nesting
rata nilai nadi meningkat setelah selama 9 jam per hari selama 5 hari
diberikan implementasi nesting. menunjukan bahwa postur,
Hasil penelitian menunjukan kenyamanan dan parameter fisiologi
terjadi peningkatan SPO2 4% pada (suhu aksila, nadi dan respirasi)
BBLR setelah 20 menit penggunaan menunjukan nilai yang signifikan
nesting. Hasil nilai setelah yaitu t = 12,64 yang berarti bahwa
menunggunakan nesting studi membuktikan nesting pada
menunjukkan rata-rata nilai (mean) BBLR efektif dalam memperbaiki
96% dengan standar deviasi 1,295. pertumbuhan, mununjukan
Hasil ini menunjukkan rata-rata nilai kenyamanan serta menstabilkan
SPO2meningkat setelah diberikan parameter fisiologis seperti suhu,
implementasi nesting nadi dan pernapasan BBLR.
3. Pengaruh implementasi nesting Bersarang dengan fiksasi untuk
terhadap respon fisiologis BBLR di mendukung posisi tengkurap dan
Ruang Mawar RSUD Curup seperempat tengkurap membantu
Berdasarkan hasil penelitian proses adaptasi ekstra-uterin untuk
didapatkan dari 23 responden setelah bayi BBLR dengan menyediakan
dilakukan implementasi nesting lingkungan seperti rahim. Bersarang
terdapat peningkatan pada respon dengan fiksasi dapat meningkatkan
fisilogis seperti nilai nadi, suhu, dan kenyamanan dan mengurangi energi
SPO2. yang digunakan karena dapat
a. Pengaruh implementasi nesting mempertahankan posisi fleksi dan
terhadap suhu BBLR mengurangi gerakan bayi yang tidak
Hasil penelitian teratur (El-nager & Bayoumi,2016).
menunjukan ada perbedaan suhu Bersarang dengan fiksasi dapat
tubuh BBLR sebelum dan menghemat energi yang digunakan
sesudah penggunaan nesting di dengan mencegah kehilangan panas,
Ruang Mawar RSUD Curup. mengatur suhu tubuh, atau
Artinya adanya pengaruh nesting mempertahankan tidur siklus terjaga
terhadap perubahan suhu tubuh dan dapat bermanfaat bagi bayi
BBLR. Hasil penelitian pertumbuhan dan perkembangan
menunjukan terjadi peningkatan (Sathish et al., 2017).
suhu 0,2 0C pada BBLR setelah Nesting merupakan salah satu
20 menit penggunaan nesting. bentuk konservasi energi. Hukum
Berdasarkan hasil uji statistik konservasi energi “Faraday” bahwa
Wilcoxon diperoleh statistik Z = arus listrik dapat menghasilkan sifat
-4,241 dan p-value = 0,000. kemagnetan dan menunjukkan
Karena p-value = 0,000 < 0,05 bahwa magnet memiliki kekuatan
maka dapat disimpulkan bahwa dalam keadaan tertentu untuk
terdapat Ada pengaruh menghasilkan listrik. Pengubahan
7
energi dari satu bentuk ke bentuk diatas diperoleh statistik t = -17,285
lainnya tidak akan pernah dan p-value = 0,000. Karena p-value
terjamin dalam suatu kuantitas = 0,000 < 0,05 maka hipotesis nol
yang sama, untuk menciptakan ditolak sehingga dapat disimpulkan
atau memusnahkan energi adalah bahwa ada pengaruh implementasi
suatu ketidakmungkinan, dengan nesting terhadap respon fisiologis
adanya nesting mengurangi (Nadi) BBLR di Ruang Rawat Anak
jumlah penggunaan energi yang RSUD Curup Hasil ini menunjukan
dikeluarkan untuk bahwa penggunaan nesting efektif
meminimalkan pergerakan pada untuk meningkatkan nadi tubuh
BBLR. (Faouzi, 2010). Selain BBLR.
Hukum konservasi “Faraday”, Hasil penelitian ini di dukung
hukum energi Kalor perlu oleh penelitian Eko (2017), dalam
diperhatikan. Kalor merupakan penelitiannya menunjukkan hasil uji
tenaga yang dipindahkan dari wilcoxon dan uji statistik pengaruh
suatu benda ke benda lain karena pemberian nesting terhadap
adanya perbedaan temperatur perubahan frekuensi nadi pada
(Dogra, 2010). BBLR uji wilcoxon test didapatkan
Pada BBLR rentan bahwa nilai p value 0,000. Ho
kehilangan panas karena kulit ditolak artinya ada pengaruh
BBLR belum matur dan pemberian nesting terhadap
kegagalan hipotalamus dalam frekuensi nadi sebelum diberikan
menjalankan fungsi. Dampak nesting dari pretest 2,00 menjadi
dari kehilangan panas pada 1,93 pada posttest.
BBLR menjadi hipotermi yang Penelitian Poulose (2015),
akan mengakibatkan gangguan mengungkapkan bahwa bayi berat
metabolisme tubuh, kebutuhan lahir rendah pada kelompok
oksigen dan energi juga ikut eksperimen mengalami parameter
meningkat. Terjadi gangguan fisiologis yang stabil dalam hal
proses tumbuh kembang pada denyut jantung dan pernapasan
BBLR, diharapkan dengan selama tinggal di NICU. Hal ini
adanya nesting berpengaruh sesuai dengan temuan penelitian
terhadap pengaturan suhu tubuh yang dilakukan oleh Kihara H,
dan meminimalkan energi yang Nakamura T (2013), di mana mereka
dikeluarkan BBLR (Miller, Lee mengamati pengaruh dukungan
and Gould, 2011). posisi bersarang dan terbungkus
b. Pengaruh implementasi nesting dalam posisi tengkurap terhadap
terhadap nadi BBLR detak jantung, distribusi tidur, dan
Hasil penelitian status perilaku di bayi berat lahir
menunjukan ada perbedaan nadi sangat rendah. Studi menyimpulkan
BBLR sebelum dan sesudah bahwa, posisi tengkurap dengan
penggunaan nesting di Ruang dukungan posisi bersarang dan
Mawar RSUD Curup. Artinya terbungkus dapat memfasilitasi tidur
adanya pengaruh nesting dan stabilitas denyut jantung
terhadap perubahan suhu tubuh dibandingkan dengan posisi
BBLR. Hasil penelitian tengkurap saja pada bayi berat lahir
menunjukan rata-rata nadi sangat rendah.
meningkat sebanyak 10 x/menit c. Pengaruh implementasi nesting
pada BBLR setelah 20 menit terhadap SPO2 BBLR
penggunaan nesting. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukan
hasil uji t dependen (paired) ada perbedaan SPO2 BBLR sebelum
8
dan sesudah penggunaan nesting saturasi oksigen yang signifikan
di Ruang Mawar RSUD Curup. antara kelompok snuggle-up dan
Artinya adanya pengaruh nesting kelompok kontrol yang hanya
terhadap perubahan suhu tubuh mendapat perawatan rutin.
BBLR. Hasil penelitian Kelompok intervensi yang menerima
menunjukan rata-rata terjadi snuggle-up menunjukkan
peningkatan SPO2 3% pada peningkatan saturasi oksigen ±6%
BBLR setelah 20 menit pada 8 jam pertama pemosisian (p <
penggunaan nesting. .001).
Berdasarkan hasil uji statistik Bayi BBLR yang menerima
Wilcoxon diperoleh statistik Z = posisi seperempat tengkurap
-4,294 dan p-value = 0,000. mendapat manfaat dari posisi ini
Karena p-value = 0,000 < 0,05 karena membantu mereka
maka dapat disimpulkan bahwa mempertahankan upaya dan pola
terdapat Ada pengaruh pernapasan yang efektif. Pada posisi
implementasi nesting terhadap seperempat tengkurap, paru-paru
respon fisiologis (SPO2) BBLR posterior memiliki distribusi
di Ruang Rawat Anak RSUD ventilasi yang lebih besar daripada
Curup. paru-paru anterior, yang
Hasil penelitian ini meningkatkan saturasi oksigen pada
didukung oleh penelitian Zen bayi, manfaat juga ditemukan
(2017), dalam penelitiannya dengan posisi tengkurap (Utario
menunjukan bahwa rata-rata dkk.,2017). Posisi tengkurap
saturasi oksigen pada fasenon berkontribusi pada sinkronisasi
nesting adalah 94,91% dengan gerakan thoracoabdominal dan
standar deviasi 2,98%. Pada fase tulang rusuk. Tekanan dari bayi,
nesting didapat rata-rata saturasi berat badan dapat menopang
oksigen adalah 97,30% dengan permukaan dada, sehingga
standar deviasi 1,26%. Hasil uji meningkatkan stabilitas dinding dada
statistik didapatkan nilai 0,000 dan menguntungkan mekanisme
maka disumpulkan ada pernapasan. Mekanisme pernapasan
perbedaan yang signifikan antara yang baik dapat memaksimalkan
saturasi oksigen fase non nesting pertukaran gas untuk bayi (Sathish et
dan fase nesting. al.,2017)
Hasil penelitian ini Berdasarkan observasi peneliti,
didukung juga oleh penelitian El penatalaksanaan implementasi
Nagger dan Bayoumi (2016,) di nesting sudah dilakukan sesuai
dalam mereka penelitian yang dengan SOP secara tepat dan cepat,
melibatkan 80 bayi yang sehingga kestabilan tanda vital bayi
menerima nesting dengan posisi BBLR dapat dicapai dengan baik.
tengkurap. Penelitian ini Meskipun demikian , pemberian
mengungkapkan bahwa bayi asuhan keperawatan pada neonatus,
memiliki fungsi fisiologis dan khususnya BBLR perlu ditingkatkan
neurologi perilaku yang lebih kembali dengan memfokuskan
stabil.p < .05) dibandingkan kepada pemberian developmental
dengan kelompok tanpa nesting. care, sehingga diharapkanbayi
Studi lain (Satish et al.,2017) mendapatkan stimulus lingkungan
menemukan bahwa positioning yang adekuat untuk membantu
dengan nesting fixation atau pertumbuhan dan perkembangan
snuggleup pada 24 bayi prematur bayi yang optimal.
menunjukkan perbedaan rata-rata
9
C. KESIMPULAN terhadap perubahan frekuensi nadi pada
Berdasarkan hasil penelitian yang bayi berat badan lahir rendah di RSUD
telah dilakukan pada tanggal 10 mei Dr. Tjitrowardojo Puworejo. Tesis :
sampai 16 Juni 2021 di RSUD Curup Universitas Alma Ata Yogyakarta
dengan jumlah pasien 23 bayi BBLR di El-Nagger, N. S. M., & Bayoumi, O. R. (2016).
dapat kesimpulan sebagai berikut : Effect of applying nesting technique as
1. Respon fisiologis bayi sebelum a developmental care on physiological
dilakukan implementasi nesting yaitu functioning and neurobehavioral
rata-rata suhu tubuh adalah 36,2 0C, organization of premature infants.
rata-rata nadi adalah 130 x/menit dan Journal of Life Sciences, 13(1s), 79–92.
rata-rata SPO2 adalah 92%. Kihara,H. et al. (2013). Nested and swaddled
2. Respon fisiologis bayi sesudah positioning support in the prone position
dilakukan implementasi nesting yaitu facilitates sleep and heart rate stability in
dengan rata-rata suhu tubuh adalah very low birth weight infants. Original
36,4 0C, rata-rata nadi adalah 140 Research.3 ,11 – 14.
x/menit dan rata-rata SPO2 adalah
96%. Kementrian Kesehatan RI, (2019). Profil
3. Ada pengaruh implementasi nesting Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta :
terhadap respon fisiologis BBLR di Departemen Kesehatan RI
Ruang Mawar RSUD Curup
Masturoh, Imas & Anggita, Nauri. (2018).
D. DAFTAR PUSTAKA Metodelogi Penelitian Kesehatan.
Jakarta :Departemen Kesehatan RI
Aryastami,N.K & Tarigan, I. (2017). Kajian
Kebijakan dan Penanggulangan Miller,S,S., Lee,H,C and Gould, J,B ,. (2011).
Masalah Gizi Stunting di Indonesia. Hypothermia in very low birth weight in
Buletin Penelitian Kesehatan, 45 infants : distribution, risk factors and
(4),233-240 outcomes. Journal of Perinatalogy. 31,
Berman, A., Snyder, S.J., Frandsen, G. S49-S56
(2016). Kozier & Erb’s
Fundamentals of Nursing: Nelwan, Ester Jeini. (2019). Epidemiologi
Concepts, Process, and Practice Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta:
(Tenth Edition). New York: Pearson Penerbit Deepublish.
Education, Inc. Nisani,L. (2015). Developmental carein the
Burke, S. (2018). Systematic review of neonatal unit. Srilanka Journal of Child
developmental care interventions in Health, 44(1),45–52
the neonatal intensive care unit
Poulose, R., Babu, M., & Rastogi, S. (2015).
since 2006. Journal of Child Health
Effect of nesting on posture discomfort
Care, 22(2), 269– 286.
and physiological parameters of low birth
BPS Provinsi Bengkulu. (2019). Profil
weight infants. IOSR Journal of Nursing
Kesehatan Ibu dan Anak 2019.
and Health Science (IOSR-JNHS), 4 (1),
Bengkulu : BPS Bengkulu
46–50.
Chotimah, Lilis Joharatun. (2019). Nursing
Care About Nesting In Low Birth Rahfiluddin, M. (2017). Faktor – Faktor Yang
Weight Babies With Ineffective Berhubungan Dengan Kejadian Berat
Breathing Patterns At Melati Room Badan Lahir Rendah (BBLR) Di
Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo
Kabupaten Kudus (Studi di Wilayah
Hospital Purwokerto. Tesis :
Kerja Puskesmas Undaan Kecamatan
STIKES Muhammadiyah Gombong
Undaan Kabupaten Kudus Tahun 2015).
Eko, A., Yugistyowati, A., Listianawati,
J. Kesehatan. Masyarakat. 5, 322–331.
M,D,. Pengaruh penggunaan nesting
10
Rahmawaty,S, Prawesty A, Fatimah. (2017). Utario, Y., Rustina, Y., & Waluyantii, F. T.
Pengaruh nesting terhadap saturasi (2017). The quarter prone position
oksigen dan berat badan bayi increases oxygen saturation in premature
prematur di ruang perinatalogi RSUP infants using continuous positive airways
Dr Hasan Sadikin Bandung. Jurnal pressure. Comprehensive Child and
Keperwatan Aisyiyah.4 (2) : 1-8 Adolescent Nursing, 40(51), 95–101.

Rekam Medik RSUD Curup. (2020). Tomey,A.M & Alligood,MR . (2016). Nursing
Laporan Tahunan RSUD Curup Theories and their work, 7 th edn, Mosby
Tahun 2020. Bengkulu : RSUD Elsevier,St. Louis, Missouri.
Curup Kabupaten Rejang Lebong
Wilkinson J.M., Treas, L.S., Barnett, K.L.,
Sathish, Y., Lewis, L. E., Noronha, J. A., Smith, M.H. (2016). Fundamentals of
George, A., Snayak, B., Pai, M. S., Nursing: Theory, Concept, and
… Purkayastha, J. (2017). Clinical Application (Third Edition: Volume 1).
outcomes of snuggle up position Philadelphia: F.A Davis
using positioning aids for preterm
(27–32 weeks) infants. Iranian WHO.2019.Global Health Observatory. World
Journal of Neonatology, 8(1), 1–6. Health Statistic : Geneva

Saprudin, N., & Sari, I. K. (2018). Pengaruh Zen, Nurbaeti Dini. (2017). Pengaruh nesting
Penggunaan Nesting Terhadap terhadap perubahan fisiologis dan
Perubahan Suhu Tubuh Saturasi perilaku bayi prematur di perinatologi
Oksigen Dan Frekuensi Nadi Pada Rumah Sakit Umum Daerah
Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti
Kota Cirebon. Jurnal Ilmu Kesehatan Husada. 17. 357-374
Bhakti Husada: Health Sciences
Journal, 9(2), 16–26.

Shah, Hetal & M Singaravelan. (2019).


Effect of tactile, kinesthetic
stimulation and kangaroo mother
care on low birth weight in preterm
infants. International journal of
health science and research.
International Journal of Health
Sciences & Research), 135 (9),135-
140

Soetjiningsih dan Ranuh, G .(2016). Tumbuh


Kembang Anak Ed 2. Jakarta: EGC

Sugiyono. (2017). Statistik untuk penelitian.


Bandung : Alfabeta

Suparmi, S., Chiera, B., & Pradono, J.


(2017). Low birth weights and risk of
neonatal mortality in Indonesia.
Health Science Journal of Indonesia,
7(2)..5587. 113-117 Titik Lestari,
(2016). Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta : Nuha Medika
11

Anda mungkin juga menyukai