Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171

Volume 4, Nomor 1, Januari 2024

PENERAPAN METODE KANGURU TERHADAP PENINGKATAN


SUHU TUBUH PADA BBLR DI KLINIK BIDAN SUHESTI
MABAR TAHUN 2023

Rizka Zahara Nasution*1, Astuti Rofida2, Purwaningsih3


123Akademi Keperawatan Kesdam I/Bukit Barisan Medan

Email: *1rizka.znasution@gmail.com,2 rofidaastuti86@gmail.com,3 purwaningsihmkm@gmail.com


(*: coressponded author)

Abstrak− BBLR merupakan bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram. Salah satu komplikasi BBLR adalah
ketidak stabilan suhu tubuh, sehingga untuk mempertahankan kestabilannya dilakukan perawatan tehnik kanguru selama 3 hari.
Menurut (WHO, 2018) angka prevalensi BBLR yaitu 20 juta (15,5%) setiap tahunnya dari seluruh kelahiran di negara
berkembang dan menjadi contributor terbesar yaitu sekitar 96,5%. Maka dari itu para ibu harus di beri pendidikan kesehatan
tentang perawatan BBLR dengan tehnik kanguru. Metode: penelitian ini bersifat penelitian deskriptif dalam rancangan studi
kasus meliputi tahaan Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan, dan Evaluasi
Keperawatan pada dua klien penyakit BBLR di Klinik Bidan Suhesti Mabar. Hasil : berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa setelah dilakukannya pendidikan kesehatan tentang penerapan tehnik kanguru terhadap bayi BBLR kedua responden
memiliki hasil yang sama, ibu mampu mempraktekkan dan mampu menerapkan tehnik kanguru terhadap BBLR, dan setelah
di lakukan tehnik kanguru selama 3 hari suhu tubuh bayi menjadi stabil. Pada kasus I hari pertama suhu tubuh 34 oC setelah
dilakukan tehnik kanguru selama 3 hari suhu tubuh bayi 35.5OC sedangkan pada kasus II hari pertama suhu tubuh bayi 35.5OC
setelah dilakukan tehnik kanguru selama 3 hari suhu tubuh bayi 36.1 OC. Kesimpulan : setelah peneliti melakukan asuhan
keperawatan pada kedua responden dengan pendidikan kesehatan penerapan metode kanguru terhadap BBLR di peroleh hasil
suhu tubuh bayi meningkat dari sebelumnya. Saran : agar penerapan metode kanguru terhadap BBLR dapat dijadikan sebagai
solusi untuk menangani bayi yang mengalami ketidak stabilan suhu tubuh
Kata Kunci: Kangaroo Mother Care1, Suhu2, BBLR3, Pendidikan Kesehatan4

Abstract− LBW is a newborn whose body weight is less than 2500 grams. One of the complications of LBW is unstable body
temperature, so to maintain stability, kangaroo technique treatment is carried out for 3 days. According to (WHO, 2018) the
prevalence rate for LBW is 20 million (15.5%) every year from all births in developing countries and is the largest contributor,
namely around 96.5%. Therefore, mothers must be given health education about LBW treatment using the kangaroo technique.
Method: This research is descriptive research in a case study design including stages of Assessment, Nursing Diagnosis,
Nursing Intervention, Nursing Implementation, and Nursing Evaluation of two LBW clients at the Suhesti Mabar Midwife
Clinic. Results: Based on the results of the research, it shows that after health education was carried out regarding the
application of the kangaroo technique to LBW babies, both respondents had the same results, the mother was able to practice
and was able to apply the kangaroo technique to LBW babies, and after doing the kangaroo technique for 3 days the baby's
body temperature became stable. . In case I, the first day the body temperature was 34oC after using the kangaroo technique
for 3 days, the baby's body temperature was 35.5OC, while in case II, the first day the baby's body temperature was 35.5OC
after using the kangaroo technique for 3 days, the baby's body temperature was 36.1OC. Conclusion: after the researchers
carried out nursing care for the two respondents with health education using the kangaroo method for LBW, the results showed
that the baby's body temperature increased compared to before. Suggestion: that the application of the kangaroo method for
LBW can be used as a solution for dealing with babies who experience unstable body temperature

Keywords: Kangaroo Mother Care1, Temperature2, LBW3, Health Education4

1. PENDAHULUAN
Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari. Dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Berat lahir
adalah indikator penting bagi kehidupan neonatus yang digunakan sebagai indikator status kesehatan
(D. Frida, 2017).
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko
yang mempunyai konstribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Penatalaksanaan
bayi BBLR perlu didukung dengan pengetahuan yang baik, dari pengetahuan ini akan menunjang

25
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
terhadap pemberian penatalaksanaan yang berkualitas dan aman terhadap bayi BBLR (Yuanita Syaiful,
Mukhlishoti, 2018).
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko
yang mempunyai konstribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Berat bayi lahir
rendah (BBLR) diartikan sebagai bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500gr. Berat bayi lahir
rendah (BBLR) merupakan predictor tertinggi angka kematian bayi terutama dalam satu bulan pertama
kehidupan. Berdasarkan studi epidemiologi berat bayi lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian
20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal (Ety, dkk, 2021)
Berdasarkan hasil survei pendahuluan penyakit bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan tahun 2022 di dapatkan hasil sebanyak 8 orang bayi
dengan BBLR, bayi laki-laki sebanyak 3 orang dan bayi perempuan sebanyak 5 orang.
Berdasarkan hasil survei tersebut penulis berminat untuk mengangkat kasus dengan judul
studi kasus penerapan metode kanguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR Di Klinik
Bidan Suhesti Mabar Tahun 2022.

2. KERANGKA TEORI
2.1 Konsep BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diartikan sebagai bayi lahir dengan berat badan kurang
dari 2500gram. Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan predictor tertinggi angka kematian bayi,
terutama dalan satu bulan pertama kehidupa (Nurlaila dkk, 2019).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang berat badan saat lahir kurang
dari 2500 gram. Istilah BBLR sama dengan premature, tetapi juga bayi yang cukup bulan dengan
BB<2500 gram (Sinta dkk, 2019).
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir rendah diperkirakan
15% dari seluruh kelahira (Tetty, 2018)
2.2. Penyebab BBLR
Ada beberapa factor yang menjadi penyebab BBLR yaitu:
1. Faktor ibu
a. Penyakit berhubungan dengan toksemia gravidarum, perdarahan abterpartum, trauma fisik dan
psikologis, nefritis akut,serta diabetes mellitus.
b. Usia ibu dibawah 16 tahun, diatas 35 tahun serta multigravida yang jarak kelahirannya terlalu
dekat.
c. Keadaan social ekonomi berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas yang dimana kejadian
tinggi terdapat pada golongan sosisal ekonomi rendah. Hal ini disebabkan karena keadaan gizi
yang kurang baik dan pengawasan antenatal care (ANC) yang kurang memadai.
d. Kondisi ibu saat hamil dipengaruhi oleh ibu yang merokok, peminum alkohol, serta pecandu
narkoba.
2.3. Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengklompokkan bayi BBLR.
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLRSR) berat lahir 1000-1500 gram
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLR) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Berdasarkan masa gestasinya :
1. Bayi prematur yaitu bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari
pertama, haid terakhir)
2. Bayi dismatur yaitu bayi yang lahir berat badan kurang dari berat badan yang seharus
nya untuk masa kehamilannya.
2.4. Metode Kanguru atau Kangaroo Mother Care (KMC)
KMC adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus dan dikombinasi
dengan pemberian ASI aksklusif (Yuanita Syaiful, Mukhlishoti, 2018). Perawatan metode kanguru

26
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024

adalah metode perawatan bayi prematur atau bayi BBLR dengan kontak kulit ke kulit dengan ibu
atau anggota keluarga lainnya agar bayi tumbuh dan berkembang secara optimal (Nurlaila dkk,
2019) Perawatan metode kanguru merupakan alternatif metode perawatan bayi baru lahir. Metode
ini tidak hanya menggantikan incubator, tetapi juga dapat memberikan manfaat lebih yang tidak
didapatkan dari pemberian incubator. Pemberian metode kanguru sangat efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang sangat mendasar seperti kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi,
stimulasi, keselamatan dan kasih saying (Damayanti,2019)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Kamila,
2020)
Perencanaan
SDKI SLKI SIKI
Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Edukasi kesehatan
orang tua dalam merawat bayi keperawatan diharapkan tingkat (L.12383)
berhubungan dengan ketidak pengetahuan meningkat Observasi :
mampuan merawat bayi baru (L.12111) 1. Identifikasi kesiapan
lahir dengan berat badan lahir Kriteria Hasil dan kemampuan
rendah 1. Perilaku sesuai anjuran menerima informasi
meningkat 2. Identifikasi factor-
2. Pertanyaan tentang faktor yang dapat
masalah yang di hadapi meningkatkan dan
menurun menurunkan motivasi
3. Persepsi yang keliru perilaku hidup sehat
terhadap masalah Terapeutik :
menurun. 1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan factor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan cara
merawat bayi bblr
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Sumber : SDKI, SLKI, SIKI (2018)
Pelaksanaan
Pelaksanaan proses keperawatan terdiri dari rangkaian aktivitas keperawatan dari hari ke hari yang
harus di lakukan dan di dokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan pengawasan terhadap
efektivitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai perkembangan pasien terhadap
pencapaian tujuan atau hasil yang di harapkan. Bagian dari pengumpulan data ini memprakarsai tahap
evaluasi proses keperawatan. Implementasi dicatat di CP atau flowsheet yang spesifik.

27
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024

Pada tahap ini, perawat harus melaksanakan tindakan keperawatan yang ada dalam rencana
keperawatan.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan dicatat sesuai dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap
diagnosa keperawatan meliputi data subjektif (S) data objektif (O), analisa permasalahan (A) klien
berdasarkan S dan O, serta perancanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa data di atas. Evaluasi ini di
sebut juga evaluasi proses. Semua itu di catat pada formulir catatan perkembangan. Petunjuk
dokumentasi evaluasi keperawatan
1. Tulis waktu dan tanggal pelaksanaan evaluasi
2. Pelaksanaan evaluasi di sesuaikan dengan kondisi patofisiologis klien, respon klien, persepsi
klien, sehingga meliputi permasalahan biopsikososial spiritual
3. Evaluasi keperawatan oleh mahasiswa dengan alasan agar mereka setiap hari lebih terampil
dalam menilai perkembangan pasien/klien
4. Evaluasi keperawatan di lakukan untuk setiap diagnosa keperawatan dengan pendekatan SOAP

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran dari studi kasus Pendidikan Kesahatan Tentang Pemberian Metode
Kanguru Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh Pada BBLR di Klinik Bidan Suhesti.
3.1. Subyek Penelitian
Penyusunan penelitian studi kasus ini penulis mengambil subjek pada 2 orang klien (2 pasien)
yaitu Pendidikan Kesahatan Tentang Pemberian Metode Kanguru Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh
Pada BBLR.
Kriteria ingklusif :
1. Klien yang menderita hipotermi dengan BBLR di Klinik Bidan Suhesti Mabar
2. Keluarga dan ibu klien memberiikan izin.
3. Klien berusia 0-3 minggu
4. Klien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
5. Klien mengalami BBLR dengan gangguan rasa aman nyaman hipotermi
3.2. Fokus Studi
Fokus studi dalam penelitian ini yaitu Pendidikan Kesahatan Tentang Pemberian Metode
Kanguru Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh Pada BBLR dengan dua pasien dalam kasus yang
sama serta penerapan asuhan keperawatannya.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk terpenuhinya data dalam studi kasus ini penelitian menggunakan dua sumber data yai tu data
primer dan data sekunder. Data primer di kumpulkan dengan menggunakan metode :
1. Wawancara
Hasil anamnesis berisi tentang identitas responden, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-
dahulu-keluarga. Sumber data dari responden dan keluarga.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Dengan pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, pada responden
3.4 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Bidan Suhesti Mabar. Penelitian ini akan dilakukan pada
Desember 2022 sampai dengan Februari 2023 sesuai dengan rancangan penelitian.

28
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
3. HASIL
Tabel 4.1 Hasil Pengkajian
No Identitas Pasien Kasus I Kasus II

1. Diagnosa medis Bayi baru lahir dengan berat Bayi baru lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) badan lahir rendah (BBLR)
2. Nama An. X An. T
3. Umur 1 hari 2 hari
4. Jenis kelamin Perempuan Perempuan
5. Berat badan 1800 gram 2100 gram
6. Nama orang tua Tn.F/Ny.R Tn.W/Ny.N
7. Pekerjaan orang tua PNS Wiraswasta
8. Pendidikan SMA SMA
9. Agama Islam Islam
10. Suku Mandailing Jawa
11. Berapa bulan melahirkan 8 bulan 7 bulan
12. Alamat Medan denai timur Belawan
13. Anamneses tanggal 24 juli 2023 28 juli 2023
Berdasarkan tablel diatas di dapatkan pembahasan dari 2 responden dengan diagnosa medis
yaitu bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah, pada kasus I berumur 1 hari dengan berat badan
1800 gram dan kasus II berumur 2 hari dengan berat badan 2100 gram.
Tabel 4.2 keluhan Utama dan Riwayat klien
No Data Pasien Kasus I Kasus II

1. Keluhan utama Orang tua mengatakan tidak tau ibu bayi sedikit paham dalam merawat
cara bagaimana cara merawat bayi tetapi tidak dengan BBLR,,orang
bayi dengan BBLR,orang tua tua mengatakan bayi tampak
mengatakan bayi tampak kedinginan, orang tua mengatakan
kedinginan, orang tua bayi kurang asupan asi, ibu
mengatakan bayi kurang asupan mengatakan produksi ASI sedikit
asi, ibu mengatakan produksi Temp : 35,5°C
ASI sedikit kelahiran pre-eklampsia
Temp : 34°C
Kelahiran bayi premature Orang tua mengatakan bayi tampak
2. Factor pencetus kedinginan dan terlihat kebiruan pada
Orang tua mengatakan bayi ujung jari kaki dan tangan.
3. Keluhan sekarang tampak kedinginan dan terlihat
kebiruan pada ujung jari kaki Ibu bayi memiliki riwayat hipertensi
dan tangan. dan kelahiran pre-eklampsia
4. Riwayat kesehatan Tidak ada
Tidak ada
yang lalu
Tidak ada
Riwayat keluarga
5.

Berdasarkan table di atas di dapatkan pembahasan bahwa kasus I orang tua mengatakan tidak
tau cara bagaimana cara merawat bayi dengan BBLR,orang tua mengatakan bayi tampak
kedinginan, orang tua mengatakan bayi kurang asupan asi, ibu mengatakan produksi ASI
sedikit dan Temp : 34°C, sedangkan kasus II ibu bayi sedikit paham dalam merawat bayi tetapi
tidak dengan BBLR,,orang tua mengatakan bayi tampak kedinginan, orang tua mengatakan
bayi kurang asupan asi, ibu mengatakan produksi ASI sedikit Temp : 35,5°C dan ibu memiliki
riwayat hipertensi

29
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024

Tabel 4.3 Hasil Observasi


No Observasi Kasus I Kasus II

1. Keadaan umum a. Kesadaran umum compos a. Kesadaran umum


mentis compos mentis
b. APGAR 7 b. APGAR 8
c. Akral dingin c. Akral sedikit dingin
2. Tanda-tanda vital
a. 74 x/i a. 75 x/i
a. RR b. 118 x/i b. 120x/i
b. Nadi c. 34°C c. 35,5°C
c. Suhu a. Bentuk thorak simetris a. Bentuk thorak simetris
Pemerikasaan Fisik b. Pergerakan pernafasan b. Pergerakan pernafasan
simetris simetris
B1 Breathing c. Pola irregular c. Pola irregular
d. Frekuensi pernafasan 74 d. Frekuensi pernafasan
x/i 75 x/i
e. Vocal premitus normal e. Vocal premitus normal
f. Perkusi lapang paru sonor f. Perkusi lapang paru
g. Suara abnormal paru sonor
gurgling g. Suara abnormal paru
h. Nyeri dada tidak ada gurgling
i. Batuk tidak ada h. Nyeri dada tidak ada
i. Batuk tidak ada
B2 blood
a. Capillary refill time ≤ 2
a. Capillary refill time ≤ 2 detik
detik b. Nadi 120 x/i
b. Nadi 118 x/i c. Suara jantung normal
c. Suara jantung normal S1 S1 dan S2
dan S2 d. Tidak ada terpasang
d. Tidak ada terpasang central
central e. Tidak ada cubbing
e. Tidak ada cubbing finger finger
f. Akral dingin f. Akral dingin
B3 Brain g. Tidak ada edema g. Tidak ada edema
a. APGAR 8
b. Fungsi motoric dan
a. APGAR 7
sensorik lemah
B4 Blader b. Fungsi motoric dan
a. Tidak ada kelainan
sensorik lemah
kandung kemih
a. Tidak ada kelainan
b. BAK 30 cc
kandung kemih
B5 Bowel dan c. Bayi BAK secara
b. BAK 30 cc
Reproduksi spontan
c. Bayi BAK secara spontan
a. Bentuk abdomen
a. Bentuk abdomen simetris
simetris
b. Peristaltik usus 23x/i
b. Peristaltik usus 23x/i
c. Tidak ada nyeri tekan
c. Tidak ada nyeri tekan
d. Tidak ada pembesaran
d. Tidak ada pembesaran
hati
hati
e. Perkusi abdomen normal
e. Perkusi abdomen
f. Tidak ada kelainan pada
normal
anus dan genetalia
f. Tidak ada kelainan
g. Karakteristik meconium
pada anus dan
h. Tidak menggunakan
genetalia
pencahar
30
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
B6 Bone dan g. Karakteristik
muskuluskeletal meconium
a. Kekuatan otot lemah h. Tidak menggunakan
b. Tidak ada kekuatan pencahar
c. Tidak ada kontraktur a. Kekuatan otot lemah
b. Tidak ada kekuatan
c. Tidak ada kontraktur
Berdasarkan table di atas di dapatkan dari kedua responden keadaan umum sama-sama akral dingin.
Pada kasus I responden dengan APGAR 7, sedangkan kasus II responden dengan APGAR 8. Pada
pemeriksaan tanda- tanda vital memiliki perbedaan, pada kasus I nadi 118 x/I, RR 74 x/I, suhu 34°C,
sedangkan pada kasus II nadi 120 x/I, RR 75x/I, suhu 35,5°C.
Pemeriksaan fisik ke dua responden di mulai dari breath (B1), kedua responden memiliki bentuk
dada simetris. Pada kedua kasus mengalami suara pernafasa abnormal gurgling, kasus I frekuensi nafas
nya 74 x/i dan kasus ke II frekuensi nafas nya 75x/I.
Pemeriksaan fisik pada Blood (B2), pada kedua responden memiliki perbedaan tekana darah
dan nadi. Pada kasus I nadi 118 x/i, sedangkan kasus II nadi 120x/I, kedua responden memiliki capillary
refil time ≤ 2 detik, suara jantung kedua nolmal S1 dan S2, akral dingin, tidak ada cubbing finger, tidak
ada pemasangan central vie preassure.
Pemeriksaan fisik pada Brain (B3), pada kasus I responden dengan APGAR 7, sedangkan kasus
II responden dengan APGAR 8. Pada kedua responden sama-sama mengalami kelemahan fungsi
motorik dan sensorik.
Pemeriksaan fisik pada Brain (B4),kedua responden tidak memiliki kelainan pada kandung
kemih, tidak terpasang kateter, kasus I dan kasus II BAK secara spontan dan BAK 30cc
Pemeriksaan fisik pada Bowel dan Reproduksi (B5) kedua responden memiliki persamaan
peristaltic usus 23 x/I, pada pemeriksaan abdomen tidak ada tanda acites serta tidak ada tanda hepar dan
limfe membesar.
Pemeriksaan fisik Bone Muskuluskeletal (B6) kedua responden memiliki persamaan kekuatan
otot lemah, tidak ada kekuatan, tidak ada kontraktur

Tabel 4.5 Data Fokus


Data sabjek Data objek

Kasus I Kasus I
Orang tua mengatakan tidak tau cara mengatasi -Orang tua tampak kebingungan
bayi yang kedinginan -Orang tua bertanya tentang keadaan bayi nya
-Orang tua meminta tolong untuk mengatasi
bayi nya yang kedinginan
-Bayi tampak di bedong
-APGAR 7
-Vital sign
RR : 74 x/i
Pols : 118 x/i
Temp : 34°C

Kasus II
Kasus II -Orang tua tampak kebingungan
ibu bayi sedikit paham dalam merawat bayi -Orang tua mengatakan sedikit mengerti
tetapi tidak dengan BBLR tentang perawatan bayi
-Orang tua bertanya tentang keadaan bayi nya
-Orang tua meminta tolong untuk mengatasi
bayi nya yang kedinginan
-Bayi tampak di bedong
-APGAR 8
31
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
-Vital sign
RR : 75 x/i
Pols : 120 x/i
Temp : 35,5°C
Berdasarkan data tabel 4.5 diatas di temukan dari dua responden pada kasus I data subjektif
yaitu Orang tua mengatakan tidak tau cara mengatasi bayi yang kedinginan. Data objek yaitu Orang tua
tampak kebingungan, orang tua bertanya tentang keadaan bayi nya, orang tua meminta tolong untuk
mengatasi bayi nya yang kedinginan,APGAR 7, RR : 74 x/I, Pols: 118 x/I, Temp: 34°C. Pada kasus II
data subjektif yaitu ibu bayi sedikit paham dalam merawat bayi tetapi tidak dengan BBLR ditandai
dengan ibu bayi sedikit paham dalam merawat bayi tetapi tidak dengan BBLR, Orang tua tampak
kebingungan orang tua bertanya tentang keadaan bayi nya, orang tua meminta tolong untuk mengatasi
bayi nya yang kedinginan, APGAR 7, RR : 75 x/I, Pols : 120 x/I, Temp : 35,5°C

Tabel 4.6 Analisa Data


No Symptom Etiologi Problem

1. Kasus I Kelahiran premature Kurang nya pengetahuan


(D.0111)
DS: |

- Orang tua mengatakan Bayi baru lahir dengan berat


tidak tau cara mengatasi badan lahir rendah (BBLR)
bayi yang kedinginan
DO: |

- Orang tua tampak Ketidak siapan menjadi orang


kebingungan tua
- Orang tua bertanya
tentang keadaan bayi |
nya
Kurangnya pengetahuan
- Orang tua meminta
tolong untuk mengatasi merawat bayi
bayi nya yang
kedinginan
- Bayi tampak di bedong
- APGAR 7
- Vital sign
RR : 74 x/i
Pols : 118 x/i Kelahiran pre-eklampsia
Temp : 34°C |
Kasus II Bayi baru lahir dengan berat
DS: badan lahir rendah (BBLR)

- Ibu bayi sedikit paham |


dalam merawat bayi Kurangnya terpajan informasi
tetapi tidak dengan
BBLR |
DO:
Kurangnya pengetahuan
- Orang tua tampak merawat bayi
kebingungan Kurang nya pengetahuan
2. - Orang tua mengatakan (D.0111)
sedikit mengerti tentang
perawatan bayi

32
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
- Orang tua bertanya
tentang keadaan bayi
nya
- Orang tua meminta
tolong untuk mengatasi
bayi nya yang
kedinginan
- Bayi tampak di bedong
- APGAR 8
- Vital sign
RR : 75 x/I
Pols : 120x/I
Temp : 35,5°C

Berdasarkan tabel 4.6 diatas hasil analisa data bahwa kasus I mengalami kurangnya
pengetahuan orang tua dalam merawat bayi berhubungan dengan ketidak mampuan merawat
bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah ditandai dengan orang tua tampak kebingungan
orang tua bertanya tentang keadaan bayi nya, orang tua meminta tolong untuk mengatasi bayi
nya yang kedinginan,bayi tampak dibedong, APGAR 7, RR : 74 x/I, Pols : 118 x/I, Temp :
34°C, sedangkan dengan kasus II mengalami kurangnya pengetahuan orang tua dalam merawat
bayi berhubungan dengan ketidak mampuan merawat bayi merawat bayi tetapi tidak dengan
BBLR, Orang tua tampak kebingungan orang tua bertanya tentang keadaan bayi nya, Orang tua
mengatakan sedikit mengerti tentang perawatan bayi, orang tua meminta tolong untuk
mengatasi bayi nya yang kedinginan, bayi tampak di bedong, APGAR 8, RR : 75 x/I, Pols : 120
x/I, Temp : 35,5°C
Tabel 4.7 Diagnosa Keperawatan
Kasus I Kasus II

Kurangnya pengetahuan orang tua dalam Kurangnya pengetahuan orang tua dalam merawat
merawat bayi berhubungan dengan ketidak bayi berhubungan dengan ketidak mampuan merawat
mampuan merawat bayi baru lahir dengan bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah
berat badan lahir rendah ditandai dengan - ditandai dengan ibu bayi sedikit paham dalam
Orang tua tampak kebingungan orang tua merawat bayi tetapi tidak dengan BBLR, Orang tua
bertanya tentang keadaan bayi nya, orang tua tampak kebingungan orang tua bertanya tentang
meminta tolong untuk mengatasi bayi nya keadaan bayi nya, orang tua meminta tolong untuk
yang kedinginan,bayi tampak dibedong mengatasi bayi nya yang kedinginan, bayi tampak
APGAR 7, RR : 74 x/I, Pols : 118 x/I, dibedong, APGAR 8, RR : 75 x/I, Pols : 120 x/I,
Temp : 34°C Temp : 35,5°C

Berdasarkan tabel 4.7 diatas didapatkan pada kasus I responden mempunyai masalah kekurangan
pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan merawat bayi baru lahir dengan berat badan lahir
rendah ditandai dengan orang tua tampak kebingungan orang tua bertanya tentang keadaan bayi nya,
orang tua meminta tolong untuk mengatasi bayi nya yang kedinginan, bayi tampak dibedong, APGAR
7, RR : 74 x/I, Pols : 118 x/I, Temp : 34
Sedangkan pada kasus ke II mempunyai masalah kurangnya pengetahuan orang tua dalam
merawat bayi berhubungan dengan ketidak mampuan merawat bayi baru lahir dengan berat badan lahir
rendah ditandai dengan ibu bayi sedikit paham dalam merawat bayi tetapi tidak dengan BBLR, Orang
tua tampak kebingungan orang tua bertanya tentang keadaan bayi nya, orang tua meminta tolong untuk
mengatasi bayi nya yang kedinginan, bayi tampak dibedong, APGAR 8, RR : 75 x/I, Pols : 120 x/I,
Temp : 35,5°C

33
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dua respon yang sama-sama memiliki masalah kurangnya
pengetahuan orang tua merawat pada bayi BBLR di Klinik Bidan Suhesti tahun 2022. Dalam
penelitian ini di berikan proses asuhan keperawatan kepada pasien mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Survei demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) kemudian mengembangkan dan mengelompokkan diagnosa keperawatan
serta membantu menciptakan pola komunikasi antar perawat dan dapat memberikan batasan
antara diagnosa keperawatan dan diagnosa medis. Diagnosa keperawatan berfokus pada respon
klien, sedangkan diagnosa medis berfokus pada proses penyakitnya.
Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian di dapat dari kedua responden mempunyai diagnosa
kurangnya pengetahuan dalam merawat bayi BBLR sehingga menyebabkan ketidak
seimbangan suhu tubuh pada bayi.
Hasil kedua klien memiliki kesamaan yaitu pada kasus I dan kasus II berjenis kelamin
perempuan. Pasien I (Anx) dengan kelahiran premature dan pasien II (AnT) bayi dengan
kelahiran pre-eklapsia. Ibu dari An.T mempunyai riwayat hipertensi.
Dari hasil pengkajian kasus I An.X dengan APGAR 7, nadi 118 x/I, RR 74 x/I, suhu
34°C, saat di kaji bayi mengalami ketidak stabilan suhu tubuh, sedangkan kasus II An.T dengan
APGAR 8, nadi 120 x/I, RR 75x/I, suhu 35,5°C, saat di kaji bayi mengalami ketidak stabilan
suhu tubuh. Hal ini di dukung oleh (Jasmi, 2018) bahwa bayi dengan kelahiran BBLR
mengalami ketidakstabilan suhu tubuh.
Setelah dilakuakan penelitian selama 3 hari dan diberikan pada pasien I dan pasien II
penerapan metode kanguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR suhu tubuh bayi mulai
meningkat setelah perawat mengajarkan tehnik kanguru pada BBLR untuk mempertahankan
suhu tubuh.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan didapatkan kedua kasus yaitu kasus I dan kasus II
memiliki diagnosa medis serta diagnosa keperawatan yang sama yaitu BBLR dengan diagnosa
keperawatan kurangnya pengetahuan ibu dalam merawat bayi BBLR. Dimana data yang di
gunakan dalam menegakkan diagnosa keperawatan lebih difokuskan pada pemeriksaan kedua
kasus.
Menurut jurnal Etty (2018) terdapat 3 diagnosa keperawatan pada BBLR yaitu 1)
ketidak seimbangan suhu tubuh , 2) ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
3) kurangnya pengetahuan berhubungan dengan penurunan pemahaman tentang perawatan bayi
BBLR.
Rencana Keperawatan
Berdasarkan hasil analisa data diagnosa didapatkan dari kedua pertisipan kedua nya
mempunyai rencana keperawatan yang sama. Pada kasus I intervensi yang diberikan yaitu
Observasi : 1) identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, 2) observasi suhu
tubuh bayi. Terapeutik : 1) sediakan materi dan media pendidikan kesehatan tentang :
pengertian BBLR, penyebab BBLR, Perawatan BBLR dengan tehnik kangooru (KMC), 2)
jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, 3) berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi :1) jelaskan tentang : pengertian BBLR, penyebab BBLR, Perawatan BBLR dengan
tehnik kangooru (KMC), 2) ajarkan serta praktekkan merawat bayi bblr dengan cara melakukan

34
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
tehnik kanguru pada bayi BBLR, 3) evaluasi kembali pengetahuan pasien tentang penkes yang
di berikan. Sedangkan pada kasus II intervensi yang diberikan yaitu Observasi : 1) identifikasi
kesiapan dan kemampuan menerima informasi, 2) observasi suhu tubuh bayi. Terapeutik : 1)
sediakan materi dan media pendidikan kesehatan tentang : pengertian BBLR, penyebab BBLR,
Perawatan BBLR dengan tehnik kangooru (KMC), 2) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan, 3) berikan kesempatan untuk bertanya. Edukasi :1) jelaskan tentang : pengertian
BBLR, penyebab BBLR, Perawatan BBLR dengan tehnik kangooru (KMC), 2) ajarkan serta
praktekkan merawat bayi bblr dengan cara melakukan tehnik kanguru pada bayi BBLR, 3)
evaluasi kembali pengetahuan pasien tentang penkes yang di berikan.
Implementasi keperawatan
Berdasarkan tindakan keperawatan yang di lakukan untuk kedua responden sesuai
dengan rencana tindakan yang di berikan mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan ibu dalam
menerima informasi, mengobservasi suhu tubuh bayi, menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan tentang pengertian BBLR, perawatan BBLR dengan tehnik kanguru,
menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, memberikan kesempatan kepada ibu
bayi untuk bertanya, Menjelaskan tentang : pengertian BBLR, penyebab BBLR, perawatan
BBLR dengan tehnik kangooru (KMC), mengajarkan serta praktekkan cara merawat bayi bblr
dengan cara melakukan tehnik kanguru pada bayi, mengevaluasi kembali pengetahuan pasien
tentang penkes yang di berikan
Evaluasi
Pada diagnosa keperawatan kurang pengetahuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada tanggal 24-26 juli 2023 pada kasus I dan tanggal 28-30 juli 2023 pada kasus
II. Kedua responden tersebut memiliki respon yang sama pada saat di lakukan tindakan
keperawatan.
Sedangkan pada kasus II diperoleh pada hari pertama pada tanggal 28 juli 2023 Ibu bayi
mengatakan masih belum faham dalam penjelasan yang diberikan tentang : pengertian BBLR,
penyebab BBLR, Perawatan BBLR dengan tehnik kanguru (KMC),ibu bayi mengatakan bayi
masih tampak dingin Temp 35,5°C, kulit bayi tampak dingin, ibu tampak bingung dan
mendengarkan, ibu bayi masih tampak kurang paham, ibu bayi tampak bertanya, pada hari ke
dua tanggal 29 juli 2023 ibu bayi mengatakan sudah mulai sedikit faham dalam penjelasan yang
diberikan tentang : pengertian BBLR, penyebab BBLR, Perawatan BBLR dengan tehnik
kanguru (KMC), ibu bayi mengatakan sudah mulai memahami bagaimana tehnik kanguru pada
bayi, ibu bayi mengatakan bayi sudah mulai tidak tampak kedinginan, temp 35,9°C, kulit bayi
sudah mulai tidak dingin lagi, ibu tampak mulai mengerti dan mendengarkan, ibu bayi masih
tampak mulai paham, ibu bayi tampak bertanya. pada hari ke tiga tanggal 30 juli 2023 ibu bayi
mengatakan sudah faham dalam penjelasan yang diberikan tentang: pengertian BBLR,
penyebab BBLR, Perawatan BBLR dengan tehnik kanguru (KMC), ibu bayi mengatakan sudah
memahami bagaimana tehnik kanguru pada bayi, ibu bayi mengatakan bayi sudah tidak
kedinginan, temp 36,1°C, bayi tampak tenang, ibu bayi sudah mengerti dan paham, ibu bayi
mempu mempraktekkan dan mampu menjelaskan kembali tentang pemahaman dalam
perawatan BBLR
5. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dan memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
paramedis yang lain. Adapun kesimpulan tersebut adalah :
1. Pengkajian

35
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
Didapatkan hasil pengkajian dari kedua partisipan yaitu pada kasus I bayi berat badan 1800
gram bayi dengan kelahiran premature dan kasus II bayi berat badan 2100 gram dengan
kelahiran pre-eklapsia sama-sama bayi BBLR yang mengalami ketidak stabilan suhu tubuh
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan dari diagnosa keperawatan didapatkan hasil kedua partisipan memiliki diagnosa
keperawatan yang sama kurangnya pengetahuan berhubungan dengan penurunan pemahaman
tentang perawatan bayi BBLR.
3. Rencana keperawatan
Hasil dari rencana tindakan keperawatan yang telah dilakuakan yaitu kedua responden memiliki
rencana tindakan yang sama sesuai dengan SOP. Peneliti melakukan rencana tindakan yang
berbeda diberikan kepada responden, peneliti memberikan tindakan menggunakan tehnik
penkes dan penerapan tehnik kanguru
4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada kedua partisipan sama sesuai dengan rencana
tindakan
5. Evaluasi
Pada hasil evaluasi antara kedua partisipan didapatkan hasil yang sama. Pada kasus I masalah
kurang pengetahuan klien telah teratasi sedangkan kasu II masalah kurang pengetahuan telah
teratasi, kedua partisipan mampu mempraktekkan serta dilakukan tehnik kanguru dan suhu
tubuh bayi meningkat

DAFTAR PUSTAKA
Ali, R., Nurdalila, R., Sulaiman, S., & Anggriani, A. (2022). Metode Pembentukan Karakter Pada Anak Usia Dini. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat Digital, 26-30.
https://ejournal.insightpower.org/index.php/JUPED/article/view/142
Damayanti, Y., Sutini, T., & Sulaeman, S. (2019). Swaddling Dan Kangaroo Mother Care Dapat Mempertahankan Suhu Tubuh
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Jurnal of Telenursing, 2, 5–
10.http://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/840

Ety Nurhayati, W. S. (2021). Pengaruh Edukasi Penerapan Perawatan Metode Kanguru Terhadap Tingkat Pengetahuan Orang
Tua Bayi BBLR, (6). Indonesian Journal Of Nursing Health Sciense.https://digilib.esaunggul.ac.id/UEU-Journal-
11_1439/20304.

Eufrasia Prinata Pedeng, M. S. (2022). Asuhan Kebidanan . Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung.

Farida, D. (2017). Pemberian Metode Kangaroo Mother Care (KMC) Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh Dan Berat Badan Bayi
BBLR Di Ruang Antyelir Rumah Sakit Umum RA Kartini Jepara, (4). JPK. Jurnal Profesi Keperawatan Akademi
Keperawatan Krida Husada Kudus. https://journal.umtas.ac.id/index.php/bimtas/article/download/1635/814/6133

Hastuti, P. (2018). Pendidikan Kesehatan Meningkatkan Praktik Perawatan Metode Kanguru (PMK) Pada Ibu Nifas Dengan
Bayi Berat Lahir Rendah, (7). Jurnal Riset Kesehatan. https://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jrk/article/view/3213/874.
|
Kamila, L. (2020). Perawatan Metode Kanguru (PMK) Sebagai Pengganti Inkubator Untuk Bayi Prematu, (3). Jurnal Soshum
Insentif.
https://jurnal.lldikti4.or.id/index.php/jurnalsoshum/article/view/227#:~:text=Perawatan%20Metode%20Kanguru%
20(PMK)%20merupakan,kulit%20ibu%20dengan%20kulit%20bayi.

Kamila, l. (2020). Perawatan Metode Kanguru (PMK) Sebagai Pengganti Inkubator Untuk Bayi Prematur. Jurnal Soshum
Insentif, (3). https://jurnal.lldikti4.or.id/index.php/jurnalsoshum/article/view/227

Kamilah, D. D. (2020 ). Pertumbuhan Anak Umur 6-24 Bulan Dengan Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Journal Of
Midwifery And Public Health, (2) (1). https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/mj/article/view/3534

Nining Caswini, Y. R. (2021). Perawatan Metode Kanguru (PMK) Dapat Mempercepat Proses Penyapihan Penggunaan High
Flow Nasal (HFN) Pada Bayi Prematur, (7). NURSCOPE, Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan.
https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jnm/article/view/15887/5546

36
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024

Novitasari, A. (2020). Pencegahan Dan Pengendalian BBLR Di Indonesia : Sistematic Review, (2). Bidang Ilmu : Kesehatan
Masyarakat. https://doi.org/10.52021/ijhd.v2i3.39

Novitasari, A. (2020). Pencegahan Dan Pengendalian BBLR Di Indonesia : Systematic Review, (2). Indonesia Journal Of
Health Development. https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/39

Nugraeny, L. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) Terhadap Kenaikan Suhu Tubuh Pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di Mitra Medika Medan Tahun 2019. Al Ulum Seri Sainstek, (8).
https://ejurnal.univamedan.ac.id/index.php/alulum/article/view/205

Nurlaila, Utami, dkk. (2019). Buku Panduan Perawatan Metode Kangaroo. In Leutikaprio. Leutikaprio.com

Potter, P. A. (2009). Fundamental of Nursing, 7th Edition. Jakarta: Salemba Medika.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2018), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id./resources/download/inforterkini/materi

Sari, R. S. (2022). Peningkatan Pengetahuan Perawatan Bayi Dan Pelaksanaan Metode Kangguru Pada Orang Tua Bayi BBLR
Melalui Pendidikan Kesehatan, (6). Jurnal Masyarakat Mandiri.
https://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm/article/view/8403
Jahriani, N., Maryaningsih, M., Vera, Y. Y., & Sulaiman, S. (2022). Pkm Edukasi Personal Hygien Pada Balita di TK ABA
2. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Digital, 31-38.
https://ejournal.insightpower.org/index.php/JUPED/article/view/152
Sinta, L. E. (2919). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi Dan Bayi. Siduarjo: Indomedika Pustaka .

Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Jakarta: Rufaida LQ.

Solehati, T. (2018). Kangaroo Mother Care Pada Bayi Berat Lahir Rendah : Sistematik Review . PROMOTIF : Jurnal
Kesehatan Masyarakat.

Suryani, E. (2020). Bayi Berat Lahir Rendah Dan Penatalaksanaan. Kota Kediri Jawa

Tetti, dkk. (2018). Kangaro Mother Care Pada BBLR. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1).
http//journal.stikeskendal.ac.id/idex.php/Keperawatan

Yunita Syaiful, M. (2018). Perawatan Metode Kanguru Meningkatkan Keberhasilan Pemberian ASI pada BBLR, (4) (3).
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal. http://doi:10.5281/zenodo.1402279

Wong, D. L., Whaly. (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Ahli Bahasa Sunarno, Agus dkk. Edisi 6(1). Jakarta :
EGC.

37

Anda mungkin juga menyukai