Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN ANALISIS JURNAL

“Contributions of the nursing team in the second stage of the


Kangaroo-Mother Care Method: Implications for hospital
discharge of the newborn”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh:

Alsa Billah Septiva 18/438227/KU/21057


Indah Dwi Nura 18/438234/KU/21064
Miftakhul Jannah 18/438239/KU/21069

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kualitas
kesehatan masyarakat di suatu negara. Salah satu penyebab utama kematian
bayi adalah bayi berat lahir rendah. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia
(15,5%) dari seluruh kelahiran merupakan Bayi Berat Lahir Rendah BBLR
(BBLR) dan 95,6% diantaranya merupakan bayi yang dilahirkan di negara-
negara berkembang (WHO, 2004). Angka kematian BBLR masih sangat tinggi
dalam laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dari state of the
world mother (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian
neonatus disebabkan oleh BBLR. Menurut SDKI 2002-2003, angka kematian
bayi di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup.
Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi terhadap masalah-masalah penyebab
kematian bayi untuk mendukung upaya percepatan penurunan angka kematian
bayi di Indonesia.
Terkait dengan hal tersebut, bentuk intervensi yang dilakukan dalam
penanganan BBLR selama ini adalah berupa perawatan dengan inkubator.
Penggunaan inkubator untuk merawat BBLR memerlukan biaya yang cukup
tinggi atau relatif mahal. Negara-negara berkembang termasuk Indonesia akan
dihadapkan pada masalah kekurangan tenaga terampil, biaya pemeliharaan alat,
serta logistik. Akibat terbatasnya fasilitas inkubator, tidak jarang satu inkubator
ditempati lebih dari satu bayi, sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi nosokomial di rumah sakit. Selain itu, penggunaan inkubator dinilai
menghambat kontak dini ibu-bayi dan pemberian air susu ibu (ASI), serta
berakibat ibu kurang percaya diri dan tidak terampil merawat bayi BBLR.
Untuk mengatasi masalah diatas pada tahun 1983 dua ahli neonatologi
dari Colombia menemukan perawatan metode kanguru (PMK) untuk
mengatasinya. Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi BBLR
dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim sehingga
memberi peluang BBLR untuk beradaptasi dengan baik di dunia luar.
Perawatan metode kanguru (PMK) atau Kangaroo Mother Care (KMC) telah
terbukti mengurangi angka kematian, infeksi, meningkatkan pertumbuhan,
tingkat menyusui, meningkatkan thermostasis dan meningkatkan ikatan ibu
bayi. Konsep perawatan metode kanguru ini telah diambil dan dimodifikasi agar
dapat mengatasi perbedaan pengaturan kebutuhan baik di Negara berkembang
maupun di negara maju. Oleh karena itu dalam rangka menurunkan AKB
karena BBLR maka WHO telah menganjurkan untuk penerapan perawatan
metode kanguru yang pelaksanaannya sangat mudah dilakukan oleh masyarakat
asalkan memenuhi persyaratan.
Perawatan metode kanguru merupakan salah satu cara perawatan
BBLR yang lebih meningkatkan kontak batin ibu dan bayi dibandingkan
dengan menggunakan incubator yang membuat ibu dan bayinya terpisah. Ibu
adalah orang yang paling dekat dengan bayi dan bertanggungjawab dalam
merawat bayi. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap ibu tentang perawatan
BBLR secara tidak langsung dapat meningkatkan kesehatan BBLR. Kesiapan
serta keikutsertaan orangtua akan sangat mendukung dalam keberhasilan
perawatan metode kanguru. Peran keluarga seperti sikap, perilaku dan
partisipasi keluarga dipandang sebagai naluri untuk melindungi anggota
keluarga yang sakit, dengan demikian peran serta keluarga sangat penting bagi
setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga mulai dari segi strategi
pencegahan sampai fase rehabilitasi. Metode PMK ini kemudian diadaptasi
dalam program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) menjadi salah satu
dari 10 langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.
Dalam pengelolaannya perawatan metode kanguru bisa sangat
bervariasi di masing-masing rumah sakit. Hal ini bisa dilihat dari aspek jenis
layanan yang tersedia, kompetensi SDM (sumber daya manusia), serta fasilitas
dan sarana yang ada. Berdasarkan pedoman pelayanan kesehatan BBLR dengan
PMK di RS dan jejaringnya, pengelolaan PMK di RS dikoordinir oleh tim pokja
(Kelompok Kerja). Selain itu, saya tertarik untuk mengetahui implikasi
keperawatan lanjutan dari PMK yang dapat dilakukan saat merawat BBL
setelah keluar darii rumah sakit dengan menganalisa jurnal yang berjudul
“Contributions of the nursing team in the second stage of the Kangaroo-Mother
Care Method: Implications for hospital discharge of the newborn”.

II. Rumusan Masalah (Pertanyaan Klinis)


Rumusan masalah (pertanyaan klinis) yang dapat diangkat adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana prosedur perawatan dari tahap lanjut Metode Perawatan
Kanguru saat bayi keluar dari rumah sakit
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Berat Lahir Rendah


I. Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir yang berat saat
kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2449 gram
(Prawirohardjo, Sarwono, 2014). Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Depkes
RI, 2009).

II. Etiologi

Penyebab BBLR sangat kompleks. BBLR dapat disebabkan oleh


kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi
keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan
37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup diluar kandungan
dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap, melawan infeksi
dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat (Depkes RI, 2009). Penyebab
BBLR juga dapat dilihat dari beberapa factor:

1. Faktor ibu
a. Penyakit
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR
diantaranya : hipertensi dan ginjal yang kronik, penderita diabtes
mellitus yang berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal didaerah
pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik) anemia berat,
pre-eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih),
hepatitis, IMS, HIV/AIDS, malaria (Depkes RI, 2009)
b. Kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya
perokok, peminum alkohol, pekerja berat, dan pengguna obat terlarang
(Depkes RI, 2009). Rokok merupakan bentuk penyalahgunaan yang
sering dilakukan. Insidensi perempuan hamil yang merokok sekitar
16,3 – 52%, tergantung populasi yang diteliti (Sarwono, 2006).
Merokok selama hamil berkaitan dengan keguguran, perdarahan
vagina, kelahiran prematur, dan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Kejadian BBLR pada ibu perokok adalah dua kali lipat
dibanding yang bukan perokok dan perokok ringan (<5 rokok sehari)
dikaitkan dengan peningkatan kejadian BBLR. Secara keseluruhan
tingkat kejadian BBLR adalah 8,8% untuk kelahiran perokok dan 4,5%
untuk kelahiran bukan perokok. Di antara perokok, tingkat BBLR terus
meningkat dengan meningkatnya konsumsi rokok (Ventura, et al.,
2003).
c. Usia Ibu dan Paritas Ibu
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu dengan usia <20 dan >35 tahun, selain itu jarak kehamilan
yang terlalu pendek (kurang dari 1 tahun) juga mempengaruhi
terjadinya BBLR (Depkes RI, 2009). Paritas ibu juga berperan penting
terhadap penyebab terjadinya BBLR, menurut istilah kebidanan paritas
dibagi dalam 3 kategori yaitu : 1)Primigravida yaitu ibu yang memiliki
satu anak, 2)Multigravida yaitu ibu yang memiliki 2-4 anak,
3)Grandemulti yaitu ibu yang memiliki lebih dari 4 anak.
d. Status Ekonomi Ibu
Status ekonomi ibu juga sangat berpengaruh terhadap penyebab
terjadinya BBLR antara lain: keadaan ibu yang sangat miskin, beratnya
kurang, dan status gizinya kurang ( Depkes RI, 2009).
e. Umur Kehamilan
Menurut Teori Prawirohardjo tahun 2005 makin rendah masa gestasi
dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan
mortalitasnya.
f. Faktor uterus dan plasenta
Kelainan pembuluh darah (hemangioma), insersi tali pusat yang tidak
normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfuse dari kembar yang
satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta lepas (Prawirohardjo,
Sarwono, 2005 )
g. Faktor janin
Bayi ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes, sifilis ;
TORCH ) (Prawirohardjo, Sarwono, 2005).

Selain itu juga ada faktor janin lain yang dapat menyebabkan BBLR adalah :

a. Premature
Bayi prematur adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia
kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu dari waktu perkiraan
persalinan.
b. Hidramnion
Hidramnion adalah jumlah air ketuban melebihi 2000 cc sering terjadi
pada kehamilan kembar. Pada kehamilan kembar, janin dengan
jantung kuat mengakibatkan hidramnion karena pengeluaran air
kencingnya lebih banyak.
c. Kelainan Kromosom
III. Komplikasi pada BBLR
1. Asfiksia
BBLR kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses
adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir.
BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi.
2. Gangguan napas
Gangguan napas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah
penyakit membrane hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah
aspirasi mekonium. BBLR yang mengalami gangguan napas harus
segera dirujuk ke fasilitas rujukan yang lebih tinggi.
3. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan system pengaturan
suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metode kanguru dengan
“kontak kulit dengan kulit” membantu BBLR tetap hangat.
4. Hipoglikemi
Karena hanya sedikitnya simpanan energy pada bayi baru lahir dengan
BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan
minum sangat sering ( setiap 2 jam ) pada minggu pertama.
5. Masalah pemberian ASI
Karene ukuran tubuh BBLR sangat kecil, kurang energi, lemah,
lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap. BBLR sering mendapatkan
ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang
lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan berat
lahir > 2000 gram umumnya bisa langsung menetek.
6. Infeksi
Karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Keluarga dan
tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan tindakan
pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik.
7. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi) karena fungsi hati belum matang.
BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang
cukup beratnya.
8. Masalah perdarahan
Berhubungan dengan belum matangnya system pembekuan darah saat
lahir. Pemberian injeksi vitamin K 1 dengan dosis 1 mg intramuskuler
segera sesudah lahir (dalam 6 jam pertama) untuk semua bayi baru lahir
dapat mencegah kejadian perdarahan ini. Injeksi ini dilakukan dipaha
kiri.

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) antara lain :

1. Gangguan perkembangan

2. Gangguan pertumbuhan

3. Gangguan penglihatan (Retinopati)

4. Gangguan pendengaran

5. Penyakit paru kronis


6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

B. Perawatan Mother Kangaru


I. Definisi

Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kangguru (PMK)


adalah kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus serta
dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannnya adalah agar bayi
kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau bayi telah stabil.
KMC dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi
tetap dapat di rawat dengan KMC meskipun belum dapat menyusu, berikan ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum.

Meski namanya kanguru, metode ini bukan berasal dari Australia, metode
ini meniru perilaku binatang asal Australia yang menyimpan anaknya di
kantung perutnya, sehingga diperoleh suhu optimal bagi kehidupan bayi.
Metode ini asalnya bukan dari Australia melainkan dikembangkan di Kolombia.

II. Prinsip Perawatan Metode Kangguru

Prinsip metode ini adalah menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam
inkubator dengan meniru kanguru. Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang
mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan
optimal (36,5oC- 37,5oC). Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak langsung
kulit bayi dengan secara terus-menerus.Bayi yang dapat bertahan dengan cara
ini adalah yang keadaan umumnya baik, suhu tubuhnya stabil (36,5oC- 37,5oC)
dan mampu menyusui dengan baik. Metode ini dihentikan jika bayi telah
mencapai bobot badan minimal 2500 g dan suhu tubuh optimal 37oC, dan bayi
bisa menyusui dengan baik.

III. Tujuan metode kanguru

Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan
mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal. Suhu optimal ini diperoleh
dengan kontak langsung secara terus menerus.
IV. Manfaat Perawatan Metode Kangguru

Beberapa penelitian menyebutkan metode ini memberikan manfaat yang


dapat dirasakan langsung oleh bayi dan ibu :

1. Untuk meningkatkan Berat Badan terutama pada BBLR


2. Menjaga kehangatan, agar suhu tubuh bayi tetap normal. Suhu optimal
didapat lewat kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin
contact). Suhu ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah.
3. Mempercepat pengeluaran ASI dan meningkatkan keberhasilan menyusui
sehingga Inisiasi Menyusu Dini juga akan cepat tercapai dalam tahap
metode ini dan apabila ASI sudah keluar manfaat ekonomis juga akan
dirasakan. Ibu selain mudah, praktis dan murah dapat meyusui bayinya,
tidak perlu juga membeli susu formula yang harganya cukup mahal.
4. Menjalin ikatan batin antara ibu dan bayi.
5. Metode ini tentunya akan lebih mendekatkan ikatan batin ibu dan si bayi,
karena apabila bayi berada di inkubator, tentunya hubungan bayi dan ibu
akan ”terbatas”. Dengan metode KMC ini akan diketahui pengaruh kontak
langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti skin to skin contact. Bayi akan merasa aman dan puas
karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung
ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. Bayi dapat
merasakan sentuhan lembut ibu, ungkapan rasa sayang dan perhatian
seorang ibu. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu, menurut
penelitian, menunjukkan kenaikan berat badan yang cepat dari pada jika si
bayi jarang disentuh.
6. Perlindungan dari infeksi
7. Mengurangi lama menangis pada bayi
8. Dapat mengurangi biaya rumah sakit.
9. Hal ini berkaitan dengan penggunaan ikubator di rumah sakit yang cukup
mahal, sehingga dengan menggunakan asuhan metode kangguru dapat
mengurangi biaya rumah sakit.
10. Metode bisa dilakukan oleh anggota keluarga lain, jika ibu perlu istirahat,
termasuk ayah, saudara,atau petugas kesehatan. Bila tidak ada yang
menggantikan , bayi diberi pakaian hangat atau topi, dan diletakkan di box
bayi dalam ruangan yang hangat.
V. Kekurangan Perawatan Metode Kangguru

Adapun salah satu kekurangan dari asuhan metode kangguru yaitu, Waktu
ibu cenderung lebih banyak digunakan untuk metode ini, sehingga tidak dapat
melakukan aktivitas lain yang lebih berat (sangat aktif).

VI. Kriteria bayi untuk metode kanguru

Adapun kriteria bayi untuk metode kanguru menurut Suriviana adalah:

1. Bayi dengan berat badan ≤ 2000 gram.


2. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai.
3. Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik.
4. Perkembangan selama di inkubator (rumah sakit) baik.

Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan

VII. Langkah-langkah metode kanguru.


1. Persiapan pelaksanaan metode kanguru
a. Persiapan ibu
1) Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi
dengan sabun 2-3 kali sehari.
2) Membesihkan kuku dan tangan
3) Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai
4) Selama pelaksanaan metode kanguru ibu tidak memakai
BH
5) Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain
6) Memakai kain baju yang dapat diregangkan
b. Persiapan bayi
1) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan
kain bersih dan hangat
2) Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok
selama penggunaan metode ini.

Bila metode kanguru dilakukan dengan baju kanguru:

1) badan ibu sudah dalam keadaan bersih, dan dada tidak


terhalang BH
2) Memakaikan topi , popok dan kaos kaki pada bayi
3) Meletakkan bayi diantara payudara, dada bayi menempel
pada dada ibu.
4) Memalingkan kepala ke sisi kanan/kiri dengan sedikit
menengadah
5) Memposisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk ,
seperti katak
6) Memakaikan baju model kanguru, dengan batas kain atas
berada dibawah telinga bayi
7) Mengikat dengan kencang agar ibu dapat beraktivitas
dengan bebas seperti berdiri , duduk , jalan, makan dan
mengobrol
8) Mengenakan pakaian luar sebagai penutup.

Bila metode kanguru dilakukan dengan selendang:

1) Badan ibu sudah dalam keadaan bersih, dan dada tidak


terhalang BH
2) Memakaikan topi , popok dan kaos kaki pada bayi
3) Meletakkan bayi diantara payudara, dada bayi menempel
pada dada ibu.
4) Memalingkan kepala ke sisi kanan/kiri dengan sedikit
menengadah
5) Memposisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk ,
seperti katak.
6) Menggunakan selendang, handuk atau kain lebar yang
dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi.
7) Mengikat dengan kencang agar ibu dapat beraktivitas
dengan bebas seperti berdiri , duduk , jalan, makan dan
mengobrol.
8) Mengenakan pakaian luar sebagai penutup.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode


kanguru.

1) Posisi ibu saat tidur yaitu dengan setengah duduk dengan


meletakkan bantal di belakang punggung ibu.
2) Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau
anggota keluarga yang lain.
3) Dalam pelaksanaan perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi,
pisisi bayi, pemantauan bayi, cara pemberian ASI dan
kebersihan ibu dan bayi
VIII. Waktu Pelaksanaan Metode Kanguru
1. Segera setelah lahir
2. Sangat awal, setelah 10-15 menit
3. Awal, setelah umur 24 jam
4. Menengah, setelah 7 hari perawatan
5. Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2
6. Setelah keluar dari perawatan incubator
IX. Kriteria keberhasilan Perawatan Metode Kanguru
1. Suhu tubuh bayi stabil dan optimal (36,50C -37,50 C)
2. Kenaikan berat badan stabil
3. Produksi ASI adekuat
4. Bayi tumbuh dan berkembang optimal
5. Bayi dapat menetek

C. Langkah Mencari Jurnal


Setelah melihat tema yang menarik yaitu Perawatan Mother Kangaru:
Bayi baru lahir, maka saya mencari jurnal yang digunakan sebagai evidence
based dengan menggunakan metode PICO, berikut penjelasan mengenai PICO
yang kami gunakan.
P : Kangaroo-Mother Care Method; Infant
I : Team; Neonatal Nursing
C : -
O : To know Implications nursing

Setelah menentukan PICO, kami membuka http://libmed.ugm.ac.id/


untuk masuk ke laman ebsco host, kemudian kami masuk ke ebsco host,
kemudian memasukan kata kunci “Team Neonatal Nursing; Kangaroo-
Mother Care Method; Infant”, setelah itu melakukan pembatasan dalam
pencarian yaitu dengan memilih pilihan “full text”, kemudian membatasi tahun
penerbitan jurnal yaitu 5 tahun terakhir dari tahun 2015-2019 lalu memilih
pilihan “search”. Setelah memilih pilihan search, ditemukan 67 jurnal,
selanjutnya melakukan pemilihan jurnal dan setelah melakukan pemilihan dan
terpilihlah jurnal utama yang seuai dengan tema yaitu Perawatan Mother
Kangaru, judul jurnal tersebut adalah “Contributions of the nursing team in the
second stage of the Kangaroo-Mother Care Method: Implications for hospital
discharge of the newborn”.
BAB III

ANALISIS JURNAL

A. Aalisis Jurnal Utama


1. Identitas Jurnal Utama
Judul Contributions of the nursing team in the second stage of
the Kangaroo-Mother Care Method: Implications for
hospital discharge of the newborn
Penulis Isabela Maria Magalhães Sales, José Diego Marques
Santos, Silvana Santiago da Rocha, Márcia Teles de
Oliveira Gouveia, Nalma Alexandra Rocha de Carvalho
Tahun terbit 2018

2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui prosedur perawatan
dari tim keperawatan yang berkontribusi dalam Metode Perawatan Kanguru pada
bayi baru lahir dan kelanjutan dari perawatan di rumah, dan untuk mempersiapkan
brosur penjelasan untuk memandu perawat profesional dalam pengelolaan
perawatan keluar dari rumah sakit.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini kualitatif dan konvergen, dilakukan dengan 17 perawat
profesional dari rumah sakit bersalin rujukan. Data dikumpulkan melalui
wawancara semi-terstruktur dan kelompok fokus dan dianalisis melalui analisis
konten.
4. Hasil analisis
Terdapat kekhawatiran yang relevan tentang penggunaan posisi kangguru,
tentang perawatan prosedur kulit ke kulit dan kebersihan bayi baru lahir, dan
tentang perubahan pernapasan sebagai tanda peringatan untuk intervensi. Sebuah
brosur dikembangkan untuk menunjukkan perawatan penting yang diberikan oleh
perawat profesional tujuannya adalah kelanjutan perawatan kesehatan bayi
prematur atau berat badan yang kurang. Kesimpulan dan implikasi untuk praktik
ini: Tim keperawatan dapat berkontribusi pada stabilitas klinis bayi baru lahir pada
Metode Perawatan Mother Kanguru saat dirumah dan menguraikan intervensi
pendidikan yang menjamin kelanjutan perawatan.
5. Pembahasan
Pada penelitian ini Tim keperawatan menekankan relevansi PKM dan tingkat
kewaspadaan yang harus dijaga di unit perawatan kesehatan. Sejalan dengan hasil
penelitian ini, berdasarkan studi kualitatif lain yang dilakukan oleh profesional
keperawatan di rumah sakit bersalin lainnya menyoroti bahwa pentingnya PKM
harus dibuat jelas kepada ibu melalui bimbingan. Meningkatkan kesadaran pada ibu
melalui pengajaran adalah faktor yang sangat relevan karena dapat memperluas
pemahaman tentang metode ini.

Pengaturan perawatan profesional keperawatan ini penting dalam melanjutkan


stabilisasi dan pemulihan bayi baru lahir saat dirawat di rumah sakit, sehingga
keluarga akan merasa mampu untuk melanjutkan perawatan yang diperlukan
setelah keluar dari rumah sakit. Mengenai evaluasi suhu tubuh, termoregulasi
adalah fungsi organik yang terkait erat dengan baiknya adaptasi kardiovaskular dan
pernapasan bayi baru lahir. Hai ini disebabkan oleh heterogenitas dan relevansi
termoregulasi untuk stabilitas bayi baru lahir, perlu bahwa tim keperawatan
memiliki pengetahuan luas tentang mekanisme yang berkaitan dengan
pemeliharaan suhu tubuh bayi ini.

Dalam hal ini, untuk pengaturan suhu tubuh BBL yang memadai, tindakan
yang diambil di dalam lingkungan rumah sakit untuk mengurangi risiko hipotermia
di antaranya: adanya ruang bersalin yang dipanaskan, praktik pengeringan segera
setelah bayi lahir, pemeliharaan kontak kulit ke kulit yang tidak terputus antara ibu
dan anak, inisiasi menyusui dini, praktik mandi dan penimbangan BB,
pemeliharaan ibu dan bayi bersama untuk waktu yang lama dan pelatihan dan
kesadaran para profesional tentang semua aspek yang disebutkan. Semua aspek
tersebut harus ditekankan pada keluarga sehingga keluarga memastikan stabilitas
termal bayi di rumah.

Mengenai Posisi Kanguru, literatur menyoroti bahwa hal ini dapat


menyebabkan risiko bagi bayi yang baru lahir jika kewaspadaan yang tepat tidak
dijaga. Risiko kehabisan napas adalah salah satu yang paling sering terjadi dan telah
dibuktikan sebelumnya dalam penelitian kualitatif yang mengungkap makna
sosiokultural untuk praktik co-bedding. Sebaiknya, ibu memilih untuk membuat
aturan, seperti tidak tidur di samping bayi, untuk menjamin anak tidak akan
kehabisan napas atau jatuh dari tempat tidur. Namun, meskipun ada risiko, bukti
menunjukkan bahwa tidur di samping bayi telah menjadi metode untuk merangsang
menyusui dan untuk menghindari menyapih lebih awal. Oleh karena itu, tergantung
pada para profesional untuk memutuskan bersama keluarga jika prosedur ini
mungkin direkomendasikan dan apa yang dapat dilakukan untuk memastikan
keselamatan bayi dirumah. Posisi Kanguru juga digunakan pada langkah ketiga
metode ini, dan memastikan kelanjutan perawatan yang telah disediakan
sebelumnya. Posisi ini kurang baik untuk bayi tumbuh; namun mendorong
memunculkan kepercayaan ibu untuk menyusui, selain mendorong ikatan antara
ibu dan anak.

Mengenai kekhususan anak-anak prematur, sistem integumen bayi dipaksa


adaptasi dengan lingkungan ekstra di luar rahim. Dengan demikian, kulit mereka
lebih tipis, lebih rapuh dan masih dalam pengembangan, membuat bayi ini rentan
terhadap kulit lecet dan, akibatnya, berisiko lebih tinggi tertular infeksi dan iritasi
sistemik. Mengingat fakta-fakta itu, penting bagi para profesional keperawatan
berhati-hati agar kulit bayi tetap sehat. Dengan demikian, perawat harus
menemukan cara untuk menerapkan strategi dan menetapkan tujuan bahwa
perlindungan lebih lanjut, pencegahan dan perawatan yang tepat untuk bayi dengan
memberikan perawatan yang komprehensif dan berkualitas. Dalam pengalaman
perawatan seorang profesional keperawatan dengan bayi prematur ada kesulitan
mengenai produk, teknik, bahan dan prosedur, seperti tidak adanya prosedur
perawatan kulit, kurangnya standarisasi bahan untuk bayi prematur sebelum
prosedur invasif. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut dan memberikan
perawatan yang berkualitas, sangat penting untuk menggunakan Keperawatan
Berbasis Bukti, sehingga mengarahkan profesional ke batasan yang masih ada dan
bagaimana mengatasinya, menjadi profesional yang lebih kompeten yang
menyediakan layanan kesehatan berkualitas tinggi.

Salah satu kesulitan yang dihadirkan para ibu saat di rumah perawatan setelah
pulang dari rumah sakit adalah memandikan anak-anak prematur. Penelitian ini
menunjukkan selama nifas individu mandi pertama di akomodasi rumah sakit, para
ibu mungkin mengalami perasaan takut dan gembira terkait momen ini. Kepuasan
lainnya mengacu pada sensasi ingin melakukan tindakan sederhana, seperti
memberikan perawatan pada anak, memandikan anak, mengganti popok dan
menyusui. Kegiatan-kegiatan itu, meskipun sederhana, merupakan hal baru bagi
sang ibu - jadi, perasaan takut itu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang
cara yang benar untuk memegang bayi selama mandi. Aspek lain yang
menyebabkan rasa tidak aman adalah tidak adanya struktur fisik yang memadai,
tanpa bak mandi dan peralatan mandi yang layak. Dalam penelitian ini juga
dijelaskan mengenai perhatian ibu tentang apnea yaitu saat dirumah ibu takut dan
waspada dengan penghentian napas bayi saat mandi. Kekhawatiran seperti itu dapat
diminimalisir melalui pengetahuan. Jadi, sangat penting bagi para ibu untuk
diberitahu tentang apnea, yang mungkin biasa, dan bahwa tidak perlu panik,
walaupun menyoroti bahwa tim keperawatan harus diberi tahu pada kesempatan
tersebut. Sangatlah penting bahwa tim keperawatan tetap memperhatikan
penampilan perubahan pernapasan, mengingat bahwa, meskipun sering kali mereka
tidak menyiratkan risiko prematur dan / atau kesehatan bayi yang kurang berat,
lainnya mungkin ada komplikasi.

Selama periode observasi praksis perawatan yang diberikan oleh para perawat
profesional kepada orang tua, kerabat, dan bayi yang berada di Kanggoroo
Intermediet Care Unit (KICU), banyak kesenjangan dan kesulitan informasi yang
diperhatikan pada hasil kuesioner. Brosur itu diusulkan sebagai intervensi, yang
mencakup praksis perawatan yang disebutkan oleh para profesional keperawatan
dalam kelompok fokus - perawatan yang merupakan dasar bagi kelanjutan
perawatan kesehatan yang memadai untuk bayi prematur dan / atau bayi dengan
berat badan kurang. Diskusi bersama kelompok fokus menciptakan peluang untuk
debar/sharing pendapat tentang prosedur perawatan yang relevan sehingga
menghasilkan materi brosur yang tepat. Oleh karena itu, partisipasi aktif para
profesional di bidang keperawatan diperlukan untuk konsolidasi brosur.
B. Analisis Jurnal Pendukung
1. Identitas Jurnal 2

Judul : Perception Of Mothers On The Applicability Of The


Kangaroo Method
Penulis : Jéssica Machado Dantas, Helder Camilo Leite,
Danielle Lemos Querido, Ana Paula Vieira dos
Santos
Esteves, Viviane Saraiva de Almeida, Micheli
Marinho Melo Cyntia Haase, Thaciane Henriques
Labolita
Tahun Terbit : 2018
Nama Jurnal : Journal Of Nursing

2. TUJUAN
Untuk menganalisis persepsi ibu menggunakan Metode Kanguru pada
penerapannya di Unit Neonatal.

3. METODE
Penelitian ini menggunakan studi kualitatif, deskriptif dan eksplorasi
menggunakan wawancara semi terstruktur sebagai strategi. Penelitian ini
diterapkan pada 11 ibu yang berpartisipasi yang diundang untuk melakukan
wawancara pada hari sebelum pemulangan dari rumah sakit. Kriteria inklusi
sebagai berikut: menjadi ibu dari bayi yang baru lahir dalam kondisi fisik dan
psikologis yang baik untuk diwawancarai; berusia minimal 18 tahun; setuju untuk
berpartisipasi dalam survei dan yang tinggal setidaknya satu minggu di Kangaroo
Infirmary sedangkan kriteria eksklusi sebagai berikut: ibu dengan defisit kognitif
dan tinggal di Unit Kanguru kurang dari satu minggu.

Data dikumpulkan dimulai dari Agustus hingga Desember 2017 melalui


wawancara semi-terstruktur, dengan sembilan pertanyaan terbuka dan tertutup
tentang Metode Kanguru, direkam dengan peralatan multimedia dan dilakukan 24
jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan. Untuk analisis data, wawancara-
mewawancarai, yang didengarkan dan ditranskrip secara penuh oleh salah satu
peneliti. Para peserta diberi kode M sebagai ibu dan nomor yang sesuai dengan
urutan wawancara, yang kemudian nantinya akan dinalisis sesuai kode.

4. HASIL DAN DISKUSI


Persepsi Para Ibu Tentang Penggunaan Metode Kanguru

Sehubungan dengan data klinis yang terlibat dalam penelitian didapatkan


bahwa ada bayi dengan jumlah 9 laki-laki dan 7 perempuan, dengan usia kehamilan
berkisar antara 26 minggu-33 minggu(data dikumpulkan pada hari kelahiran
melalui pemeriksaan Ballard). Ditemukan berat lahir bayi dengan 4 bayi klasifikasi
sebagai berat badan rendah (<2500g), 8 memiliki bobot sangat rendah (<1500g),
dan 4 bayi diklasifikasikan sebagai berat badan sangat rendah (<1000g). Terlihat
bahwa buletin Apgar pada menit pertama kelahiran bervariasi antara 2-9 dan pada
menit kelima berkisar antara 6-9.

Rentang usia ibu yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 4 ibu
berusia antara 18-26 tahun. Lima dari mereka berusia antara 28-35 tahun dan 2
berusia di atas 38 tahun. Status perkawinan dari para ibu yang berpartisipasi telah
diverifikasi; empat ibu sudah menikah dan tujuh ibu lajang; tentang agama, 4 ibu
menyatakan diri mereka Katolik; 9 ibu evangelis dan 2 ibu menyatakan mereka
tidak beragama. Ditemukan bahwa 2 ibu memiliki pendidikan dasar; 4 ibu memiliki
fundamental yang tidak lengkap; 3 ibu sekolah menengah atas; 1 ibu memiliki
sekolah menengah yang tidak lengkap dan 1 ibu yang lebih tinggi. Ditemukan
bahwa 3 ibu memiliki upah minimum sebagai sumber pendapatan, 7 ibu mendapat
upah dari satu hingga tiga upah minimum dan 1 ibu menerima dari tiga hingga lima
upah minimum.

Dalam klasifikasi bayi prematur menurut usia kehamilan diklasifikasikan


menjadi tiga kategori: batas prematur (dengan usia kehamilan antara 35-36
minggu); sedang hingga prematur (antara 30-34 minggu) dan prematur ekstrem
(dengan usia kehamilan di bawah 30 minggu).

Hasil wawancara dilaporkan bahwa 1.) Waktu rawat inap neonatus di


Neonatal Intensive adalah rata-rata. Unit Perawatan berkisar dari 1-5 hari dan 1-3
minggu; 2.) Ibu ditanya tentang pengetahuan sebelumnya mengenai KMC, mereka
tidak mengetahui metode ini; 3.) Tanggapan para ibu ketika belajar tentang Metode
Kanguru adalah antusias inginm mempelajarinya; 4.) Ibu merasa bisa lebih dekat
dengan bayinya dengan melihat keadaan bayi pulih, bertambah berat badan, dapat
merangsang menyusui, dan saling berhubungan satu sama lain. Ibu berpikir di sini
adalah tempat bagi mereka, bisa mendapatkan bantuan, bimbingan, bisa bertanya
apa yang diinginkan dan semacamnya dan ibu mengerti banyak di sini; 5.) Terkait
kelebihan dan kekurangan Metode Kanguru untuk ibu adalah ibu menjawab tidak
melihat adanya kerugian namun keuntungannya adalah saat di ICU dapat mulai
menyusui bayi di dadanya, ada pendekatan/ikatan dengan bayinya dan menyadari
bahwa di sana bayi dirawat dengan baik.

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan persepsi ibu positif


dengan metode KMC. Perawatan ini harus dilanjutkan selama rawat inap bayi baru
lahir di NICU di mana tim multidisiplin harus menjelaskan keadaan kesehatan bayi
baru lahir dan mendorong kontak dengan ibu, mendorong pemberian ASI,
kehadiran orang tua disamping bayi,

Tim multi-profesional dapat memberikan panduan yang diperlukan untuk


ibu-ibu bayi yang dirawat di Rumah Sakit Perawatan Intensif Neonatal selain
perawatan khusus yang ia butuhkan, tim perlu mengedukasi orang tua dengan:
penerimaan, interaksi dan komunikasi tentang keadaan dan prosedur yang
diperlukan untuk membuat bayi stabil; untuk mendorong keterlibatan orang tua
dalam perawatan bayi baru lahir. Metode Kanguru dimasukkan dalam lembaga
kesehatan dengan komitmen tim multi-profesional (perawat, teknisi keperawatan,
dokter, ahli terapi wicara, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, psikolog dan ahli gizi)
untuk memberikan perawatan yang berkualitas dan manusiawi. Terlihat bahwa para
profesional harus memiliki pengetahuan, menerima pelatihan, dilatih dan dihargai
untuk merawat nifas dan bayi yang baru lahir. Oleh karena itu, informasi yang benar
dan tepat antara tim kesehatan multi-profesional dan keluarga sangat penting, untuk
meminimalkan rasa takut yang dirasakan oleh anggota keluarga pada saat yang
penting ini.
Metode Kanguru mencakup 7 sumbu strategis dengan tujuan membimbing
dan memenuhi syarat pengasuhan untuk anak-anak sehingga mereka memiliki
kualitas sejak lahir hingga perkembangan lengkap masa kanak-kanak, mengurangi
risiko penyakit dan mencegah penyakit kronis ketika mereka menjadi dewasa
dengan berikut:

1. Bantuan manusiawi dan berkualitas untuk ibu hamil, kelahiran, kelahiran


dan bayi baru lahir; antara Unit Dasar dan Perhatian Khusus tentang risiko
neonatal dan skrining neonatal
2. Menyusui dan pemberian makanan pendamping ASI yang sehat
3. Promosi dan pemantauan pertumbuhan dan pengembangan integral
4. Perawatan komprehensif untuk anak-anak dengan penyakit yang lazim di
masa kecil dan dengan penyakit kronis dengan Manajemen Terpadu
Penyakit Anak (IMCI)
5. Perawatan komprehensif untuk anak-anak dalam situasi kekerasan,
pencegahan kecelakaan
6. Perhatian pada kesehatan anak-anak penyandang cacat atau dalam situasi
dan kerentanan tertentu
7. Pengawasan dan pencegahan kematian bayi, janin, dan ibu.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas ditekankan bahwa


kelebihan metode KMC adalah meningkatkan ikatan ibu-anak; mengenal
perkembangan neurobehavioral; mendorong menyusui; meningkatkan kompetensi
orangtua dan kepercayaan diri dalam penanganan anak; memberikan kontrol termal
yang lebih baik; meningkatkan hubungan keluarga dengan tim kesehatan;
mengurangi risiko infeksi silang dan infeksi di rumah sakit; mengurangi jumlah
bayi yang ditinggalkan; berkontribusi pada keterikatan antara ibu dan anak;
mengurangi lamanya tinggal di rumah sakit dan mengetahui efek analgesik.

C. Implikasi Keperawatan

Tim keperawatan berkontribusi pada pelayanan kesehatan bayi baru lahir untuk
kepulangan dari rumah sakit, terdiri dari panduan tentang aspek Posisi Kanguru
yang benar, perawatan kulit ke kulit ibu-bayi untuk mecegah hipotermi, kebersihan
bayi dan perubahan pernapasan sebagai tanda waspada kesehatan bayi. Bayi baru
lahir dapat pulang dari rumah sakit jika stabilitas klinisnya tercapai; dengan
demikian, dukungan keperawatan profesional efektif untuk metode ini. Tim
perawat profesional adalah orang-orang yang membimbing orang tua dan anggota
keluarga lainnya melalui perjuangan sehari-hari dalam merawat anak-anak mereka,
yang bertujuan terutama untuk menjawab kemungkinan keraguan melalui
bimbingan dan pengawasan. Dalam hal ini, mereka tidak hanya berkontribusi untuk
pencapaian stabilitas klinis bayi baru lahir saja tetapi juga untuk pengembangan
intervensi pendidikan yang memastikan kelanjutan perawatan bayi yang tepat
setelah keluar dari rumah sakit.

Tindakan yang dikembangkan oleh profesional keperawatan selama langkah


kedua PKM membawa kemajuan penting bagi bidang neonatologi, karena mereka
secara langsung mempengaruhi peningkatan tingkat kelangsungan hidup bayi baru
lahir. Dengan demikian, keperawatan sebagai ilmu memiliki peran penting tidak
hanya pada perawatan kesehatan tetapi juga pada penelitian, mencari metodologi
inovatif dengan dampak yang praktis.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tim keperawatan dapat berkontribusi pada stabilitas klinis bayi
baru lahir pada tahap kedua dari Metode PKM dan menguraikan intervensi
pendidikan yang menjamin kelanjutan perawatan bayi setelah keluar dari
rumah sakit.
B. Saran
Bagi pelayanan kesehatan
1. Perawat dalam melakukan tindakan harus sesuai prosedur rrumah sakit.
2. Perawat melakukan monitoring pada bayi baru lahir dengan rutin
3. Perawat memberikan informasi tentang metode PKM di rumah kepada ibu
dan keluarga lainnya dengar tepat dan benar. Didukung oleh pengetahuan
yang luas yg dimiliki oleh perawat
4. Perawat bekerjasama dengan tim medis lain jika terjadi komplikasi/masalah
kesehatan pada bayi baru lahir
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hazmi Hamdan. 2015. Role of duration of catheterization and length of hospital


stay on the rate of catheter-related hospital-acquired urinary tract infections.
Research and Reports in Urology 2015:7 41–47.
http://dx.doi.org/10.2147/RRU.S75419

Arif. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan. Nuha Medika.Yogyakarta.


Atikah Preverawati & Cahyo Iamawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah.
Nuha Medika. Yogyakarta.

Deslidel, Hajjah. 2011. Asuhan neonatus, bayi, dan balita. Jakarta:EGC.


Pantiawati ika. 2010. Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).Nuha
Medika. Yogyakarta.

Sudarti & Afroh .F. 2013. Asuhan Keperawatan Neonatus Resiko Tinggi dan
Kegawatan.Yogyakarta. Nuha Medika.

Rahmawati. 2011. Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru Pada Ibu Yang


Memiliki BBLR Di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Jakarta. Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat.Jakarta.

Debora oda. 2013. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Salemba Medika.
Jakarta.

Depkes, RI. 2009. Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Dengan Perawatan Metode Kanguru di Rumah Sakit dan
Jejaringnya. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Derwita, Besral, Yuni Rustina. 2011. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru


terhadap Respons Fisiologis Bayi Prematur. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. Volume 5, Nomor 5, April 2011.

Dyah Puji A, Siti Mutoharoh,Rina Priyanti. 2015. Pengaruh Penetapan Metode


Kanguru Dengan Peningkatan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di
Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Gombong. Jurnal Involusi Bidan. Vol
5, No. 9, Januari 2015.
Elisabeth, Siwi W. 2015. Konsep Dan Asuhan Kebidanan Maternitas Dan
Neonatal. Pustaka Baru Pres. Yogyakarta.

Suharti & Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan
Anak Balita. Nuha Medika. Yogyakarta

Proverawati, Ismawati. 2010. BBLR.Yogyakarta: Nuha Medika.


Dewi Lia Nanny Vivian. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Salemba Medika.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai