Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

BBLR DI RUANGAN PENGUIN RSU


ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH :

FITRIYAH ANGRAINI, S.Kep.


2021032026

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
BBLR adalah kondisi dimana bayi lahi dengan berat badan yang
rendah di bawah 2500 gram.Hal ini terjadi akibat kurang asupan gizi yg di
konsumsi pada ibu selama mengandung, kelahiran premature dan tidak
cukup bulan, menderita penyakit berat sehingga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.Bayi resiko
tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain. Resiko tinggi
menyatakan bahwa bayi harus mendapat pengawasan ketat oleh dokter
dan perawat yang telah berpengalaman. Lama masa pengawasan biasanya
beberapa hari tetapi dapat berkisar dari beberapa jam sampai beberapa
minggu. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai
usia 28 hari (neonatus).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Arief dan Weni, 2016)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam pengukuran BBLR
jugaterdapatpada PedomanPemantauan Wilayah Setempat (PWS)gizi.
Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR) bayi yang lahir
dengan beratkurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai
hari ke tujuhsetelahlahir (Putra,2012)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada
bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, 2017).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir (Nurarif, 2017)

2. EPIDEMIOLOGI
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit
dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan sampai kematian,
seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis,
trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan
kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada
pemeriksaan dengan (MTBM) Manajemen Terpadu Bayi Muda (Profil
Kesehatan Indonesia 2017). Salah satu faktor yang memiliki konstribusi
tinggi terhadap kematian bayi khususnya pada saat perinatal yaitu bayi
BBLR.
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun
2014 menyatakan angka kematian neonatal termasuk BBLR menyumbang
sebanyak 59% kematian bayi. Angka kejadian BBLR di seluruh Indonesia
jumlahnya sangat bervariasi, berkisar antara 9%-30% diperoleh dari hasil
studi di 7 daerah multicenter, dengan rentang 2,1% - 17,2%. Secara
nasional menurut angka kejadian BBLR sekitar 7,5%, dimana angka
tersebut belum mencapai sasaranprogram Indonesia Sehat 2017 yaitu
maksimal 7%. Salah satu faktor resiko terjadinya bayi BBLR terbesar
disebabkan oleh kelahiran premature. Bayi belum memiliki pengaturan
suhu tubuh yang sempurna dan harus dilindungi dari perubahan suhu
lingkungan yang ekstrim. Bayi yang lahir premature dengan BBLR
memiliki permukaan tubuh yang luas sedangkan jaringan lemak subkutis
yang lebih tipis menyebakan penguapan berlebih ditambah dengan
pemaparan dari suhu luar yang menyebabkan hipotermi.
Masalah jangka panjang yang timbul pada bayi BBLR jika tidak
mendapat perawatan yang tepat akan berakibat fatal pada
perkembangannya. Bila dapat bertahan hidup akan dijumpai kerusakan
saraf, gangguan bicara, hiperakti, tingkat kecerdasan rendah, masalah
fisik seperti penyakit kronis paru, gangguan penglihatan (retinopati), dan
kelainan kongenital. Penatalaksanaan yang tepat pada bayi BBLR
diantaranya yaitu memberikan edukasi kepada orang tua tentang
perawatan metode kanguru, cara memandikan bayi yang tepat, cara
menjaga suhu bayi agar tetap hangat dan perawatan menggunakan
incubator.
3. PENYEBAB
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2017), berikut ini faktor-faktor
yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut:
a) Faktor Ibu
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat,
pendarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat,
eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan
ginjal) dan menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, HIV/AIDS, TORCH
2) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
3) Kehamilan ganda (multi gravida)
4) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek
5) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
b) Keadaan Sosial Ekonomi
1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah
2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
3) Keadaan gizi yang kurang baik
4) Pengawasan antenatal yang kurang
5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang
lahir dari perkawinan yang sah.
c) Sebab Lain
1) Ibu perokok
2) Ibu peminum alkohol
3) Ibu pecandu obat narkotik
4) Penggunaan obat antimetabolik
d) Faktor Janin
1) Kelainan kromosom (Trisomy autosomal)
2) Infeksi janin kronik
3) Disautonomia familial
4) Radiasi
5) Kehamilan ganda/kembar (Gameli)
6) Aplasia pankreas
e) Faktor Plasenta
1) Berat plasenta berkuran atau berongga atau keduanya
2) Luas permukaan berkurang
3) Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite)
4) Infark
5) Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa)
6) Plasenta yang lepas
7) Sindrom plasenta yang lepas
f) Faktor Lingkungan
1) Bertempat tinggal di daratan tinggi
2) Terkena radiasi
3) Terpapar zat beracun

4. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil
sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang
pada bayi prematur.Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-
paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi.Sebagai akibatnya
sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum
kematian.Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan
dan absorpsi makanan yang inadekuat.Bila prematuritas bayilebih dari
dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu
inadekuat.Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature
harus menjalani diet rendah lemak.Lebih jauh lagi, bayi premature
memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh
karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut
dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang
berat pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG
gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk
antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system
integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet,
system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu
mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang
bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat
pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga
beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh.

5. KLASIFIKASI
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2017), ada beberapa cara
mengelompokan bayi BBLR, yaitu:
a. Menurut harapan hidupnya:
1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir 1.500-2.500 gram
2) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang
lahir dengan berat lahir <1.500 gram
3) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang
lahir dengan berat lahir <1.000 gram
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasinya berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi
lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan di karenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan.
3) Menurut Renfield dalam Maryunani(2018) IUGR dibedakan
menjadi dua yaitu:
a) Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distres
yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi
lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran kepala dalam
proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya.
b) Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena
distres sub akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir

6. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2017), bayi yang lahir dengan
berat badan rendah mempunyai ciri-ciri:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepalasama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30 cm.
d. Rambut lanugo masih banyak
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
h. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun
ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada
bayi laki-laki)
i. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah
j. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
k. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jaringan lemak masih kurang l. Verniks kaseosa tidak ada atau
sedikit bila ada

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan diagnostic/penunjang dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat
sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun
bila adasepsis)
b. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragicperinatal).
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebih ).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya
g. Pemeriksaan analisa gas darah.

8. THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN
Adapun terapi atau pentalaksanaannya seperti berikut :
a. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator.
b. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut, pakai topi untuk
menghindari kehilangan panas.
c. Pelestarian suhu tubuh : Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai
kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang
secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d
37
d. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang
minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama.
Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar
2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari
2000 gram.

e. Inkubator : Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam


incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau
“lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk
bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil.
Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
f. Pemberian oksigen : Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah
serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan
surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang
panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan.
g. Pencegahan infeksi : Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai
system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit
atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan
gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar
bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
h. Pemberian makanan : Pemberian makanan secara dini dianjurkan
untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan
hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan
menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative
memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke
paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan
kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum
yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena
cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam
alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya. 19
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahiryang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan pertama kali adalah
pengkajian. Dalam pengkajian diperlukan biodata dan data menunjang
diagnosa. Data yang didapatkan harus langsung dari pasien dan keluarga
pasien itu sendiri. Data yang diperlukan berupa nama, jenis kelamin,
umur, pekerjaan, agama, dan lain sebagainya.
a. Keluhan utama : keluhan yang dikatakan keluarga pasien yang
menjadi alasan klien masuk RS.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan
apakah spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi
c. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia
membatasi intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum
sempurna, selain itu bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi
pneumoni. Pola eliminasi : umumnya bayi mengalami gangguan
BAB karena organ tubuh terutama pencernaan belum sempurna.
Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi harus menjaga
kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya
terganggu karena bayi sesak napas.
d. Pemeriksaan fisik :
1) Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara
periodik, adanya tanda distres :warna buruk, mulut terbuka,
kepala teranggukangguk, meringis, alis berkerut.
2) Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung),
kesimetrisan, adanya insisi, selang dada, penggunaan otot
aksesoris : pernapasan cuping, hidung, atau substernal,
interkostal, atau retraksi subklavikular, frekuensi dan keteraturan
pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi napas : stridor,
krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok, keseimbangan
bunyi napas.
3) Sirkulasi : Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur
dalam batas normal(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat
didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten(PDA).
4) Makanan/cairan : Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
5) Neurosensori : Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak
gendut. Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh,
sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau
terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia
gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32;
koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas
biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen
pertama dari refleks Moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas
dengan membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke 28;
komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat
didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
6) Pernafasan : Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin
dangkal, tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau
periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat
sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi,
menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
7) Keamanan : Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis
mungkin lemah. Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput
suksedoneum.
8) Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.
muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin
tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua
atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
9) Seksualitas : Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih
besar dari labia mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria
mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada
skrotum.
PATHWAY

Etiologi

Faktor ibu Faktor janin


Faktor plasent
Gizi kurang,merokok Infeksi dalam rahim
dll Gangguan sirkulasi uterus
plasenta

Pelepasan efinefrin dan Produk bakteri: endoktosin


Suplai nutrisi dan oksigen ke
norefinefrin
janin tidak adekuat

Produksi sitokin dan


Vasokontriksi prostaglandin meningkat
Gangguan pertumbuhan intra
uteri
Jumlah pengaliran darah ke Kontraksi uterin dan
uterus menurun rupture premature

BBLR

Refleks menelan belum Imaturitas paru Prematuritas Penanganan Kurang


sempurna dan imaturitas dan neuromuscular medis terpajan
system pencernaan informasi
Imaturitas imunulogis

Vaskuler paru Prosedur invasif


Ketidakmampuan
mencerna nutrisi imatur Resiko infeksi Ansietas
(orang
tua)
Insufisiensi pernapasan
Kekurangan Fungsi organ-organ
cadangan energy belum sempurna
Regulasi pernapasan
tidak teratur
Konjugasi
Malnutrisi
bilirubin belum
Ketidakefektifan pola sempurna
nafas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Hiperbilirubinemia neonatal
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan
b. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
c. Resiko infeksi
d. Ansitas berhubungan dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi
e. Hiperbilirubinemia neonatal berhubungan dengan bayi malnutrisi

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIANGOSA TUJUAN INTERVENSI


RASIONAL
DX KEPERAWATAN (NOC) (NIC)

1 Ketidakefektifan NOC : Respiratory 1. Letakkan bayi 1. Memberi rasa


pola napas terlentang dengan nyaman dan
berhubungan Tujuan: Kebutuhan O2 alas yang data, mengantisipasi flexi
kepala lurus, dan
dengan keletihan bayi terpenuhi Kriteria: leher yang dapat
leher sedikit
otot pernapasan tengadah/ekstensi mengurangi
1. Pernafasan normal kelancaran jalan
dengan meletakkan
40-60 kali bantal atau selimut nafas.
permenit. diatas bahu bayi 2. Jalan nafas harus
sehingga bahu tetap dipertahankan
2. Pernafasan teratur. terangkat 2-3 cm bebas dari lendir
3. Tidak cyanosis. 2. Bersihkan jalan
untuk menjamin
nafas, mulut, hidung
4. Wajah dan seluruh pertukaran gas yang
bila perlu.
tubuh Berwarna 3. Observasi gejala sempurna.
kardinal dan tanda- 3. Deteksi dini adanya
kemerahan (pink
tanda cyanosis tiap kelainan.
variable). 4 jam 4. Mencegah terjadinya
5. Gas darah normal 4. Kolaborasi dengan hipoglikemia
team medis dalam
      PH = 7,35 – 7,45
pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar
      PCO2 = 35 mm Hg gas darah arteri

      PO2 = 50 – 90
mmHg
2 Ketidakseimbangan NOC : 1.Lakukan observasi 1. Deteksi adanya
kebutuhan nutrisi : BAB dan BAK kelainan pada
kurang dari Nutrition jumlah dan frekuensi eliminasi bayi dan
kebutuhan tubuh serta konsistensi. segera mendapat
berhubungan Tujuan:Kebutuhan 2.Monitor turgor dan tindakan / perawatan
dengan ketidak nutrisi terpenuhi mukosa mulut. yang tepat
mampuan 3.Monitor intake dan 2. Menentukan
mencerna nutrisi Kriteria out put. derajat dehidrasi dari
karena imaturitas. 4.Beri ASI/PASI sesuai turgor dan mukosa
1.Bayi dapat minum kebutuhan. mulut
pespeen / personde 5.Lakukan control berat 3. Mengetahui
dengan baik. badan setiap hari. keseimbangan cairan
6.Lakukan control berat tubuh (balance)
2.Berat badan tidak
badan setiap hari. 4. Kebutuhan
turun lebih dari 10%. nutrisi terpenuhi
3.Retensi tidak ada. secara adekuat.
5. Penambahan
dan penurunan berat
badan dapat di
monito
6. Penambahan
dan penurunan berat
badan dapat di
monitor
3 Resiko infeksi NOC : 1. Lakukan teknik 1. Pada bayi baru lahir
aseptik dan antiseptik daya tahan tubuhnya
Risk Infection
dalam memberikan kurang / rendah.
Tujuan: asuhan keperawatan 2. Mencegah
2. Cuci tangan sebelum penyebaran infeksi
Selama perawatan tidak dan sesudah nosokomial.
terjadi komplikasi melakukan tindakan. 3. Mencegah masuknya
(infeksi) 3. Pakai baju khusus/ bakteri dari baju

Kriteria short waktu masuk petugas ke bayi


ruang isolasi (kamar 4. Mencegah terjadinya
1. Tidak ada tanda- bayi) infeksi dan memper-
tanda infeksi. 4. Lakukan perawatan  cepat pengeringan ta
2. Tidak ada tali pusat dengan pusat karena 
gangguan fungsi triple dye 2 kali mengan-dung anti
tubuh. sehari. biotik, anti jamur,
5. Jaga  kebersihan desinfektan.
(badan, pakaian) dan  5. Mengurangi media
lingkungan bayi. untuk pertumbuhan
6. Observasi tanda- kuman.
tanda infeksi dan 6. Deteksi dini adanya
gejala cardinal kelainan
7. Hindarkan bayi 7. Mencegah terjadinya
kontak dengan sakit. penularan infeksi.
8. Kolaborasi dengan 8. Mencegah infeksi
team medis untuk dari pneumonia
pemberian antibiotic 9. Sebagai pemeriksaan
9. Siapkan pemeriksaan penunjang
laboratorat  sesuai
advis dokter yaitu
pemeriksaan DL,
CRP.

Setelah dilakukan 1) Gunakan 1. mengetahui tanda


4. tindakan kepeawatan pendekatan yang ansietas
Ansitas
diharapkan ansietas tenang dan 2. membantu dalam
berhubungan mencipatakan sikap
dapat teratasi dengan meyakinkan
dengan saling percaya
kriteria hasil : 2) Nyatakan dengan
kebutuhan yang 3. membantu klien
jelas harapan
tidak terpenuhi 1) Tidak adanya merasa lebih nyaman
terhadap perilaku
perasaan gelisa
klien 4. agar klien
2) Tidak adaanya mengetahui tentang
3) Berada di sisi klien
wajah tegang kondisinya
untuk meningkatkan
3) Dapat beristirahat 5. mecegah dan
rasa aman dan
4) Tidak adanya menobati sesuai
mengurangi indikasi medis
masalah perilaku
ketakutan
Tidak adanya
4) Dengarkan klien
rasa cemas yang
5) Puji/kuatkan
di sampaikan
secara lisan perilaku yang baik
secara tepat
6) Ciptakan atmosfer
rasa aman untuk
meningkatkan
kepercayaan
Instrukskan klien
untuk
menggunakan
teknik relaksasi

Setelah dilakukan 1) Amati tanda-tanda 1) Agar serum biliribun


5.
tindakan peawatan ikterus tingkat sebagai
Hiperbilirubinemia protokol sesuai atau
diharapkan 2) Meninjau sejarah
neonatal permintaan praktis
berhubungan Hiperbilirubinemia ibu dan bayi
primer
dengan bayi neonatal dapat 3) Memonitor tanda-
malnutrisi tanda vital sesuai 2) Untuk faktor risiko
teratasi dengan
protokol atau sesuai untuk
Kriteria hasil: hiperbilirubinemia,
kebutuhan
3) Ubah posisi bayi setia
4) Amati tanda-tanda 4 jam atau per protocol
1. Menyusui secara
dehidrasi
mandiri
( misalnya,depresi 4) mendorong 8 kali
2. Tetap ubun-ubun,turgor kulit menyusui perhari
mempertahankan mengerut,kehilangan
laktasi pertumbuhan berat badan) 5) Intstruksikan keluarga
dan perkembangan timbangan setiap hari pada fototerapi di rumah
yang ssuai
bayi dalam batas 5) Dorong keluarga
normal untuk berpartisipasi
3. Mengetahui tanda- dalam terapi cahaya
tanda penurunan
suplai ASI
4. Ibu mampu
mengumpulkan dan
menyimpan asi secara
aman
5. Kemampuan
penyedia perawatan
untuk
mencairka,mengawas
i,dan menyimpan ASI
secara aman

DAFTAR PUSTAKA

Kosim, M.Sholeh dkk. (2017). Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia

Latifah A.(2017).Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
dengan Hipotermia di Ruangan Perinatologi RSUD Bangli Pasuruan. Prodi D
III Keperawatan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Supriyantoro, dkk. (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan


Republik.

Anda mungkin juga menyukai