Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBLR


Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
Dosen: Tinuk Esti Handayani, SST, M.Kes

Disusun oleh :
1. Artinta Sun Servanda (P27824211001)
2. Arum Rizky A. (P27824211002)
3. Dearisma Budiarni (P27824211003)
4. Desi Fitri Wulansari (P27824211004)
5. Devina Sulistyaningrum (P27824211005)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penurunan mortalitas perinatal yang terjadi dengan perbaikan
perawatan obstetric dan neonatus disertai pengurangan jumlah anak cacat.
Sebagian besar BBLR diharapkan dapat bertahan hidup sebagai individu yang
normal tetapi sebagian besar dari mereka tidak dapat bertahan hidup karena
faktor biaya antara 10 – 30 % bayi dapat bertahan berat badan < 1 kg saat lahir
menderita cacat besar.
BBLR sangat membutuhkan penanganan khusus karena bayi BBLR
sangat rentan terjadi infeksi maupun hipotermi. Banyak kasus-kasus yang ada
hubungan dengan bayi BBLR ini maupun bayi-bayi bermasalah lainnya dan
ini sangat utama sekali karena dapat berakibat pada bayi itu sendiri yaitu akhir
dari segalanya adalah kematian. Angka perfalensi BBLR di Indonesia tinggi
sekitar 17-25 % kelahiran hidup (30 – 40 % adalah kecil masa kehamilan)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat memperluas wawasan dibidang neonatus mengenai
bayi dengan BBLR
2. Tujuan khusus
a) Mengumpulkan data tentang BBLR
b) Mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada BBLR
c) Mengantisipasi masalah potensial pada bayi BBLR
d) Mengidentifikasi kebutuhan segera
e) Mengembangkan rencana tindakan padabayu BBLR
f) Melaksanakan tindakan sesuai rencana
g) Mengevaluasi tindakan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi BBLR
1. BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram sampai dengan 2499 gram. (Abdul Bari Saifudin, 2009 :
376)
2. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat antara 1500 – 2500 gram
(Sarwono Prawrohardjo, 2002)
3. BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dibandingkan
dengan berat badan seharusnya (Buku panduan Praktis Pelayanan
kesehatan maternal dan neotanal, hal. 123)
4. WHO (1961) mengganti istilah bayi premature dengan bayi berat badan
lahir rendah (BBLR), karena disadari tidak semua bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi prematur
(Mochtar,1998:448)
B. Jenis BBLR
Menurut Sarwono (2002 : 376) jenis BBLR ditinjau dari harapan
hidupnya :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir < 1500 gram
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir <1000 gram
Menurut masa gestasinya :
1. Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB – SMK)
2. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intruterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK)
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada, lingkaran kepala
dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak
menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin
terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa
minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai
dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda-tanda
sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan
mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
C. Etiologi
Menurut IBG Manuaba (2012 : 436), faktor-faktor yang menyebabkan
BBLR pada prematuritas murni adalah:
1. Faktor ibu
a) Gizi saat hamil yang kurang
b) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
c) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d) Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah (perokok)
2. Faktor kehamilan
a) Hamil dengan hidramnion
b) Hamil ganda
c) Perdarahan antepartum
d) Komplikasi hamil : pre-eklamsi atau eklamsi, ketuban pecah
3. Faktor janin
a) Cacat bawaan
b) Infeksi dalam rahim
4. Faktor yang masih belum diketahui
5. Faktor pekerja yang terlalu berat
Menurut Rustam Mochtar (1998: 449) faktor penyebab BBLR:
1. Faktor genetic atau kromosom
2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Radiasi
5. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
6. Faktor nutrisi
Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur
1. Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita
penyakit diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal
didaerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik) gizi
buruk, Drug abbuse, peminum alkohol
2. Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, (hemangioma)
insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta,
tranfusi dari kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta
lepas
3. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez,
sifillis)
4. Penyebab lain yaitu keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak
diketahui
D. Gambaran bayi BBLR
Menurut IBG Manuaba (2012 : 438), gambaran bayi berat badan lahir
rendah bergantung pada usia kehamilan sehingga dapat dikatakan bahwa
makin kecil bayi makin muda kehamilan. Sebagian kehamilan umum
dapat dikemukakan bahwa bayi berat badan lahir rendah mempunyai
karakteristik :
1. BB < 2500 gram
2. PB < 45 cm
3. LIDA < 30 cm
4. LIKA < 33 cm
5. Usia kehamilan < 37 minggu
6. Kepala relative lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernafasan tidak teratur
10. Dapat terjadi apnea (gagal nafas)
11. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus
12. Kepala tidak mampu tegak
13. Pernafasan sekitar 45-50 denyut / menit
14. Frekuensi nadi 100-140 denyut/ menit
E. Diagnosa dan Gejala Klinis
Menurut Rustam Mochtar (1998 : 449):
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnese sering dijumpai adanya Riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin
lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
yang seharusnya.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum
atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterine.
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
F. PROGNOSIS
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat
ringannya masalah perinatal misalnya masa gestasi ( makin muda masa
gestasi/makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian),
asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan pernapasan , perdarahan
intrafentrikuler , displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi,
gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosis
ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan persalinan dan post natal (pengaturan suhu
lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan
pernapasan, asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain – lain).
Kematian perinatal pada BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal
pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila
berat badan lebih rendah. Angka kematian yang tinggi terutama
disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti
asfiksia, asfiksia pneumonia, perdarahab intracranial, dan hipoglikemi
(Mochtar,1998:452)
G. KOMPLIKASI BBLR
Komplikasi BBLR sangat tergantung dari klasifikasi BBLR tersebut yaitu
apabila :
1. BBLR, kurang bulan, sesuai masa kehamilan (BBLR, BKB, SMK)
Pada bayi kurang bulan, sistem fungsi dan struktur organ tubuh masih
sangat muda/imatur/, muda/prematur, belum berfungsi optimal,
sehingga akan muncul komplikasi/penyakit sebagai berikut :
a. Asphiksia perinatal
Selama proses kehamilan maupun dalam persalinan, janin dapat
mengalami hipoksia (ante) intrapartum yang memerlukan tindakan
resusitasi intra uterin. Jika kehamilan tidak dapat dipertahankan
maka akan diakhiri dengan terminasi-persalinan sehingga
janin/bayi dapat mengalami asfiksia postnatal yang memerlukan
resusitasi.
b. Susunan saraf pusat
1) Aktivitas reflek batuk masih lemah, sehingga bayi dapat
tersedak yang selanjutnya dapat timbul penyakit aspirasi
(pneumonia aspirasi)
2) Reflek primitif seperti menoleh, menghisap, dan menelan
masih lemah atau belum terbentuk yang akan mengakibatkan
bayi belum bisa menetek. Oleh karena itu pemberian makanan
melalui sonde.
3) Perdarahan germinal matris / periventriuler dan perdarahan
intraventriuler.
4) Leukomalasia periventrikuler
Akibat adanya asfiksia berat (apgar 5 - <3)
c. Komplikasi pada saluran pernapasan
1) Penyakit Membran Hialin (PMH/HMD)
Adanya defisiensi surfaktan dalam alveolus janin akibat usia
kehamilan muda maka pada saat ekspirasi alveoli akan kolaps
sehingga terjadi atelektasis sekunder yang kecil-kecil yang
akan memberikan gambaran bayangan retikulogranulerdifus
pada foto thoraks. Akibat dari kolaps tersebut udara sebagian
ke bronkus yang pada foto tersbut diatas tampak gambaran “air
bronchogram”.
2) Apneu rekuren (BKB)
Apnea adalah periode tidak bernapas selama lebih dari 20 detik
yang disertai bradikardia dan sianosis. Apnea timbul pada
BKB sebagai akibat dari belum sempurna atau matangnya
susunan saraf pusat dan paru-paru. Semua bayi kurang bulan
(<34>).
3) Sindroma kebocoran udara
BKB yang mendapat terapi O2 dengan ventilator dapat timbul
komplikasi kebocoran udara akibat pemberian tekanan yang
terlalu besar, seperti pneumothoraks, pneumomediastinum.
Makin kecil bayi maka komplikasi tersebut akan semakin
besar.
4) Bronkopulmonary dysplasia (BPD)
BPD disebut juga penyakit paru-paru kronik (PPC). Penyakit
ini timbul sebagai akibat komplikasi dari pemakaian ventilator
yang terlalu lama dimana bayi mengalami ketergantungan pada
ventilator.
d. Thermoregulasi dan sumber panas
1) Pada BKB pusat thermoregulator belum sempurna sehingga
mudah mengalami hipo/hipertermia.
2) Sumber panas
Sumber panas BKB baik lemak subkutan yang masih sedikit
(kulit BKB masih tipis, bayi KMK tipis dan keriput) maupun
brown fat belum perbentuk sehingga BKB/BBLR mudah
mengalami hipotermi
e. Komplikasi pada kardiovaskuler
Pada BKB dapat timbul hipertensi akibat dari adanya hipovolemia.
Jadi BKB yang lahir dari ibu dengan perdarahan ante/intrapartum,
sehingga terjadi disfungsi jantung atau vasodilatasi karena adanya
infeksi sistemik/sepsis.
f. Komplikasi saluran pencernaan
Prematuritas/maturitas merupakan faktor utama timbulnya
enterokolitis nekrotikan (EKN) pada bayi kurang bulan. Penyebab
EKN adalah bersifat multifaktorial yaitu selain maturitas, trauma
hipoksik, iskemik pada saluran pencernaan yang masih imatur.
Kolonisasi bakteri patogen serta substrat protein yang berlebih
dalam lumen usus.
g. Metabolisme
Pada BKB, produksi enzim glukoronik transferase kedalam sel-sel
hati belum sempurna. Sehingga terjadi ikterus neonatorum.
Disamping itu juga mudah mengalami hipoglikemia dan
hipokalsemia dini khususnya jika BKB mengalami asfiksia
perinatal.
h. Komplikasi hematologis
1) Anemia prematuritas (anemia of prematurity)
2) Disamping itu pada BKB anemia dapat terjadi karena
perdarahan intrakranial (akibat prematuritas, sungsang, lahir
terlalu cepat, hipoksia)
3) Jika BKB menderita sepsis dapat timbul komplikasi koagulasi
intravaskuler.
i. Imunologis
BBLR-BKB sangat mudah mengalami infeksi. Hal ini
berhubungan dengan keadaan imunoglobulin yang masih rendah,
aktivitas bakterisidal, neutrofil serta efek sitotoksik limfosit masih
rendah.
i. Komplikasi/penyakit pada ginjal
Struktur ginjal BKB belum matang, fungsi belum sempurna
terutama fungsi filtrasi glomerulus masih rendah, serta
ketidakmampuan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit,
sehingga BKB mudah mengalami keracunan obat dan asidosis
metabolik.
j. Oftalmologi
Selaput retina BKB masih belum matang sehingga mudah
mengalami keracunan O2 pada penggunaan ventilator mekanik
yang selanjutnya akan timbul kompikasi Retinopathy of
prematurity yang berakhir dengan kebutaan.
2. BBLR, Kecil masa Kehamilan (BBLR, KMK)
BBLR yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterin dapat
berhubungan dengan adanya kelainan kongenital, selama intrauterin tidak
tumbuh optimal dan lahir BBLR.
Komplikasi yang dapat muncul pada BBLR , KMK adalah :
1. depresi perinatal
2. aspirasi mekonium
3. perdarahan paru
4. hipertensi paru-paru persisten (HPP)
5. hipoksemia
6. hipoglikemia
7. hipokalsemia
8. hiponatremia
9. polisitemia

H. Penanganan
1. Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat:
a. Bayi berat badan dibawah 2 kg 350 C
b. Bayi berat badan 2 kg – 2,5 kg 340 C
c. Suhu incubator diturunkan 10 C setiap minggu sampai bayi dapat
ditempatkan pada suhu sekitar 24-270 C
2. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat retan akan infeksi. Perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
3. Pemberian O2
Pemberian O2 untuk bayi ini harus dikendalikan dengan seksama
konsentrasi yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
timbulnya kerusakan jaringan pada retina bayi sehingga menimbulkan
kebutaan. Bisa diberikan melalui kateter hidung
4. Pengawasan nutrisi / ASI
Reflek menelan BBLR belum sempurna. Oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan cermat
a. Reflek hisap baik – ASI ½ jam setelah lahir
b. Reflek hisap lemah ASI khusus dengan sonde
c. Frekuensi
 BB < 1250 gr = 24 x minum / hari
 BB 1250 – 2000 = 12 x minum / hari.
 BB >2000 gr = 8 x minum / hari
d. Jumlah cairan
 Hari I : 60 cc/ kg / BB / hari
 Hari II : 90 cc/ kg / BB / hari
 Hari III : 120 cc/ kg / BB / hari
 Hari IV : 150 cc/ kg / BB / hari
e. Pemberian intravena bila :
 Gangguan pernafasan
 Oral tidak mencukupi
5. Penimbangan dengan ketat
a. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
b. Beberapa bayi sangat kecil yang lambat menambah berat badan,
mungkin menderita asidosis metabolic, tetapi ia akan tumbuh cepat
setelah keadaan ini dikoreksi dengan natrium bikarbonal
c. Bayi tidak boleh kehilangan lebih dari 10 % berat badan Lahirnya
dan ia akan memperoleh kembali berat badannya dalam 10-14 hari.
6. Perawatan BKB, BBLR sesuai masa gestasi, berat lahir dan klinis
kondisi BKB / BBLR, bayi dirawat dalam 3 tempat perawatan. :
a. Perawatan I / rawat gabung / rooming in
BBLR sampai 2250 gram, sehat tanpa komplikasi dilakukan rawat
gabung (partial)
b. Perawatan II / perawatan khusus /intermediate care / high care /
special care
BBLR - BBLSR yang memerlukan perawatan khusus untuk
observasi dan penanganan klinik yang baik dari bayi normal, sehat.
c. Perawatan III / Perawatan intensive neonatus / neonatal intensive
care unit
BKB BBLR dengan komplikasi berat (PMH, MAS, sepsis
meningitis dll) BBLR dengan kelainan kongenital mayor yang
membutuhkan tindakan bedah (mayor).
TINJAUAN TEORI

A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Identitas bayi dan orang tuanya
Diperlukan alat pengenal yang efektif yang harus diberikan
kepada bayi segera setelah persalinan untuk memudahkan
identifikasi bayi dan orang tua (Saifuddin, 2002:N-35).
2) Usia Orang tua kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
(Manuaba,1998:326)
3) Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia dibawah
20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya
terlalu dekat, kejadian terendah ialah pada usia 26-35 tahun.
(FKUI,1985:1052)
b. Keluhan utama
1) Bayi lahir kurang bulan ( < 37 minggu ) dengan berat badan
lahir < 2500 gr . (Saiffudin,2000:376)
2) Bayi lahir premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
(Rustam Mochtar, 1998 : 449)
3) Bayi baru lahir ( prematur, matur, postmatur ) mungkin saja
mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya.
(Wiknjosastro,2007:781)
c. Riwayat Kehamilan
1) Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan :
toxemia gravidarum, perdarahan Antepartum, trauma fisis dan
psikologis. penyakit lain adalah nefritis akut, DM infersi akut,
tindakan op Antenatal < bagus. (FKUI,1985:1052)
2) Faktor uterus kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat yang
tidak normal, infark plasenta, sebagian plasenta lepas.
(Wiknjosastro,2007:782)
3) Minimal ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak 4 kali , yaitu
pada setiap trimester ,sedangkan trimester akhir sebanyak dua
kali (Manuaba, 1998:129).
4) Pada anamnese sering dijumpai adanya Riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati.
5) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
6) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan
janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
7) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
yang seharusnya.
8) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion gravidarum
atau perdarahan anterpartum (Rustam Mochtar, 1998 : 449)
d. Riwayat Kelahiran
1) BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram. (Abdul Bari
Saifudin, 2009 : 376).
2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu, Bayi
prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya (Rustam Mochtar, 1998 : 449)
3) Lahir disertai asfiksia, reflek batuk tidak ada, aktifitas lemah,
tangis lemah (FKUI,1985:1053)
e. Riwayat neonatal
1) BB < 2500 gram
2) PB < 45 cm
3) LIDA < 30 cm
4) LIKA < 33 cm
5) Kepala relative lebih besar
6) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit
kurang
7) Otot hipotonik lemah
8) Pernafasan tidak teratur
9) Dapat terjadi apnea (gagal nafas)
10) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus
11) Kepala tidak mampu tegak
12) Pernafasan sekitar 45-50 denyut / menit
13) Frekuensi nadi 100-140 denyut/ menit (IBG Manuaba, 2012 :
438)
f. Riwayat keluarga
Kejadian prematur lebih sering pada keluarga dengan riwayat
kehamilan kembar.
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Reflek menghisap atau menelan belum baik oleh karena itu
pemberian makan/ASI dapat menggunakan sendok, pipet,
sonde atau botol. Dapat juga disusui langsung sesuai dengan
kondisi (Depkes RI,1996:22)
Reflek hisap, batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih
sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang
kebutuhan protein 3-5 gr/hari, dan kalori 110 kal/kg/hari.
( Wiknjosastro,2007:778)
Bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr biasanya kurang
mampu menghisap air susu ibu atau botol, dalam hal ini bayi
diberi minum melalui sonde. Frekuensi pemberian minum
makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi.
(Wiknjosastro,2007:779)
a. Reflek hisap baik – ASI ½ jam setelah lahir
b. Reflek hisap lemah ASI khusus dengan sonde
c. Frekuensi
% BB < 1250 gr = 24 x minum / hari
% BB 1250 – 2000 = 12 x minum / hari.
% BB >2000 gr = 8 x minum / hari
d. Jumlah cairan
Hari I : 60 cc/ kg / BB / hari
Hari II : 90 cc/ kg / BB / hari
Hari III : 120 cc/ kg / BB / hari
Hari IV : 150 cc/ kg / BB / hari
e. Pemberian intravena bila :
Gangguan pernafasan
Oral tidak mencukupi
2) Pola tidur
Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. ( FKUI,1985:1053)
3) Personal hygiene
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu tidak
memandikan bayi terlebih dahulu guna mempertahankan suhu
tubuhnya.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum menurut Wiknjosastro (2007:777)
a) Berat badan : < 2500 gr
b) Panjang badan : ≤ 45 cm
c) Lingkar dada : < 30 cm
d) Lingkar kepala : <30 cm
Bayi KMK biasanya memiliki panjang dan lingkaran kepala yang
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.
(Wiknjosastro,2007:782)
2) Tanda-tanda vital
a) Suhu
Suhu tubuh bayi yang normal antara 36, 5O C sampai 37, 5 O
C atau 97, 7 O F sampai 99 O F. (Hamilton, 1995:218)
b) Nadi
Denyut nadi BBL normal adalah 120-150 x per menit.
(Hamilton, 1995:219)
Frekuensi nadi berkisar antara 70-180 x per menit, rata-rata
120-130 x per menit (FKUI, 1985:1041)
c) Pernafasan
Pernafasan BBL normal adalah 30-100 x per menit,
bergantung pada aktifitas. (FKUI, 1985:1041)
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk kepala relatif lebih besar dari pada badan, ubun-ubun
dan sutura melebar, rambut biasanya tipis dan teranyam
sehingga sulit dilihat satu persatu. ( FKUI,1985:1053)
Besar, bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput
suksadenum, hematoma, dsb (Winkjosastro, 2007:251).
2. Mata
BBL akan membuka matanya jika ditengkurapkan.
Perhatikan perdarahan sub konjungtiva, mata yang menonjol
dan katarak.
3. Hidung
Perhatikan kelainan hidung, gerakan cuping hidung.
4. Telinga
Perhatikan kelainan bentuknya dari luar, telinga biasanya masih
terlipat.( FKUI,1985:1053)
5. Mulut
Perhatikan adanya labioskisis, labiopalatoskisis, toot buds.
6. Leher
Periksa ada tidaknya pembengkakan kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid, periksa ada tidaknya bendungan vena jugularis
7. Dada
Perhatikan bentuk, pembesaran buah dada, pembentukan puting
susu belum sempurna. (FKUI,1985:1053)
Pernafasan tidak teratur, dapat terjadi apnea (gagal nafas)
(IBG Manuaba, 2012 : 438)
Jantung : Perhatikan pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan
bunyi jantung.
8. Abdomen
Perhatikan perut membuncit otot perut lebih tipis
(FKUI,1985:1176)
Periksa bentuk perut dan tali pusat, periksa ada tidaknya
pembesaran pada hepar dan lien, periksa ada tidaknya nyeri
tekan pada appendix, periksa kondisi tali pusat (ada infeksi
atau tidak), periksa adanya bising usus, dan bila dilakukan
perkusi pada perut akan dihasilkan suara timpani.
9. Genetalia
Testis belum turun dan fimosis (pada anak laki-laki). Adanya
perdarahan/lendir dari vagina (vaginal discharge), labia mayor
belum menutup labia minor (FKUI,1985:1053)
10. Anus
Lubang anus (+) dan terbuka (setelah mengeluarkan
mekonium). Mekonium adalah faeces bayi yang berupa pasta
kental berwarna gelap hitam kehijauan dan lengket, yang mulai
keluar dalam 24 jam pertama dan berlangsung sampai hari ke 2
atau ke 3. (Depkes RI,1995:56)
11. Kulit
Kulit neonatus cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat
dengan sedikit pengeluaran, terutama telapak tangan, kaki dan
selangkangan. Biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna
putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang
disebut verniks kaseosa tonus otot baik dan tidak keriput.
(Depkes RI,1995:56)
Kulit bayi BBLR biasanya tipis, transparan, lanugo banyak,
lemak subcutan kurang. (FKUI,1985:1053)
12. Ekstremitas
Atas : Bentuk simetris, periksa ada tidaknya kelainan jumlah
jari (polidaktili, sindaktili, brakidaktili), periksa ada tidaknya
pukomelia dan amelia
13. Bawah : Paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus (IBG
Manuaba, 2012 : 438)
c. Pemeriksaan penunjang
1) Menurut Hamilton (1995:225) bayi baru lahir dilengkapi
dengan sejumlah refleks yang mempermudah hidup yaitu sebagai
berikut :
Reflek Deskripsi Timbul dan Durasi
Reflek Pelindung
 Moro Rangsangan yang Saat lahir dan hilang
mendadak yang sekitar usia 2 bulanan.
menyebabkan ke atas
dan ke bawah, terkejut
dan relaksasi dengan
lambat.
Respon “fencing” Saat lahir, hilang sekitar
 Tonus leher postural kepala, lengan usia 2 sampai 3 bulan
dan tungkai mengarah
ke salah satu sisi,
relaksasi dengan lambat.

Bayi menggenggam Saat lahir usia 2 bulan


setiap benda yang hilang

 Menggenggam diletakkan ke dalam


tangannya cukup kuat
sehingga dapat
menyebabkan tubuhnya
terangkat, relak.

Kelopak mata menutup


dan membuka ketika di Saat lahir sepanjang
rangsang dengan kehidupan

 Mata Berkedip cahaya/sentuhan.

Sakit mendadak, dingin


lapar karena udara
masuk melalui pita Saat lahir sepanjang
suara. kehidupan
 Menangis

Bibir monyong, lidah


melipat, menarik ke
dalam, menghisap di Saat lahir usia 6 sampai
Reflek Makan sebabkan karena lapar 8 bulan (seperti gerakan
 Menghisap rangsangan. bibir. rileks)

Sentuhan pada bibir/pipi


menyebabkan kepala
menoleh kea rah
sentuhan. Saat lahir 6 bulan

Otot-otot tenggorokan

 Rooting menutup traknea dan


membuka esophagus
ketika makanan berada
dalam mulut. Saat lahir sepanjang
kehidupan
Pada rangsangan rulua

 Menelan esophagus terbuka


terjadi peristaltic balik.

Otot-otot dada dan Saat lahir sepanjang


abdomen menyebabkan kehidupan
gerakan otot inspirasi

 GAG dan ekspirasi.

Aliran udara yang keras


melalui hidung dan
tenggorokan. Saat lahir sepanjang
kehidupan
Aliran udara yang kuat
Reflek Bernafas
dari tenggorokan dan
 Gerakan nafas
paru-paru
Saat lahir sepanjang
kehidupan

 Bersin

 Batuk

2) Apgar score
Menurut Rustam Mochtar (1998:430)
SCORE 0 1 2
A : APPEARANCE Blue pale Body pink Completely
(COLOR) Extremities
WARNA KULIT blue
P : PULSE (HEART Absent < 100 x/ menit > 100 x/menit
RATE)
DENYUT NADI
G : GRIMACE (REFLEX No response Grimace Cry
IRRITABILLITY IN
RESPONSE TO
STIMULATION OF
SOLE OF FOOT)
A : ACTIVITY Limp Some flexion Active motion
(MUSCLETONE) of extremities
TONUS OTOT
R : RESPIRATION Absent Slow, irregular Strong cry
(RESPIRATORY
EFFECT)
PERNAFASAN
TOTAL

Klasifikasi klinik nilai APGAR SCORE


a) BBLR dengan nilai Apgar score 0-3 disebut asfiksia berat.
b) BBLR dengan nilai Apgar score 4-6 disebut asfiksia sedang.
c) BBLR dengan nilai Apgar score 7-9 disebut sedikit asfiksia
atau bayi normal.
d) BBLR dengan nilai Apgar score 10 disebut bayi normal.

B. DIAGNOSA KEBIDANAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), aterm dengan apgar score (AS)...,KU
baik, prognosa....dengan masalah menurut Wiknjosastro (2007:776) adalah
sebagai berikut:
1) Suhu tubuh tidak stabil atau ancaman terjadi hipotermi
2) Gangguan pernafasan s/d pertumbuhan paru-paru yang belum
sempurna
3) Mudah terjadi aspirasi
4) Mudah terjadi odema dan asidosis metabolik
5) Resiko terjadi infeksi
C. PERENCANAAN
1. Perubahan suhu tubuh kearah hipotermi
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria hasil : - Suhu tubuh 36,5-37,5 ºC
- Warna kulit kemerahan
- Badan tidak menggigil
Rencana tindakan menurut Marylin, ED (2001:562)
1) Keringkan kepala dan bersihkan tubuh bayi baru lahir apabila masih
kotor, pakailah penutup kepala
R/ Kepala mempunyai permukaan yang cukup luas pada bayi baru
lahir sehingga kemungkinan perpindahan panas sangat besar. Pada
kepala terdapat otak dan di otak itulah terdapat tempat pengaturan
suhu tubuh manusia.
2) Bungkus bayi sesegera mungkin dan beri pakaian kemudian bungkus
dalam selimut yang hangat
R/ Mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi
3) Tempatkan bayi pada lingkungan yang hangat di infant warmer,
inkubator atau dalam dekapan ibu ( metode kangguru )
R/ Menjaga agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya dalam
keadaan hangat.
4) Observasi TTV tiap 1 jam sampai keadaan stabil
R/ Mendeteksi dini adanya perubahan keadaan tubuh sedini mungkin
2. Gangguan pernafasan sampai asfiksia
Tujuan : Pernafasan adekuat kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi
Kriteria hasil : - tangisan kuat
- tubuh kemerahan
- wajah tidak sembab
- TTV : Suhu 36,5-37,5 ºC
Nadi 120-150 X / menit
Respirasi 30-100 X / menit
Rencana tindakan menurut Wiknjosastro (2007:780)
1) Berikan posisi ekstensi dengan bantuan ganjal setebal 5 cm pada
bahu
R/ Memaksimalkan jalan nafas pada keadaan terlebar
2) Isap lendir jika ada sumbatan
R/ Membersihkan jalan nafas daris sekret-sekret yang dapat
menyumbat jalan nafas
3) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian oksigen
R/ Meminimalkan kesalahan dengan menyerahkan pada ahlinya
sehingga dosis yang diberikan sesuai dengan kebutuhan bayi.
4) Observasi pemberian oksigen tiap 1jam
R/ Memantau oksigen yang terpasang
3. Resiko kekurangan nutrisi
Tujuan : Kebutuhasn nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : - BB berangsur-angsur bertambah, minimal mencapai
2500 gram
- Reflek hisap dan telan baik
- dapat menetek dengan baik
Rencana tindakan :
1) Timbang berat badan tiap hari
R/ memantau status gizi
2) Coba beri minum per sendok
R/ Mengetahui reflek hisap baik atau tidak
3) Pasang sonde
R/ Mengetahui retensi lambung dan memberi makan jika reflek hisap
buruk.
4) Beri minum 2 jam sekali atau ketika bayi ingin minum
R/ Menyuplai nutrisi secara teratur pada tubuh
5) Kolaborasi memasang infus bila diperlukan
R/ Memberikan terapi sesuai kebutuhan bayi

D. PELAKSANAAN
Setelah menyusun perencanaan tindakan, langkah selanjutnya implementasi
atau pelaksanaan tindakan. Pada langkah ini bidan melakukannya secara
mandiri, tetapi bisa terjadi kegawatdaruratan perlu dilakukan kegiatan
kolaborasi. Pelaksana tindakan selalu diupayakan di dalam waktu yang
singkat, efektf dan berkualitas. (Depkes RI, 1995 : 11).
E. EVALUASI
Menurut Depkes RI (1994 : 7-10) bidan melakukan evaluasi sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan di dalam rencana. Semakin dekat hasil tindakan
yang dilakukan dengan sasaran yang telah ditetapkan di dalam kriteria, maka
tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapkan evaluasi dilakukan
dengan pendekatan SOAP, yaitu :
S : Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melaui anamnesia
O : Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, hasil
laboratorium, dan hasil diagnosa lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assessment.
A : Assesment
1. Diagnosa / Masalah
2. Antisipasi diagnosa lain / maslah potensial
P : Planning menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan
evaluasi berdsarkan assessment.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, i. B. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:


EGC.
Prawirohardjo, S. (1990). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Rustam, M. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Sarwono, P. (2002). Buku Penduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional .Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta ,Balai Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,
FK UI. Jakarta. 1985, 1051-1053
Sukandi Usman, Ali Efendi HS, Diktat Perinatologi, Bagian / SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSHS Bandung, 2002, 104 - 112
Behrman RE. Voughan VC. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Vol 1. Edisi ke-15.
EGC. Jakarta. 1999

Anda mungkin juga menyukai