Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan data yang ada ternyata kematian pada masa neonatus


memberikan kontribusi sekitar 75 % dari semua kematian selama tahun pertama
kehidupan bayi. Berbagai penyebab langsung kematian bayi pada masa neonatus
seperti BBLR (29 %), Asfiksia (27 %), Tetanus (10 %), Infeksi (15 %), Heratologi
(6 %), pemberian ASI (10 %), lain-lain (15 %). ( Anonim, 2010 ).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lebih kurang 2500 gr.
Dahulu bayi baru lahir yang berat badan kurang atau sama dengan 2500 gr disebut
prematur. Kondisi BBLR sangat rentan terhadap komplikasi dan membutuhkan
suatu perawatan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Teori Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
a. Definisi
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru
lahir yang berat badan nya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai
dengan 2499 gram). (Sarwono, 2010). Dalam buku lain menyebutkan
definisi, bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan (Proverawati dan Ismawati, 1:2010). Definisi diatas dibuat
berdasarkan atas suatu konsep yang menyatakan bahwa tidak semua
bayi yang memiliki berat lahir kurang dari 2500 gram lahir premature
dan tidak semua bayi dengan berat lahir 2500 gram lahir aterm
(Winkjosastro, 771-781:2006). Bayi yang memiliki berat lahir kurang
dari 2500 gram lahir aterm bisa terjadi karena janin mengalami
distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-
minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir.

b. Frekuensi
Frekuensi BBLR dinegara maju berkisar antara 3,6-10,8 %, dinegara
berkembang berkisar antara 10-43%. Rasio antaranegara maju dan
negara berkembang adalah 1:4.(Mochtar,305:2012)

c. Klasifikasi
1) Dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya
bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dibedakan dalam:
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500
gram
c) Bayi Berat lahir sangat ekstrem rendah (BBLER), berat lahir
<1.000 gram. (Saifuddin, 376:2007)
2) Bayi BBLR dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a) Prematuritas murni
Masa gestasinya < 37 minggu dengan berat lahir sesuai masa
gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan – sesuai
masa kehamilan (NKB-SMK)
b) Dismaturitas
Berat badan lahir kurang dari berat badan yang seharusnya
untuk masa gestasi itu, dimana terjadi retardasi pertumbuhan
intrauterine sehingga disebut bayi yang kecil untuk masa
kehamilan(KMK). (Mirzanie, 9:2006).

d. Etiologi
Faktor penyebab persalinan berat badan lahir rendah, yaitu:
1) Faktor ibu
a) Gizi saat hamil yang kurang
b) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d) Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah (perokok)
2) Faktor pekerja yang terlalu berat
3) Faktor kehamilan
a) Hamil dengan hidramnion
b) Hamil ganda
c) Perdarahan antepartum
d) Komplikasi hamil: Pre Eklamsi/Eklamsia, ketuban pecah dini
4) Faktor janin
a) Cacat bawaan
b) Infeksi dalam Rahim
5) Faktor yang masih belum diketahui (Manuaba, 436:2012)
e. Diagnosis dan gejala klinik
1) Sebelum bayi lahir
a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya abortus, partus
prematurus, dan lahir mati
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c) Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih
lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya
sudah agak lanjut
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai
menurut yang seharusnya
e) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa
juga dengan hidramnion: hiperemesis gravidarum dan pada
hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan
antepartum.
2) Setelah bayi lahir
a) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine secara klasik
tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini
adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks
kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-
lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan
lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan
berwarna kehijauan.
b) Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37
mingguVerniks kaseosa ada, jaringan lemak di bawah kulit
sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti
boneka, abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis
lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit tipis, merah transparan.
(Manuaba, 306:2012)
f. Komplikasi bayi BBLR
Prognosis bayi berat badan lahir rendah ini tergantung dari berat
ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda
masa gestasi/makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian),
asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan
intraventrikuler, dysplasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia,
infeksi, gangguan metabolik, (asidosis, hipoglikemia,
hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung keadaan social
ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan,
persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi,
mekanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernafasan, asfiksia,
hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain-lain) (Sarwono, 783:2005).
BBLR berhubungan dengan beberapa penyakit :
1) Sindrom pernafasan idiopatik (penyakit membrane hyalin)
2) Aspirasi pneumonia karena reflek menelan dan batuk yang belum
sempurna
3) Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral akibat anoksia
otak yang sangat erat kaitannya dengan gangguan pernafasan
4) Hyperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang
5) Hypoglycemia, kerana reflek menelan belum sempurna
6) Hypothermia, oleh karena lapisan lemak bawah kulit masih tipis.
(Sarwono, 376-377:2010)

g. Penanganan
1) Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat
2) Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan dengan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi.
3) Pengawasan nutrisi/ASI
Reflex menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan cermat
4) Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan
ketat.(Sarwono, 377:2010)

2. Faktor Risiko BBLR


a. Definisi
Faktor adalah suatu keadaan atau ciri tertentu pada seseorang atau
suatu kelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan risiko/bahaya
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
Risiko adalah suatu ukuran statistik epidemiologik dari kemungkinan
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat-obstetrik yang tidak
diinginkan pada masa mendatang yaitu prakiraan/prediksi akan
terjadinya komplikasi dalam persalinan dengan dampak
kematian/kesakitan pada ibu/bayi.

b. Faktor Ibu
Keadaan atau ciri tertentu yang dapat menyebabkan risiko/bahaya
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan yang berasal dari ibu.
1) Umur ibu
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Keadaan ini
disebabkan belum matang nya alat reproduksi untuk hamil,
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan
dan pertumbuhan janin menjadi terhambat. (Manuaba, 235:2012)
Pada kehamilan dengan usia ibu kurang dari 18 tahun, wanita
masih dalam masa pertumbuhan sehingga panggulnya masih
relatif kecil walaupun biologis nya siap akan tetapi psikologis
belum matang. Maka pada saat kehamilan ibu tersebut belum
dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering
terjadi komplikasi. Hal tersebut dapat meningkatkan kematian
bayi. Sama halnya dengan kehamilan umur ibu lebih dari 35 tahun
akan meningkatkan masalah kesehatan seperti hipertensi, diabetes
mellitus, anemia, penyakit-penyakit kronis lain dan cacat bawaan
atau kelainan genetik yang akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin bahkan kematian janin.
(Hartanto, 2004:23)
2) Jarak kelahiran
Pada kehamilan lebih dari 4 anak dan jarak kehamilan kurang dari
2 tahun dapat mengakibatkan terjadinya berat badan lahir rendah,
nutrisi kurang, waktu tau lama menyusui berkurang, kompetisi
dalam sumber-sumber keluarga, lebih sering terkena penyakit,
tumbuh kembang lebih lambat. Pendidikan atau intelegensia dan
pendidikan akademis lebih rendah (Hartanto, 2004:23) Jika jarak
kehamilan terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya, yaitu 18-
48 bulan maka akan banyak resiko yang menimpa baik ibu
maupun janinnya. Rahim yang masih belum pulih benar akibat
persalinan sebelumnya belum bisa memaksimalkan pembentukan
cadangan makanan bagi janin dan untuk ibu sendiri. Akibatnya
bayi akan terlahir dengan berat badan rendah, kekurangan zat gizi
sehingga bayi menjadi tidak sehat. Selain itu bayi juga rentan
terhadap kelainan plasenta, pertumbuhan yang terhadap dan
penelitian terakhir munjukkan bayi dengan jarak kehamilan
terlalu dekat rentan terkena autisme. Semua ini tentunya akan
mengurangi kualitas dari bayi itu sendiri.
(www.bidanku.com/index.php?/pentingnya-menjaga-jarak
kehamilan)
3) Jumlah Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu
baik lahir hidup maupun lahir mati.Jumlah paritas yang tinggi
mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR.
Hal ini dapat diterangkan bahwa pada setiap kehamilan yang
disusul dengan persalinan akan menyebabkan perubahan-
perubahan pada uterus. Kehamilan yang berulang akan
mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus
yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah
nutrisi akan berkurang bila dibandingkan dengan kehamilan
sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan gangguan pertumbuhan
janin.Namun ambang kehamilan dapat bervariasi antar
negara.Paritas berkorelasi erat dengan usia ibu dan dengan status
sosial ekonomi sampai batas tertentu. Secara keseluruhan, risiko
hasil yang buruk dengan paritas tidak menunjukkan pola yang
konsisten. Berarti berat lahir untuk bayi yang lahir dari ibu
nulipara secara konsisten, lebih rendah dari bayi yang lahir dari
wanita multipara dan untuk sebagian besar perbedaan dalam
risiko kematian pada keturunan wanita nulipara dan multipara.
Perbedaan dalam berat lahir rata-rata bayi yang lahir dari ibu
paritas yang berbeda sebagian dijelaskan oleh perbedaan dalam
berat badan ibu. Nulipara dikaitkan dengan peningkatan risiko
hipertensi dalam kehamilan, yang pada kenyataannya sangat
terkait dengan berat badan lahir rendah. Selanjutnya, pada wanita
nulipara, ada peningkatan risiko trauma perineum sebagai akibat
dari episiotomi atau robekan spontan. Wanita dengan paritas
tinggi cenderung terlambat untuk mendapat perawatan dan datang
sudah dalam keadaan darurat. Selain itu, diasumsikan bahwa
wanita dengan riwayat persalinan presipitat smemiliki risiko
yang sama pada persalinan selanjutnya. Paritas tinggi dikaitkan
dengan kemungkinan peningkatan presentasi janin abnormal dan
perdarahan obstertrik. Paritas, bagaimanapun tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kejadian Syndrome Down
ketika efek dari usia ibu yang diperhitungkan. (Jewell Stefanie,
2006:13) Menurut Sarwono (2005:23) Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas
1 dan paritas tinggi (>3) mempunyai angka maternal lebih
tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko
pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik,
sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dicegah atau dikurangi
dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas
tinggi adalah tidak direncanakan. Menurut Arisman (2004) bahwa
jumlah paritas lebih dari 3 merupakan faktor terjadinya anemia
yang berhubungan dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat
yaitu < 2 tahun yang disebabkan karena terlalu sering hamil dapat
menguras cadangan zat gizi tubuh ibu. Penggolongan paritas bagi
ibu yang masih hamil atau pernah hamil berdasarkan jumlahnya
menurut Perdiknakes-WHO-JPHIEGO, yaitu:
a) Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kali
b) Multigravida dalah wanita yang pernah hamil beberapa kali,
dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali
c) Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih
dari 5 kali
Menurut sumber lain (Siswosudarmo, 2008) jenis paritas bagi ibu
yang sudah partus antara lain yaitu:
a) Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi
yang mampu hidup
b) Primipara adalahwanita yang pernah satu kali melahirkan
bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup
c) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin
viabel atau lebih
d) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima
anak atau lebih

4) Anemia
Menurut Saifuddin (281:2007) bahwa anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dalam kadar hemoglobin dibawah 11gr% pada
trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2. Nilai
batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak
hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2.
Intensitas anemia dapat didasarkan atas penilaian kadar
hemoglobin darah. Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin
dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil
pemeriksaan kadar hemoglobin dengan sahli dapat digolongkan
sebagai berikut :
Kadar hemoglobin Status anemia
11 gr% Tidak anemia
9-10 gr% Anemia ringan
7-8 gr% Anemia sedang
<7 gr% Anemia berat
WHO(Waryana,52:2010)

Menurut WHO, kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20


dan 89% dengan menetapkan Hb 11gr% sebagai dasar nya.
Bahaya anemia terhadap janin sekalipun tampaknya janin mampu
menyerap berbagai kebutuhan dari ibu nya, tetapi dengan anemia
akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk: abortus,
kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, BBLR,
kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah
mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensia
rendah.(Manuaba, 239-240: 2012)
Kadar hemoglobin ibu hamil sangat memperngaruhi berat bayi
yang dilahirkan. Menurut Saifuddin (281:2007), seorang ibu
hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr%
pada trimester 2.
Beberapa penelitian epidemiologis menunjukkan adanya
hubungan antara anemia pada ibu hamil trimester terakhir dengan
bayi lahir sebelum waktunya, bayi lahir dengan berat badan
rendah(BBLR), dan kematian bayi (Soekirman, 2000:106). Hal
ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan
oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi
plasenta terhadap janin.

5) Penyakit menahun Ibu


Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling
mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung
dan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Jantung yang normal dapat
menyesuaikan diri terhadap segala perubahan system jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan
diafragma oleh besarnya hamil sehingga dapat mengubah posisi
jantung dan perubahan dari kerja jantung (Manuaba, 272:1998)
Sama halnya dengan hipertensi dalam kehamilan menunjukkan
bahwa adanya respon imun maternal yang terganggu terhadap
jaringan plasenta atau janin memiliki kontribusi terhadap
perkembangan pre eklamsia. Disfungsi endotel yang luas
menimbulkan manifestasi klinis berupa disfungsi multi organ,
meliputi susunan saraf pusat, hepar, pulmonal, renal, dan sistem
hematologi. Kerusakan endotel menyebabkan kebocoran kapiler
yang dapat bermanifestasi pada ibu berupa kenaikan berat badan
yang cepat, edemanon dependen (muka atau tangan), edema
pulmonal, dan hemokonsentrasi. Ketika plasenta ikut terkena
kelainan, janin dapat terkena dampaknya akibat penurunan aliran
darah utero-plasenta. Penurunan perfusi ini menimbulkan
manifestasi klinis seperti tes laju jantung janin yang non-
reassuring, skor rendah profil biofisik, oligohidramnion, dan
pertumbuhan janin terhambat pada kasus-kasus yang berat
(Anonim, 2013).
Hipertensi pada masa kehamilan merupakan kondisi yang pada
dasarnya tidak berbahaya, didefinisikan sebagai perkembangan
hipertensi setelah 20 minggu masa kehamilan pada wanita yang
pada mulanya memiliki tensi yang normal tanpa adanya tanda-
tanda protein urin atau edema yang merupakan gejala lain dari pre
eklamsia. (Bobak, 50:2000)

6) Pre Eklamsi dan Eklamsi


Pre eklamsia adalah perkembangan hipertensi dengan protein urin
dan edema atau keduanya, setelah 20 minggu masa kehamilan.
Sedangkan eklamsia adalah perkembangan dari convulsi atau
koma dengan protein urin atau edema, atau keduanya. (Bobak,
50-51:2010)
Di Indonesia pre eklamsia dan eklamsia merupakan penyebab
kematian ibu berkisar 1,5%-25%, sedangkan kematian bayi antara
45%-50%. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah
jantung atau payah ginjal dan aspirasi cairan lambung atau edema
paru-paru. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia
intrauteri dan persalinan prematuritas. Pada kejadian eklampsia
terjadi perubahan patologi yaitu mengecilnya aliran darah menuju
retroplasenter sirkulasi menimbulkan gangguan pertukaran
nutrisi, CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai kematian
janin dalam rahim. (Manuaba, 240-246:1998).
Pre Eklamsi dan Eklamsi berpengaruh buruk pada kesehatan janin
yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta,
hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh
darah plasenta. Dampak pre eklamsi dan eklamsi pada janin
antara lain Intrauterin growth retardation (IUGR),
oligohidramnion, prematuritas, solusio plasenta, kenaikan
morbiditas, dan mortalitas janin, yang secara tidak langsung
akibat IUGR (Saifuddin, 541:2008)
Pre eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab utama prematuritas
latrogenik (Vicky Chapman, 2006). Pre eklamsi ialah penyakit
dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinurin yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada mola hidatidosa.Pre eklamsia dibagi dalam
golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu
atau lebih tanda/gejala dibawah ini ditemukan :
a) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic
110 mmHg atau lebih
b) Protein urin 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4+ pada
pemeriksaan kualitatif
c) Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
d) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri didaerah
epigastrium
e) Edema paru-paru atau sianosis (Sarwono, 2005:282)

7) Faktor janin
a) Kehamilan ganda
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada
janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama.
Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar
sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu kenaikan berat
badan lebih kecil, mungkin karena regangan yang berlebihan
menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang. Berat badan
satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000g lebih ringan
daripada janin kehamilan tunggal.berat badan bayi yang baru lahir
umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500gr. (Sarwono,
390-391: 2005)
Pertumbuhan janin kehamilan kembar tergantung dari faktor
plasenta apakah menjadi satu (sebagian besar kehamilan kembar
monozigotik) atau bagaimana lokalisasi implantasi
plasentanya.Memperhatikan kedua faktor tersebut, mungkin
terdapat jantung salah satu janin lebih kuat dari yang lainnya,
sehingga jantung yang mempunyai jantung lemah mendapat
nutrisi yang kurang, menyebabkan pertumbuhan terhambat
sampai kematian janin dalam rahim. (Manuaba, 265:1998).

b) Hidramnion
Keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari
normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter.Terjadi akibat beberapa
faktor diantaranya adanya simpul tali pusat, anomaly congenital
(pada anak), karena tidak ada stimulasi dari otak dan spina, tidak
berfungsi nya pusat menelan, dan transudasi langsung dari cairan
meningeal ke dalam amnion, dan menyebabkan janin mengalami
kekurangan nutrisi akibat dari adanya gangguan system
pencernaan. Pada hidramnion biasanya plasenta lebih besar dan
lebih berat dari biasa karena itu transudasi menjadi lebih banyak
dan timbul hidramnion. (Mochtar, 175-176:2012)
c) Cacat bawaan
Kelainan congenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan congenital besar, umumnya
akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula
sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir
rendah dengan kelainan congenital berat, kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. (Sarwono,
723:2005)

d) Ketuban Pecah Dini (KPD)


Seperti yang telah disebutkan (Manuaba,2012) bahwa KPD
merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dengan
berbagai akibatnya, karena selaput ketuban tidak kuat sebagai
akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, bila terjadi pada
usia kehamilan yang belum aterm, akan menyebabkan terjadinya
berat badan lahir rendah.

8) Penyebab Lain
a) Sosial Ekonomi
Pengaruh sosial ekonomi merupakan hal yang cukup berpengaruh
dalam kejadian BBLR, walaupun secara tidak langsung.
Pendapatan yang rendah akan menyulitkan seorang ibu untuk
memenuhi kebutuhan bayi terutama dalam hal gizi. Hal ini pada
akhirnya akan menyebabkan bayi dengan BBLR. Mc Carthy dan
Maine menunjukkan bahwa angka kematian ibu dapat diturunkan
secara tidak langsung dengan memperbaiki status sosial ekonomi
yang mempunyai efek terhadap salah satu dari seluruh faktor
langsung yaitu perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi, status
kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
A. TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1) PENGKAJIAN
Tanggal : .................... Jam : ....................
A. Anamnesa
1. Pengkajian biodata yaitu nama klien/ bayi, jenis kelamin, tanggal lahir
dan tanggal masuk RS/ Ruang Perinatologi, umur bayi, ditanyakan
langsung ke orang tua/ keluarga dan melihat data dicatatan medis RS.
(Varney, 1997).
a. Nama Nama dikaji untuk mengetahui identitas personal.
b. Tgl. Lahir
Untuk mengetahui usia bayi
c. Jam
Untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan
d. Tempat Lahir
Untuk mengetahui lokasi dimana ibu melakukan persalinan.
e. Jenis Persalinan
Dikaji untuk mengetahui apakah bayi tersebut dilahirkan secara
normal atau tidak serta ditemui penyulit atau tidak.
f. Jenis Kelamin
Untuk pemeriksaan klinis.
1) Laki-laki : testis sudah turun ke skrotum/ belum
2) Perempuan : labia mayora sudah menutup labia minora/ belum
g. Umur bayi
h. Anak ke-
Dikaji untuk mengetahui kondisi kesehatan reproduksi ibu.
2. Biodata Orang tua
Biodata orang tua disini bisa ayah/ibu atau kedua-duanya.
a. Nama
Nama ibu, termasuk nama panggilannya.
Dikaji untuk mengenal klien dan memanggil pasien agar tidak
keliru dengan pasien lain. (Ibrahim, 1996).
b. Umur
Umur ibu untuk menentukan apakah ia hamil terlalu tua atau terlalu
muda. Menurut Wiknjosastro (1997), umur ibu kurang dari 20
tahun lebih dari 35 tahun merupakan factor predisposisi kelahiran
premature. Selain itu mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause.
Sedangkan menurut Manuaba (2001), semakin tua menjadi hamil,
semakin besar pula kemungkinan menderita kelainan congenital,
diantaranya sindrom down.

Pertambahan usia dapat menyebabkan terjadinya kelainan


terutama pada pembelahan kromosom. Pembelahan kromosom
abnormal menyebabkan adanya peristiwa gagal berpisah yang
menyebabkan kelainan pada individu yang dilahirkan, seperti
sindroma down, kembar siam, dan autisme.(American Society of
Reproductive Medicine, 2012)

c. Agama
Dikaji untuk mempermudah dalam melakukan pendekatan
keagamaan dalam melakukan asuhan kebidanan juga mengetahui
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan lain. Agama ini
berfungsi untuk mengetahui praktek agama yang dilakukan oleh
ibu yang berkaitan dengan persalinan. Selain itu mengetahui agama
akan memberikan pengetahuan bagi bidan tentang bagaimana
membimbing ibu saat bersalin mungkin dengan membimbing ibu
berdoa dan sebagainya. Dalam keadaan gawat ketika memberi
pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus
berhubungan misalnya pada agama islam memanggil ustad, pada
agama khatolik memanggil pastur atau pendeta. (ibrahim.1996:82)
d. Suku/ Bangsa

Faktor herediter merupakan faktor pertumbuhan yang dapat


diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin (Supartini dalam
Marmi dan Kukuh.2012:111). Jenis kelamin ditentukan sejak
dalam kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih
besar dan tinggi daripada anak perempuan,hal ini akan nampak
saat anak sudah mengalami masa prapubertas. Ras dan suku
bangsa juga mempengaruhi pertumnuhan lebih pendek daripada
orang Eropa atau sukuAsmatdari Irian berkult hitam.

Perbedaan ras juga penting untuk dikaji karena dapat


mempengaruhi sebagian besar produk gen seperti jenis Rh. Hal
ini dilakukan untuk mengantisipasi penyakit hemolitik BBL karena
inkompatibilitas Rh.Ditinjau dari sudut distribusinya dalam
populasiorang Amerika asli ,inuit, dan cina serta orang Asia
lainnya hampir semua memiliki Rh positif (99%). Sekitar 92
hingga 93% orang Amerika Afrika memiliki Rh positif, tetapi
hanya 87% orang Kaukasia yang memiliki Rh
positif.(Cunningham,2009:310),

e. Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua.
Tingkat pengetahuan tersebut mempengaruhi sikap atau perilaku
kesehatan seseorang. Menurut Wiknjosastro (1997), tingkat
pengetahuan ibu yang rendah memperbesar kematian perinatal.
f. Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui tingkat penghassilan status ekonominya
keluarga.
Pekerjaan ibu penting diketahui untuk mengidentifikasi resiko
cidera yang berhubungan dengan pekerjaan misalnya sindrom
tunnel carpal dan bahaya dalam lingkungan. Hal ini penting untuk
memastikan batasan yang perlu diperhatikan dalam pekerjaannya
dan untuk merencanakan masa istirahat bagi ibu. (Varney, 2007 :
31).
Mengetahui pekerjaan ibu, gunanya untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati, 2009 :
130).

g. Alamat
Mengetahui ibu tinggal di mana, juga menjaga kemungkinan bila
ada ibu yang namanya sama dan memastikan ibu mana yang
hendak ditolong, juga diperlukan bila mengadakan kunjungan
kepada penderita. (Ibrahim,1996 : 81)
I. DATA SUBYEKTIF
1. Riwayat Kesehatan Ibu
Ditanyakan kepada ibu apakah ibu pernah atau sering mengunjungi
tempat atau sarana pelayanan kesehatan.

Alasan dikaji : Untuk mengetahui adanya kelainan dan penyakit


yang diderita oleh ibu. Setiap temuan dapat mengawali proses
perumusan diagnosis banding yang kemudian didisku sikan atau
dirujuk ke spesialis medis. (Varney, 2007:30).

Ibu dengan hepatitis B : ibu yang positif untuk antigen hepatitis B


(HBsAG) dan antigen e hepatitis B (HBeAG) berisiko paling tinggi
mentransmisikan virus. (Paulette S. Haws.2008 : 138)

Ibu dengan HIV : transmisi HIV melalui kontak dengan darah,


semen, sekresi serviks dan ASI yang terinfeksi; transmisi vertical
sebelum atau sekitar saat kelahiran; menyusui; serta pajanan
perkutan atau membrane mukosa dengan darah atau cairan tubuh
yang terkontaminasi. (Paulette S. Haws.2008 : 142)

2. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari pihak keluarga apakah anggota keluarga pernah atau sering
mengunjungi tempat atau sarana pelayanan kesehatan. Data ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan bayi. Misalnya,
dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular ada yang
menderita TBC atau adanya riwayat penyakit keturunan seperti asma
yang dapat mengganggu kesehatan bayi.

3. Riwayat Perkawinan Orang Tua


Ditanyakan untuk mengetahui lama pernikahan,usia saat
menikah,dan pernikahan yang ke berapa. Orang tua yang
menderita rasa penolakan yang berasal dari keturunan atau yang
pernah merasa ditolak sebelum perkawinan

4. Riwayat obstetri
Tanggal dan waktu melahirkan; usia gestasi saat melahirkan dengan
menggunakan penanggalan dan pemeriksaan ultrasonografi, lama
kala satu dan dua persalinan; gawat janin atau asidosis;demam
pada ibu; ada mekonium; lama ketuban pecah; presentasi;
komplikasi; cara melahirkan; penggunaan alat bantu; analgesia dan
waktu; anestesi dan komplikasinya; ukuran plasenta, warna, dan
bau;insersi tali pusat; dan penampilan tali pusat termasuk jumlah
pembuluh darah dan ukurannya (kotor? Berbau? Kelainan?).(
Constance Sinclair,2003:326)
Selain itu
1. Untuk mengetahui masalah obstetric, medis dan social:
1) Selama kehamilan (misalnya preeklamsia, ISK, KDRT)
2) Selama persalinan dan melahirkan (misalnya malpresentasi,
malposisi, preeklamsia, eklamsia, induksi pytocin, stimulasi
pytocin, aserasi perineal utama, laserasi serviks)
3) Selama masa pasca perdarahan/nifas (misalnya ISK,
perdarahan, infeksi uterin, KDRT)
2. Untuk mengetahui lama persalinan dan penyulitnya
3. Untuk mengetahui status bayi saat ini, hidup dengan sehat atau
memiliki masalah dengan kesehatannya.
4. Untuk mengetahui berat lahir bayi, jenis kelamin bayi. (Varney,
2007).

a. Riwayat kehamilan
Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan yang
meliputi hamil ke berapa,umur kehamilan hari pertama haid terakhir
(HPHT),hari perkiraan lahir (HPL), Frekuensi pemeriksaan Ante
Natal Care (ANC), yang memeriksa,keluhan,dan imunisasi
(Prawihardjo, 2007).

b. Riwayat persalinan
Untuk mengetahui tempat persalinan, penolong, jenis persalinan,
lama persalinan dari kala I sampai kala IV, keadaan anak, jumlah air
ketuban, dan adakah komplikasi dalam persalinan (Varney, 2002).

Thn Persalinan Nifas H/M,


Kehamilan sehat/sakit,

ANC Mslh UK Jns Penolong L/P + Penyulit umur,

Pers BB meneteki
lamanya
5. Data psikososial
Yang di kaji dan di dokumentasikan pada riwayat psikologi ibu
yaitu tentang bagaimana interaksi antara bayi dan ibu, respon atau
penerimaan dari ibu terhadap bayinya,serta untuk mengetahui
suasana hati ibu terhadap kehadiran bayinya. yaitu apakah ibu
menerima atau menolaknya.
6. Data Spiritual
Keyakinan yang dipegang oleh keluarga untuk kelangsungan
hidupnya.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi

Bayi baru lahir akan menyusu setiap 1,5-3 jam pada siang hari
dan biasanya setiap 3-5 jam pada malam hari. Bayi yang disusui
harus diberi susu sekurang-kurangnya setiap 3 jam setiap hari.
Bayi yang “baik”, yang jarang menangis, yang tidur, dan yang
hanya terjaga 4-6 jam untuk makan biasanya tidak akan
memperoleh peningkatan berat bada yang adekuat dan mungkin
Ibu tidak bisa mempertahankan suplai susunya. Kebanyakan bayi
makan rata-rata sepuluh kali dalam 24 jam. (Bobak,2005:482)

Minum: ASI :…….X…..perhari………..ml/hari


Menurut Akre rata-rata kebutuhan air pada bayi adalah : usia 3
hari 80-100 ml/kg BB, usia 10 hari 125-150 ml/kg BB, usia 3
bulan 140-160 ml/kg BB.
Bayi menetek dengan lemah atau kuat
ASI : belum keluar, keluar belum lancar, sudah keluar lancar
b) Pola eliminasi

Untuk mengetahui fungsi sistem pencernaan dan


metabolisme tubuh meliputi frekuensi BAB, warna, konstipasi
dan BAK warna dan frekuensi. (Surasmi, 2003).
Feses atau tinja pertama yang dikeluarkan oleh bayi terdiri
atas mekonium, yaitu bahan seperti ter, berwarna hijau gelap yang
terbentuk dalam saluran usus selama kehidupan didalam rahim.
Defekasi harus sudah terjadi dalam 24 jam pertama. Setelah usus
kemasukan makanan (ASI), mekonium secara berangsur-
angsurberalih menjadi feses bayi baru lahir yang berwarna kuning
yang normal. (Helen Farrer.2001:186)
Feses transisi dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam. Tinja
dari bayi yang disusui ibunya lebih lunak, berwarna kuning emas
dan tidak mengiritasi kulit bayi. (Bobak.2004:368).

Bayi berkemih hanya sekali atau dua kali selama 24 jam pertama.
Urine sering diekskresikan pada saat lahir dan kejadian ini
mungkin tidak diketahui. Sesudah hari pertama, ekskresi urine
akan terjadi dengan sering-yaitu ; sekitar 10-12 perhari. Jumlah
dan konsentrasi urin harus diamati. Mungkin urin berwarna agak
kemerahan akibat kandungan urat didalamnya; setiap perubahan
warna pada urin harus dilaporkan.(Helen Faarrer.2001:186)

BAB :…………X ………….Perhari,Warna……….


frekuensi , bentuk dan warna mekonium : ....... ( hitam pekat,
hijau, merah), waktu .......
Bayi harus BAB dan BAK dalam waktu 24 jam.
BAK :…………X …………Perhari,Warna………..frekuensi ,
waktu .......

c) Pola istirahat

Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari


pertama. Bayi tampak semi-koma saat tidur dalam; meringis atau
tersenyum adalah bukti tidur dengan gerkan mata cepat
(REM);tidur sehari rata-rata 20 jam. (Doenges dan
Moorhouse,2001:567)
Tidur nyenyak yang pertama memungkinkan bayi
baru lahir pulih dari tuntutan kelahiran dan transisi segera ke
kehidupan ekstrauteri.(Helen Varney dkk.,2002.893)

Tidur siang : ............................Jam


Tidur malam :…………………Jam
Masalah :………..
Sejak bayi dilahirkan , bayi langsung tidur dan sekalipun
terbangun jika menetek, BAB, atau BAK.

d) Personal hygiene

Untuk mengetahui kebersihan dari BBL agar menghindari


terjadinya infeksi (ruam popok). Memandikan BBL menunggu 2
jam setelah suhu tubuh dari BBL normal. Bayi tidak perlu mandi
lengkap setiap hari. (Helen Varney dkk.2002.893)

Mandi :…………..X/hari
Ganti pakaian bayi :…………….x ganti popok…… x sehari
Bayi sudah dimandikan jam ..... , setiap BAK, pakaian bayi kotor
atau basah pakaian bayi selalu diganti.

8. Data pengetahuan
Pada ibu primipara
a. Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang baik
b. Ibu sudah mengetahui tentang imunisasi dasar pada bayi yang tepat
c. Ibu sudah mengetahui tentang nutrisi yang baik untuk bayi
Pada ibu multipara jika dia lupa, maka bidan bantu untuk
mengingatkannya kembali dengan cara memberikan KIE ataupun
mengajarinya.
II. DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Suhu

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksilla atau pada rectal.
Hasil pengukuran pada axilla biasanya lebih rendah daripada hasil
pengukuran perrektal. Suhu tubuh yang normal menurut
PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO ( 2003 ), yaitu 36,5-37,2
0
C.Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah
lahir.

b. Nadi
Denyut nadi yang normal pada BBL menurut Hamilton (1995) adalah
120-150 kali/menit. Pendapat lain disampaikan PUSDIKNAKES-
WHO-JHPIEGO ( 2003 ), nadi bayi normal yaitu 120-160 kali/ menit.

c. Pernafasan
Menurut Jumarni ( 1995 ) bayi normal mulai bernafas 30 detik
sesudah lahir. Pernafasan dihitung dengan melihat gerakan bernafas
pada dada atau perut. Pendapat berbeda disampaikan
PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO ( 2003 ) bahwa pernafasan normal
pada BBL berkisar antara 40-60 kali/menit.

Pada bayi baru lahir respon pernapasan normalnya yaitu :


 frekuensi rata-rata pernafasan adalah 40 kali/menit.
 Rentang : 30-60 kali/menit.
 Pernafasan diafragma dan abdomen.
 Bernafas melalui hidung. (Jan M. Krieb dkk.2010 : 461)
Pemeriksaan frekuensi nafas dilakukan dengan menghitung rata-
rata pernapasan dalam 1 menit yaitu antara 30-60 kali/menit. Tetapi
pada bayi dalam kkeadaan lahir kurang dari 2.500 gram atau usia
kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan erdapat retraksi
dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik secara
periodic, maka masih dikatakan dalam batas normal. (A.Aziz
Alimul. 2008 : 66)

2. Antropometri
Menurut Jumiarni ( 1995 ) pengukuran pada bayi meliputi lingkar
kepala ( LK ), lingkar lengan ( LL ) dan panjang badan ( PB ).
Sedangkan menurut Hamilton ( 1995 ), pengukuran tubuh saat lahir
adalah lingkar kepala, lingkar dada, dan panjang badan.
a. Berat badan
Menurut Jumiarni ( 1995 ) dan Doenges ( 2001 ) ;
PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO ( 2003 ), berat badan (BB)
normal pada BBL yaitu 2500-4000 gram.
b. Panjang badan
Menurut Jumiarni (1995) pengukuran panjang badan diukur dari
puncak kepala sampai ke tumit, ukuran normalnya yaitu 48-50 cm.
Sementara itu, Doenges (2001) menyebutkan panjang badan
normal BBL yaitu 44-55 cm.
c. Lingkar dada
Menurut Jumiarni ( 1995 ), lingkar dada diukur dari dada ke daerah
punggung kembali ke dada melalui putting susu, normalnya 32-34
cm. Sedangkan menurut Hamilton ( 1995 ), ukuran normalnya
30,5-33 cm.

Normalnya, lingkar kepala lebih besar daripada limgkar dada.


Lingkar kepala bayi baru lahir diukur dari oksiput dan mengelilingi
kepala tepat di atas alis mata (Helen Varney dkk.2002.893). Diukur
menggunakan metlin. (Yanti, 2010 : 126)

d. Lingkar Kepala
Menurut Hamilton ( 1995 ), ukuran normal lingkar kepala pada
BBL yaitu 31-35 cm. Sedangkan menurut Doenges ( 2001 ) lingkar
kepala normal BBL yaitu 32-37 cm. Sementara itu, menurut
Jumiarni ( 1995 ) lingkar kepala dibagi menjadi beberapa, antara
lain cirkumferentia fronto-ocipitalis 34 cm, cirkumferentia mento
occipitalis 35 cm, cirkumferentia suboccipito-bregmatika 32 cm,
dan cirkumferentia submento-bregmatika 32 cm.
e. Lingkar Lengan
Menurut Jumiarni ( 1995 ), pengukuran lingkar lengan dilakukan
pada daerah lengan atas. Ukuran normalnya yaitu 10-11 cm.

3. Status Present
a. Kepala
Ubun-ubun : terdapat dua ubun-ubun yaitu ubun-ubun besar (UUB)
dan ubun-ubun kecil (UUK) yang pemeriksaannya harus dengan
palpasi, kadang-kadang terdapat daerah yang lunak pada tulang
parietal dekat sutura ( kraniotabes ) yang biasanya akan hilang
sendiri.

Inspeksi dan palpasi pada ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil,


sutura, moulase, caput succedaneum, adanya cephal haematoma,
adanya hidrosefalus (Wafi Nur Mulihatun, dkk, 2010 : 183).

Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,


moulding yang buruk, atau hidrosefalus.(Marmi dan Kukuh, 2012:
56)

Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi


akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali. Jika fontalnel menonjol, hal ini
diakibatkan peningkatan tekanan intrakranial sedangkan yang
cekung terjadi akibat dehidrasi. Terkadang teraba fintanel ketiga
antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21. (Marmi dan Kukuh, 2012: 56)

b. Mata
Dikaji adanya tanda-tanda infeksi, contohnya pus. Observasi lebih
ditekankan pada konjunctiva, apakah pucat, kering.

Dikaji adanya tanda-tanda infeksi, contohnya pus. Observasi lebih


ditekankan pada konjunctiva, apakah pucat, kering atau tampak
bitot. Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan,
subkonjungtiva dan kesimetrisan (Wafi Nur Mulihatun, dkk, 2010 :
183).

Keadaan mata normal :

 Tidak terdapat lipatan epikantus(lipatan kulit vertikal pada


sisi nasal).Lipatan epikantus menunjukkan sindrom down, agenesis
ginjal, atau penyakit penyimpangan glikogen.
 Jarak kantus dalam <2,5cm. Jika jarak kontus >2,5cm
indikasi sindrom down.
 Fisura palpebra terletak horizontal sepanjang garis khayal.
Kemiringan mata ke rah atas, dijumpai pada sindrom down.
 Iris berbentuk bola dan bening. Jika terdapat bintik puth
atau terang pada iris (Brushfield) menunjukkan sindrom down. Iris
yang tidak berwarna dan menunjukkan kemerah-merahan
menunjukkan albinisme.
 Sklera berwarna putih dan bersih. Sklera yang berwarna
kuning menunjukkan ikterus. Perubahan warna yang kebiruan
merupakan stadium lanjut dari bilirubin yang meningkat. (Joyce
Engel.1999;115)

c. Hidung
Dikaji adanya secret atau kotoran agar dapat mengidentifikasi
adanya infeksi. Kebersihan dan ada tidaknya palatoskisis (Wafi
Nur Mulihatun, dkk, 2010 : 183).

Bayi mempunyai pangkal hidung yang sempit dan bayi bernafas


hanya dari hidung yang menyebabkan mereka cenderung
mengalami gangguan jalan nafas atas.(joyce Engel.1999:126)

 Hidung harus simetris pada pusat muka . Hidung yang rata


menunjukkan adanya kelainan kongenital.
 Mukosa hidung harus kuat dan berwarna merah muda.
Pertumbuhan mukosa yang berlebihan yang lunak keabu-abuan
adalah polp yang mungkin menyumbat nares sebagian. (Joyce
Engel.1999:130)
 Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan
lebarnya harus >2,5 cm
 Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut
harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan nafas karena
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung, atau ensefalokel
yang menonjol ke nasofaring.( Marmi dan Kukuh,2012: 57)

d. Mulut

Observasi bibir dan rongga mulut, apakah bibir kering atau pucat.
Bibir dan langit-langit periksa adanya sumbing, trush, sianosis
(Wafi Nur Mulihatun, dkk, 2010 : 183). Reflek hisap dinilai dengan
mengamati bayi pada saat bayi menyusui.

Mulut bayi muda pendek, licin, dan mempunyai palatum molle


yang relatif panjang. Lidah tampak besardalam rongga mulut yang
lebih pendek dan cenderung mendesak langit-langit mulut yang
memungkinkan susu mengalir ke faring.Sampai umur 4 bulan bayi
memperlihatkan gerakan lidah yang aktif atau extrusion reflex,
dimana lidah ditekan dibawh puting susu. (Joyce engel.1999:126)

Pada bayi baru lahir gusi licin, dengan tepi jaringan yang
menonjol sepanjang garis gusi. Area seperti mutiara mungkin
terlihat sepnjang gusi.(Joyce Engel.1999:126)

e. Telinga
Periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala. Menurut
Doenges ( 2001 ), telinga yang normal bagian atas telinga harus
sejajar dengan bagian dalam dan luar kantung mata (telinga yang
tersusun rendah menunjukkan abnormalitas genetic).

f. Leher
Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma
leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada pleksus brachialis.

Adanya lipatan kulit yang berlebihan dibagian belakang leher


menunjukan adanya kemungkinan trisomi 21. (Marmi dan
Kukuh,2012: 57)

Periksa adanya pembengkakan atau benjolan, normalnya tidak ada


(Wafi Nur Mulihatun, dkk, 2010 : 183).

Pembesaran nodus pada rahang menunjukkan infeksi mulut dan


lidah. (Joyce, ngel.1999:177)

g. Dada
Bentuk dada (simetris/tidak), putting, bunyi nafas, dan bunyi
jantung harus dikaji dalam pemeriksaan ini. Pernafasan BBL
biasanya diafragmatik, suara pernafasan broncovesikuler. Kadang-
kadang dapat didengar ronkhi pada akhir inspirasi yang panjang
(misalnya pada waktu menangis). Batas jantung agak sukar
ditentukan secara perkusi karena variasi bentuk dada. Seringkali
terdengar murmur, tetapi ini bukan berarti adanya kelainan jantung
congenital. (Wafi Nur Mulihatun, dkk, 2010 : 183).
h. Abdomen

Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, perdarahan


tali pusat, lembek, jumlah perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh
darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan distensi,
gastroskisis, omfalokel, bentuk. Hepar biasanya teraba, kadang-
kadang Lien dan ginjal juga dapat teraba. Bila teraba tumor lain,
perlu dilakukan pemeriksaan radiologis (Wafi Nur Mulihatun, dkk,
2010 : 183).

 Abdomen yang menonjol atau “perut buncit” adalah


normal sampai pubertas,yang berhubungan dengan lordosis.
Dalam keadaan tertentu abdomen yang menonjol menunjukkan
retensi cairan, tumor, organomegali (pembesaran organ), atau
asites.
 Abdomen yang cekung menunjukkan dehidrasi atau
obstruksi abdomen bagian atas. Penonjolan garis tengah dari
prosesus xifoideus sampai umbilikus atau simfisis pubis
menunjukkan diastasis rekti abdominis.
 Kulit abdomen berwarna kekuningan menunjukkan ikterus.
 Gelombang bperistaltik yang hampir dapat terlihat selalu
menunjukkan obstruksi intestinal dan pada bayi yang lebih muda
dari 2 bulan menunjukkan stenosis pilorus.
 Umbilikus yang berwarna kebiru-biruan menunjukkan
perdarahan intraabdomen.Bising usus yang normal terjadi setiap
10 sampai 30 detik dan dapat terdengan bunyi berdeguk, bunyi
ceklekan, dan bunyi keroncongan. Bising usus dengan nada yang
tinggi menunjukkan diare, gastroenteritis, atau obstruksi. Bising
usus yang tidak terdengan menunjukkan peritonitis atau ileus
paralitik. (Joyce Engel.1999:165)

i. Genetalia
Pada bayi laki-laki:

Dilakukan inspeksi dan palpasi. Skrotum berisi dua


buah testis yang sudah turun(testis dapat ditarik turun dengan
mudah), prepusium melekat pada glands penis, meatus uretra
terletak di bagian tengah ujung penis.(Helen Farrer, 2001:176)

Pada bayi perempuan:

Dilakuka inspeksi dan palpasi denga membuka labia


secara perlahan. Labia dan klitoris sering terlihat menonjol,
verniks tampak pada lipatan labia, introitus vagina terlihat,
kadang-kadang ditemukan lendir (mucoid show). Dapat terlihat
sedikit perdarahan dari vagina (spotting) selama beberapa hari
pertama akibat penghentian produksi hormon-hormon
plasenta.(Helen Farrer, 2001:176)

j. Punggung

Dilakukan inspeksi dan palpasi sementarabayi disangga dalam


posisi pronasio,pemeriksa menelusiri tuang belakang dari pangkal
leher hingga anus dengan jari tangannya.Tulang belakang utuh,
tidak ada cekungan atau pertumbuhan rambut, tulang belakang
tampak lurus dan mudah difleksikan, kadang-kadang terlihat
lekukan kecil pada dasar tulang belakang, bulu-bulu halus apat
terlihat menutupi derah bahu serta punggung bagian atas. (Helen
Farrer, 2001:177)
Tulang belakang normalnya melengkung pada bayi yang berumur
kurang dari 3 bulan. Lengkung lumbal terbentuk pada bulan ke-12
sampai ke-18.(Joyce Engel.1999:195)

k. Kulit
Terdapat verniks kaseosa, warna kulit kemerahan, tak ada
pembengkakan atau bercak-bercak kehitaman, turgor dan tanda
lahir.

Warna kulit kuning mungkin menunjukkan ikterus (yang menyertai


penyakit hati, hemolisis sel darah merah, obstruksi saluran empedu,
atau infeksi berat pada bayi), dan paling baik diamati pada sklera,
membran mukosa dan abdomen. Kekurangan warna secara umum
yang meliputi kulit, rambut dan mata menunjukkan albinisme.
Bercak bercak hipopigmentasi dan bersisik pada muka dan tubuh
bagian atas atau papula yang tersebar di seluruh lengan, paha, dan
bokong dan sisik halus superfisial mungkin menunjukkan
ekzema.(Joyce Engel.1999:80)

l. Sistem syaraf
Yang dikaji atau didokumentasikan adalah semua refleks pada
bayi. Yang meliputi:
- Refleks berkedip - Refleks tonik leher/fencing
- Refleks rooting - Refleks terkejut
- Refleks menelan - Refleks ekstensi silang
- Refleks ekstrusi - Refleks moro
- Refleks melangkah - Refleks merangkak
m. Ekstremitas
Yang perlu diketahui pada daerah ekstremitas yaitu apakah dapat
bergerak dengan normal, tidak ada paralisis, dipegang tidak sakit
karena fraktur dan tidak ada cacat bawaan misalnya syndactily atau
polidactili.(Ibrahim 1993).
n. APGAR Score
Untuk mengetahui tingkat asfiksi yang dialami dan kemudian
menentukan tindakan/ pertolongan yang sesuai, yaitu dengan
menjumlahkan nilai yang diperoleh sesuai keadaan.
Nilai apgar 1 menit : lebih/ sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
Nilai apgar 1 menit : 4 – 6 perlu bag and maskventilation
Nilai apgar 1 menit : 0 – 3 lakukan intubasi

APGAR/ 0 1 2
NILAI

Apppearance Pucat dan kemerahan Ekstremitas biru Seluruh tubuh


kemerahan

Pulse rate Tidak ada <100 >100

Grimace Tidak ada Sedikit gerak Mimik seperti batuk


atau bersin

Activity Tidak ada Ekstremitas sedikit Gerakan fleksi


fleksi

Respiration Tidak ada Lemah / tidak Baik / menangis


teratur

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah (Hb) :
Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kadar Hb akibat
hipoksia, BBl mempunyai kadar Hb normal 14-20 gr/dl (Varney,
2002:277)
III. ASSESSMENT
a. Diagnose Kebidanan
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah
atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan data – data yang telah
dikumpulkan.
Bayi Ny. .............. umur ...............
Data Dasar
Bayi Lahir tanggal ...................... pkl....................
Data subjektif :
Umur Kehamilan...............
 Untuk penatalaksanaan tiap neonates
 Faktor maturitasi bayi sangat berpengaruh pada morbiditas dan
mortalitas perinatal
 Untuk menilai tingkat perkembangan bayi premature

Menurut Dep.kes RI. (2005) dalam Marmi (2012: 5) Bayi baru lahir
normal/ fisiologis adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 27
minggu sampai 42 minggu.

Pengkajian Usia gestasi dapat dilakukan 2 jam pertama setelah lahir.


(Irene,dkk, 2005 : 406)

Data objektif :
Tanda Vital.......................
Contoh Interpretasi data:
1. Diagnosa
a. Bayi lahir tanggal..............
b. Umur kehamilan 37 – 42 minggu
c. Apgar score 7 – 10
d. Tali pusat basah/segar
e. Warna kulit kemerah-merahan
f. Berat badan 2500 – 4000 gram
g. Vital sign : R :30-50 x/menit, N :120-140x/menit, S:36,5oC –
37,5oC.
h. Menangis kuat

1. PELAKSANAAN
1) Menyusun Rencana Asuhan
Rencana (planning) yang akan dilakukan sesuai dengan situasi
klien.Pada langkah ini direncanakan asuhan secara komprehensif yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dengan penjelasan
rasional. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi.

2) Pelaksanaan Langsung Asuhan Secara Efisien Dan Aman


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan
secara efisien dan aman. Pelaksanaan sesuai dengan rencana tindakan
sesuai dengan kondisi pasien.

3) Mengevaluasi Keefektifan Asuhan Yang Diberikan


Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang telah diberikan. Hasil dari evaluasi akan digunakan sebagai data
awal untuk menyusun langkah-langkah berikutnya, terutama bila
terdapat diagnosa yang belum teratasi dengan tindakan yang telah
diberikan. Evaluasi dilakukan dengan SOAP. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui perkembangan bayi berdasarkan pelaksanaan rencana
tindakan dengan langkah SOAP.Pengkajian dilakukan tentang data
pasien yang dapat diperoleh melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik.
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA BAYI Ny. S DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI BPS KASIH IBU GEMOLONG SRAGEN

PENGKAJIAN
Tanggal : 27 Desember 2013
Waktu : 10:15 WIB
Tempat : BPS Kasih Ibu

IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : By. Ny. S
Tanggal/Jam lahir : 27 Desember 2013/09:00 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan

b. Identitas Orang Tua


Nama ibu : Ny. S Nama suami : Tn. J
Umur : 33 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Ngandul RT 7 Alamat : Ngandul RT 7
RW 2 Sumberlawang, RW 2 Sumberlawang
Sragen Sragen

I.DATA SUBYEKTIF
1. RIWAYAT KESEHATAN IBU DAN KELUARGA :
Ibu mengatakan bahwa dari pihak ibu tidak ada yang menderita penyakit :
Kehamilan ganda
- Menurun : DM, jantung, hipertensi, kelainan atau cacat bawaan
- Menular : hepatitis, dan TBC
- Ibu mengatakan belum pernah operasi sesar.
Ibu mengatakan bahwa dari pihak suami tidak ada yang menderita penyakit:
- Kehamilan ganda
- Menular : jantung, kelainan, atau cacat bawaan
- Menular : hepatitis, TBC

2. RIWAYAT KESEHATAN ANAK


Bayi menangis kuat, kulit kemerahan, gerakan aktif, pada jam 09:00 WIB
tanggal 27 Desember 2013 BB= 2300gr, PB= 48 cm, Jk= laki-laki, Lk= 31 cm,
LD= 31 cm, LILA= 9 cm.

3. RIWAYAT PERKAWINAN ORANG TUA


Ibu mengatakan bahwa ibu menikah secara syah, saat ibu berusia 25 tahun dan
saat suami berusia 27 tahun. Lamanya pernikahan 8 tahun dan hubungan
dengan suami baik-baik saja.

4. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG :


GPA : G2 P1 A0
HPHT : 3 April 2013
HPL : 10 Januari 2014
Umur kehamilan : 38 minggu
ANC : 5 kali
TT : 2x
- ANC 1
Tanggal : 17 Juli 2013
Keluhan : Mual muntah
Suplement : Calc 50mg 1x1, B6 1x1
Pemberian Fe : Tidak ada
Pemeriksaan penunjang : HB 12 gr%, Reflek Patella +
Pendidikan Kesehatan : Tanda bahaya TM 1, Makan sedikit tapi sering
- ANC 2 :
Tanggal : 15 Agustus 2013
Keluhan : Tak
Suplement : Biomom 1x1 500mg
Pemberian Fe : Hufabion 1x1
Pendidikan Kesehatan : Nutrisi, dan Istirahat yang cukup
- ANC 3 :
Tanggal : 6 November 2013
Keluhan : Tak
Suplement : Vitamin C 1x1
Pemberian Fe : Hufabion 1x1
Pendidikan Kesehatan : Tanda bahaya TM 3, Tanda-tanda persalinan
- ANC 4 :
Tanggal : 26 November 2013
Keluhan : tidak ada keluhan
Suplement : Folarin, Vitamin C 1x1
Pemberian Fe : Hufabion 1x1
Pendidikan Kesehatan : tanda bahaya bumil TM III
- ANC 5 :
Tanggal : 23 Desember 2013
Keluhan : tidak ada keluhan
Suplement : Folarin, Vitamin C 1x1
Pemberian Fe : Hufabion 1x1
Pendidikan Kesehatan : Persiapan Persalinan

5. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG :


Ibu datang ke BPS Kasih Ibu tanggal 27 Desember 2013 jam 08:00 WIB dengan
keluhan kenceng-kenceng pada perut bagian bawah, sejak pukul 01:00 WIB.
VT : v.u.v tenang, pembukaan 8 cm, efficement 75%, KK (-), teraba kepala, ,
POD kanan depan, Moulage 0, Penurunan di Hodge III, tidak ada bagian lain,
STLD (+),PUKA, presentasi belakang kepala.
6. RIWAYAT KEHAMILAN PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU
Kom Tempat Jenis Nifas Anak
Hamil Penolo
plika persalin UK Persalin Perdar Ket
ke- ng Laktasi Infeksi JK BB PB
si an an ahan
BPS Hidup,
Kasih 39 3400 49 umur 8
- Normal Bidan Lancar - - L
1 Ibu mg gr cm tahun

7. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI :


a. Pola Nutrisi : Bayi sudah diberi ASI
b. Pola Eliminasi :
BAK pertama kali tanggal : 27 Desember 2013, Jam : 09:25 WIB
Warna : Kuning Jernih
Jumlah : 20 cc
BAB pertama kali tanggal : 27 Desember 2013, Jam : 09:45 WIB
Warna : Hitam Kehijauan ( Mekonium )
Konsistensi : Lembek
Jumlah : 50 cc
c. Pola Istirahat : Bayi belum tidur
d. Pola Hygiene : Bayi belum dimandikan

II.DATA OBYEKTIF :
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : Denyut Jantung: 128x/menit
Suhu : 36’50C
RR : 42x/menit
b. Pengukuran antropometri :
BB : 2300 gram Lingkar Kepala/LK : 31 cm
PB : 48 cm Lingkar Dada/LD : 31 cm
Lingkar Lengan : 9 cm
Keadaan bayi :
Menangis : bayi menangis kuat
Warna kulit : kemerahan
Turgor : Tidak baik, karena jaringan lemak di bawah kulit tipis

2. Status Present :
Kepala : simetris, sutura menutup, ubun-ubun mendatar, tidak ada
cekungan
Muka : simetris, tidak sianosis
Mata : simetris, tidak ada sekret, konjunctiva merah muda, sklera
putih, reflek penglihatan normal
Hidung : simetris, tidak ada polip
Mulut : refleks menghisap cukup baik, tidak ada kelainan bawaan,
mulut simetris
Telinga : letak simetris, tidak ada kelainan dalam pendengaran(ada
respon saat bayi dikagetkan)
Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfe,thyroid, dan
tidak ada bendungan pada vena jugularis
Dada : bentuk dada simetris, puting susu menonjol, bunyi nafas
normal, tidak ada retraksi dinding dada
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Pulmo/cor : pernafasan normal, tidak ada bunyi ronchi dan wheezing
Abdomen : simetris, tidak ada pembengkakan pada hepar, bising usus
normal, tali pusat masih basah
Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora
Punggung : tidak ada pembengkakan, tidak ada cekungan, tidak ada
spina bifida
Anus : sudah berlubang
Ekstremitas : ekstremitas atas dan bawah normal, tidak sianosis, jumlah
jari kaki dan tangan normal,
Kulit : kemerahan, tidak sianosis,
Reflek :
Reflek Moro : baik, ada respon memeluk saat bayi dikagetkan.
Reflek Rooting : baik, ada respon membuka mulut saat jari kita menyentuh
mulut bayi.
Reflek Grasping : baik, saat tangan bayi diberi telunjuk maka tangan bayi
akan menggenggam.
Reflek Walking : baik, saat telapak kaki bayi disentuh dengan jari maka
akan bergerak-gerak.
Reflek Sucking : cukup baik, bayi menghisap dengan kuat
Reflek Tonic Neck : ada, bayi dapat menggerak-gerakkan kepalanya dan dapat
memiringkan kepalanya saat di tengkurapkan.

III.ASSESMENT
By.Ny. S lahir spontan, cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan berat badan
lahir rendah umur 2 jam, patologis.

IV.PELAKSANAAN
1) Mengobservasi KU dan VS pada Bayi Ny.S
Hasil :
Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis
Vital Sign :
HR : 138 x/menit
S : 36’5OC
RR : 42 x/menit
Warna Kulit : kemerahan
2) Memberikan vaksin Hepatitis B 0,5 ml di paha kanan bayi
Hasil :
Vaksin sudah diberikan dengan benar
3) Mengajarkan ibu cara menjaga kehangatan bayi dengan kontak kulit ibu
dengan kulit bayi ( perawatan metode kanguru ) serta menggantikan pakaian
bayi dengan pakaian yang bersih dan kering apabila pakaian bayi basah dan
kotor.
Hasil :
Ibu bersedia untuk melakukan metode kanguru dan bersedia untuk mengganti
pakaian bayi yang basah dan kotor dengan pakaian bayi yang kering dan bersih.
4) Menganjurkan ibu untuk memberi nutrisi atau ASI sesering mungkin pada
bayi minimal tiap 2 jam atau sesuai kebutuhan.
Hasil :
Bayi sudah diberi ASI sesuai kebutuhan.
5) Mengobservasi BAB dan BAK.
Hasil :
Bayi sudah BAB 1 kali, warna kehitaman, konsisitensi lembek, dan BAK 2x,
warna kuning jernih.
6) Perawatan tali pusat kering, bersih, tidak di bubuhi apapun dan dibiarkan
terbuka.
Hasil :
Tali pusat sudah dirawat dengan baik.
BAB IV
PEMBAHASAN

IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama
- Teori : nama dikaji untuk mengetahui identitas personal
- Kasus : pada kasus nama bayi adalah By Ny. S
- Pembahasan : nama bayi jelas, sehingga memudahkan untuk
membedakan dengan bayi yang lain

Tanggal/Jam lahir
- Teori : dikaji untuk menghitung secara pasti umur seseorang.
- Kasus : pada kasus tanggal/jam lahir bayi adalah 27 Desember
2013/09:00 WIB
- Pembahasan : tanggal dan jam lahir jelas, mempermudah untuk
memberikan perawatan sesuai dengan usianya

Jenis Kelamin
- Teori : dikaji ntuk membedakan perawatan dan pelayanan yang
disesuaikan dengan jenis kelamin
- Kasus : pada kasus jenis kelamin bayi adalah perempuan
- Pembahasan : jenis kelamin jelas, memudahkan dalam pemberian
perawatan dan pelayanan serta memperjelas identitas bayi

b. Identitas Orang Tua


Nama
- Teori : nama dikaji untuk mengetahui identitas dari orangtua bayi
- Kasus : pada kasus nama ibu adalah Ny. S dan nama suami adalah
Tn. J
- Pembahasan : nama orang tua bayi jelas sehingga memudahkan untuk
mengenali identitas bayi

Umur
- Teori : umur dikaji untuk mengetahui apaah ibu termasuk dalam
usia resiko tinggi atau tidak
- Kasus : pada kasus umur ibu adalah 33 tahundan umur suami
adalah 35 tahun
- Pembahasan : usia ibu tidak termasuk dalam usia resiko tinggi dan
termasuk usia reproduktif

Agama
- Teori : dikaji untuk mempermudah dalam melakukan pendekatan
keagamaan dalam melakukan asuhan kebidanan juga mengetahui
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan lain
- Kasus : pada kasus agama kedua orang tua bayi adalah Islam
- Pembahasan : dari kasus diatas orang tua bayi beragama Islam,
kebetulan bidan beragama Islam sehingga memudahkan bidan dalam
membimbing dalam berdoa.

Pendidikan
- Teori : pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
- Kasus : pada kasus pendidikan ibu adalah SD dan pendidikan
suami adalah SMP
- Pembahasan : dari segi pendidikan orang tua bayi, termasuk
pendidikan rendah dan bidan harus memberikan konseling yang efektif
sehingga mereka mampu memberikan perawatan kepada bayinya
dengan baik
Pekerjaan
- Teori : untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut
- Kasus : pada kasus pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga dan
pekerjaan suaminya adalah buruh
- Pembahasan : dari kasus diatas dapat diketahui bahwa pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga bukan tergolong pekerjaan yang berat,
sehingga tidak mengganggu dalam proses pemulihan ibu dan produksi
ASI. Selain itu juga dapat diketahui bahwa kondisi social ekonomi ibu
tergolong rendah, dan ibu tergantung pada penghasilan suami.

Alamat
- Teori : dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan perumahan
serta keadaan tempat tinggal
- Kasus : pada kasus alamat orang tua bayi adalah Ngandul
RT07/RW02 Sumberlawang, Sragen
- Pembahasan : alamat / tempat tinggal orang tua bayi disebutkan dengan
jelas sehingga mempermudah tenaga kesehatan untuk melakukan
kunjungan rumah.

2. DATA SUBYEKTIF
2. RIWAYAT KESEHATAN IBU DAN KELUARGA :
- Teori : diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan bayi
- Kasus : pada kasus dari pihak ibu maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menular maupun menurun dan kehamilan ganda
- Pembahasan : dari riwayat kesehatan keluarga, kemungkinan tidak ada
gangguan terhadap kesehatan bayi termasuk resiko peyakit menurun dan
penyakit menular
3. RIWAYAT KESEHATAN ANAK
- Teori :
- Kasus : pada kasus telah dijelaskan bayi menangis kuat, kulit kemerahan,
gerakan aktif, BB = 2300 gr, PB = 48 cm, JK = laki-laki, LK = 31 cm, LD
= 31 cm, LILA = 9 cm
- Pembahasan : dari pengukuran antropometri, bayi tersebut termasuk
BBLR (berat badan lahir rendah)

4. RIWAYAT PERKAWINAN ORANG TUA


- Teori : ditanyakan untuk mengetahui lama pernikahan, usia saat
menikah, dan pernikahan yang ke berapa.
- Kasus : pada kasus ibu mengatakan menikah secara syah, saat ibu berusia
25 tahun dan saat suami berusia 27 tahun, lamanya pernikahan 8 tahun dan
hubungan dengan suami baik-baik saja
- Pembahasan : dari kasus di atas riwayat perkawinan orang tua bayi adalah
baik, tidak ditemukan masalah di dalamnya, sehingga diperkirakan kondisi
psikologis ibu .

5. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG :


- Teori : dikaji untuk menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu yang
sekarang ini
- Kasus : pada kasus adalah G2P1A0, HPHT 3 April 2013, HPL 10 Januari
2014, bersalin pada umur kehamilan 38 minggu, ANC 5 kali, TT 2 kali
- Pembahasan : umur kehamilan ibu termasuk aterm, ANC yang dilakukan
ibu juga sudah sesuai dengan standar yang ditentukan yaitu minimal 4 kali,
imunisasi TT yang dilakukan selama kehamilan juga sudah dilakukan
selama 2 kali

6. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG :


- Teori : dikaji untuk mengetahui hambatan atau kendala dalam persalinan
terdahulu
- Kasus : pada aat menjelang persalinan, v.u.v tenang, pembukaan 8 cm,
efficement 75%, KK (-), teraba kepala, , POD kanan depan, Moulage 0,
Penurunan di Hodge III, tidak ada bagian lain, STLD (+), PUKA,
presentasi belakang kepala, pada jam 09.00 bayi lahir secara spontan
- Pembahasan : tidak terjadi kendala dalam persalinan

7. RIWAYAT KEHAMILAN PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU


- Teori : dikaji untuk mengetahui hambatan atau kendala dalam persalinan
terdahulu
- Kasus : pada kasus, ibu pernah bersalin di BPS Kasih Ibu dengan umur
kehamilan 39 minggu, secara normal, ditolong oleh bidan, jenis kelamin
laki-laki, BB 3400 gram, hidup, umur 8 tahun
- Pembahasan : dari persalinan yang lalu, ibu tidak mengalami hambatan
atau pun kendala dalam proses persalinan maupun kehamilannya

8. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI :


a. Pola Nutrisi
- Teori : dikaji untuk mengetahui apakah bayi menyusu dengan lemah
atau kuat, untuk mengetahui ASI belum keluar, keluar belum lancar, sudah
keluar lancar
- Kasus : pada kasus, bayi sudah diberi ASI, hisapan bayi lemah, ASI sudah
keluar
- Pembahasan : dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa hisapan bayi
yang lemah akan mempengaruhi intake ke tubuh bayi,

b. Pola Eliminasi :
- Teori : dikaji untuk mengetahui bayi harus sudah BAB dan BAK dalam
waktu 24 jam
- Kasus : pada kasus, bayi sudah BAK pada 45 menit setelah lahir dan
sudah BAB 1 jam setelah lahir
- Pembahasan : dari kasus diatas bayi telah BAB berarti saluran pencernaan
pada bayi sudah berfungsi, sementara itu bayi sudah BAK, menandakan
bahwa organ ekskresi bayi telah berrfungsi dengan baik.

c. Pola Istirahat
- Teori : sejak bayi dilahirkan, bayi langsung tidur dan sekalipun
terbangun jika menyusui, BAB, atau BAK
- Kasus : pada kasus, bayi belum tidur
- Pembahasan : dari kasus diatas bayi belum tidur karena pada periode awal
kelahiran.

d. Pola Hygiene
- Teori : untuk mengetahui apakah bayi sudah dimandikan atau belum,
setiap BAK maupun BAB, pakaian bayi kotor atau basah pakaian bayi
selalu diganti
- Kasus : pada kasus, bayi belum dimandikan namun sudah diganti popok
setelah BAK dan setelah BAB
- Pembahasan : pola hyegene Bayi Ny. S baik, pola hyegene penting untuk
mencegah terjadinya infeksi pada BBL, karena BBL daya tahan tubuhnya
masih lemah, sehingga mudah terserang infeki. Sementara itu, bayi belum
dimandikan untuk mencegah kehilangan panas tubuh pada bayi.

II. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
Vital sign
a. Suhu
- Tinjauan teori
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksilla atau pada rectal.
Hasil pengukuran pada axilla biasanya lebih rendah daripada hasil
pengukuran perrektal. Suhu normal pada BBL yaitu 36,5-37,5oC.
Perubahan suhu dianggap normal bila peningkatan suhu yang tidak
lebih dari 0,5- 1 °C yang mencerminkan peningkatan metabolism
selama persalinan ( Asuhan Kebidanan Persalinan, 2009: 29-30)
- Tinjauan kasus
Suhu : 36’50C
- Pembahasan
Dari kasus diatas maka suhu pada tubuh bayi termasuk normal
b. Nadi
- Tinjauan teori
Denyut nadi yang normal pada BBL menurut Hamilton (1995)adalah
120-150 kali/menit. Pendapat lain disampaikan PUSDIKNAKES-
WHO-JHPIEGO (2003), nadi bayi normal yaitu 120-160 kali/menit.

- Tinjauan kasus
Denyut Jantung: 128x/menit
- Pembahasan
Menurut teori denyut jantung normal adalah 120- 150 x/menit,
sedangkan pada kasus denyut jantung adalah 128 x/menit, jadi masih
dalam kategori normal.
c. Pernafasan
- Tinjauan teori
Menurut Jumarni (1995) bayi normal mulai bernafas 30 detik sesudah
lahir. Pernafasan dihitung dengan melihat gerakan bernafas pada dada

atau perut. Pendapat berbeda disampaikan PUSDIKNAKES-WHO-


JHPIEGO (2003) bahwa pernafasan normal pada BBL berkisar antara
40-60 kali/menit.

- Tinjauan kasus
RR : 42x/menit
- Pembahasan
Dari kasus diatas, maka pernafasan bayi masih dalam kategori normal.
Tetapi dalam batass ambang bawah (bradikardia).
2. Pengukuran antopometri
- Tinjauan teori
Menurut Jumiarni (1995) pengukuran pada bayi meliputi lingkar
kepala (LK), lingkar lengan (LL) dan panjang badan (PB). Sedangkan
menurut Hamilton (1995), pengukuran tubuh saat lahir adalah lingkar
kepala, lingkar dada, dan panjang badan.
a. Berat badan
Menurut Jumarni (1995) dan Doenges (2001): PUSDIKNAKES-WHO-
JHPIEGO (2003), berat badan (BB) normal pada BBL yaitu 2500-4000
gram.

- Tinjauan kasus
BB : 2300 gram
- Pembahassan
Berdasarkan tinjauan teori, maka berat badan bayi di bawah batas
normal ( berat badan bayi lahir dalam kategori rendah)
b. Panjang badan
- Tinjauanteori
Menurut Jumiarni (1995) pengukuran panjang badan diukur dari
puncak kepala sampai ke tumit, ukuran normalnya yaitu 48-50 cm.
sementara itu, Doenges (2001) menyebutkan panjang badan normal
BBL yaitu 44-55 cm.
- Tinjauan kasus
PB : 48 cm
- Pembahasan
Dari kassus diatas apabila ditinjau dari tinjauan teori, maka panjang
bayi Ny. S termasuk dalam kategori normal
c. Lingkar dada
- Tinjauan teori
Menurut Jumiarni (1995), lingkar dada diukur dari dada ke daerah
punggung kembali ke dada melalui putting susu, normalnya 32-34 cm.
sedangkan menurut Hamilton (1995) ukuran normalnya 30,5-33 cm).
- Tinjauan kasus
Lingkar Dada/LD : 31 cm
- Pembahasan
Menurut teori Jumiarmi(1995) lingkar dada termasuk kecil kurang dari
32 cm.
d. Lingkar kepala
- Tinjauan teori
Menurut Hamilton (1995), ukuran normal lingkar kepala pada BBL
yaitu 31-35 cm. sedangkan menurut Doenges (2001) lingkar kepala
normal BBL yaitu 32-27 cm. sementara itu, menurut Jumiarni (1995)
lingkar kepala dibagi menjadi beberapa, antara lain cirkumferentia
fronto-ocipitalis 34 cm, cirkumferentia mento occipitalis 35 cm,
cirkumferentia suboccipitio-bregmatika 32 cm, dan cirkumferentia
submento-bregmatika 32 cm.

- Tinjauan kasus
Lingkar Kepala/LK : 31 cm
- Pembahasan
Ukuran lingkar kepala bayi Ny. S sama dengan ukuran lingkar dada
,yaitu 31 cm, menurut teori ukuran lingkar kepala lebih besar 2 cm dari
lingkar dada, dan menurut tinjauan teori, maka lingkar kepala bayi
termassuk dalam kategori normal dalam batass bawah.
e. Lingkar lengan
- Tinjauan teori
Menurut Jumiarni (1995) pengukuran lingkar lengan dilakukan pada
daerah lengan atas. Ukuran normalnya yaitu 10-11 cm.
- Tinjauan kasus
Lingkar Lengan : 9 cm
- Pembahassan
Berdasarkan kasus bayi Ny. S jika dilihat dari tinjauan teori, maka
lingkar lengan termassuk dalam kategori abnormal ( kurang dari 10
cm).
3. Pemeriksaan fisik bayi
a. Kepala
- Tinjauan teori
Ubun-ubun: terdapat dua ubun-ubun yaitu ubun-ubun besar (UUB) dan
ubun-ubun kecil (UUK) yang pemeriksaannya harus dengan palpasi,
kadang-kadang terdapat daerah yang lunak pada tulang pariteral dekat
sutura (kraniotabes) yang biasanya akan hilang sendiri.
- Tinjauan kasus
Kepala : simetris, sutura menutup, ubun-ubun mendatar,
tidak ada cekungan
- Pembahasan
Dari kasus diatas maka pada Baayi Ny. S termassuk normal, tidak
ditemukan massalah pada kondisi kepala bayi.
b. Muka
- Tinjauan teori
Muka dikaji, dengan melihat sianosi/tidak, kesimetrisan, dan adakah
kelainan bawaan (cacat congenital)
- Tinjauan kasus
Muka : simetris, tidak sianosis
- Pembahassan
Tidakditemukan abnormalitass pada kondisi muka bayi Ny. S
c. Mata
- Tinjauan teori
Dikaji adanya tanda-tanda infeksi, contohnya pus. Observasi lebih
ditekankan pada konjunctiva, apakah pucat, kering.
- Tinjauan kasus
Mata : simetris, tidak ada sekret, konjunctiva merah
muda, sklera putih, reflek penglihatan normal
- Pembahasan
Dilihat dari tinjauan kasus maka system penglihatan pada bayi Ny. S
Tidak ditemukan kelainan dan massalah.
d. Hidung
- Tinjauan teori
Lubang hidung harus didapati bersih dan tanpa mucus (ingat bayi baru
lahir harus bernafas lewat hidung, jadi hidung yang tersumbat
mempunyai implikasi yang besar bagi bayi)
- Tinjauan kasus
Hidung : simetris, tidak ada polip
- Pembahasan
Pada kasus Bayi Ny. S , pada saat di periksa kondisi hidung tidak
ditemukan massalah
e. Mulut
- Tinjauan teori
Observasi bibir dan rongga mulut, apakah bibir kering atau pucat.
Bibir dan langit-langit periksa adanya sumbing. Reflek hisap dinilai
dengan mengamati bayi pada saat bayi menyusui.
- Tinjauan kasus
Mulut : refleks menghisap cukup baik, tidak ada kelainan
bawaan, mulut simetris
- Pembahasan
Dari kassus diatas apabila ditinjau dari teori, maka tidak ada masalah
pada mulut Bayi Ny. S
f. Telinga
- Tinjauan teori
Periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala. Menurut
Doenges (2001), telinga yang normal bagian atas telinga harus sejajar
dengan bagian dalam dan luar kantung mata (telinga yang tersusun
rendah menunjukkan abnormalitas genetic).
- Tinjauan kasus
Telinga : letak simetris, tidak ada kelainan dalam
pendengaran(ada respon saat bayi dikagetkan)
- Pembahasan
Dari kasus diatas, maka fungsi pendengaran pada Bayi Ny. S adalah
normal, dan tidak ditemukan masalah.
g. Leher
- Tinjauan teori
Periksa adanya pembengkakan atau benjolan, normalnya tidak ada.
- Tinjauan kasus
Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar
limfe,thyroid, dan tidak ada bendungan pada vena jugularis.
- Pembahassan
Pada leher Bayi Ny. S tidak ditemukan massalah/abnormalitas.
h. Dada
- Tinjauan teori
Bentuk dada (simetris/tidak), putting, bunyi nafas, dan bunyi jantung
harus dikaji dalam pemeriksaan ini. pernafasan BBL biasanya
diafragmatik, suara pernafasan broncovesikuler. Kadang-kadang dapat
didengar ronkhi pada akhir inspirasi yang panjang (misalnya pada
waktu menangis). Batas jantung agak sukar ditentukan secara perkusi
karena variasi bentuk dada. Seringkali terdengar murmur, tetapi ini
bukan berarti adanya kelainan jantung congenital.
- Tinjauan kasus
Dada : bentuk dada simetris, puting susu menonjol, bunyi
nafas normal, tidak ada retraksi dinding dada
- Pembahasan
Pada kasus diatass, jika dilihat dari tinjauan teori, maka pada Bayi Ny.
S tidak ditemukan massalah.
i. Ketiak
- Tinjauan teori
Ketiak perlu diperiksa untuk mengetahui apakah ada pembengkakan
pada kelenjar limfe
- Tinjauan kasus
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

- Pembahasan
Keadaan ketiak Bayi Ny. S normal
j. Pulmo, cor
- Tinjauan teori
Pulmo bayi baru lahir umumnya baru saja berrfungsi, pada keadaan
normal tidak ditemukan sura wheezing dan ronchi, irama perrnafassan
teratur.
- Tinjauan kasus
Pulmo/cor : pernafasan normal, tidak ada bunyi ronchi dan wheezing
- Pembahsan
Keadaan pulmo atau cor normal, tidak ada kelainan
k. Abdomen
- Tinjauan teori
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, perdarahan tali
pusat, lembek. Hepar biasanya teraba, kadang-kadang lien dan ginjal
juga dapat teraba. Bila teraba tumor lain, perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis. Terdengar suara bising usus atau tidak.
- Tinjauan kasus
Abdomen : simetris, tidak ada pembengkakan pada hepar, bising usus
normal, tali pusat masih basah
- Pembahasan
Pada abdomen Bayi Ny. S tidak ditemukan masalah. Tali pusat yang
masih basah adalah normal, asalkan tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi.
l. Genetalia
- Tinjauan teori
Pada bayi perempuan:
- Diperiksa vaginanya, normalnya berlubang
- Keadaan labia mayor dan labia minor
- Keadaan anus (atresia ani atau tidak)
- Tinjauan kasus
Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora
- Pembahasan
Pada Bayi Ny. S berrjenis kelaminperrempuan, dan tidak ditemukan
masalah pada alat kelaminnya.
m. Punggung
- Tinjauan teori
Punggung normalnya tidak ada kelainan bawaan seperti spina bifida
dan lain-lain.
- Tinjauan kasus
Punggung : tidak ada pembengkakan, tidak ada cekungan, tidak ada
spina bifida.
- Pembahasan
Tidak ditemukan masalah pada punggung Bayi Ny. S
n. Anus
- Tinjauan teori
Anus diperiksa apakah berlubang atau tidak dengan menggunakan
colok dubur, namun sekarang prosedur tersebut dianggap tidak
memberikan asuhan saying bayi, maka cukup diobservasi apakah bayi
sudah mengeluarkan mekonium ataukah belum.
- Tinjauan kasus
Anus : sudah berlubang
- Pembahasan
Tidak ditemukan masalah pada anus Bayi Ny. S
o. Ekstremitas
- Tinjauan teori
Yang perlu diketahui pada daerah ekstremitas yaitu apakah dapat
bergerak dengan normal, tidak ada paralistis, dipegang tidak sakit
karena fraktur dan tidak ada cacat bawaan misalnya syndactily atau
polidactili (Ibrahim, 1993).
- Tinjauan kasus
Ekstremitas atas dan bawah normal, tidak sianosis, jumlah jari kaki
dan tangan normal.
- Pembahasan
Tidak ditemukan masalah pada ekstremitas Baayi Ny. S
p. Kulit
- Tinjauan teori
Terdapat verniks kaseosa, warna kulit kemerahan, tak ada
pembengkakan atau bercak-bercak kehitaman, turgor dan tanda lahir.
- Tinjauan kasus
Kulit : kemerahan, tidak sianosis,
- Pembahasan
Kulit Bayi Ny. S normal
q. Reflek
 Reflek Morro
- Tinjauan teori
Reflek moro adalah reflek memeluk saat bayi dikagetkan.
- Tinjauan kasus
Reflek Moro :baik, ada respon memeluk saat bayi
dikagetkan.
- Pembahasan
Reflek moro pada Bayi Ny. S baik
 Reflek Rooting
- Tinjauan teori
Reflek rooting adalah respon membuka mulut saat jari atau
puting susu disentuhkan dengan mulut bayi
- Tinjauan kasus
Reflek Rooting:baik, ada respon membuka mulut saat jari
kita menyentuh mulut bayi.
- Pembahasan
Reflek rooting Bayi Ny. S baik
 Reflek Grasping
- Tinjauan teori
Reflek Grasping adalah reflek tangan bayi menggenggam
sesuatu ketika benda disentuhkan dengan tanganya.
- Tinjauan kasus
Reflek Grasping:baik, saat tangan bayi diberi telunjuk maka
tangan bayi akan menggenggam.
- Pembahasan
Reflek Grasping pada Bayi Ny. S baik.
 Reflek Walking
- Tinjauan teori
Reflek Walking adalah reflek pada bayi baru lahir yaitu
bayi akan mengerutkan telapak kakinya ketika disentuh
dengan jari.
- Tinjauan kasus
Reflek Walking:baik, saat telapak kaki bayi disentuh
dengan jari maka akan bergerak-gerak.
- Pembahasan
Reflek walking pada Bayi Ny. S baik.
 Reflek Sucking
- Tinjauan teori
Reflek Sucking adalah reflek menghisap pada bayi baru
lahir.
- Tinjauan kasus
Reflek Sucking : cukup baik, bayi menghisap
dengan kuat.
- Pembahasan
Reflek Sucking pada Bayi Ny. S baik.

 Reflek Tonic Neck


- Tinjauan teori
Reflek Tonic Neck adalah reflek pada bayi baru lahir yang
ditandai dengan bayi menggerak-gerakkan kepalanya dan
dapat memiringkan kepalanya saat ditengkurapkan.
- Tinjauan kasus
Reflek Tonic Neck: ada, bayi dapat menggerak-gerakkan
kepalanya dan dapat memiringkan kepalanya saat di
tengkurapkan.
- Pembahasan
Reflek Tonic Neck pada Bayi Ny. S baik.

III. ASSESMENT

Teori :

Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang terdapat
pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :

a. Berat badan < 2500 gram

b. Letak kuping menurun

c. Pembesaran dari satu atau dua ginjal

d. Ukuran kepala kecil

e. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap


kurang)

f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan).


Kasus :

By.Ny. S lahir spontan, cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan berat
badan lahir rendah umur 2 jam, patologis.
Pembahasan :
Berdasarkan kasus Bayi Ny.S diatas didapatkan berat badan bayi yaitu
2300 gram,Lingkar Kepala/LK 31 cm, panjang badan 48 cm, Lingkar
Dada/LD 31 cm, Lingkar Lengan 9 cm sehingga dari data tersebut dapat
ditegakkan diagnosa By.Ny. Slahir spontan, cukup bulan, sesuai masa
kehamilan dengan berat badan lahir rendah umur 2 jam, patologis.

IV. PELAKSANAAN
1. Teori :Nadi neonatus normal yaitu : 120-160 x/ menit (menurut :
Susan Martin Tucker,1998: 1008).
Suhu neonatus normal yaitu : rektal 36,5-38ºC (menurut :
Susan Martin Tucker,1998: 1007)
Pernapasan neonatus normal yaitu : 30-50x/menit (menurut:
Susan Martin Tucker,1998: 1008)
Kasus :Mengobservasi KU dan VS
Hasil :Keadaan umumbaik, Kesadaran composmentis ,
Vital SignHR 138 x/menit, S 36’5OC, RR42 x/menit.
Pembahasn : TTV dan KU baik secara teori normal-normal saja.

2. Teori : Menurut Theophilus (2007) Imunisasi Hepatitis B


memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B
adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker
hati dan kematian. Dosis pertama ( HB 0 ) diberikan segera
setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran.
Vaksin disuntikkan pada otot paha kanan secara subcutan
dalam dengan dosis 0,5 ml.
Kasus : Memberikan vaksin Hepatitis B 0,5 ml di paha kanan bayi
Hasil : Vaksin sudah diberikan dengan benar.
Pembahasan : Pada kasus Bayi Ny.S imunisasi Hepatitis B sudah di
berikan di paha kanan secara subcutan dalam dengan dosis
0,5 ml.
3. Teori : Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan
Martinez dari Bogota, Kolombia, dan merupakan metode
perawatan bayi kecil atau bayi prematur yang diilhami oleh
cara ibu kanguru merawat anaknya yang selalu lahir
prematur.

Metode kanguru mampu memberikan kebutuhan asasi bayi


dengan berat lahir rendah, caranya melalui penyediaan
situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga
memberikan peluang untuk beradaptasi lebih baik dengan
dunia luar. Metode kanguru juga lebih disenangi bayi dan
bermanfaat karena dapat memberikan rasa aman, nyaman,
menguatkan insting bayi dengan merasakan detak jantung
ibunya lalu mencari-cari sendiri putingnya.

Kasus : Mengajarkan ibu cara menjaga kehangatan bayi dengan


kontak kulit ibu dengan kulit bayi ( perawatan metode
kanguru ) serta menggantikan pakaian bayi dengan pakaian
yang bersih dan kering apabila pakaian bayi basah dan
kotor.

Hasil :

Ibu bersedia untuk melakukan metode kanguru dan bersedia


untuk mengganti pakaian bayi yang basah dan kotor dengan
pakaian bayi yang kering dan bersih.
Pembahasan : Dalam kasus di atas, Bayi Ny S bersedia untuk melakukan
metode kanguru bagi bayinya

4. Teori : Karena BBL dengan BBLR hanya memiliki sedikit


simpanan energi, maka BBLR membutuhkan ASI sesegera
mungkin setelah lahir dan minum sesering mungkin ( setiap
2 jam ) pada minggu pertama.
Kasus :Menganjurkan ibu untuk memberi nutrisi atau ASI sesering
mungkin pada bayi minimal tiap 2 jam atau sesuai
kebutuhan.
Hasil : Bayi sudah diberi ASI sesuai kebutuhan.
Pembahasan : Pada kasus Bayi Ny. S ASI sudah diberikan segera setelah
lahir.
5. Teori :Pola eliminasi urin dan mekonium akan keluar dalam 24
jam pertama ( Sudarti dan Afroh, 2012:4).
Kasus : Mengobservasi BAB dan BAK.
Hasil : Bayi sudah BAB 1 kali, warna kehitaman,
konsisitensi lembek, dan BAK 4 - 6 kali, warna kuning
jernih.
Pembahasan :Dengan melakukan observasi BAB dan BAK diharapkan
dapat mengetahui kelancaran proses metabolisme bayi Ny.
S, berdasarkan kasus bayi Ny. S dapat diambil kesimpulan
bahwa bayi Ny.S melakukan eliminasi dalam 24 jam
pertama.
6. Teori : Pada penelitian ( Diknan, dkk, 1994 dikutip oleh Depkes
RI 2001) menyimpulkan bahwa tidak ada kejadian infeksi
pada luka tali pusat bila dibiarkan terbuka dan tidak
dilakukan apapun selain membersihkan luka tersebut
dengan air tersebut
Kasus : Perawatan tali pusat kering, bersih, tidak di bubuhi apapun
dan dibiarkan terbuka.
Hasil : Tali pusat sudah dirawat dengan baik.
Pembahasan : Pada kasus Bayi Ny. S perawatan tali pusat dilakukan
tanpa membubuhi apapun, namun dijaga agar tetap bersih
dan kering.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obsetri. Jakarta : EGC

Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Unirversitas

Padjajaran Bandung.

Syaifudin, Abdul. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Nelson. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC

Syahlan , J. H. 1993. Ilmu Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta :

Pusdiknakes Departemen Kesehatan RI.

Whitelove999.blogspot.com diunduh pada 1 April 2014 pukul 15:00 WIB

Anda mungkin juga menyukai