Anda di halaman 1dari 27

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi dengan
berat lahir kurang dari 2.500 gram (Setyarini and Suprapti, 2017). BBLR dapat
disebabkan oleh kelahiran prematur (kelahiran sebelum usia gestasi 37 minggu)
dengan berat badan yang sesuai masa kehamilan (SMK), atau karena bayi yang
beratnya kurang dari berat yang semestinya atau kecil masa kehamilan (KMK),
atau keduanya (WHO, 2017).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2.500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat yang
ditimbang satu jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan yang mengalami intrauterine growth
restriction atau biasa kita kenal dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT)
(Pudjiadi et al., 2017).
2. Epidemiologi
Prevalensi global BBLR tahun 2015 adalah 14,6 %, lebih dari
setengahnya berada di kawasan Asia. Dengan kata lain, dari 20,5 juta bayi yang
lahir dengan berat lahir rendah setiap tahunnya, 12,8 juta bayi berada di
kawasan ASIA. Bayi berat badan lahir rendah memiliki risiko tinggi
mengalami kematian pada 28 hari kehidupan (UNICEF and WHO, 2019).

Prevalensi BBLR di Indonesia tahun 2018 adalah 6,2%. Persentase


paling tinggi yakni di Provinsi Sulawesi Tengah (8,9 %) dan paling rendah
provinsi Jambi (2,6 %) (Riskesdas, 2018). Presentase BBLR di Provinsi Bali
tahun 2019 adalah 2,7% dari total kelahiran hidup 65.665 orang dengan AKN
adalah 3,5 per 1.000 kelahiran hidup. BBLR menempati urutan pertama
penyebab kematian neonatal (42%)

persentase Bayi BBLR tertinggi Kabupaten Sigi sebesar 10% dan


terendah Kabupaten Banggai Kepulauan sebesar 1,1%. Persentase Bayi BBLR
di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2020 yaitu 3,8%. Perbandingan persentase
Bayi BBLR Kabupaten Sigi dan Provinsi sebesar 6,2%. (Dinkes provinsi
sulawesi tengah, 2020).
3. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2017), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit ibu
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), danpenyakit
jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Usia Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di


dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun
4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya
lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan
seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan
selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan
morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur
juga lebih besar.
5. Klasifikasi
BBLR dapat diklasifikasikan menurut berat lahir dan usia gestasi.
a) Berdasarkan berat lahir Berdasarkan berat lahir, BBLR dapat
diklasifikasikan menjadi:
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu bayi dengan berat lahir 1.501
sampai dengan kurang dari 2.500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi dengan berat lahir
antara 1.000 sampai 1.500 gram.
3) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu bayi dengan berat
lahir dibawah 1.000 gram. (WHO, 2017)
b) Bayi BBLR dapat di klasifikasikan berdasarkan gestasinya, Bayi bblr dapat
digolongkan sebagai berikut :
1) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) prematuritas murni, yaitu
BBLR yang mengalami masa gestasi kurang dari 37 minggu. Berat
badan pada masa gestasi itu pada umumnya biasa disebut neonatus
kurang bulan untuk masa kehamilan (Saputra, 2014).
2) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dismatur, Yaitu BBLR yang
memiliki berat badan yang kurang dari seharusnya pada masa
kehamilan. BBLR dismatur dapat lahir pada masa kehamilan preterm
atau kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (usia gestasi < 37
minggu ), masa kehamilan term atau cukup bulan – kecil untuk masa
kehamilan (usia gestasi 37-41 minggu), dan masa kehamilan post-term
atau lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan ( usia gestasi 42 minggu
atau lebih ). (maryunani, 2018).
6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran klinis biasanya digunakan
untuk menggambarkan sesuatu kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis
dari BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan dismaturitas. Manifestasi
klinis dari premataturitas yaitu:

a) Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c) Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
d) Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
e) Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
f) Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
g) Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
h) Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis
kelamin perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki belum
turunnya testis.
i) Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
j) Menangis dan lemah.
k) Pernapasan kurang teratur.
l) Sering terjadi serangan apnea.
m) Refleks tonik leher masih lemah.
n) Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna
(maryunani,2018)
Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari
dismaturitas sebagai berikut :
a) Kulit pucat ada seperti noda
b) Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
c) Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
d) Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
e) Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
f) Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan
7. Pemeriksaan fisik
a. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
b. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
c. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
d. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
e. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
f. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
g. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
h. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
i. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
j. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
– tanda infeksi pada tali pusat.
k. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
l. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeses.
m. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
n. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang

8. Pemerikssan Penunjang
a) Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c) Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d) Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
9. Diagnosis
Diagnosis dengan BBLR diantaranya :
a. Anamnesis
1) Umur ibu
2) Hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat-obatan yang diminum selama
kehamilan
b. Pemeriksaan fisik
1) Timbang berat badan bayi ( berat badan < 2500 gram)
2) Tanda prematuritas ( bila bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan ( bila bayi kecil untuk
masa kehamilan )
10. Penatalaksanaan
a) Medikamentosa
1) Pemberian Vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular satu kali pemberian,
2) Vitamin K oral 2 mg tiga kali pemberian (saat lahir, saat umur 3 – 10
hari, dan umur 4 – 6 minggu).
b) Mempertahankan suhu tubuh normal
1) Gunakan salah satu cara menghangatkan suhu tubuh bayi seperti kontak
dari kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator
atau ruangan hangat sesuai yang tersedia di tempat pelayanan.
2) Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
3) Ukur suhu tubuh sesuai jadwal
c) Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi. Risiko infeksi lebih tinggi pada bayi prematur atau bayi berat lahir
rendah. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d) Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e) Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara
efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,
memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f) Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus
dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus
dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g) Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur. (Puopolo et al., 2018)
11. Komplikasi
Pada BBLR sistem fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat
muda/imatur/prematur sehingga belum berfungsi optimal. Hal ini dapat
menimbulkan beberapa komplikasi, diantaranya :
a) Susunan saraf pusat Aktifitas reflek yang belum maksimal sehingga proses
menghisap dan menelan terganggu.
b) Komplikasi saluran pernafasan Akibat defisiensi surfaktan dalam alveoli
yang berfungsi mengembangkan alveoli dapat terjadi Idiopathic Respiratory
Distress Syndrome (IRDS).
c) Pusat thermoregulator belum sempurna Hal ini mengakibatkan BBLR mudah
mengalami hipotermia. d. Metabolisme Produksi enzim glukoronil
transfererase ke sel hati belum sempurna sehingga mudah terjadi ikterus
neonatorum
d) Imunoglobulin masih rendah Hal ini mengakibatkan bayi BBLR mudah
terkena infeksi
e) Ginjal belum berfungsi sempuna Filtrasi gromerulus belum sempurna
sehingga mudah mengalami keracunan obat dan menderita asidosis
(metabolik). (Setyarini and Suprapti, 2017)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. pengkajian keperawatan
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan Data subyektif terdiri dari :
1) Biodata atau identitas pasien :
(a) Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
(b) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
2) Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayatantenatal
pada kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
2) Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
b) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem
pusat pernafasan.
3) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :

a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS
(0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.
b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500
gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
4) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi
untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping
untuk pemberian obat intravena.
a) Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
b) Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
c) Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
5) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
a) BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
b) BAK : frekwensi, jumlah
6) Latar belakang sosial budaya
a) Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropika
b) Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
7) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali
dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif

b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran
dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku

1) Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif
dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan
kondisi neonatus yang baik.

2) Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi
hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara
36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi
normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur

3) Pemeriksaan fisik
a) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
b) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
c) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
d) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
e) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
f) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
g) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
h) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
i) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,
bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
j) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
– tanda infeksi pada tali pusat.
k) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan,
kadang perdarahan.
l) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
m) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
n) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
4) Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah:

a) Darah : GDA > 20 mg/dl


b) Test kematangan paru
c) CRP
d) Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR yaitu:
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder,
malnutrisi, pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat,
pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
d. Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin,
penyakit, malnutrisi, pemajanan pakaian yang tidak adekuat, penurunan
laju metabolisme.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Ketidakefektifan pola nafas STATUS PERNAFASAN NIC :
Definisi : inspirasi dan/ ekspirasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama MONITORING PERNAFASAN
yang tidak memberi ventilasi …. Diharapkan masalah ketidakefektifan pola 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan
adekuat. nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil: kesulitan berfnafas
(DOMAIN 4.KELAS 4 . 1. Frekuensi pernafasan ( deviasi ringan dari Rasional : untuk memantau pernafasan klien
KODE DIAGNOSIS 00032) kisaran normal ) agar tetap dalam batas normal
2. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas 2. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok
Batasan Karakteristik : 3. Tidak ada Retraksi dinding dada atau mengi
1. Pola napas paradoks 4. Tidak ada Sianosis Rasional : Memantau perubahan suara nafas
abdominal 5. Tidak ada suara nafas tambahan 3. Monitor saturasi 0ksigen
2. Bradinea 6. Tidak ada pernafasan cuping hidung Rasional : untuk memastikan saturasi oksigen
3. sianosis tetap terpenuhi.
4. penurunan tekanan 4. Monitor respirasi dan status O2
ekspirasi Rasional : Memantau tanda-tanda sesak jika
5. pernafasan bibir sesak segera mungkin gunakan O2.
6. retraksi subkostal 5. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
7. takipnea kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
8. menggunakan otot bantu Rasional : Mengamati Pola napas pasien untuk
pernapasan menurunkan resiko terjadinya sesak napas.
9. Hiperkapnia 6. Observasi sianosis khususnya membran
10. Hiposekmia mukosa
11. Hipoksia Rasional : Memantau tanda-tanda syok.
7. Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan
Faktor yang Berhubungan : denyut jantung
1. ansietas Rasional : Memastikan tidak adanya kelainan
2. Posisi tubuh yang pada jantung.
menghambat
3. Nyeri
4. Keletihan
5. Peningkatan kerja fisik
6. Obesitas
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Risiko infeksi PENGETAHUAN : MANAJEMEN INFEKSI NIC :
Definisi : rentan pada infasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan KONTROL INFEKSI
dan multiplaksi organisme selama…… tanda dan gejala terjadinya resiko 1. Pertahankan teknik aseptif
patogenik yang dapat infeksi menurun, dengan kriteria hasil: Rasional : Sebagai tindakan pertahanan diri
menganggu kesehatan. 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi individu terhadap faktor resiko infeksi seperti
(DOMAIN 11. KELAS 1. 2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah adanya bakteri dan mikroorganisme lain.
KODEDIAGNOSIS timbulnya infeksi 2. Batasi pengunjung bila perlu
00004) 3. Jumlah leukosit dalam batas normal Rasional : Mengurangi kontak dengan individu
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat lain.
Faktor-faktor risiko : 5. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Prosedur Infasif dalam batas normal keperawatan
- Kerusakan jaringan dan Rasional : Sebagai tindakan Aseptik
peningkatan paparan 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan pelindung
- Malnutrisi Rasional : Menjaga keamanan diri dan orang lain.
- Peningkatan paparan 5. Tingkatkan intake nutrisi
lingkungan patogen Rasional : Menambah daya tahan tubuh
- Imonusupresi 6. Berikan terapi antibiotik:.................................
- Tidak adekuat pertahanan Rasional : Mengatasi dan mencegah terjadinya
sekunder (penurunan Hb, infeksi.
Leukopenia, penekanan  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
respon inflamasi) kemerahan, panas, drainase
- Penyakit kronik Rasional : Melihat tanda-tanda penyebab infeksi
- Imunosupresi  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
- Pertahan primer tidak infeksi
adekuat (kerusakan kulit, Rasional : Memberi Health Education mengenai
trauma jaringan, tanda dan gejala infeksi agar keluarga dan pasien
gangguan peristaltik) paham tentang cara dan pencegahan infeksi secara
dini.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Ketidakseimbangan STATUS NUTRISI NIC:
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. MANAJEMEN NUTRISI
kebutuhan tubuh Status nutrisi meningkat dengan kriteria hasil: 1. Kaji adanya alergi makanan
Definisi : asupan nutrisi 1. Intake nutrisi sebagian besar adekuat Rasional : Mengetahui adanya alergi pada pasien.
tidak cukup untuk 2. Toleransi makanan sebgaian besar adekuat 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
memenuhi kebutuhan 3. Intake kalori sebagian besar adekuat jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
metabolik. 4. Intake makanan lewat selang sebagian besar Rasional : Membantu mengatur status gizi pasien.
(DOMAIN 2. KELAS 1. adekuat 3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
KODE DIAGNOSIS 5. Intake cairan intravena sebagian besar adekuat serat.
00002 ) Rasional : Mencegah terjadinya konstipasi
4. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
Batasan Karakteristik : makanan harian.
1. Nyeri abdomen Rasional : Agar makanan dan minuman yang
2. Berat badan di bawah masuk tetap terkontrol.
rentang berat badan 5. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
ideal untuk usia dan Rasional : Mencegah terjadinya kekurangan gizi.
gender 6. Monitor lingkungan selama makan
3. Kerapuhan kapiler Rasional : Menambah selera makan klien
4. Konstipasi 7. Monitor turgor kulit
5. Diare Rasional : Memastikan pasien tidak dehidrasi
6. Penurunan berat badab 8. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,
dengan asupan adekuat Hb dan kadar Ht
Rasional : Agar asupan makanan pasien tetap stabil.
Faktor yang 9. Monitor mual dan muntah
berhubungan : Rasional : Mengetahui intake dan output pasien.
1. Kesulitan menelan 10. Informasikan pada klien dan keluarga tentang
2. Kurang suplai makanan manfaat nutrisi
3. Kurang pengetahuan Rasional : Memberikan pasien dan keluarga edukasi
tentang kebutuhan tentang pengetahuan pentingnya menjaga nutrisi
nutrisi tubuh.
4. Diskontinuitas 11. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
pemberian ASI suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
Rasional : Agar status gizi pasien tetap terpenuhi..
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Hipotermia Neonatal Termoregulasi : baru lahir PENGATURAN SUHU
Definisi : suhu tubuh bayi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pertahankan suhu lingkungan
dibawah rentang diural ....... jam, masalah hipotermia dapat teraratasi Rasional : Dalam respon terhadap suhu
normal dengan kriteria hasil: lingkungan  yang rendah, bayi cukup bulan
(DOMAIN 11. KELAS 6. 1. Berat badan tidak terganggu meningkatkan suhu tubuh.
KODE DIAGNOSIS 2. Tidak terjadi perubhan Suhu yang tidak stabil 2. Pantau suhu bayi sedikitnya setiap 30 – 60 menit
00280) 3. Hipotermia ringan selam periode stabilitas.
4. Perubhan warna kulit tidak ada Rasional : Stabilitassuhu mungkin tidak terjadi
Batasan karakteristik : 5. Penyapihan dari inkubator (bayi) ke boks bayi sampai 8 – 12 jam setelah lahir.
Perifer : tidak terganggu. 3. Kaji frekuensi pernapasan : perhatikan takipnea
 Akrosianosis Rasional :. Bayu menjadi takipnea dalam respon
 Brakikardia terhadap peningkatan kebutuhan oksigen yang

 Penurunan kadar glukosa dihubungkan dengan stress dingin

darah 4. Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga

 Penurunan laju supaya bayi tidak kedinginan dan

metabolisme mengeringkannya dengan segera

 Hipertensi Rasional : Mengurangi kemungkinan khilangan


panas melalui eksplorasi dan koveksi
 Hipoksia
 Pucat 5. Perhatikan tanda-tanda sekunder sters dingin
 Kulit dingin (misal : peka rangsang, pucat, tremor, kulit

 Distress pernafasan dingin.

 Penambahan berat badan Rasional : Hipotermi meningkatkan laju

< 30 gr/hari penggunaan oksigen dan glukosa


6. Petahankan termonetral lingkungan melalui

Faktoryang berhubungan: penggunaan pengontrol automatik atau alat

 Keterlambatan pemberian pemanas yang disesuaikan pada 37 OC

asi Rasional :. Mencegah ketidak seimbangan panas


atau kehilangan panas.
 Memandikan bayi baru
MONITOR TANDA VITAL
lahir terlalu dini
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR
 Transfer panas konduktif
Rasional : Mengetahui keadaan umun pasien
berlebihan
2. Monitor jumlah dan irama jantung
 Transfer panas konveksi
Rasional : mengetahui kelainan pada jantung
berlebihan
3. Monitor bunyi jantung
 Transfer panas radiatif
Rasional : mengetahui apakah jantung bekerja
berlebihan
secara optimal
 Kurang pengetahuan
4. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
tentang pencegahan
Rasional : untuk mendeteksi adanya tanda-tanda
hipotermia
 Kurang pakaian syok
 Malnutrisi
5. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan
dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi
prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan
menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam
tahap proses keperawatan berikitnya.
6. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir
dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah
pencapaian hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Proverawati A,Ismawati. 2020. BBLR Plus Asuhan Keperawatan Dan Materi Pijat
Bayi. Yogyakarta. Nuhu Medika

Pudjiadi et al. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR di Wilayah


Kerja Puskesmas Air Dingin. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 8, No. 2.

Setriyani, Suprapti. 2017. Gambaran Morbiditas Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal
Keperawata. Vol.1 No.2

Maryunani Anik. 2018. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).Jakarta Cv.Trans Info Media

Nursing Outcomes Classification (NOC) 2018. 6th Indonesian edition, by Sue


Moorhead, Elizabeth Swanson, Marion Johnson, Meridean L. Maas O Copyright
2018 Elsevier Singapore Pte Ltd.

Nursing Interventions Classification (NIC) 2018. 7th Indonesian edition, by Howard


Butcher, Gloria Bulechek sat Joanne Dochterman and Cheryl Wagner O Copyright
2018 Elsevier Singapore Pte.Ltd.

NANDA. 2021. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2021-2023.


Edisi12.Jakarta: EGC, 2021

Anda mungkin juga menyukai