OLEH :
KELOMPOK I
MAHASISWA PROFESI NERS
OLEH :
1. ALFIAN (2021032005)
2. INDO NURJANNA (2021032039)
3. HARDIYANTI.AM (2021032028)
4. RINA (2021032086)
5. IRMAWATI IS.L (2021032040)
6. JUMARNI (2021032042)
7. KASMINA (2021032043)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN DASAR PROFESIONAL
Mengetahui :
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia Nya sehingga laporan seminar kasus kelompok dapat terselesaikan.
Adapun penyakit yang menjadi seminar kasus kelompok yaitu dengan diagnose
medis Ca Mammae
1. Pihak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu yang telah
memfasilitasi dalam pelaksanaan praktek lapangan.
2. Pihak Rumah Sakit Provinsi Undata Palu yang telah bersedia mengizinkan
penulis untuk dapat melaksanakan praktek lapangan.
3. Bapak Dr. Surianto, S.Kep Ns.,M.P.H, selaku Clinical Instructor Institusi
STIKes Widya Nusantara Palu.
4. Ns. Putu Alit, S.Kep selaku Clinical Instructor Lahan Di Ruangan Teratai
Rumah Sakit Provinsi Undata Palu
5. Perawat-perawat senior di ruangan Teratai yang telah banyak memberikan
ilmu selama pelaksanaan praktek lapangan.
6. Teman-teman kelompok yang banyak membantu dan memberikan motivasi
terhadap satu sama lain.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan masalah global dan isu internasional yang
penting, karena merupakan penyakit degeneratif yang paling sering pada
wanita dinegara maju dan merupakan 29% dari seluruh kanker yang
didiagnosis tiap tahun. Insiden kanker payudara terus meningkat, saat ini
lebih dari 170.000 kasus ditemukan pertahun. Menurut data IARC
(International Agency For Research On Cancer) jumlah penderita kanker.
akan terus meningkat selama dua dekade mendatang.
IARC mencatat sebanyak 12,7 juta jiwa mengidap kanker, dan 7,6 juta
jiwa melayang akibat kanker. Menurut data terbaru, di Eropa tercatat sekitar
421.000 kasus baru dan hampir 90.000 kematian. Angka kejadian di Amerika
Serikat tercatat lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000 kematian. Di
Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi nomor
dua setelah kanker servik dan terdapat kecenderungan dari tahun ketahun
insidennya meningkat. Sebagian besar keganasan payudara datang pada
stadium lanjut. Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia didapatkan
kurang lebih 200 juta populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun (Utami
dkk, 2012).
Perawatan payudara secara teratur untuk mendeteksi adanya
abnormalitas pada payudara. Segera melakukan pemeriksaan payudara jika
merasa kurang nyaman pada payudara. Bagi para wanita yang sudah
memasuki usia 30 tahun sebaiknya segera memeriksakan kesehatan payudara
dengan menggunakan USG (Ultrasonografi) atau mamografi. Bagi wanita
yang memiliki latar belakang keluarga yang menderita kanker payudara
sedini mungkin memeriksakan diri dan terus melakukan pemeriksaan
minimal dua tahun sekali. Pemeriksaan payudara juga bisa dilakukan sendiri
dengan memeriksa payudara sambil berbaring dan raba dengan memutar dan
rasakan apakah ada benjolan-benjolan yang tidak wajar (Kristiyanasari,
2011).
1
Gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi lingkungan,
penggunaan insektisida, zat-zat pengawet, pewarna, penyedap makanan, serta
stress yang berkepanjangan merupakan penyebab berkembanganya penyakit
kanker. Konsumsi lemak yang tinggi menunjukkan angka kanker usus dan
payudara yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang tidak
begitu tinggi konsumsi lemaknya. Kanker bisa mulai tumbuh didalam
kalenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada
payudara (Ranggiasanka, 2010).
Terdapat beberapa faktor penyebab kanker payudara dapat berhubungan
dengan hormone reproduksi pada perempuan. Hormon estrogen yang
berperan dalam proses tumbuh kembang organ seksual perempuan. Pada
beberapa perempuan, hormon estrogen sebagai pemicu penyebab awal
kanker. Penyebab kanker payudara tidak diketahui dengan jelas tetapi banyak
faktor risiko berhubungan dengan terjadinya kanker payudara, antara lain usia
menarche yang kurang dari 12 tahun, wanita yang menopause pada usia lebih
dari 50 tahun, perempuan yang tidak pernah menikah, perempuan yang
menikah tapi tidak mendapat keturunan, perempuan yang melahirkan anak
pertama pada usia di atas 30 tahun, perempuan yang tidak pernah menyusui,
perempuan yang memiliki anggota keluarga penderita kanker payudara.
Provinsi Sumatra Utara menempati urutan kelima yang memiliki jumlah
kanker payudara di antara seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan mengenai masalah pada
kasus Ca Mammae
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan mengenai masalah pada
kasus Ca Mammae
b. Merumuskan diagnose keperawatan mengenai masalah pada kasus
Ca Mammae
c. Mendeskripsikan pelaksanaan perencanaan keperawatan mengenai
masalah pada kasus Ca Mammae
2
d. Mendeskripsikan pelaksanaan implementasi dan evaluasi
keperawatan mengenai masalah pada kasus Ca Mammae
C. Manfaat
Diharapkan dapat menjadi referensi tambahan, dapat digunakan sebagai
acuan teori pelaksanaan asuhan keperawatan.
3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel
kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa
terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain
itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit.
(Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan.
Sebagian besar massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana
awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan menyebar sehingga tidak
terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis definitis
dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis
penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui biopsi jarum atau
bedah. Biopsi didasarkan pada klinis pasien individu faktor, ketersediaan
perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu (American Cancer Soxiety,
2015).
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan
pada wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif
memiliki resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang
terkena diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang
sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
4
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya
kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita
memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita
kanker payudara sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause
setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau
belum pernah hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca
Mamae. Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada
wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya
meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca
mammae kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk
industry lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
5
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki
resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada
masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan
kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
C. Klasifikasi
1.Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran
payudara serta kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari
area tersebut
2.Stadium 1
Stadium 1 A
6
Stadium 1B
7
Stadium 2 B
Gambar 2 Stadium 2B
(Sumber : Soleha, 2017)
Stadium 3A
8
(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada
di kelenjar getah bening.
Atau
9
Gambar 2.4 Stadium 3C
(Sumber : Soleha, 2017)
Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik
pembuluh getah bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah
tersebar sel-sel kanker, tepatnya dibawah tulang selangka.
d. Stadium 4
10
sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari carcinoma
mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe
dan aliran darah (Indonesian Cancer Foundation, 2012)
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang
dekat maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe
aksilaris dan terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul
krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal
(Mansjoer, 2000).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
putting susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada
payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
11
F. Pemeriksaan Diagnosis
a. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
12
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif
c.Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan
wanita lanjut usia
d.Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e.Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f.Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g.Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h.Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB
adalah metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun
insisi payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat
segera mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini
adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan stress pasien lebih
singkat dibandingkan metode biopsi. Kekurangan dari metode ini hanya
mengambil sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga hanya
dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan
tersebut, FNAB tidak dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang
subtipe kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif
palsu
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum
yang sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk
mengambil jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan
metode insisi maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin
dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan
pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan
sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan
diagnosis metode ini hampir 100% karena pengambilan sampel jaringan
cukup banyak dan kemungkinan kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi
metode ini memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga ahli
anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena
13
harus di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya
akan mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi
berupa perdarahan dan infeksi,
c. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat
palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor
solid, kistik dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program
skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan
sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012), FNAB yang
dipandu usg untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas
tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%. Pemeriksaan ini mempergunakan
linear scanner dengan transduser berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis,
scanning dimulai dari kuadran medial atas dan bawah dilanjutkan ke
kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid pada potongan
kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik
adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid seperti FAM adalah 75–85%.
Untuk mengetahui tumor ganas nilai ketepatan diagnostik USG hanya 62–
78% sehingga masih diperlukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan
keganasan pada payudara.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi,
namun secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena
biayanya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan
tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara
yang padat atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien
dengan resiko tinggi untuk menderita Ca Mamae.
e. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi
jaringan kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat
tumor, dan lainnya. Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
14
f. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya.
IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker payudara.
Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu
menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma
payudara adalah
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor
progesterone (PR)
2. HER2
3. Ki-67
G. Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini
meliputi antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan
epirubicin/Ellence) dan taxanes (seperti paclitaxel/Taxol dan
docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan obat-
obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU), siklofosfamid
(Cytoxan), dan carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat
diberikan trastuzumab (Herceptin) dengan salah satu taxanes. Pertuzumab
(Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan trastuzumab dan docetaxel
untuk kanker HER2 positif. Banyak obat kemoterapi yang berguna dalam
mengobati wanita dengan Ca mammae stadium lanjut, seperti:
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
15
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang
lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi
pada Ca mammae haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan
komprehensif. Terapi pada Ca mammae sangat ditentukan luasnya
penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau
biomolekuler-signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek
terapi yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak
diinginkan (adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah
dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan
pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai
faktor usia, co-morbid, evidence-based, cost effective, dan kapan
menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan Ca mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast
conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi
lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d.Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal
atau regional dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah
beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
16
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi
kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc.
Indikasi: Ca mammae stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan
pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara,
kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta
kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis
tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal
oleh Halsted untuk Ca mammae, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor
yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang
lebih minimal. Indikasi:
Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang
mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi
payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus
abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis
seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander
sebelumnya. (Kemenkes, 2017)
d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening
aksila.
Indikasi:
17
1) Tumor phyllodes besar
2) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
3) Penyakit Paget tanpa massa tumor
4) DCIS
e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan
payudara, dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola,
dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila
indikasi:
1) Mastektomi profilaktik
2) Prosedur onkoplasti
f. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving
Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS
adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan
bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan
rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau
kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1
dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara
onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi
sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal Ca
mammae stadium awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan
DFS dan OS yang sama antara BCT dan mastektomi. Namun pada
follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi
dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS.
Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca
mammae usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan
pembedahan yang aman pada pasien Ca mammae stadium awal
dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan
memberikan hasil yang lebih baik
Indikasi :
18
1) Ca mammae stadium I dan II.
2) Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan
Kontra indikasi :
a. Ca mammae yang multisentris, terutama
multisentris yang lebih dari 1 kwadran dari
payudara.
b. Ca mammae dengan kehamilan
c. Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
d. Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
1) Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan
radioterapi.
2) Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara
yang memadai.
3) Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang
mendalam (Kemenkes, 2017).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua
ovarium dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan
secara terbuka ataupun per- laparaskopi.Tindakan ini boleh
dilakukan olehspesialis bedah umum atau Spesiali Konsultan
Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di organ
kandungan.
Indikasi :
1) Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai
timyang berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
2) Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan
reseptor hormonal positif.
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif
dapat dilakukan dalam konteks penelitian klinis dan harus
19
mendapatkan ethical clearance dari lembaga yang berwenang.
(Kemenkes, 2017)
h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca
mammae. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara
para ahli, namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka
harapan hidup yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan
syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan pada Ca mammae dengan
metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral.Pada
metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis yang
masih kontroversi.
Indikasi:
1) Tumor metastasis tunggal pada satu organ
2) Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ
sekitar
Syarat:
1) Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO
>3)
2) Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
3) Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi
diberikan secara bertahap biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang
masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan imunohistokimia
memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi
yang telah menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
20
1. CHF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat
diganti injeksi cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ),
Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500
mg/m2 IV,hari 1 & 8.
2. CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
6 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3. CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2. TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3. Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4. Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
21
PATHWAY
Mendesak
Mendesak sel Mendesak
Mensuplai jaringan sekitar
syaraf pembuluh
nutrisi ke per darah
jaringan ca Menekan jaringan
Interupsi sel syaraf
pada mamae
Hipermetabolis Aliran darah
ke jaringan Peningkatan
nyeri terhambat
konsistensi mamae
Suplai nutrisi
jaringan lain Mamae hipoksia
Ukuran mamae
membengkak
abnormal
BB turun
Massa tumor Kecemasan Bakteri
mendesak ke Mamae patogen
Nutrisi kurang
jaringan luar asimetrik
dari kebutuhan
tubuh Resiko
Gangguan
Perfusi jaringan infeksi
Infiltrasi body image
terganggu
pleura
parietal
ulkus
Ekspansi paru
menurun Gangguan
integritas jaringan
Gangguan
pola nafas
22
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae),
jenis kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca
mammae dibandingkan dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat, No.
RM, pekerjaan, status perkawinan (wanita yang belum menikah memiliki
resiko untuk terkena Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan
sumber informasi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama :
a. Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini
makin lama makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
seperti penyakit payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah
mengalami sakit bagian dada sehingga mendapatkan terapi
penyinaran
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
3) Imunisasi
Imunisasi lengkap
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
5) Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
e. Riwayat Penyakit Keluarga
23
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae.
Adanya keluarga yang mengalami ca adanya keluarga yang
mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
f. Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak
perempuannya menderita ca mamae
3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang
biasa dan tidak perlu untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena
klien susah makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Adanya penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit
makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena
adanya rasa nyeri pada payudara
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
24
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
25
Pengkajian Fisik Head to toe
a. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian
anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh
nutrisi yang tidak adekuat
c. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan
cuping hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker
sudah bermetastase ke paru
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien
mudah terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah
terlihat tampak pucat dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak
ada gangguan perasa
f. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
g. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit
jeruk), dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
h. Mamae
1) Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan
berwarna merah, dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba
pembesaran kelenjar getah bening diketiak
i. Abdomen
1) Inspeksi
26
Tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
3) Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
j. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
l. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis
5. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan
berguna untuk klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi
yang tepat.
b) Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c) CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit
payudara, khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil,
payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mammografi
d) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa
padat dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;
hasil komplemen dari
e) Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal
payudara, dapat untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor
yang terjadi pada tahap awal.
27
A. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara
lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan
ketegangan, gemetar dan gelisah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh
karena proses penyakit
28
29
B. Intervensi
30
4. Klien mengenali apa yang 5. Gali bersama pasien faktor-
terkait dengan gejala nyeri faktor yang dapat menurunkan
5. Klien melaporkan nyeri dan memperberat nyeri
yang terkontrol 6. Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri non farmakologi,
sesuai kebutuhan
Cemas Setelah dilakukan Kriteria hasil : Pengurangan Kecemasan
berhubungan intervensi keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang
1. Klien mampu
dengan krisis selama 1x45 menit menenangkan dan meyakinkan
mengidentifikasi dan
situasi ditandai diharapkan cemas 2. Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan gejala
dengan berkurang. termasuk sensasi yang dirasakan
cemas.
peningkatan yang mungkin akan dialami
2. Mengidentifikasi,
ketegangan, 3. Berikan informasi factual terkait
mengungkapkan, dan
gemetar dan gelisah diagnosis, perawatan dan prognosi
menunjukkan teknik
4. Berada disisi klien untuk
mengontrol cemas.
meningkatkan rasa aman dan
31
3. Vital sign dalam batas mengurangi ketakutan
normal. 5. Dengarkan klien
4. Postur tubuh, ekspresi 6. Kontrol stimulus untuk kebutuhan
wajah, bahasa tubuh dan klien yang tepat
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
32
badan dan tinggi badan kenaikan berat badan
4. Nafsu makan Peningkatan berat badan
Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor mual muntah
keperawatan 31-45 menit nafsu
2. Dukung peningkatan asupan
makan klien meningkat
kalori
ditandai dengan :
3. Instruksikan cara meningkatkan
1. Adanya keinginan untuk
asupan kalori
makan
4. Kenali apakah penurunan berat
2. Meningkatnya intake
badan yang dialami pasien
makanan, nutrisi dan cairan
merupakan tanda penyakit
3. Tidak terganggunya
terminal
rangsangan untuk makan
5. Instruksikan pasien dan keluarga
Fungsi gastrointestinal
mengenai target yang realistis
Setelah dilakukan tindakan
terkait penyakit dan peningkatan
keperawatan 31-45 menit
berat badannnya
fungsi gastrointestinal kembali
normal ditandai dengan :
1. Tidak terganggunya nafsu
makan
33
2. Tidak adanya nyeri
abdomen
3. Tidak adanya refluks
lambung dan peningkatan
peristaltic
4. Klien tidak mengalami mual
muntah
5. Tidak adanya penurunan
berat badan
Gangguan citra Setelah dilakukan Citra Tubuh Peningkatan Citra Tubuh
tubuh berhubungan intervensi keperawatan 1. Gambaran internal diri 1. Gunakan bimbingan antisipatif
perubahan pada selama 1x45 menit 2. Kepuasaan dengan menyiapkan pasien terkait dengan
bentuk tubuh diharapkan gangguan citra penampilan tubuh perubahan-perubahan citra tubuh
karena proses tubuh dapat berkurang. 3. Kepuasaan dengan fungsi 2. Bantu pasien untuk
penyakit tubuh mendiskusikan perubahan-
4. Penyesuaian terhadap perubahan disebabkan adanya
perubahan tampilan fisik penyakit atau pembedahan
5. Penyesuaian terhadap 3. Monitor frekuensi dari pernyataan
perubahan fungsi tubuh
34
mengkritisi diri
4. Bantu pasien mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang
meningkatkan penampilan
5. Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
6. Berikan dukungan emosi klien
7. Anjurkan keluarga klien untuk
selalu mendampingi klien
35
C. Evaluasi
36
3. Ketidakseimbangan nutrisi S : Pasien mengatakan nafsu makannya sudah
kurang dari kebutuhan tubuh bertambah
berhubungan dengan O : Berat badan pasien naik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
37
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Biodata Pasien
1. Nama : Ny. A
2. Umur : 50 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. No. Register : 01-03-61-62
5. Alamat : JL. S. Wera
6. Status : Menikah
7. Keluarga terdekat : Suami dan anak
8. Diaqnosa Medis : CA Mammae
B. Anamnese
1. Keluhan Utama (Alasan MRS)
Saat MRS : Nyeri pada payudara kanan
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa nyeri pada area payudara kanan
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien perempuan Ny. A berumur 50 tahun masuk kerumah sakit pada
tanggal 01/03/2022 dengan keluhan nyeri pada payudara kanan dan
terdapat benjolan pada area payudara yang sudah ada sejak 2 tahun
yang lalu.
Pada saat pengkajian tanggal 04/03/2022, klien mengatakan nyeri pada
payudara kanan, terasa seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5 (sedang) dan
klien mengatakan nyeri hilang timbul ±10 menit
3. Riwayat penyakit yang lalu
Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan perawatan sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
yang sama seperti klien
38
C. Pola Pemeliharaan Kesehatan
1. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
Di Rumah Di RumahSakit
Frekuensi : Frekuensi :
Klien mengatakan saat di rumah Klien mengatakan saat di rumah
klien makan 3x/hari sakit klien makan 3x/hari
Jenis makanan : Nasi, ikan dan Jenis makanan : bubur
sayur Porsi makan : dihabiskan
Porsi makan : dihabiskan Pantangan makanan :
Pantangan makanan : Klien mengatakan saat dirumah
Klien mengatakan tidak ada sakit tidak ada pantangan makanan
makanan pantangan
2. Pola eliminasi
Di Rumah Di RumahSakit
BAK : BAK :
Frekuensi : Frekuensi :
Klien mengatakan buang air kecil Klien mengatakan buang air kecil
4-6x/sehari 4-5x/sehari
Warna : kuning jernih Warna : kuning jernih
Bau : Aroma khas ammonia Bau : Aroma khas
Masalah : tidak ada masalah Masalah : tidak ada masalah
BAB : BAB :
Frekuensi : Frekuensi :
Klien mengatakan BAB 1x/sehari Klien mengatakan selama di
Konsistensi : Lunak rumah sakit BAB 1x/hari
Warna : kuning kecoklatan
Bau : khas
39
3. Pola Istirahat Tidur
Di Rumah Di RumahSakit
5. Pola Aktifitas
40
D. Riwayat Sosial Ekonomi
a. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien
Kegiatan kemasyarakatan : klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan
apapun
Konflik social yang dialami klien : klien mengatakan tidak pernah
mengalami konflik sosial
Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya : klien mengatakan selalu
taat dalam beribadah
Teman dekat yang senantiasa siap membantu : klien mengatakan suami
dan anak-anaknya merupakan keluarga sekaligus teman dekat yang siap
membantunya.
b. Ekonomi
Klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien menggunakan
kartu BPJS dan untuk biaya yang lainnya klien di biayai oleh
keluarganya.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg BB : 57 kg
N : 80 x/menit TB : 155 cm
RR : 20 x/menit IMT Normal
S : 36 ºC
2. KeadaanUmum
Saat dilakukan pengkajian kesadaran klien Composmentis, klien
tampak lemah dan terpasang infuse Rl 500 ml 20 tpm.
3. Pemeriksaan Kepala dan Leher
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris dan bulat, tidak ada luka,
penyebaran rambut merata, warna rambut hitam,
dan tidak ada kerontokan rambut
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
41
b. Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada peradangan dan tidak ada
pembesaran tiroid
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4. Pemeriksaan wajah
a. Mata
Inspeksi :
Bentuk mata simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak ada
kelambatan kelopak, tidak ada pembengkakan, tidak ada luka, tidak
ada kerontokan bulu mata, konjungtiva tampak anemis, pupil
isokor dan reaksi pupi terhadap cahaya baik (miosis)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Hidung
Inspeksi :
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada deviasi septum,
tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan, tidak ada
secret/cairan dan tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada polip
c. Mulut
Inspeksi :
Bentuk mulut simetris, tidak ada lesi maupun inflamasi, tidak
sumbing, warna bibir coklat, tidak ada perdarahan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mandibularis dan maksiaris
d. Telinga
Inspeksi :
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, ukuran besar kiri dan kanan
sama, tidak ada lesi maupun inflamasi, tidak ada pengeluaran
cairan, dan tidak ada perdarahan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
42
e. Wajah
Inspeksi :
Klien tampak lemah, bentuk wajah simetris, tidak ada
pembengkakan, tidak ada kemampuan otot parsialis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
5. Pemeriksaan Toraks/Paru
Inspeksi :
Bentuk dada simetris, tidak ada benjolan, pergerakan dada simetris,
respirasi 20x/menit, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Terdengar suara sonor pada area paru
Auskultasi : Tidak ada suara napas tambahan
6. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada lesi
Auskultasi : Frekuensi peristaltic usus normal 16x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
7. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada deformitas dan
fraktur
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan tidak ada deformitas dan
fraktur
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
8. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
Kesadaran GCS : E4 M6 V5 = 15 (Composmentis)
Status mental : Orientasi baik, tidak ada penurunan kesadaran
9. Pemeriksaan Kulit/Integumen
Inspeksi : kulit klien Nampak kuning langsat dan tidak ada luka
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
43
F. Riwayat Psikologi
1. Status Nyeri : 5 (sedang)
Nyeri ringan : Klien nampak gelisah
Klien nampak meringis
2. Status Emosional
Selama dirawat klien tampak lemas, kadang murung klien juga
mengatakan cemas karena akan dilakukan tindakan operasi pada
payudaranya
3. Gaya Komunikasi
Saat dilakukan pengkajian klien dapat berkomunikasi dengan jelas dan
mampu menjelaskan apa yang dirasakannya sepenuhnya
4. Pola Pertahanan
Klien tampak tidak mampu mempertahankan rutinitas yang seperti
biasanya
G. Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap Satuan Rujukan
Hemoglobin (HGB) 11.0 g/dl 12-16
Leukosit (WBC) 7,1 ribu/ul 4,0-11,0
Eritrosit (RBC) 3,64 juta/ul 4,1-5,1
Hematogrit (HCT) 29,2 % 36-47
Trombosit (PLT) 165 ribu/ul 150-450
MCV 80,2 fl 81-99
MCH 30,2 pg 27-31
MCHC 37,7 g/dl 31-37
RDW-CV 14,3 % 11,5-14,5
MPV 6,5 fl 6,5-9,5
Hitung jenis leukosit
Basephil 0,5 % 0-1
Eosinophil 4,0 % 1-3
Neftrophil 75,5 % 50-70
Limfosit 12,6 % 20-40
Monosit 7,4 % 2-8
44
NRL 5,99 cutoff <3.13
ACC 895 juta/l >1500
H. Pemeriksaaan Penunjang
Pemeriksaan foto thorak: Besar cor normal dan sistema tulang intak
I. Terapi Yang Telah Diberikan
1. Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
2. Infus Rl 20 tpm
3. Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam/ IV
4. Injeksi asamtranexamat 0,5 Mg/8 jam/ IV
5. Injecsi ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
KLASIFIKASI DATA
45
ANALISA DATA
46
infus Rl
- Payudara klien Nampak
besar besar sebelah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkuangan
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkuangan
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
47
INTERVENSI KEPERAWATAN
48
Penggunaan analgesik menurun memperberat rasa nyeri 6. Menambah
6. jelaskan pengetahuan klien
penyebab,periode dan dalam menilai nyeri
pemicu nyeri yang dirasakan
7. anjurkan memonitor 7. Membantu klien
nyeri secara mandiri secara mandiri dalam
8. ajarkan teknik non melakukan tindakan
farmaakologis untuk yang dapat
mengurangi rasa nyeri mengurangi nyeri
9. kolaborasi pemberian 8. Membantu
analgetik mengurangi nyeri yang
dirasakan
Membantu mengurangi
nyeri
2 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola 1. Untuk mengetahui
b/d hambatan keperawatan 2x24 jam aktivitas dan tidur pola aktivitas dan
lingkungan diharapakan gangguan pola tidur klien
tidur teratasi dengan kriteria 2. Identifikasi faktor
hasil pengganggu tidur (fisik 2. Untuk mengetahui
1. Keluhan pola tidur atau psikologis) faktor penggangu tidur
berubah. 3. Modifikasi lingkungan klien
2. Keluhan sulit tidur
49
menurun 4. Batasi waktu tidur siang 3. Menurunkan ganggun
jika perlu pola tidur
4. Agar tidak ada
5. Lakukan prosedur untuk gangguan pola tidur
meningkatkan kenyaman pada malam hari
(mis pijat, pengaturan
posisi) 5. Agar siklus tidur
terjaga
3 Ansietas b/d kurang Setelah dilakukan perawatan 1. Periksa ketegangan otot, 1. Mengetahui perubahan
terpapar informasi selama 2x24 jam diharapkan frekuensi nadi, tekanan selama dilakukannya
kecemasan yang dialami darah, dan suhu sebelum dan teknik relaksasi
berkurang, dengan kriteria hasil sesudah latihan
: 2. Gunakan pakaian longgar 2. Nyaman saat relaksasi
1. Verbalisasi khawatir akibat 3. Gunakan nada suara lembut 3. Klien merasa nyaman
kondisi yang dialami dengan irama lambat dan berbicara dengan perawat
menurun berirama 4. Agar klien mengetahui
2. Perilaku gelisah menurun 4. Jelaskan tujuan, manfaat teknik yang akan
3. Perilaku tegang menurun batasan dan jenis relaksasi digunakan
4. Frekuensi pernapasan (napas dalam) 5. Agar pasien nyaman saat
menurun 5. Anjurkan mengambil posisi menjalankan terapi
5. Frekuensi nadi menurun yang nyaman 6. Memberi contoh agar
6. Frekuensi darah menurun 6. Demonstrasikan dan latih pasien memahami
teknik relaksasi (napas 7. Agar perasaan cemas
dalam) klien berkurang dan klien
7. Anjurkan sering mengulangi terbiasa dengan teknik
tersebut
50
atau melatih teknik yang
dipilih
51
3. Layani pemberian obat analgetic
Injeksi ketorolac 1 ml/IV
52
O : keadaan umum klien lemah
- Klien tampak sedikit meringis
- Kesadaran composmentis
A: Nyeri kronis belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
4. Identifikasi nyeri
5. Layani pemberian obat injeksi
ketorolac 30 mg/IV
D/P 5. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
6. Ajarkan Teknik non farmakologis
10.00 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan skala untuk membantu meredakan nyeri
nyeri serta mengidentifikasi respon nyeri non
verbal Tgl 05/03/2022 jam 14.30
- Klien mengatakan terasa nyeri seperti S : Klien mengatakan masih terasa nyeri
ditusuk-tusuk pada payudara sebelah pada payudara sebelah kanan seperti
kanan, skala nyeri 4 (sedang), nyeri hilang ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 (sedang),
timbul berlangsung ± 10 menit berlangsung ± 10 menit
- Klien tampak meringis O : - Keadaan umum klien lemah
- Klien tampak sedikit meringis
- TTV :
TD 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
RR 18x/menit
Suhu 36oC
Kesadaran compos mentis
A : Nyeri kronis belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. Identifikasi nyeri
53
5. Identifikasi factor yang memperberat
D/S dan memperingan nyeri
6. Mengidentifikasi factor yang dapat
6. Layani pemberian obat analgetic
16.00 memperberat dan memperingan nyeri
- Klien mengatakan yang dapat Injeksi ketorolac 1 ml/IV
memperberat nyeri yaitu benjolan pada
payudara kanan
- Klien mengatakan dengan mengkonsumsi Tgl : 05-03-2022 Jam 20.00
obat analgetic dapat memperingan nyeri S: klien mengatakan masih terasa nyeri pada
payudara kanan seperti tertusuk-tusuk skala
7. Melayani pemberian obat 4 (sedang)
Melayani kolaborasi pemberian analgetic O : keadaan umum klien lemah
- Injeksi ketorolac 30 mg/IV - Klien tampak sedikit meringis
- Kesadaran composmentis
A: Nyeri kronis belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
D/M 7. Identifikasi nyeri
8. Layani pemberian obat injeksi
21.30 Memberikan terapi ceterolac 30 mg/IV
ketorolac 30 mg/IV
9. Ajarkan Teknik non farmakologis
untuk membantu meredakan nyeri
54
- Klien tampak sedikit meringis
- Kesadaran composmentis
- TTV :
TD 120/80 mmHg
Nadi 86x/menit
RR 18x/menit
Suhu 36oC
A: Nyeri kronis belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
D/P 10. Identifikasi nyeri
8. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
11. Layani pemberian obat injeksi
09.30 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan skala ketorolac 30 mg/IV
nyeri serta mengidentifikasi respon nyeri non 12. Ajarkan Teknik non farmakologis
verbal untuk membantu meredakan nyeri
- Klien mengatakan terasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk pada payudara sebelah
kanan, skala nyeri 3 (sedang), nyeri hilang Tgl 05/03/2022 jam 14.30
timbul berlangsung ± 10 menit S : Klien mengatakan masih terasa nyeri
- Klien tampak meringis pada payudara sebelah kanan seperti
ditusuk-tusuk, skala nyeri 3 (sedang),
berlangsung ± 8 menit
O : - Keadaan umum klien lemah
- Klien tampak sedikit meringis
- TTV :
TD 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
RR 18x/menit
Suhu 36oC
55
Kesadaran compos mentis
A : Nyeri kronis teratasi
P : Lanjutkan intervensi
7. Identifikasi nyeri
8. Identifikasi factor yang memperberat
dan memperingan nyeri
9. Layani pemberian obat analgetic
Injeksi ketorolac 1 ml/IV
56
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi pola aktvitas dan tidur
- Identifikasi faktor penggangu tidur
- Modifikasi lingkungan
- Batasi tidur siang
- Atur posisi klien senyaman meungkin
3 04/03/2022 1. Memeriksa ketegangan otot, frekuensi nadi, 04/03/2022
10 : 00 tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah 16 : 00
latihan S : klien mengatakan masih merasa cemas
2. Mengguunakan pakaian longgar O : - wajah klien nampak tegang
3. Menggunakan nada suara lembut dengan irama - TTV
lambat dan berirama TD : 110/80 mmHg
4. Menjelaskan tujuan, manfaat batasan dan jenis N : 89x/menit
relaksasi (napas dalam) R : 20x/menit
5. Menganjurkan mengambil posisi yang nyaman S : 36,1˚C
6. Mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi A : kecemasan belum teratasi
(napas dalam) P : intervensi dilanjutkan
7. Menganjurkan sering mengulangi atau melatih 1. Periksa ketegangan otot, frekuensi
teknik yang dipilih nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
2. Gunakan pakaian longgar
3. Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
4. Jelaskan tujuan, manfaat batasan dan
jenis relaksasi (napas dalam)
57
5. Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
6. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (napas dalam)
7. Anjurkan sering mengulangi atau
04/03/2022 melatih teknik yang dipilih
21:30 1. Memeriksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah 05/03/2022
latihan 09:00
2. Mengguunakan pakaian longgar S : klien mengatakan perasaan cemasnya
3. Menggunakan nada suara lembut dengan irama berkurang
lambat dan berirama O : - wajah klien nampak rileks dan tenang
4. Menjelaskan tujuan, manfaat batasan dan jenis - TTV :
relaksasi (napas dalam) TD : 120/80mmHg
5. Menganjurkan mengambil posisi yang nyaman N : 80x/menit
6. Mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi R : 20x/menit
(napas dalam) S : 36,5˚C
7. Menganjurkan sering mengulangi atau melatih A : masalah teratasi
teknik yang dipilih P : intervensi dihentikan
2 04/03/22 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur 05/03/22
21.30 - Klien mengatakan jika malam hari suka 08.00
terbangun S :- klien mengatakan sudah tidak terbangun
2. Mengidentifikasi faktor penggangu tidur
pada malam hari
- Klien mengatakan sering terbangun karena
- Klien mengatakan cukup istirahat
ruangan selalu berisik dan pencahayaan
O:- klien tampak berbaring ditempat tidur
terlalu terang
58
3. Memodifikasi lingkungan - Ttv
- Menganjurkan setiap pasien hanya dijaga 1 TD : 120/80 Mmhg
orang saja N : 80x/mnit
4. Membatasi tidur siang 2 jam sehari R : 20 x/mnit
5. Mengatur posisi klien senyaman mungkin dengan S : 36,5 ˚C
posisi supine A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
59
BAB IV
PEMBAHASAN
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa
bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel
kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005).
60
pasien yaitu berupa pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Pada kasus Ny. A didapatkan kelainan pada beberapa
pemeriksaan yaitu : pada daerah payudara sebelah kanan klien dimana
terdapat benjolan.
Pada tinjauan kasus kelompok menemukan 3 diagnosa
keperawatan, diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus adalah : Nyeri
kronis, Gangguan pola tidur, ansietas. Dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan pada klien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan,
tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan
kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan
keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian dilakukan.
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah- masalah yang telah
diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh man perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efisien (Nikmatur rohmah & Saiful walid,
2012). Intervensi atau perencanaan yang akan dilakukan oleh penulis
disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana
tindakan dapat dilaksanakan dengan SMART spesifik, measurable,
acceptance, rasional dan timing (Nikmatur rohmah & Siful walid, 2012).
Intervensi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
telah menggunakan standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI) dan
standar luaran keperawatan indonesia (SLKI). Adapun tindakan pada
standar intervensi keperawatan Indonesia terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasi, dan kolaborasi (PPNI, 2018).
Untuk diagnosa nyeri kronis rencana tindakan yang dilakukan
adalah lakukan pengkajian secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Ajarkan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil. Manajemen nonfarmakologis merupakan pilihan pengobatan
untuk melengkapi terapi farmakologis yang sudah dilakukan.
61
Manajemen nyeri neuropati diabetik bertujuan untuk, mengurangi
perilaku nyeri dan tingkat nyeri, mengurangi gejala, mencegah
perburukan, mengurangi dosis analgetik yang dibutuhkan sehingga
mengurangi efek samping obat yang akhirnya memberikan rasa
nyaman dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Metin, & Ozdemir,
2016; Gok Metinet al,2017).
Untuk diagnose gangguan pola tidur rencana tindakan yang
dilakukan adalah Identifikasi pola aktivitas dan tidur, Identifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik atau psikologis), Modifikasi lingkungan, Batasi
waktu tidur siang jika perlu Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyaman (mis pijat, pengaturan posisi).
Untuk diagnosa Ansietas rencana tindakan yang dilakukan adalah
periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu sebelum
dan sesudah latihan, gunakan pakaian longgar gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan berirama, jelaskan tujuan, manfaat batasan dan
jenis relaksasai nafas dalam anjurkan mengambil posisi yang nyaman
demonstrasikan dan latih tehnik relaksasi nafas dalam, anjurkan sering
mengulangi atau melatih tehknik yang dipilih.
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali, 2014)
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan
melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada
klien terlebih dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien
agar tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien,
sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan
masalah yang dihadapi klien.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
62
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2012). Dari 3 diagnosa keperawatan
yang kelompok tegakkan sesuai dengan apa yang kelompok temukan
dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan belum
mencapai perkembangan yang diharapkan, dikarenakan waktu yang
singkat oleh karena itu diharapkan kepada perawat dan tenaga medis
lainnya untuk melanjutkan intervensi yang telah kelompok rencanakan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang
maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,
perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
Untuk diagnosa nyeri kronis dianggap teratasi karena klien sudah
merasa nyaman tetapi menganjurkan klien untuk melakukan teknik
relaksasi saat nyeri timbul. Untuk diagnosa kedua gangguan pola tidur ,
dianggap teratasi karena klien mengatakan sudah bisa tidur beristirahat.
Untuk diagnosa Ansietas sudah teratasi karena pasien sudah paham
mengenai prosedur sebelum dilakukan tindakan operasi.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Ny. A di
Rumah Sakit Umum Provinsi Undata, kelompok dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan Ca Mamae ditemukan data berupa nyeri
da nada benjolan pada payudara kanan.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Ca Mamae kelompok menemukan 3 diagnosa yang dapat
muncul pada penderita Ca Mamae, yaitu nyeri kronis, gangguan pola
tidur, ansietas
3. Perencanaan
Kelompok menyusun rencana asuhan keperawatan yang telah disusun
berdasarkan specific, measurable, achievable, reasonable, dan time.
Dengan menggunakan standar luaran dan kriteria hasil, serta standar
intervensi keperawatan sesuai teori.
4. Pelaksanaan
Kelompok melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien yang
telah dilakukan penyusunan rencana asuhan keperawatan. Kelompok
melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
64
Peneliti melakukan evaluasi pada pasien sesuai dengan kriteria hasil yang
telah dibuat oleh peneliti untuk target yang akan dicapai pada pasien.
B. Saran
1. Bagi Kelompok
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien Ca
Mamae yang diberikan dapat tepat, kelompok selanjutnya harus benar-
benar menguasai konsep tentang Ca Mamae itu sendiri, terutama pada
faktor etiologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi tentang ca mamae,
selain itu peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan tepat agar
asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pasien.
Kelompok juga harus teliti dalam mengangkat dan merumuskan
diagnose keperawatan yang ada pada pasien agar masalah keperawatan
yang muncul pada pasien dapat teratasi dan mendapatkan penanganan
secara komprehensif dan menyeluruh, Tidak hanya berfokus kepada
masalah biologis pasien, namun juga terhadap masalah psiko, sosio,
spiritual pasien. Sehingga asuhan keperawatan yang dilakukan dapat
terlaksana secara optimal, dan mendapatkan hasil yang memuaskan bagi
pasien dan juga peneliti itu sendiri.
2. Bagi Rumah Sakit Undata
Bagi pihak rumah sakit hendaknya penanganan pasien Ca Mamae lebih
ditingkatkan lagi kerja sama antar petugas pelayanan kesehatan dalam hal
menjaga keaadaan pasien serta memperhatikan aspek
bio,psiko,sosio,social dan spiritual pasien. Serta diharapkan dapat
menjaga kebersihan pasien agar infeksi yang terjadi pada pasien tidak
bertambah buruk.
3. Bagi Perawat Ruangan
Disamping mendapatkan perawatan dan pengobatan pada saat di rumah
sakit, Alangkah baiknya jika tenaga kesehatan yang ada memberikan
pengetahuan tentang penyakit Ca Mamae yang dialami oleh pasien,
sehingga itu dapat memotivasi pasien dalam mempertahankan
kesehatannya baik saat berada di rumah sakit maupun di rumah.
65
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016.
Atlanta: American Cancer Society
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M.
Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition.
Singapore: Mosby, Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari.,
Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Interventions Classification (NIC).
Edisi Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Kementerian Kesehatan RI: Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Kesehatan RI:
Jakarta
Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-
diagnosis/. [diakses tanggal 3 September 2019].
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby,
Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi
Tumanggor. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Ke-5.
Indonesia: CV Mocomedia.
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis
Proses-Proses Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keperawatan & Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.
Metin, Z. G., & Ozdemir, L. (2016). The effects of aromatherapy massage and
reflexology on pain and fatigue in patients with rheumatoid arthritis: arandomized
controlled trial. Pain Management Nursing, 17(2), 140-149.
https://www.researchgate.net/profile/Leyla_Ozdemir/publication/301344191_The_
Effects_of_Aromatherapy_Massage_and_Reflexology_on_Pain_and_Fatigue_in_P
66
atients_with_Rheumatoid_Arthritis_A_Randomized_Controlled_Trial/links/
59df0847458515376b386139/The-Effectsof Aromatherapy-Massage-and-
Reflexology-onPain-and-Fatigue-in-Patients-with-RheumatoidArthritis-A-
Randomized-Controlled-Trial.pdf
Gok Metin, Z., Arikan Donmez, A., Izgu, N., Ozdemir, L., & Arslan, I. E. (2017).
Aromatherapy massage for neuropathic pain and quality of life in diabetic patients.
Journal of Nursing Scholarship, 49(4), 379-388.
https://sigmapubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/ab s/10.1111/jnu.12300
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
67