SKRIPSI
WINDA
201901166
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Antara Stres Kerja
dengan Kejadian Insomnia pada Perawat COVID-19 di RSUD Undata Palu adalah
benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi dimanapun. sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skirpsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes Widya
Nusantara Palu
Materai 6000
Winda
NIM. 201901166
ii
ABSTRAK
Winda. Hubungan Antara Stress Kerja Dengan Kejadian Insomnia pada Perawat
COVID-19 di RSUD Undata Palu . Dibimbing oleh Ardin. S. Hentu dan Nelky
Suriwanto
Kualitas perawatan pada kenyataannya dapat diukur dari rasa nyaman yang dirasakan
oleh pasien, dimana perawat di tuntut melakukan pelayanan asuhan keperawatan yang
professional tanpa melihat adanya masalah internar lainnya seperti masalah dalam
pekerjaan, banyaknya pasien dengan petugas yang sedikit beban ini dapat menambah
resiko terjadinya stres pada seorang perawat. Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis hubungan antara stres kerja dengan kejadian insomnia pada perawat
Covid-19 di RSUD Undata Palu. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode
korelasional pendekatan cross sectional, jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak
44 orang pasien dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Analisis
data menggunakan uji rank spearman, dengan variabel independen stress kerja dan
variabel dependen kejadian insomnia. Hasil penelitian menunjukkan 88,6% orang
mengalami stress ringan, 86,4% orang mengalami insomnia sedang. Analisa bivariat
pada variabel stress kerja dengan kejadian insomnia diperoleh hasil p-value 0,000 dan r-
tabel 0,511. Kesimpulan dari peneltian ini adalah ada hubungan antara stress kerja
dengan kejadian insomnia pada perawat COVID-19 di RSUD Undata Palu dengan
tingkat hubungan cukup.
iii
ABSTRACT
iv
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KEJADIAN
INSOMNIA PADA PERAWAT COVID-19
DI RSUD UNDATA PALU
SKRIPSI
WINDA
201901166
v
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
WINDA
201901166
PEMBIMBING I
Ns. Ardin. S. Hentu, S.Kep., M.Kep (......................................)
NIK: 20190901099
PEMBIMBING II
Nelky Suriawanto,. Si., M.Si (.....................................)
NIK : 20170901071
Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul Hubungan Antara
Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada Perawat COVID-19 di RSUD Undata Palu
sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu
Dalam menyelesaikan penulisan ini tidak akan berjalan lancer tanpa dukungan,
bimbingan dan bantuan dari kedua orang tua yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
serta dukungan baik moril maupun material dan dukungan dari berbagai pihak yang
membuat penulis tetap semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini,. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
2. DR. Pesta Corry S. Dipl.Mw. S.KM., M.Kes., Selaku wakil ketua I Bidang
3. Ns. Ardin. S. Hentu, S.Kep., M.Kep, selaku pembimbing I yang telah memberikan
5. Ns. Masri Dg Taha, S.Kep., M.Kep, selaku penguji utama yang telah memberikan
6. Ns. Afrina Januarista, S.Kep., M.Sc, selaku ketua Program Studi Ners STIKes
vii
7. Seluruh staff pengajar di lingkungan STIKes Widya Nusantara Palu, terima kasih
8. Kepala Ruangan Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu dan staff atas bantuan
dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditetapkan.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
Palu, Juli2021
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
HALAMAN JUDUL SKRIPSI v
LEMBAR PENGESAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumasan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJUAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Stres 5
B. Tinjauan Umum Tentang Gangguan Tidur (Insomnia) 13
C. Kerangka Konsep 18
D. Hipotesis Penelitian 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan Tujuan Penelitian 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 19
C. Populasi dan Sampel 19
D. Variabel dan Definisi Operasional 20
E. Instrumen Penelitian 22
F. Teknik Pengumpulan Data 22
G. Analisa Data 24
ix
H. Alur Penelitian 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27
B. Hasil Peneltian 27
C. Pembahasan 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 34
B. Saran 34
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka
2. Jadwal Penelitian
3. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal
4. Surat Balasan Pengambilan Data Awal
5. Surat Permohonan Turun Penelitian
6. Lembar Observasi/Check List
7. Surat Balasan Selesai Penelitian
8. Master Tabel
9. Hasil Olah Data SPSS
10. Dokumentasi
11. Riwayat Hidup
12. Lembar Bimbingan Proposal-Skripsi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Coronavirus Disease-19 (Covid-19) merupakan virus yang menyerang sistem
pernafasan, dimana virus ini pertama kali terkonfirmasi Di Negara Cina tepatnya
daerah Wuhan.Covid-19 merupakan jenis koronavirus yang merupakan salah satu
penyakit menular Di Dunia, Sars-CoV-2 merupakan penyebab utama adanya
gangguan di saluran pernafasan.Gejala yang biasanya terjadi pada penderita Covid-
19dapat mengalami batuk kering, demam, disertai dengan kesulitan bernafas,
dibeberapa kasus juga ditemukan pasien disertai bersin-bersin yang cukup hebat. Pada
penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan
kegagalan multi organ.1
World Health Organization (WHO) menetapkan kasus penyebaran covid-19
menjadi Pandemic skala Global, hal ini ditetepkan WHO atas pertimbangan tingginya
angka tranmisi Covid-19 yang terjadi dibeberapa Negara, dengan penetapan ini maka
beban kerja perawat menjadi bertambah yang mengakibatkan stress kerja perawat
meningkat. 2
Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang.Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungan.Dampak stress juga memiliki resiko yang
tinggi terjadi pada profesi perawat dikarenakan perawat memiliki tugas dan tanggung
jawab yang sangat tinggi pada keselamatan nyawa seseorang.3Kinerja perawat
merupakan sebuah satu kesatuan dari integritas dalam meningkatkan kualitas dalam
melayani pasien dimana dengan tingginya integritas perawat maka mutu perawat akan
meningkat. Menurut3 kinerja perawat ialah pekerjaan yang dilakukan dengan cara
sebaik-baiknya sesuai standar operasional yang berlaku serta melakukannya dengan rasa
tanggung jawab. 3
Kualitas perawatan pada kenyataannya dapat diukur dari rasa nyaman yang
dirasakan oleh pasien, dimana perawat di tuntut melakukan pelayanan asuhan
keperawatan yang professional tanpa melihat adanya masalah internar lainnya seperti
1
2
masalah dalam pekerjaan, banyaknya pasien dengan petugas yang sedikit beban ini
dapat menambah resiko terjadinya stres pada seorang perawat. Setiap harinya seorang
perawat , dalam menjalankan asuhan keperawatan seorang perawat tidak hanya
berhubungan dengan pasien, sanak keluarga pasien, tetapi juga dengan teman pasien, ,
rekan kerja perawat lintas profesi, melakukan kerja sama dengan dokter serta adanya
aturandi tempat kerja menjadikan beban meningkat yang harus diterima oleh seorang
perawat dinilai terlalu berat dengan kondisi fisik, psikis dan emosionalnya yang sering
kali membuat perawat menjadi insomnia dengan adanya stress kerja yang begitu tinggi.4
Insomnia merupakan salah satu tanda gangguan tidur yang berkaitan dengan
masalah fisik, mental, atau emosi. Ketidakmampuan seseorang untuk pergi tidur atau
tinggal tidur bisa saja bersumber dari beban psikis atau lingkungan sekitarhal inilah
yang sering terjadi pada perawat yang mengalami stres kerja.5
Insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor, adapun faktor-faktor yang dapat
menyebabkan insomnia yaitu stres atau kecemasan, depresi, kelainankelainan kronis,
efek samping pengobatan, pola makan yang buruk, kurang berolahraga, dan konsumsi
kafein, nikotin dan alkohol.Dampak yang sering terjadi pada perawat yang mengalami
insomnia akan berpengaruh pada kinerja perawat saat berdinas. Kesulitan
berkonsentrasi merupakan hal sering terjadi serta menjadi salah satu akibat paling
mencolok dalam pekerjaan keperawatan, karena dalam menjalankan pekerjaannya
ketelitian serta konsentrasi sangat dibutuhkan dalam pekerjaan perawat itu sendiri guna
mendapatkan pelayanan terbaik.5
Data dari WHO didapatkan sekitar 20-50 % perawat dilaporkan mengalami
kesulitan tidur dan diperkirakan 17 % mengalami gangguan kesulitan saat hendak tidur
serius.6 Berdasarkan survei yang dilakukan, rentan insomnia yang ada di Amerika
menunjukkan bahwa 60-70 kasus dengan orang dewasa. Menurut Survei yang di
lakukan oleh Crampex (produsen pil tidur) bahwa 86 % orang di seluruh dunia
mengalami gangguan tidur yaitu insomnia seperti di Inggris sendiri, Di Indonesia
beberapa profesi pekerjaan. Data dari surveyyang dilakukan oleh Negara Prancis
didapatkan bahwa besar presentasi perawat yang mengalami stress yaitu sebesar
74%.Studi yang dikeluarkan oleh Negara Swedia didapatkan bahwa sebesar 80%
perawat mengalami stres yang cukup tinggi akibat adanya beban pekerjaan yang dialami
oleh perawat. 7
Data ini juga didukung oleh riset PPNI (Persatuan Perawat Nasional
Indonesia) tahun 2007 bahwa 50,9% perawat Indonesia yang berkerja diempat provinsi
mengalami sering pusing, kurangnya waktu istrahat, gaji yang didapatkan rendah, tidak
adanya insentif, serta mengalami stress yang diakibatkan tingginya tuntutan yang harus
didapatkan oleh perawat.4
Stres atau perasaan tertekan yang dialami oleh perawat selama bekerja membuat
perawat merasa tidak tenang, tidak aman, dan merasakan kegelisahan (kecemasan).
Individu yang merasakan kegelisahan, rasa tidak tenang, dan tidak aman akan
cenderung susah untuk memulai tidur.6 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh8 bahwa seorang perawat yang mengalami stress mengakibatkan kesulitan dalam
beristirahat pada malam hari.8Penelitian dari9 juga menambahkan dengan penurunana
tingkat stress pada perawat dapat menekan kesulitan tidur pada perawat, Hasil korelasi
spearman rank menunjukkan sebesar sebesar 0,618 dengan signifikan 0,000 hasil ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stress pada seorang perawat
terhadap kinerja perawat yang mengalami insomnia.9 Kondisi ini juga terjadi pada
perawat yang bekerja dibeberapa Rumah Sakit di Sulawesi Tenggah, salah satunya yaitu
Perawat Di Rumah Sakit Undata Palu.
Bedasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat Di RSUD Undata Palu
didaptkan bahwa sebanyak 7 dari 9 perawat mengatakan bahwa setelah pulang kerja,
perawat tidak bisa langsung tidur. Adanya rasa tegang dan memikirkan permasalahan di
pekerjaan membuat perawat sulit untuk tidur. Apabila sudah bisa tidur, perawat
mengatakan bahwa lama waktu tidur tidak panjang. Perawat terbangun lebih awal dan
merasakan badan terasa pegal.
Berdasarkan permasalahan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
apakah terdapat “Hubungan antara stress kerja dengan kejadian insomnia pada perawat
Covid-19 Di RSUD Undata Palu”.Pemilihan Lokasi Penelitian di RSUD Undata karna
Rumah Sakit Undata merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan pasien Covid-19.
4
Pemilihan rumah sakit undata juga didukung dengan melihat presentasi jumlah perawat
dan jumlah pasien Covid-19 di Sulawesi Tengah yang terbanyak dibandingkan dengan
Rumah Sakit rujukan pasien Covid-19 lainnya yang berada di Sulawesi Tenggah, Yang
memungkinkan ketepatan hasil penelitian semakin akurat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
“Apakah Terdapat Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada
Perawat Covid-19 Di RSUD Undata Palu”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dianalaisisnya hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada
Perawat Covid-19 di RSUD Undata Palu.
2. Tujuan Khusus
a. Dianalisisnya stres kerja pada perawat Covid-19 di RSUD Undata Palu
b. Dianalisisnya kejadian insomnia pada perawat Covid-19 di RSUD Undata Palu
c. Dianalisisnya Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada Perawat Covid-19
di RSUD Undata Palu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengetahuan (Pendidikan)
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah kepada
mahasiswa mengenai stres kerja dengan kejadian insomnia pada perawat dan dapat
dijadikan rujukan atau referensi sebagai penelitian berikutnya.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini juga digarapkan dapat memberikan penambahan informasi bagi
warga masyarakat mengenai stres yang dialami oleh tenaga perawat khususnya
perawat Covid-19 yang mengakibatkan terjadinya insomnia.
3. Bagi Instansi Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan
pemikiran bagi PimpinanRSUD Undata Palu dalam penanganan stres kerja yang
menyebabkan terjadinya insomnia pada perawat khsusnya perawat Covid-19 .
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
6
f. Penghasilan
g. Hukum
h. Perubahan
i. Penyakit yang diderita
3. Jenis-jenis Stres
Menurut stres menjadi 3 kategori yaitu :9
a. Faktor Eustress
merupakan respon stres ringan yang memberikan reaksi bahagia,
menggairahkan, menantang serta adanya rasa senang.
b. Faktor Distress
Adalah suatu respon negatif serta menyakitkan sehingga individu tersebut tidak
mampu dalam mengatasinya.
c. Faktor Neustress
Keadaan stres yang ada diantara distres dan eutres yakni reaksi stres menekan,
sehingga individu akan tertantang dalam menyelesaikan masalahnya.
4. Tanda dan Gejala Stres
Menurut10 tanda dan gejala stres10
a. Fisikal, ialah stres yang timbul karna adanya kondisi fisik serta fungsi fisik
terjadi penurunan fungsi.
b. Emosional, ialah gejala yang timbul yang diakibatkan karna keadaan mental
serta psikis yang tidak adekuat.
c. Intelektual, ialah gejala yang timbul berdasarkan pola pikir seorang individu.
d. Interpersonal, ialah gajal yang timbul dikarnakan adanya gesekan hubungan
antara individu dengan orang lain yang kurang harmonis.
Taylor juga menambahkan bahwa gejala stres meliputi:
a. Aspek perasaan
Meliputi merasamerasa ketakutan (feeling scared), merasa suka murung
(feeling moody), cemas (feeling anxious), merasa tidak mampu menanggulangi
(feeling of inability to cope), serta merasa mudahmarah (feeling irratable).
b. Kognitif (pikiran)
8
c. Stres tahap ketiga, yaitu stres dengan diikuti dengan adanya keluhan, seperti ),
emosional, insomnia , otot semakin tegang,kordinasi tubuh terganggu, mudah
terjaga dan sulit tidur kembali, mau jatuh pingsan, defekasi tidak teratur
(terkadang diare).
d. Stres tahap ke empat, tahapan stresdengan diikuti dengan adanya keluhan,
seperti aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan , tidak mampu bekerja
sepanjang hari atau loyo, timbul ketakutan dan kecemasan, respon tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, , konsentrasi serta daya
ingat menurun, sertasering menolak ajakan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai denganketidak mampuan
menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan
berat , kelelahan fisik dan mental, , , meningkatnya rasa takut dan cemas, panik,
dan binggung.
f. Stres tahap keenam (berat), yaitu tahapan yang ditandai stres dengan adanya
gejala seperti sesak napas ,badan gemetar , banyak keluar keringat dinggin,
jantung berdebar keras, , dan, serta adanyacollapsataupingsan.
6. Respon fisik saat stres
Hubungan antara penyakit dan stres bukanlah hal yang jarang terjadi.Diawal
tahun 70-an, terdapat dugaan bahwa beberapa penyakit yang terjadi pada individu
60% nya berkaitan dengan kejadian stres.Berdasarkan data yang ada tentang
interaksi reaksi psikologis pada seseorang, diperkirakan terdapat sekitar 80 % dari
semua masalah kesehatan yang terjadi pada seseorang berkaitan erat dengan
kesehatan mental, menjadikan seseorang tersebut menbgalami stres. Beberapa
penellitian telah membuktikan bahwa emosi dapat menurunkan sistem imun dan
dapat mempengaruhi stastus kesehatan seseorang. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh10 memperlihatkan bahwa kesehatan fisik seseorang merupakan
cerminankesehatandariemosional.10
a. Sakit dan nyeri seperti sakit kepala karena tegang, sakit kepala karena migrain
dan kontraksi pada otot rahang.
b. Masalah lambung seperti ulkus dan kolitis dan nyeri pada perut.
c. Masalah syaraf seperti insomnia, asma bronkhial, alergi, rematoid athritis.
d. Masalah lainnya seperti influeza, penyakit jantung koroner, kanker, pengerasan
hati, kecelakaan bahkan sampai bunuh diri.
7. Pencegahan dan Penanganan Stres
Menurut9berikut adalah carapencegahan dan penanganan stres9:
a. Makan makanan yang bervariasi
b. Murah senyum dan tertawa lepas
c. Tidur dan istrahat yang cukup
d. Relaksasi, distraksi dan istrahat
e. Sering bercinta
f. Jangan membebani diri secara berlebihan
g. Beribadahdanberdoa
diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan
dan tidur. Pusat pengaturan aktivasi kewaspadaan dan tidur terletak dalam
masensefalon dan bagian atas pons.15
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
Pemaksimalan kebutuhan istrahat dan tidur pada tiap orang tidak bias
disamkan.Ada yang kebutuhannya yang maksimal, adapula yang kurang maksimal
atau tidak terjadi gangguan. Seseorang bisa tidur atauoun tidak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :15
a. Usia
b. Rentan kesehatan
c. Lingkungan
d. Motivasi
e. Stres psikologis
f. Diet
g. Gaya hidup
h. Obat-obatan
4. Klasifikasi Tidur
Menurut15diklasifikasikan tidurterbagi atas (Rapid Eye Movement - REM)
dan (Non Rapid Eye Movement - NREM)15.
a. Rapid Eye Movement - REM
Merupakan keadaan tidur yang masih aktif atau biasa disebut dengan tidur
paradoksial.Hal ini disebut dengan tidur REN, tidur ini bersifatnya nyenyak
maksimal, namun kedua bola mata masih bergerak sangat aktif.
b. Non Rapid Eye Movement - NREM
Merupakan tidur yang nyaman dan dalam.Pada tidur NREM gelombang
otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
5. Gangguan Tidur (Insomnia)
Keseulitan untuk tidur pastinya pernah dialami oleh semua orang.Kesulitan
dalam memulai tidur ini disebut dengan istilah insomnia.Beberapa faktor penyebab
Insomnia dapat dilihat misalnya perubahan zona waktu, stres, kebiasaan tidur yang
12
buruk, atau jadwal tidur yang sering berubah-ubah. Insomnia sering bertindak
sebagai lampu kuning dalam masalah tidur.15
Sedangkan menurut Japarni insomnia ialah ketidak mempuan tubuh dalam
mencukupi kebutuhan tidur baik dilihat dari kuantitas ataupun kualitas. Sesorang
yang bangun namun merasa belum cukup tidur dapat diindikasikan mengalami
gajala insomnia atau bahkan telah menderita insomnia.15
Keadaan seseorang yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur pada
malam hari serta saat tertidur sering terbangun atau gelisah juga dapat dikatakan
sebagai insomnia. Bahkan ketika seseorang tidur dalam jumlah jam yang cenderung
mencukupi, mereka belum merasa cukup tidur atau beristrahat ketika bangun
keesokan harinya atau lebih sering disebut dengaan tidur yang nonrestoratif. Setiap
orang diperkirakan pernah mengalami kesulitan untuk memulai untuk tidur
dimalam hari.15
Insomnia dapat menyerang semua golongan usia. Angka kejadian insomnia
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penyebabnya bersumber dari stres
yang sering menghinggapi orang yang memasuki dewasa akhir dan lanjut usia15.
6. Jenis-jenis insomnia
Ada tiga jenis insomnia diantaranya15:
a. Insomnia inisial : ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
b. Insomnia intermitten : ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau
keadaan sering terjaga tidur.
c. Insomnia terminal : bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Sedangkan menurut pieter ZH dkk tiga jenis gangguan insomnia yaitu susah
tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun tengah malam (sleep maintenance
insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early
awekening insomnia). Cukup banyak orang yang menderita satu dari ketiga jenis
gangguan tidur. Dalam penelitian dilaporkan bahwa di Amerika serikat terdapat
sekitar 15% dari total populasi mengalami insomnia serius.15
7. Penyebab Insomnia
13
Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun lanjut usia, dan
seringkali timbul bersamaa dengan gangguan emosional seperti : kecemasan,
kegelisahan, depresi atau ketakutan. Orang yang pola tidurnya terganggu dapat
mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada pada waktunya
tidur dan bangun pada saat tidur. Berikut ini beberapa faktor penyebab insomnia :15
a. Psikis
Menurut15 dalam penelitianya mengatakan bahwa salah satu faktor
seseorang mengalami insomnia aialah adanya kecemasan dan depresi, dengan
adanya kesulitan tidur ini maka tingkatan insomnia yang dialami oleh individu
ini maka semakin meningkat pula kecemasan dan depresi yang dirasakan.
Sementara Okuji dkk, mengatakan bahwa total tidur penderita insomnia sering
kali berkurang. Penyebabnya adalah depresi, penggunaan substansi, gangguan
kecemasan, dan demensia tipe alzheimer.
b. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
Menurut5 bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya gangguan tidur ialah dengan adanya konsumi obat-obatan dan
alcohol, peningkatanpenggunaankonsumsi obat-obatan dan alcohol dapat
memberikan dampak terintrupsi dan menimbulkan rasa cemas yang berlebih dan
akan menimbulkan rasa candu yang membuatnya akan terus mengkonsumsi
obat-obatan dan alkohol tersebut10.
Kebiasaan buruk seperti mengkonsumsi minuman beralkohol, meminum
kopi menjelang istrahat malam, dapat meningkatkan resiko terjadinya insomnia.
Obat-obatan juga sangat mempengaruhi proses akan melakukan tidur dimalam
hari. Ragam obat yang dipastikan dapat mempengaruhi proses istrahat pada
malam hari seperti jenis golongan diuretic yang membuat resiko insomnia
meningkat, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan
kesulitan untuk tidur ,golongan beta bloker berefek pada timbulnya insomnia,
dan antide presan yang dapat menekan REM. Kebiasaan merokok juga
menyumbang adanya resiko terjadinya insomnia. Kebiasaan rokok saat akan
tidur dimalam hari juga dapat meningkatkan resiko terjadinya insomnia.Hal ini
karenakan adanya nikotin yang bersifat neurostimulan yang pada reaksi ini
14
meningkatkan reaksi semangat pada dalam tubuh.Stimulan ini ialah zat yang
memiliki efek yang menyegarkan pada tubuh sama halnya saat seseorang
mengkonsumsi kafein dan coklat.10
c. Usia
Keluhan Insomnia dipengaruhi oleh usia, setiap orang terdapat perbedaan
pada tingkatan atau keluhan insomnia. Pada anak yang mengalami kesulitan
untuk tidur biasanya anak tersebut akan sering marah saat hendak
ditidurkan.Beberapa anak juga sering menangis dimalam hari yang menjadikan
anak tersebut mengalami kekurangan waktu untuk tidur. Keluhan ini akan
berakhir saat anak tersebut telah beranjak remaja, kebutuhan tidurnya akan
mengikuti kebutuhan biologisnya pada fase ini akan terjadi perubahan waktu
untuk tidur yakni mereka akan tidur semakin larut. Kejadian insomnia yang
terjadi pada fase ini semakin meningkat saat remaja ini masuk dalam usia
dewasa muda dan akan semakin meningkat saat usia masuk
dalamkategoridewasa akhir.10
d. Memiliki penyakit
Insomnia banyak meyertai gangguan medis dan psikologis, termasuk rasa
nyeri dan ketidaknyamanan fisik.Orang-orang yang sulit tidur di malam hari
mungkin memiliki ritme temperature yang tertunda, seperti suhu tubuh mereka
yang tidak turun sehingga tidak dapat mengantuk sampai larut malam.Terdapat
perbedaan yang cukup signifikan suhu tubuh pada penderita insomnia dengan
orang yang tidak mengalami insomnia. Pada umumnya pederita insomnia
memiliki suhu tubuh yang tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang dapat
tidur normal di malam hari.10
e. Lingkungan
Orang-orang yang sedang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami
kesulitan tidur, karena selain menggunakan obatobatannya dia juga terpengaruh
oleh keadaan lingkungan, suhu, suara, dan cahaya yang sangat berbeda dengan
kondisi rumahnya. Lingkungan yang baik dan tenang akan sangat mudah
membawa seseorang untuk tidur. namun lingkungan yang bising cenderung
membuat membuat seseorang sulit untuk segera tidur dengan nyenyak.10
15
f. Efek Insomnia
Gangguan yang terjadi saat tubuh mengalami insomnia sebagai berikut :10
a. Mengantuk
b. Halusinasi
c. Sulit berkonsentrasi
d. Sulit mengingat
e. Gampang tersinggung dan mudah marah
f. Meriang atau menggigil
g. Nyeri otot
h. Gangguansistemkekebalantubuh
g. Cara Mengatasi Insomnia
Berikut ini beberapa cara mengatasi insomnia, yaitu :15
a. Berolahraga teratur
b. Hindari makan dan minum terlalubanyakmenjelangtidur.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan desain penelitian bersifat
analitik korelasi yaitu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel
dengan pendekatan Cross sectional yaitu jenis penelitian yang dimana dalam melakukan
pengukuran atau pengamatan pada variabel independen dan dependen dilakukan hanya
satu kali pada satu saat.16 Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara stres kerja dengan kejadian insomnia pada perawat Covid-19 Di RSUD
Undata Palu.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di ruang perawatan Covid-19 Di
RSUD Undata Palu
2. Waktu pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Mei 2021
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah atau cakupan responden dalam hal ini ialah
objek/subjek yang memiliki karakteristik serta kuantitas tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti yang nantinya akan dipelajari serta ditarik sebuah kesimpulan.17
Populasi pada penelitian ini ialah seluruh perawat yang bertugas diruang
perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu yakni sebanyak 52 perawat.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Purposive sampling ialah tehnik yang
digunakan pada penelitian ini dimana pengambilan sampelpeneliti berdasarkan
pertimbangan tertentu yang dirancang oleh peneliti, berdasarkan sifat dan ciri dari
populasi yang telah peneliti ketahui.18
17
18
b. Variabel Dependen
Variabel dependen disebut juga dengan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain atau variabel yang menjadi akibat dari variabel independen.19 Variabel
dependen pada penelitian ini yaitu kejadian insomnia.
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional terbagi menjadi dua variabel penelitian,
antara lain sebagai berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Stres Suatu kondisi semakin Kuesioner Ordinal Berat : Jika
Kerja meningkatya tuntutan Nilai18- 35
pekerjaan dan harus Sedang : Jika
bekerja secara maksimal Nilai 36- 55
yang akan membuat Ringan: Jika
kelelahan pada fisik dan Nilai 56- 72
emosional seseorang
menjadi tidak stabil.
Dimana hal ini akan
menjadi tekanan pada
perawat yang akan
menimbulkan stres kerja.
Kejadian Kondisi dimana tuntutan Keusioner Ordinal Derajat
Insomnia dan tekanan dalam insomnia:
pekerjaan akan Tidak insomnia:
menyebabkan perawat <8
mengalami kesulitan Insomnia
tidur dalam jangka waktu ringan: 8-13
pendek. Akibatnya akan Insomnia
mempengaruhi kinerja sedang: 14-18
perawat dalam bekerja. Insomnia berat:
Contohnya sulit untuk
20
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui
maupun mengukur suatu fenomena atau masalah yang terjadi.19 Pada penelitian ini
untuk pengumpulan data menggunakan kuesioner :
1. Stres kerja
Kuesioner tentang di kutip dari penelitian dari penelitian Hildayanti (2018)
dimana telah dilakukan uji validitas. Dalam kuesioner ini terdapat 20 pertanyaan
yang dinyatakan valid ada 18 pertanyaan dan yang tidak valid ada 2 pertanyaan (9
dan 14) didapatkan hasil uji validitas 0,000 – 0,022.13
2. Insomnia
Kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur derajat insomnia adalah KSPBJ-
IRS (Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta – Insomnia Rating Scale) yang
diadopsi dari penelitian (Noor, 2014). Kuesioner ini terdiri dari 8 pertanyaan yaitu
lamanya waktu tidur, mimpi, kualitas tidur yang dirasakan, waktu yang diperlukan
untuk memulai tidur, terbangun pada malam hari, waktu yang diperlukan untuk
tidur kembali, terbangun pada dini hari, dan perasaan setelah bangun tidur. Setiap
jawaban akan diberi nilai 0 sampai 3 kemudian skor dari seluruh pertanyaan
dijumlahkan sehingga didapatkan total skor yang akan dikategorikan menjadi 4
kategori.20
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian dapat diperoleh dari 2 jenis data yaitu data
primer dan data sekunder, antara lain
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkanlangsung oleh peneliti dengan
cara membagikan angket atau kuesioner kepada responden untuk mendapatkan
data. Data primer dari penelitian ini diperoleh dari pembagian kuesioner
kepada perawat yang berada di ruang perawatan Covid-19.
21
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang telah tersedia. Data
sekunder pada penelitian ini diperoleh dari buku rekam medik RSUD Undata
Palu.
2. Pengelolaan Data
Setelah data telah terkumpul kemudian data tersebut diolah dengan
melalui beberapa tahap, yaitu :21
a. Editing
Peneliti melakukan pemeriksaan lembar jawaban terhadap kuesioner
yang telah dibagikan kepada responden pada saat penelitian berlangsung,
peneliti memeriksa data atau identitas responden serta pengisian lembar
jawaban pertanyaan yang diajukan kemungkinan adanya kesalahan dalam
pengisian kuesioner.
b. Coding
Coding yaitu memberikan pengkodean data agar tidak terjadi kekeliruan
dalam melakukan tabulasi data.
c. Tabulating
Tabulating data yaitu penyusunan data kedalam master tabel dan
dijumlah serta diberikan keterangan.
d. Entry data
Entry data yaitu memasukan data ke komputer
e. Cleaning
Setelah semua data telah diperoleh dari responden, peneliti melakukan
pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan.
f. Describing
Describing yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah
dikumpulkan.
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
22
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan
standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
Rumus :
f
P= x 100%
n
Keterangan :
P = Presentase
f = Frekuensi
n = Jumlah responden
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisa yang dilakukan pada dua variabel yang
diduga mempunyai hubungan atau korelasi.22Untuk mengetahui apakah kedua
variabel tersebut memiliki hubungan atau tidaknya, dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Rank Spearman dengan tingkat signifikan 0,05 yang
dilakukan dengan menggunakan software aplikasi SPSS pada komputer untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen yang berskala
ordinal.22Dikatakan adanya hubungan jikap < 0,05 maka ada hubungan, sedangkan
jika p >0,05 maka tidak ada hubungan penerapan.Untuk dapat mengetahui
interpretasi pada kuat atau lemahnya hubungan pada variabel, dapat menggunakan
pedoman dari Sugiyono (2015) yaitu :22
I. Alur Penelitian
Proposal Penelitian
Teknik Sampling
Purposive Sampling
Dengan Jumlah Sampel 52 orang
InformedConsent
Menjelaskan dan Meminta Persetujuan
Responden
Pengumpulan Data
Dengan Menggunakan Data Primer dan Data Sekunder
Analisi Data
Uji RankSpearman
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan pada 44 responden pada bulan Mei di ruang
perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu untuk menganalisis hubungan antara stres
kerja dengan kejadian insomnia pada perawat Covid-19, didapatkan hasil yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
1. Karakteristik Responden
a. Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi umur perawat
di Ruang Perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu
Umur Frekuensi Persentasi (%)
20-25 Tahun 9 20.5
26-30 Tahun 23 52.3
21-35 Tahun 7 15.9
36-40 Tahun 5 11.4
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur perawat di ruang
perawatan covid-19 terbanyak yaitu 26-30 tahun berjumlah 23 oarng(52,3%),
umur 20-25 tahun berjumlah 9 orang (20,5%0, umur 21-35 tahun berjumlah 7
orang (15,9%) dan yang memiliki umur 36-40 tahun berjumlag 5 orang
(11,4%)
b. Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Perawat
Di Ruang Perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu
Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi (%)
Laki-laki 36 81.8
Perempuan 8 18.2
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.2 menunjukkan bahwa jenis kelamin terbanyak yaitu
laki-laki berjumlah 36 orang (81,8%) dan yang memiliki jenis kelamin
perempuan berjumlah 8 orang (18,2%)
2. Analisa Univariat
26
a. Stres Kerja
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Stres Kerja Perawat
Di Ruang Perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu
Stres Kerja Frekuensi Persentasi (%)
Ringan 39 88,6
Sedang 5 11,4
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.3 menunjukkan bahwa stress kerja terbanyak yaitu
stress ringan berjumlah 39 orang (88,6%) dan yang mengalami stress sedang
berjumlah 5 orang (11,4%)
b. Insomnia
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Insomnia Perawat
Di Ruang Perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu
Insomnia Frekuensi Persentasi (%)
Tidak Insomnia 4 9.1
Insomnia Ringan 2 4.5
Insomnia Sedang 38 86.4
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.4 menunjukkan bahwa insomnia terbanyak yaitu
insomnia sedang berjumlah 38 orang (86,4%), dan yang mengalami insomnia
ringan berjumlah 2 orang (4,5%) serta yang tidak mengalami insomnia
berjumlah 4 orang (9,1%)
3. Analisa Bivariat
Uji statistic yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Rank Spearman
dengan hasil analisis sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hubungan Stres Kerja dengan Kejadian Insomnia
Pada Perawat Covid-19 RSUD Undata Palu
Uji Rank Spearman Insomnia
Stress Kerja R .511**
27
p-value .000
N 44
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 44 responden perawat
Covid-19 didapatkan terdapat hubungan stress kerja dengan kejadian insomnia
dengn nilai p-value 0,000 serta nilai koefisien korelasi 0,511 yang berarti
hubungan antara variabel cukup
C. Pembahasan
1. Umur
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar respoden memiliki usia 26-
30 tahun dengan proporsi 52,3% dan yang memiliki umur 20-25 tahun sebanyak
20,5%, umur 21-35 tahun sebanyak 15,9 serta 36-40 tahun berjumlah 11,4%.
Menurut asusmsi peneliti banyak usia 26-30 tahun disebabkan karena
adanya upaya dari pihak rumah sakit untuk memasukkan tenaga perawat dengan
usia < 50 tahun hal tersebut dikarenakan usia >50 tahun akan lebih berisiko
terpapar COVID 19 dibanding usia muda serta usia yang berisiko akan
mendapatkan menifestasi klinis yang lebih berat dan dapat menyebabkan
kematian.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyana Sarvati
dari Departemen of Internal Medicine, Faculty of Medicine Widya
Mandala Catholic University, Surabaya Indonesia, lansia adalah
kelompok usia yang rentan terkena berbagai penyakit, salah satunya
adalah COVID-19 (Sarvasti, 2020). Hal ini terjadi karena lansia telah
mengalami perubahan fisik dan mental akibat proses menua.
Penuaan adalah proses perlahan-lahan kehilangan kemampuan
jaringan dalam memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Proses
penuaan adalah proses yang terjadi terus menerus (kontinyu) secara
alami25
Coronavirus menyebabkan COVID-19, pada usia lanjut lebih banyak
mengalami infeksi berat dari pada kelompok umur lainnya. Hal tersebut
28
dibutuhkan untuk jatuh tidur tidak terlalu lama, dan tidak merasa segar setelah
bangun pagi dalam waktu 2 – 7 hari. Terjadinya insomnia tersebut karena
responden memiliki kebiasaan buruk tidur siang hari dalam waktu yang lama,
sehingga pada malam hari mereka sulit untuk memejamkan mata dan tidur. Rasa
gelisah sebelum tidur dan rasa tidak segar setelah bangun tidur terjadi karena
adanya penyakit fisik yang diderita seperti rasa pusing karena darah tinggi,
sering berkemih di malam hari, rasa gatal pada salah satu bagian tubuh26
Keseulitan untuk tidur pastinya pernah dialami oleh semua
orang.Kesulitan dalam memulai tidur ini disebut dengan istilah
insomnia.Beberapa faktor penyebab Insomnia dapat dilihat misalnya perubahan
zona waktu, stres, kebiasaan tidur yang buruk, atau jadwal tidur yang sering
berubah-ubah. Insomnia sering bertindak sebagai lampu kuning dalam masalah
tidur.15
Sedangkan menurut Japarni insomnia ialah ketidak mempuan tubuh
dalam mencukupi kebutuhan tidur baik dilihat dari kuantitas ataupun kualitas.
Sesorang yang bangun namun merasa belum cukup tidur dapat diindikasikan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Prevalence Coronavirus Disease Oktober 2020. WHO.Int/ .2020
35
26. Novianti. Hubungan Stres Dengan Insomnia Pada Lansia Di Desa Gambiran
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. STIKES Pemkab Jombang. 2015
27. Finanta G dan Tri Martiana. Hubungan Antara Stresor Kerja Dengan Insomnia
Pada Pekerja Bergilir Bagian Central Processing Area Di Job P-Pej Tuban. The
KUESIONER INSOMNIA
A. Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
B. Petunjuk pengisian :
Berilah tanda ( √ ) pada kotak bagian yang disediakansesuai dengan yang anda
rasakan.
C. Kuesioner
1. Berapa lama jumlah jam tidur yang anda perlukan dalam sehari?
lebih dari 6 jam 30 menit
antara 5 jam 30 menit – 6 jam 29 menit
antara 4 jam 30 menit – 5 jam 29 menit
kurang dari 4 jam 30 menit
2. Apakah anda bermimpi pada saat tidur?
tidak bermimpi
kadang-kadang bermimpi
sering bermimpi
mimpi buruk
3. Bagaimana kualitas tidur yang anda rasakan setelah anda bangun tidur?
tidur sangat nyenyak dan sulit terbangun
tidur nyenyak dan sulit terbangun
tidur nyenyak dan mudah terbangun
tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun
4. Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk memulai tidur?
kurang dari 5 menit
antara 6 – 29 menit
antara 30 – 60 menit
lebih dari 60 menit
5. Berapa kali anda terbangun selama tidur?
tidak bangun sama sekali
39
KUESIONER STRES
D. Identitas Responden
4. No. Responden :
5. Umur :
6. Jenis kelamin :
E. Petunjuk pengisian :
a. Berilah tanda ( √ ) pada kotak bagian samping pernyataan sesuai dengan yang
anda rasakan.
b. Keterangan jawaban
SL:Selalu.
No. Pernyataan SL S J TP
No. Pernyataan SL S J TP
N Valid 44 44 44 44
Missing 0 0 0 0
Umurr
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Insomnia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Stress
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Analisa Bivariat
Nonparametric Correlations
Correlations
Insomnia Stress
N 44 44
N 44 44
Crosstabs
Insomnia
Insomnia Insomnia
Tidak Insomnia Ringan Sedang Total
Ringan Count 1 2 36 39
Chi-Square Tests
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Watubula Kecamatan Sigi Kota Kabupaten Sigi pada
tanggal 08 Agustus 1990 dari Ayah Imanuel dn Ibu Mina. Penulis adalah putri pertama
dari 3 bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SD BK Watubula lalu melanjutkan
SMP dan lulus pada tahun 2005 kemudian melanjutkan ke SMA dan lulus pada tahun
2008. Penulis sempat bekerja dan melanjutkan kuliah pada tahun 2010 di Akper Bala
Keselamatan Palu dan Penulis menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan di Akper
BK Palu. Penulis mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa di STIKES Widya
Nusantara Palu pada tahun 2019 dan diterima dengan mengambil program studi ilmu
Keperawatan.