Anda di halaman 1dari 59

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KEJADIAN

INSOMNIA PADA PERAWAT COVID-19


DI RSUD UNDATA PALU

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi


Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

WINDA
201901166

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Antara Stres Kerja
dengan Kejadian Insomnia pada Perawat COVID-19 di RSUD Undata Palu adalah
benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi dimanapun. sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skirpsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes Widya
Nusantara Palu

Palu, Juli 2021

Materai 6000

Winda
NIM. 201901166

ii
ABSTRAK

Winda. Hubungan Antara Stress Kerja Dengan Kejadian Insomnia pada Perawat
COVID-19 di RSUD Undata Palu . Dibimbing oleh Ardin. S. Hentu dan Nelky
Suriwanto

Kualitas perawatan pada kenyataannya dapat diukur dari rasa nyaman yang dirasakan
oleh pasien, dimana perawat di tuntut melakukan pelayanan asuhan keperawatan yang
professional tanpa melihat adanya masalah internar lainnya seperti masalah dalam
pekerjaan, banyaknya pasien dengan petugas yang sedikit beban ini dapat menambah
resiko terjadinya stres pada seorang perawat. Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis hubungan antara stres kerja dengan kejadian insomnia pada perawat
Covid-19 di RSUD Undata Palu. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode
korelasional pendekatan cross sectional, jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak
44 orang pasien dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Analisis
data menggunakan uji rank spearman, dengan variabel independen stress kerja dan
variabel dependen kejadian insomnia. Hasil penelitian menunjukkan 88,6% orang
mengalami stress ringan, 86,4% orang mengalami insomnia sedang. Analisa bivariat
pada variabel stress kerja dengan kejadian insomnia diperoleh hasil p-value 0,000 dan r-
tabel 0,511. Kesimpulan dari peneltian ini adalah ada hubungan antara stress kerja
dengan kejadian insomnia pada perawat COVID-19 di RSUD Undata Palu dengan
tingkat hubungan cukup.

Kata kunci : Stres Kerja, Kejadian Insomnia

iii
ABSTRACT

iv
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KEJADIAN
INSOMNIA PADA PERAWAT COVID-19
DI RSUD UNDATA PALU

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi


Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

WINDA
201901166

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021

v
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KEJADIAN


INSOMNIA PADA PERAWAT COVID-19
DI RSUD UNDATA PALU

SKRIPSI

WINDA
201901166

Skirpsi Ini Telah Di Ujikan


Tanggal …………..… 2021

PEMBIMBING I
Ns. Ardin. S. Hentu, S.Kep., M.Kep (......................................)
NIK: 20190901099

PEMBIMBING II
Nelky Suriawanto,. Si., M.Si (.....................................)
NIK : 20170901071

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu

DR. Tigor H Situmorang, MH., M.Kes


NIK: 20080901001

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul Hubungan Antara

Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada Perawat COVID-19 di RSUD Undata Palu

sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Nusantara Palu

Dalam menyelesaikan penulisan ini tidak akan berjalan lancer tanpa dukungan,

bimbingan dan bantuan dari kedua orang tua yang selalu memberikan doa, kasih sayang,

serta dukungan baik moril maupun material dan dukungan dari berbagai pihak yang

membuat penulis tetap semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini,. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada

1. DR. Tigor H. Situmorang,M.H.,Kes., selaku ketua STIKes Widya Nusantara Palu

2. DR. Pesta Corry S. Dipl.Mw. S.KM., M.Kes., Selaku wakil ketua I Bidang

Akademik STIKes Widya Nusantara Palu

3. Ns. Ardin. S. Hentu, S.Kep., M.Kep, selaku pembimbing I yang telah memberikan

masukan dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini

4. Nelky Suriawanto, S.Si., M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan saran dalam perbaikan skripsi ini

5. Ns. Masri Dg Taha, S.Kep., M.Kep, selaku penguji utama yang telah memberikan

kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini

6. Ns. Afrina Januarista, S.Kep., M.Sc, selaku ketua Program Studi Ners STIKes

Widya Nusantara Palu

vii
7. Seluruh staff pengajar di lingkungan STIKes Widya Nusantara Palu, terima kasih

sudah membimbing dan membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan

selama masa perkuliahan

8. Kepala Ruangan Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu dan staff atas bantuan

dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah

ditetapkan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada kita semua, Amin

Palu, Juli2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
HALAMAN JUDUL SKRIPSI v
LEMBAR PENGESAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumasan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJUAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Stres 5
B. Tinjauan Umum Tentang Gangguan Tidur (Insomnia) 13
C. Kerangka Konsep 18
D. Hipotesis Penelitian 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan Tujuan Penelitian 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 19
C. Populasi dan Sampel 19
D. Variabel dan Definisi Operasional 20
E. Instrumen Penelitian 22
F. Teknik Pengumpulan Data 22
G. Analisa Data 24

ix
H. Alur Penelitian 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27
B. Hasil Peneltian 27
C. Pembahasan 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 34
B. Saran 34
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Perawat


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Perawat
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Stres Kerja Perawat
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Insomnia Perawat
Tabel 4.5 Hubungan Stres Kerja dengan Kejadian Insomnia Pada Perawat Covid-19
RSUD Undata Palu

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian 18

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka
2. Jadwal Penelitian
3. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal
4. Surat Balasan Pengambilan Data Awal
5. Surat Permohonan Turun Penelitian
6. Lembar Observasi/Check List
7. Surat Balasan Selesai Penelitian
8. Master Tabel
9. Hasil Olah Data SPSS
10. Dokumentasi
11. Riwayat Hidup
12. Lembar Bimbingan Proposal-Skripsi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus Disease-19 (Covid-19) merupakan virus yang menyerang sistem
pernafasan, dimana virus ini pertama kali terkonfirmasi Di Negara Cina tepatnya
daerah Wuhan.Covid-19 merupakan jenis koronavirus yang merupakan salah satu
penyakit menular Di Dunia, Sars-CoV-2 merupakan penyebab utama adanya
gangguan di saluran pernafasan.Gejala yang biasanya terjadi pada penderita Covid-
19dapat mengalami batuk kering, demam, disertai dengan kesulitan bernafas,
dibeberapa kasus juga ditemukan pasien disertai bersin-bersin yang cukup hebat. Pada
penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan
kegagalan multi organ.1
World Health Organization (WHO) menetapkan kasus penyebaran covid-19
menjadi Pandemic skala Global, hal ini ditetepkan WHO atas pertimbangan tingginya
angka tranmisi Covid-19 yang terjadi dibeberapa Negara, dengan penetapan ini maka
beban kerja perawat menjadi bertambah yang mengakibatkan stress kerja perawat
meningkat. 2
Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang.Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungan.Dampak stress juga memiliki resiko yang
tinggi terjadi pada profesi perawat dikarenakan perawat memiliki tugas dan tanggung
jawab yang sangat tinggi pada keselamatan nyawa seseorang.3Kinerja perawat
merupakan sebuah satu kesatuan dari integritas dalam meningkatkan kualitas dalam
melayani pasien dimana dengan tingginya integritas perawat maka mutu perawat akan
meningkat. Menurut3 kinerja perawat ialah pekerjaan yang dilakukan dengan cara
sebaik-baiknya sesuai standar operasional yang berlaku serta melakukannya dengan rasa
tanggung jawab. 3
Kualitas perawatan pada kenyataannya dapat diukur dari rasa nyaman yang
dirasakan oleh pasien, dimana perawat di tuntut melakukan pelayanan asuhan
keperawatan yang professional tanpa melihat adanya masalah internar lainnya seperti

1
2

masalah dalam pekerjaan, banyaknya pasien dengan petugas yang sedikit beban ini
dapat menambah resiko terjadinya stres pada seorang perawat. Setiap harinya seorang
perawat , dalam menjalankan asuhan keperawatan seorang perawat tidak hanya
berhubungan dengan pasien, sanak keluarga pasien, tetapi juga dengan teman pasien, ,
rekan kerja perawat lintas profesi, melakukan kerja sama dengan dokter serta adanya
aturandi tempat kerja menjadikan beban meningkat yang harus diterima oleh seorang
perawat dinilai terlalu berat dengan kondisi fisik, psikis dan emosionalnya yang sering
kali membuat perawat menjadi insomnia dengan adanya stress kerja yang begitu tinggi.4
Insomnia merupakan salah satu tanda gangguan tidur yang berkaitan dengan
masalah fisik, mental, atau emosi. Ketidakmampuan seseorang untuk pergi tidur atau
tinggal tidur bisa saja bersumber dari beban psikis atau lingkungan sekitarhal inilah
yang sering terjadi pada perawat yang mengalami stres kerja.5
Insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor, adapun faktor-faktor yang dapat
menyebabkan insomnia yaitu stres atau kecemasan, depresi, kelainankelainan kronis,
efek samping pengobatan, pola makan yang buruk, kurang berolahraga, dan konsumsi
kafein, nikotin dan alkohol.Dampak yang sering terjadi pada perawat yang mengalami
insomnia akan berpengaruh pada kinerja perawat saat berdinas. Kesulitan
berkonsentrasi merupakan hal sering terjadi serta menjadi salah satu akibat paling
mencolok dalam pekerjaan keperawatan, karena dalam menjalankan pekerjaannya
ketelitian serta konsentrasi sangat dibutuhkan dalam pekerjaan perawat itu sendiri guna
mendapatkan pelayanan terbaik.5
Data dari WHO didapatkan sekitar 20-50 % perawat dilaporkan mengalami
kesulitan tidur dan diperkirakan 17 % mengalami gangguan kesulitan saat hendak tidur
serius.6 Berdasarkan survei yang dilakukan, rentan insomnia yang ada di Amerika
menunjukkan bahwa 60-70 kasus dengan orang dewasa. Menurut Survei yang di
lakukan oleh Crampex (produsen pil tidur) bahwa 86 % orang di seluruh dunia
mengalami gangguan tidur yaitu insomnia seperti di Inggris sendiri, Di Indonesia

sendiri, prevalensi penderita insomnia pada perawat diperkirakan mencapai 10 %,.5


America National Association For Accupational Safety menjadikan angka
kejadian stress terhadap perawat ada pada posisi teratas, data ini merupakan survey
berdasarkan pada empat puluh kasus pertama pada beban pekerjaanyang dialami oleh
3

beberapa profesi pekerjaan. Data dari surveyyang dilakukan oleh Negara Prancis
didapatkan bahwa besar presentasi perawat yang mengalami stress yaitu sebesar
74%.Studi yang dikeluarkan oleh Negara Swedia didapatkan bahwa sebesar 80%
perawat mengalami stres yang cukup tinggi akibat adanya beban pekerjaan yang dialami
oleh perawat. 7
Data ini juga didukung oleh riset PPNI (Persatuan Perawat Nasional
Indonesia) tahun 2007 bahwa 50,9% perawat Indonesia yang berkerja diempat provinsi
mengalami sering pusing, kurangnya waktu istrahat, gaji yang didapatkan rendah, tidak
adanya insentif, serta mengalami stress yang diakibatkan tingginya tuntutan yang harus
didapatkan oleh perawat.4
Stres atau perasaan tertekan yang dialami oleh perawat selama bekerja membuat
perawat merasa tidak tenang, tidak aman, dan merasakan kegelisahan (kecemasan).
Individu yang merasakan kegelisahan, rasa tidak tenang, dan tidak aman akan
cenderung susah untuk memulai tidur.6 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh8 bahwa seorang perawat yang mengalami stress mengakibatkan kesulitan dalam
beristirahat pada malam hari.8Penelitian dari9 juga menambahkan dengan penurunana
tingkat stress pada perawat dapat menekan kesulitan tidur pada perawat, Hasil korelasi
spearman rank menunjukkan sebesar sebesar 0,618 dengan signifikan 0,000 hasil ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stress pada seorang perawat
terhadap kinerja perawat yang mengalami insomnia.9 Kondisi ini juga terjadi pada
perawat yang bekerja dibeberapa Rumah Sakit di Sulawesi Tenggah, salah satunya yaitu
Perawat Di Rumah Sakit Undata Palu.
Bedasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat Di RSUD Undata Palu
didaptkan bahwa sebanyak 7 dari 9 perawat mengatakan bahwa setelah pulang kerja,
perawat tidak bisa langsung tidur. Adanya rasa tegang dan memikirkan permasalahan di
pekerjaan membuat perawat sulit untuk tidur. Apabila sudah bisa tidur, perawat
mengatakan bahwa lama waktu tidur tidak panjang. Perawat terbangun lebih awal dan
merasakan badan terasa pegal.
Berdasarkan permasalahan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
apakah terdapat “Hubungan antara stress kerja dengan kejadian insomnia pada perawat
Covid-19 Di RSUD Undata Palu”.Pemilihan Lokasi Penelitian di RSUD Undata karna
Rumah Sakit Undata merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan pasien Covid-19.
4

Pemilihan rumah sakit undata juga didukung dengan melihat presentasi jumlah perawat
dan jumlah pasien Covid-19 di Sulawesi Tengah yang terbanyak dibandingkan dengan
Rumah Sakit rujukan pasien Covid-19 lainnya yang berada di Sulawesi Tenggah, Yang
memungkinkan ketepatan hasil penelitian semakin akurat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
“Apakah Terdapat Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada
Perawat Covid-19 Di RSUD Undata Palu”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dianalaisisnya hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada
Perawat Covid-19 di RSUD Undata Palu.
2. Tujuan Khusus
a. Dianalisisnya stres kerja pada perawat Covid-19 di RSUD Undata Palu
b. Dianalisisnya kejadian insomnia pada perawat Covid-19 di RSUD Undata Palu
c. Dianalisisnya Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada Perawat Covid-19
di RSUD Undata Palu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengetahuan (Pendidikan)
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah kepada
mahasiswa mengenai stres kerja dengan kejadian insomnia pada perawat dan dapat
dijadikan rujukan atau referensi sebagai penelitian berikutnya.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini juga digarapkan dapat memberikan penambahan informasi bagi
warga masyarakat mengenai stres yang dialami oleh tenaga perawat khususnya
perawat Covid-19 yang mengakibatkan terjadinya insomnia.
3. Bagi Instansi Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan
pemikiran bagi PimpinanRSUD Undata Palu dalam penanganan stres kerja yang
menyebabkan terjadinya insomnia pada perawat khsusnya perawat Covid-19 .
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Tentang Stres


1. Pengertian Stres
Stres adalah suatu perasaan atau keadaan yang dirasakan oleh fisik maupun
psikologis oleh seseorang yang dapat menimbulkan dampak buruk dalam
menjalankan aktifitasnya.Stres juga dapat diartikan bahwa ketidak mampuan
seseorang dalam mengatasi masalah serta ancaman yang terjadi pada dirinya, yang
berdampak pada kesehatan fisiknya. Stres memiliki artian bahwa adanya reaksi
pada tubuh dalam memberikan reaksi (repons) kognitif, emosional, fisologis, dan
prilaku sosial dimana diketahui hal ini merupakan pertahanan dari adanya kondisi
dilingkungan yang tidak menyenangkan, ketidak menyenangkan ini dapat
merupakan adanya tuntutan atau sebagai adanya beban yang terjadi diluar batas
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan tersebut.10
Reaksi Stres merupakan kondisi atau keadaan yang tercipta adanya interaksi
seseorang yang sedang mengalami keadaan yang tidak menguntungkan dirinya
yang mempresepsikan bahwa keadaan tersebut membuat kerugian baik secara
biologis, psikis, serta lingkungan sosial yang ada disekitarnya. Reaksi tubuh yang
ditimbulkan pada individi yang mengalami stres yaitu adanya reaksi tegang, saat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.11
Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang
mengganggu keseimbangan seseorang.stresjuga dapat diartikanadanya gangguan
tehadap pikiran yang berdampak pada fisik individu yang mengalami stres yang
menjadikan perubahan gaya hidup, serta adanya tuntutan lingkungan yang harus
dipenuhi.10
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan tertekan, ketidakmampuan
dalam mengatasi tantangan dan ancaman yang belum mempunyai penyelesaian
sehingga berdampak terhadap adanya beban serta ketegangan yang berpengaruh
pada kesehatan fisiksertapsikologi individu.10

2. Stresor dan penyebab stres

5
6

Beberapa faktor dalam mempengaruhi stres.Pengkalsifikasian stresor secara


garis besar dibagi atas internal dan eksternal.Stresor internal merupakan stres yang
timbul dari dalam diri individu seperti demam, menopause, hamil serta rasa
bersalah. Stresor eksternal ialah keadaan stres yang berasal dari luar individu
seperti adanya tuntutan dari lingkungan, keluarga, serta pekerjaan.10
Faktor psikososial merupakan faktor yang besar pengaruhnya dalam
terjadinya tingkat stres pada diri seseorang, hal ini terjadi karna adanya tuntutan
dari lingkungan.kalsifikasi stresor atau penyebab stres antara lain :11
a. Stresor Pribadi
Kepribadian dan persepsi memainkan peranan penting terhadap tinggi
rendahnya stres.
b. Pekerjaan
Adanya beban kerja yang tinggi menjadikan peningkatan stres juga meningkat.
c. Lingkungan
Beberapa lingkungan fisik dapat menimbulkan stres, seperti lingkungan yang
ribut, lingkungan yang tidak kondusif, adanya suara bising, keadaan
lingkungan yang tidak bersih (berantakan), serta tidak teratur.
d. Psikososial
Stresor psikososial merupakan peristiwa atau keadaan yang menjadikan adanya
perubahan dalam hidup seseorang, sehingga individu tersebut melakukan
upaya adaptasi atau dengan melakukan tameng pertahaan yang biasa disebut
mekanisme koping.
Kemampuan adaptasi ini tidak semua dapat dilalui dengan baik sehingga
tidak jarang beberapa orang terjadi keluhan dari sisi psikologis serta kejiwaannya
yang menjadikan orang tersebut menjadi depresi.
Menurut12 membagi stresor psikososial sebagai berikut:12
a. Pernikahan
b. Masalah dalam keluarga
c. Interpersonal yang buruk
d. Lingkungan kerja
e. Lingkungan hidup
7

f. Penghasilan
g. Hukum
h. Perubahan
i. Penyakit yang diderita
3. Jenis-jenis Stres
Menurut stres menjadi 3 kategori yaitu :9
a. Faktor Eustress
merupakan respon stres ringan yang memberikan reaksi bahagia,
menggairahkan, menantang serta adanya rasa senang.
b. Faktor Distress
Adalah suatu respon negatif serta menyakitkan sehingga individu tersebut tidak
mampu dalam mengatasinya.
c. Faktor Neustress
Keadaan stres yang ada diantara distres dan eutres yakni reaksi stres menekan,
sehingga individu akan tertantang dalam menyelesaikan masalahnya.
4. Tanda dan Gejala Stres
Menurut10 tanda dan gejala stres10
a. Fisikal, ialah stres yang timbul karna adanya kondisi fisik serta fungsi fisik
terjadi penurunan fungsi.
b. Emosional, ialah gejala yang timbul yang diakibatkan karna keadaan mental
serta psikis yang tidak adekuat.
c. Intelektual, ialah gejala yang timbul berdasarkan pola pikir seorang individu.
d. Interpersonal, ialah gajal yang timbul dikarnakan adanya gesekan hubungan
antara individu dengan orang lain yang kurang harmonis.
Taylor juga menambahkan bahwa gejala stres meliputi:
a. Aspek perasaan
Meliputi merasamerasa ketakutan (feeling scared), merasa suka murung
(feeling moody), cemas (feeling anxious), merasa tidak mampu menanggulangi
(feeling of inability to cope), serta merasa mudahmarah (feeling irratable).

b. Kognitif (pikiran)
8

Meliputi penghargaan atas tidak mampu berkonsentrasi (inability to


concentrate), diri rendah (low self esteem),,emosi tidak stabil (emotional
instability), khawatir akan masa depannya (worrying about the future), takut
gagal (fear failure), , mudah bertindak memalukan (embarrassing easily), serta
mudah lupa (forget fulness).
c. Perilaku sosial
Meliputi jika berbicara gugup dan kesukaran bicara lainnya atau biasa
disebut gagap atau (stuttering and other speech difficulties), mudah kaget atau
terkejut (startling easily), enggan bekerja sama (uncooperative activities),
kehilangan selera makan (losing appetite or overeating), mudah celaka (being
accident prone), tidak mampu rileks (inability to relax), menangis tanpa alasan
yang jelas (crying for no apparent reason), , menggertakkan gigi (grinding
teeth), frekuensi rokok meningkat (increasing smoking), bertindak sesuka hati
atau impulsif (acting impulsively), penggunaan obat-obatan dan alkohol
(increasing use of drugs and alcohol).
d. Aspek fisiologis
Meliputi berkeringat, menggigil atau bergemetar , detak jantung
meningkat,,mulut dan kerongkongan kering, , mudah letih, sering buang air
kecil, gelisah atau gugup , bermasalah dalam tidur, diare dan muntah, sembelit,
sakit kepala,sakit pada leher dan atau punggung bawah, dan tekanan darah
tinggi.
5. Tahapan Stres
Sebagaimana dikemukakan oleh 12 bahwa tahapan stres sebagai berikut :12
a. Stres tahap awal (ringan), yaitu keadaan yang disertai keinginann bekerja yang
tinggi dan berlebihan, penglihatan menjadi tajam, mampu menyelesaikan segala
pekerjaan tanpa melihat kondisi fisik.
b. Stres tahap dua, stres yang diikuti adanya keluhan, seperti lekas capek pada saat
menjelang sore, jantung berdebar, otot tengkuk, lekas lelah sesuadah
makan ,bangun pagi tidak segar atau letih, , tidak dapat rileks, lambung atau
perut tidak nyaman, , dan punggung tegang. Hal ini terjadi karna tidak adanya
cadangan energi dari dalam tubuh.
9

c. Stres tahap ketiga, yaitu stres dengan diikuti dengan adanya keluhan, seperti ),
emosional, insomnia , otot semakin tegang,kordinasi tubuh terganggu, mudah
terjaga dan sulit tidur kembali, mau jatuh pingsan, defekasi tidak teratur
(terkadang diare).
d. Stres tahap ke empat, tahapan stresdengan diikuti dengan adanya keluhan,
seperti aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan , tidak mampu bekerja
sepanjang hari atau loyo, timbul ketakutan dan kecemasan, respon tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, , konsentrasi serta daya
ingat menurun, sertasering menolak ajakan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai denganketidak mampuan
menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan
berat , kelelahan fisik dan mental, , , meningkatnya rasa takut dan cemas, panik,
dan binggung.
f. Stres tahap keenam (berat), yaitu tahapan yang ditandai stres dengan adanya
gejala seperti sesak napas ,badan gemetar , banyak keluar keringat dinggin,
jantung berdebar keras, , dan, serta adanyacollapsataupingsan.
6. Respon fisik saat stres
Hubungan antara penyakit dan stres bukanlah hal yang jarang terjadi.Diawal

tahun 70-an, terdapat dugaan bahwa beberapa penyakit yang terjadi pada individu
60% nya berkaitan dengan kejadian stres.Berdasarkan data yang ada tentang
interaksi reaksi psikologis pada seseorang, diperkirakan terdapat sekitar 80 % dari
semua masalah kesehatan yang terjadi pada seseorang berkaitan erat dengan
kesehatan mental, menjadikan seseorang tersebut menbgalami stres. Beberapa
penellitian telah membuktikan bahwa emosi dapat menurunkan sistem imun dan
dapat mempengaruhi stastus kesehatan seseorang. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh10 memperlihatkan bahwa kesehatan fisik seseorang merupakan
cerminankesehatandariemosional.10

Dampak yang ditimbulkan dengan adanya stres yaitu :


10

a. Sakit dan nyeri seperti sakit kepala karena tegang, sakit kepala karena migrain
dan kontraksi pada otot rahang.
b. Masalah lambung seperti ulkus dan kolitis dan nyeri pada perut.
c. Masalah syaraf seperti insomnia, asma bronkhial, alergi, rematoid athritis.
d. Masalah lainnya seperti influeza, penyakit jantung koroner, kanker, pengerasan
hati, kecelakaan bahkan sampai bunuh diri.
7. Pencegahan dan Penanganan Stres
Menurut9berikut adalah carapencegahan dan penanganan stres9:
a. Makan makanan yang bervariasi
b. Murah senyum dan tertawa lepas
c. Tidur dan istrahat yang cukup
d. Relaksasi, distraksi dan istrahat
e. Sering bercinta
f. Jangan membebani diri secara berlebihan
g. Beribadahdanberdoa

B. Konsep Tentang Gangguan Tidur (Insomnia)


1. Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali
dengan indera atau rangsangan yang cukup. Menurut Gulton, tidur merupakan
kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris
yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relatif, bukan hanya keadaan penuh tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki
kesadaran bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan
respon terhadap rangsangan dari luar.14
2. Fisiologi Tidur
Meurut Aziz fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh
adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan
dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun.Salah satu aktivitas tidur ini
11

diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan
dan tidur. Pusat pengaturan aktivasi kewaspadaan dan tidur terletak dalam
masensefalon dan bagian atas pons.15
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
Pemaksimalan kebutuhan istrahat dan tidur pada tiap orang tidak bias
disamkan.Ada yang kebutuhannya yang maksimal, adapula yang kurang maksimal
atau tidak terjadi gangguan. Seseorang bisa tidur atauoun tidak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :15
a. Usia
b. Rentan kesehatan
c. Lingkungan
d. Motivasi
e. Stres psikologis
f. Diet
g. Gaya hidup
h. Obat-obatan
4. Klasifikasi Tidur
Menurut15diklasifikasikan tidurterbagi atas (Rapid Eye Movement - REM)
dan (Non Rapid Eye Movement - NREM)15.
a. Rapid Eye Movement - REM
Merupakan keadaan tidur yang masih aktif atau biasa disebut dengan tidur
paradoksial.Hal ini disebut dengan tidur REN, tidur ini bersifatnya nyenyak
maksimal, namun kedua bola mata masih bergerak sangat aktif.
b. Non Rapid Eye Movement - NREM
Merupakan tidur yang nyaman dan dalam.Pada tidur NREM gelombang
otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
5. Gangguan Tidur (Insomnia)
Keseulitan untuk tidur pastinya pernah dialami oleh semua orang.Kesulitan
dalam memulai tidur ini disebut dengan istilah insomnia.Beberapa faktor penyebab
Insomnia dapat dilihat misalnya perubahan zona waktu, stres, kebiasaan tidur yang
12

buruk, atau jadwal tidur yang sering berubah-ubah. Insomnia sering bertindak
sebagai lampu kuning dalam masalah tidur.15
Sedangkan menurut Japarni insomnia ialah ketidak mempuan tubuh dalam
mencukupi kebutuhan tidur baik dilihat dari kuantitas ataupun kualitas. Sesorang
yang bangun namun merasa belum cukup tidur dapat diindikasikan mengalami
gajala insomnia atau bahkan telah menderita insomnia.15
Keadaan seseorang yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur pada
malam hari serta saat tertidur sering terbangun atau gelisah juga dapat dikatakan
sebagai insomnia. Bahkan ketika seseorang tidur dalam jumlah jam yang cenderung
mencukupi, mereka belum merasa cukup tidur atau beristrahat ketika bangun
keesokan harinya atau lebih sering disebut dengaan tidur yang nonrestoratif. Setiap
orang diperkirakan pernah mengalami kesulitan untuk memulai untuk tidur
dimalam hari.15
Insomnia dapat menyerang semua golongan usia. Angka kejadian insomnia
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penyebabnya bersumber dari stres
yang sering menghinggapi orang yang memasuki dewasa akhir dan lanjut usia15.
6. Jenis-jenis insomnia
Ada tiga jenis insomnia diantaranya15:
a. Insomnia inisial : ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
b. Insomnia intermitten : ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau
keadaan sering terjaga tidur.
c. Insomnia terminal : bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Sedangkan menurut pieter ZH dkk tiga jenis gangguan insomnia yaitu susah

tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun tengah malam (sleep maintenance

insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early
awekening insomnia). Cukup banyak orang yang menderita satu dari ketiga jenis
gangguan tidur. Dalam penelitian dilaporkan bahwa di Amerika serikat terdapat
sekitar 15% dari total populasi mengalami insomnia serius.15

7. Penyebab Insomnia
13

Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun lanjut usia, dan
seringkali timbul bersamaa dengan gangguan emosional seperti : kecemasan,
kegelisahan, depresi atau ketakutan. Orang yang pola tidurnya terganggu dapat
mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada pada waktunya
tidur dan bangun pada saat tidur. Berikut ini beberapa faktor penyebab insomnia :15
a. Psikis
Menurut15 dalam penelitianya mengatakan bahwa salah satu faktor
seseorang mengalami insomnia aialah adanya kecemasan dan depresi, dengan
adanya kesulitan tidur ini maka tingkatan insomnia yang dialami oleh individu
ini maka semakin meningkat pula kecemasan dan depresi yang dirasakan.
Sementara Okuji dkk, mengatakan bahwa total tidur penderita insomnia sering
kali berkurang. Penyebabnya adalah depresi, penggunaan substansi, gangguan
kecemasan, dan demensia tipe alzheimer.
b. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
Menurut5 bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya gangguan tidur ialah dengan adanya konsumi obat-obatan dan
alcohol, peningkatanpenggunaankonsumsi obat-obatan dan alcohol dapat
memberikan dampak terintrupsi dan menimbulkan rasa cemas yang berlebih dan
akan menimbulkan rasa candu yang membuatnya akan terus mengkonsumsi
obat-obatan dan alkohol tersebut10.
Kebiasaan buruk seperti mengkonsumsi minuman beralkohol, meminum
kopi menjelang istrahat malam, dapat meningkatkan resiko terjadinya insomnia.
Obat-obatan juga sangat mempengaruhi proses akan melakukan tidur dimalam
hari. Ragam obat yang dipastikan dapat mempengaruhi proses istrahat pada
malam hari seperti jenis golongan diuretic yang membuat resiko insomnia
meningkat, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan
kesulitan untuk tidur ,golongan beta bloker berefek pada timbulnya insomnia,
dan antide presan yang dapat menekan REM. Kebiasaan merokok juga
menyumbang adanya resiko terjadinya insomnia. Kebiasaan rokok saat akan
tidur dimalam hari juga dapat meningkatkan resiko terjadinya insomnia.Hal ini
karenakan adanya nikotin yang bersifat neurostimulan yang pada reaksi ini
14

meningkatkan reaksi semangat pada dalam tubuh.Stimulan ini ialah zat yang
memiliki efek yang menyegarkan pada tubuh sama halnya saat seseorang
mengkonsumsi kafein dan coklat.10
c. Usia
Keluhan Insomnia dipengaruhi oleh usia, setiap orang terdapat perbedaan
pada tingkatan atau keluhan insomnia. Pada anak yang mengalami kesulitan
untuk tidur biasanya anak tersebut akan sering marah saat hendak
ditidurkan.Beberapa anak juga sering menangis dimalam hari yang menjadikan
anak tersebut mengalami kekurangan waktu untuk tidur. Keluhan ini akan
berakhir saat anak tersebut telah beranjak remaja, kebutuhan tidurnya akan
mengikuti kebutuhan biologisnya pada fase ini akan terjadi perubahan waktu
untuk tidur yakni mereka akan tidur semakin larut. Kejadian insomnia yang
terjadi pada fase ini semakin meningkat saat remaja ini masuk dalam usia
dewasa muda dan akan semakin meningkat saat usia masuk
dalamkategoridewasa akhir.10
d. Memiliki penyakit
Insomnia banyak meyertai gangguan medis dan psikologis, termasuk rasa
nyeri dan ketidaknyamanan fisik.Orang-orang yang sulit tidur di malam hari
mungkin memiliki ritme temperature yang tertunda, seperti suhu tubuh mereka
yang tidak turun sehingga tidak dapat mengantuk sampai larut malam.Terdapat
perbedaan yang cukup signifikan suhu tubuh pada penderita insomnia dengan
orang yang tidak mengalami insomnia. Pada umumnya pederita insomnia
memiliki suhu tubuh yang tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang dapat
tidur normal di malam hari.10
e. Lingkungan
Orang-orang yang sedang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami
kesulitan tidur, karena selain menggunakan obatobatannya dia juga terpengaruh
oleh keadaan lingkungan, suhu, suara, dan cahaya yang sangat berbeda dengan
kondisi rumahnya. Lingkungan yang baik dan tenang akan sangat mudah
membawa seseorang untuk tidur. namun lingkungan yang bising cenderung
membuat membuat seseorang sulit untuk segera tidur dengan nyenyak.10
15

f. Efek Insomnia
Gangguan yang terjadi saat tubuh mengalami insomnia sebagai berikut :10
a. Mengantuk
b. Halusinasi
c. Sulit berkonsentrasi
d. Sulit mengingat
e. Gampang tersinggung dan mudah marah
f. Meriang atau menggigil
g. Nyeri otot
h. Gangguansistemkekebalantubuh
g. Cara Mengatasi Insomnia
Berikut ini beberapa cara mengatasi insomnia, yaitu :15
a. Berolahraga teratur
b. Hindari makan dan minum terlalubanyakmenjelangtidur.

c. Tidurlah dalam lingkungan yang nyaman


d. Kurangi mengonsumsi minuman yang bersifat stimulan
e. Makan-makanan yang mengandung sedikit karbohidrat menjelang tidur
f. Mandi dengan air hangat
g. Hentikan aktivitas sebelum menjelang tidur
h. Lakukan tehnik relaksasi
i. Tenangkan pikiran dan lepaskan semua beban sebelum tidur.
C. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian teori yang telah dipaparkan diatas maka peneliti membuat
kerangka konsep sebagai berikut:

Stres Kerja Kejadian Insomnia

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


D. Hipotesis Penelitian
16

Berdasarkan kerangka konsep diatas, rumusan hipotesis diatas adalah sebagai


berikut :
Ha : Ada Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada Perawat
Covid-19 Di RSUD Undata Palu
H0 : Tidak Ada Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kejadian Insomnia Pada Perawat
Covid-19 di RSUD Undata Palu
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan desain penelitian bersifat
analitik korelasi yaitu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel
dengan pendekatan Cross sectional yaitu jenis penelitian yang dimana dalam melakukan
pengukuran atau pengamatan pada variabel independen dan dependen dilakukan hanya
satu kali pada satu saat.16 Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara stres kerja dengan kejadian insomnia pada perawat Covid-19 Di RSUD
Undata Palu.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di ruang perawatan Covid-19 Di
RSUD Undata Palu
2. Waktu pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Mei 2021
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah atau cakupan responden dalam hal ini ialah
objek/subjek yang memiliki karakteristik serta kuantitas tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti yang nantinya akan dipelajari serta ditarik sebuah kesimpulan.17
Populasi pada penelitian ini ialah seluruh perawat yang bertugas diruang
perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu yakni sebanyak 52 perawat.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Purposive sampling ialah tehnik yang
digunakan pada penelitian ini dimana pengambilan sampelpeneliti berdasarkan
pertimbangan tertentu yang dirancang oleh peneliti, berdasarkan sifat dan ciri dari
populasi yang telah peneliti ketahui.18

17
18

Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus


slovin sebagai berikut :
N
Rumus :n=
( 1+ N ) d 2
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
d = presisi/derajat ketepatan (0,2)
Jumlah sampel secara keseluruhan :
52
n=
1+34 (0,2) ²
52
n=
35 (0,04)
52
n=
1,4
n=37
Dari rumus diatas, didapatkan jumlah sampel secara keseluruhan yaitu 37
perawat Covid-19 di RSUD Undata Palu.
c. Kriteria sampel
1. Kriteria inklusi
a. Perawat Covid-19 yang bersedia menjadi responden dan menandatangani
informed consent
b. Perawat Covid-19 yang sedang berdinas
2. Kriteria eklusi
a. Perawat Covid-19 yang tidak bersedia menjadi responden dan tidak bersedia
menandatangani informed consent
b. Perawat Covid-19 yang off dinas
D. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen
Variabel independen disebut juga dengan variabel yang mempengaruhi atau
variabel yang menjadi penyebab perubahan serta munculnya variabel dependen.19
Variabel independen pada penelitian ini yaitu stres kerja.
19

b. Variabel Dependen
Variabel dependen disebut juga dengan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain atau variabel yang menjadi akibat dari variabel independen.19 Variabel
dependen pada penelitian ini yaitu kejadian insomnia.
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional terbagi menjadi dua variabel penelitian,
antara lain sebagai berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Stres Suatu kondisi semakin Kuesioner Ordinal Berat : Jika
Kerja meningkatya tuntutan Nilai18- 35
pekerjaan dan harus Sedang : Jika
bekerja secara maksimal Nilai 36- 55
yang akan membuat Ringan: Jika
kelelahan pada fisik dan Nilai 56- 72
emosional seseorang
menjadi tidak stabil.
Dimana hal ini akan
menjadi tekanan pada
perawat yang akan
menimbulkan stres kerja.
Kejadian Kondisi dimana tuntutan Keusioner Ordinal Derajat
Insomnia dan tekanan dalam insomnia:
pekerjaan akan Tidak insomnia:
menyebabkan perawat <8
mengalami kesulitan Insomnia
tidur dalam jangka waktu ringan: 8-13
pendek. Akibatnya akan Insomnia
mempengaruhi kinerja sedang: 14-18
perawat dalam bekerja. Insomnia berat:
Contohnya sulit untuk
20

nerkonsentrasi dan emosi >18


menjadi tidak stabil.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui
maupun mengukur suatu fenomena atau masalah yang terjadi.19 Pada penelitian ini
untuk pengumpulan data menggunakan kuesioner :
1. Stres kerja
Kuesioner tentang di kutip dari penelitian dari penelitian Hildayanti (2018)
dimana telah dilakukan uji validitas. Dalam kuesioner ini terdapat 20 pertanyaan
yang dinyatakan valid ada 18 pertanyaan dan yang tidak valid ada 2 pertanyaan (9
dan 14) didapatkan hasil uji validitas 0,000 – 0,022.13
2. Insomnia
Kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur derajat insomnia adalah KSPBJ-
IRS (Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta – Insomnia Rating Scale) yang
diadopsi dari penelitian (Noor, 2014). Kuesioner ini terdiri dari 8 pertanyaan yaitu
lamanya waktu tidur, mimpi, kualitas tidur yang dirasakan, waktu yang diperlukan
untuk memulai tidur, terbangun pada malam hari, waktu yang diperlukan untuk
tidur kembali, terbangun pada dini hari, dan perasaan setelah bangun tidur. Setiap
jawaban akan diberi nilai 0 sampai 3 kemudian skor dari seluruh pertanyaan
dijumlahkan sehingga didapatkan total skor yang akan dikategorikan menjadi 4
kategori.20
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian dapat diperoleh dari 2 jenis data yaitu data
primer dan data sekunder, antara lain
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkanlangsung oleh peneliti dengan
cara membagikan angket atau kuesioner kepada responden untuk mendapatkan
data. Data primer dari penelitian ini diperoleh dari pembagian kuesioner
kepada perawat yang berada di ruang perawatan Covid-19.
21

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang telah tersedia. Data
sekunder pada penelitian ini diperoleh dari buku rekam medik RSUD Undata
Palu.
2. Pengelolaan Data
Setelah data telah terkumpul kemudian data tersebut diolah dengan
melalui beberapa tahap, yaitu :21
a. Editing
Peneliti melakukan pemeriksaan lembar jawaban terhadap kuesioner
yang telah dibagikan kepada responden pada saat penelitian berlangsung,
peneliti memeriksa data atau identitas responden serta pengisian lembar
jawaban pertanyaan yang diajukan kemungkinan adanya kesalahan dalam
pengisian kuesioner.
b. Coding
Coding yaitu memberikan pengkodean data agar tidak terjadi kekeliruan
dalam melakukan tabulasi data.
c. Tabulating
Tabulating data yaitu penyusunan data kedalam master tabel dan
dijumlah serta diberikan keterangan.
d. Entry data
Entry data yaitu memasukan data ke komputer
e. Cleaning
Setelah semua data telah diperoleh dari responden, peneliti melakukan
pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan.
f. Describing
Describing yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah
dikumpulkan.

H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
22

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskriptifkan

karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan

standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan presentasi dari tiap variabel.21

Rumus :
f
P= x 100%
n
Keterangan :
P = Presentase
f = Frekuensi
n = Jumlah responden
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisa yang dilakukan pada dua variabel yang
diduga mempunyai hubungan atau korelasi.22Untuk mengetahui apakah kedua
variabel tersebut memiliki hubungan atau tidaknya, dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Rank Spearman dengan tingkat signifikan 0,05 yang
dilakukan dengan menggunakan software aplikasi SPSS pada komputer untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen yang berskala
ordinal.22Dikatakan adanya hubungan jikap < 0,05 maka ada hubungan, sedangkan
jika p >0,05 maka tidak ada hubungan penerapan.Untuk dapat mengetahui
interpretasi pada kuat atau lemahnya hubungan pada variabel, dapat menggunakan
pedoman dari Sugiyono (2015) yaitu :22

Tabel 3.1 Tabel Interpretasi Nilai r


Besarnya Nilai x Interpretasi
Antara 0,800 – 1,000 Sangat kuat
Antara 0,600 - 0,799 Kuat
Antara 0,400 - 0,599 Cukup
23

Antara 0,200 - 0,399 Lemah


Antara 0,000 - 0,199 Sangat Lemah

I. Alur Penelitian

Proposal Penelitian

Mengurus Surat Izin Pengambilan Data di


Ruang TU (Tata Usaha) STIKes Widya
24

Populasi perawat covid-19 sebanyak 52


perawat

Teknik Sampling
Purposive Sampling
Dengan Jumlah Sampel 52 orang

InformedConsent
Menjelaskan dan Meminta Persetujuan
Responden

Pengumpulan Data
Dengan Menggunakan Data Primer dan Data Sekunder

Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)

Analisi Data
Uji RankSpearman

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


25

B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan pada 44 responden pada bulan Mei di ruang
perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu untuk menganalisis hubungan antara stres
kerja dengan kejadian insomnia pada perawat Covid-19, didapatkan hasil yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
1. Karakteristik Responden
a. Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi umur perawat
di Ruang Perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu
Umur Frekuensi Persentasi (%)
20-25 Tahun 9 20.5
26-30 Tahun 23 52.3
21-35 Tahun 7 15.9
36-40 Tahun 5 11.4
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur perawat di ruang
perawatan covid-19 terbanyak yaitu 26-30 tahun berjumlah 23 oarng(52,3%),
umur 20-25 tahun berjumlah 9 orang (20,5%0, umur 21-35 tahun berjumlah 7
orang (15,9%) dan yang memiliki umur 36-40 tahun berjumlag 5 orang
(11,4%)
b. Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Perawat
Di Ruang Perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu
Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi (%)
Laki-laki 36 81.8
Perempuan 8 18.2
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.2 menunjukkan bahwa jenis kelamin terbanyak yaitu
laki-laki berjumlah 36 orang (81,8%) dan yang memiliki jenis kelamin
perempuan berjumlah 8 orang (18,2%)
2. Analisa Univariat
26

a. Stres Kerja
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Stres Kerja Perawat
Di Ruang Perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu
Stres Kerja Frekuensi Persentasi (%)
Ringan 39 88,6
Sedang 5 11,4
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.3 menunjukkan bahwa stress kerja terbanyak yaitu
stress ringan berjumlah 39 orang (88,6%) dan yang mengalami stress sedang
berjumlah 5 orang (11,4%)
b. Insomnia
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Insomnia Perawat
Di Ruang Perawatan Covid-19 RSUD Undata Palu
Insomnia Frekuensi Persentasi (%)
Tidak Insomnia 4 9.1
Insomnia Ringan 2 4.5
Insomnia Sedang 38 86.4
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.4 menunjukkan bahwa insomnia terbanyak yaitu
insomnia sedang berjumlah 38 orang (86,4%), dan yang mengalami insomnia
ringan berjumlah 2 orang (4,5%) serta yang tidak mengalami insomnia
berjumlah 4 orang (9,1%)
3. Analisa Bivariat
Uji statistic yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Rank Spearman
dengan hasil analisis sebagai berikut :

Tabel 4.5
Hubungan Stres Kerja dengan Kejadian Insomnia
Pada Perawat Covid-19 RSUD Undata Palu
Uji Rank Spearman Insomnia
Stress Kerja R .511**
27

p-value .000
N 44
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 44 responden perawat
Covid-19 didapatkan terdapat hubungan stress kerja dengan kejadian insomnia
dengn nilai p-value 0,000 serta nilai koefisien korelasi 0,511 yang berarti
hubungan antara variabel cukup
C. Pembahasan
1. Umur
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar respoden memiliki usia 26-
30 tahun dengan proporsi 52,3% dan yang memiliki umur 20-25 tahun sebanyak
20,5%, umur 21-35 tahun sebanyak 15,9 serta 36-40 tahun berjumlah 11,4%.
Menurut asusmsi peneliti banyak usia 26-30 tahun disebabkan karena
adanya upaya dari pihak rumah sakit untuk memasukkan tenaga perawat dengan
usia < 50 tahun hal tersebut dikarenakan usia >50 tahun akan lebih berisiko
terpapar COVID 19 dibanding usia muda serta usia yang berisiko akan
mendapatkan menifestasi klinis yang lebih berat dan dapat menyebabkan
kematian.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyana Sarvati
dari Departemen of Internal Medicine, Faculty of Medicine Widya
Mandala Catholic University, Surabaya Indonesia, lansia adalah
kelompok usia yang rentan terkena berbagai penyakit, salah satunya
adalah COVID-19 (Sarvasti, 2020). Hal ini terjadi karena lansia telah
mengalami perubahan fisik dan mental akibat proses menua.
Penuaan adalah proses perlahan-lahan kehilangan kemampuan
jaringan dalam memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Proses
penuaan adalah proses yang terjadi terus menerus (kontinyu) secara
alami25
Coronavirus menyebabkan COVID-19, pada usia lanjut lebih banyak
mengalami infeksi berat dari pada kelompok umur lainnya. Hal tersebut
28

dikarenakan adanya perubahan-perubahan pada fisik dan psikologis yang


dialami oleh lansia.25
2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki
jenis kelamin laki-laki dengan proporsi sebesar 81,8% dan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 18,2%
Menurut asumsi peneliti jenis kelamin merupakan salah satu factor risiko
bagi penderita COVID 19 sehingga dengan banyaknya jenis kelamin lakil-laki
akan berdampak pada tingkat stress kerja yang akan dialami oleh perawat yang
akan menyebabkan terjadinya insomnia.
Jenis kelamin merupakan salah satu factor yang menyebabkan kematian
pada pasien COVID19, dimana laki-laki lebih banyak mengalami ematian
daripada perempuan. Hal ini diakibatkan adanya perbedaan pada system imun
laki-laki dan perempuan serta adanya perbedaan pola hidup, dan kebiasaan
merokok.24
Jenis kelamin laki-laki dikatakan lebih rentan terkena COVID-19.
Menurut World Health Organization (WHO) awal tahun2020, 51% kasus
COVID- 19 dialami oleh laki-laki, sedangkan 49% dialami oleh perempuan. Di
Indonesia, berdasarkan data berbasis jenis kelamin, pada peta sebaran COVID-
19 yang dirilis oleh Gugus COVID-19, laki-laki lebih rentan terhadap COVID-
19, dilihat dari jumlah kasus positif maupun angka kematian akibat COVID-19.
Dari jumlah kasus yang dilaporkan pada Mei 2020, sebanyak 57,6 % laki-laki
terkonfirmasi COVID-19. Kematian akibat COVID-19 pada laki-laki sebesar
66.1 persen24
Menurut penelitian/studi tentang biologi infeksi virus, menunjukkan
adanya perbedaan dalam prevalensi dan keparahan penyakit COVID-19 terkait
dengan jenis kelamin. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan merokok, dimana
diketahui bahwa laki-laki mempunyai kecenderungan merokok, jika
dibandingkan dengan perempuan. Salah satu penelitian juga mengatakan bahwa
merokok berkaitan dengan ekspresi yang lebih tinggi dari Angiotensin
Converting Enzyme 2 (ACE2) (reseptor untuk coronavirus). Salah satu studi
29

menggunakan pengurutan sel tunggal, menunjukkan bahwa ekspresi ACE2 lebih


dominan pada pria Asia, yang mungkin menjadi alasan mengapa prevalensi
COVID-19 pada subkelompok pasien laki-laki lebih tinggi daripada wanita, dan
pasien dari ras lain24
3. Stres Kerja
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki stress
ringan dengan proporsi 88,6% dan yang memiliki stress sedang sebanyak 11,4%
Menurut asumsi peneliti stress ringan disebabkan karena beban dan
resiko kerja yang ditanggung saat menangani pasien apalagi di garis depan,
berisiko lebih tinggi terinfeksi, bekerja di bawah tekanan ekstrem,
terpapar stres tinggi, waktu kerja yang lama, beban kerja yang berlebihan,
kadang-kadang tanpa pelatihan yang tepat dan peralatan perlindungan pribadi
yang memadai, dan bahkan kemungkinan akan didiskriminasi. Hal ini dapat
disimpulkan pada kuesioner yang telah dikumpulkan bahwa terdapat beberapa
perawat merasa cemas akan pekerjaannya sehingga pada saat menghadapi pasien
yang kritis menjadi tegang, berkeringat dingin, dan merasa jantung berdebar hal
ini berdampak pada fisik seperti merasa bahu, punggung, otot leher kaku saat
bekerja serta saat kehingan nafsu makan dan mengalami kesulihan untuk tertidur
lelap. Hal tersebut yang menyebabkan adanya perasaan tertekan dan terancam
akan terpapar COVID-19 sehingga menyebabkan perawat menjadi stress dalam
berkerja.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Ananda (2020)
bahwa stres dikarenakan adanya kekhawatiran tidak mampunya memberikan
perawatan yang sesuai, berkurangnya alat perlindungan diri, kurangnya obat-
obatan tertentu, kurangnya alat bantu nafas pada pasien yang kiritis dan adanya
perubahan pada kehidupan social dan keluarga mereka sehari-hari. Factor risiko
yang telah diketahui seperti kekhawatiran terhadap kesehatan diri dan orang lain,
takut menularkan virus kepada keluarga dan orang lain, diisolasi, beban kerja
yang berlebih.
Para tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan memiliki risiko
tinggi terinfeksi. Mereka mengahadapi keadaan yang belum pernah terjadi
30

sebelumnya, dimana mereka harus menyediakan perawatan dengan sumber daya


yang terbata dan kurangnya obat-obatan tertentu. Para tenaga kesehatan juga
bekerja dibawah tekanan, mengalami stress, waktu kerja dan beben kerja yang
berlebihan, alat perlindungan diri yang kurang memadai dan bahkan dapat di
deskriminasi d masyarakat.23
Stres adalah suatu perasaan atau keadaan yang dirasakan oleh fisik
maupun psikologis oleh seseorang yang dapat menimbulkan dampak buruk
dalam menjalankan aktifitasnya.Stres juga dapat diartikan bahwa ketidak
mampuan seseorang dalam mengatasi masalah serta ancaman yang terjadi pada
dirinya, yang berdampak pada kesehatan fisiknya. Stres memiliki artian bahwa
adanya reaksi pada tubuh dalam memberikan reaksi (repons) kognitif,
emosional, fisologis, dan prilaku sosial dimana diketahui hal ini merupakan
pertahanan dari adanya kondisi dilingkungan yang tidak menyenangkan, ketidak
menyenangkan ini dapat merupakan adanya tuntutan atau sebagai adanya beban
yang terjadi diluar batas kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan tersebut.10
2. Kejadian Insomnia
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami
insomnia sedang sebanyak 38 orang(86,4%) sedangkan yang mengalami
insomnia ringan sebanyak 2 orang(4,5%) dan yan tidak mengalami insomnia
sebanyak 4 orang(9,1%)
Menurut asumsi peneliti responden yang mengalami insomnia
disebabkan karena responden memiliki kebiasaan tidur yang tidak terarur akibat
beban kerja yang ditanggung respoden, sehingga pada malam hari mereka sulit
untuk memejamkan mata dan tidur. Rasa gelisah sebelum tidur dan rasa tidak
segar setelah bangun tidur terjadi karena adanya stres pada pekerjaan sehingga
pada malam hari merasa cemas dan sulit untuk tertidur.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Indah Novianti
(2015) menyatakan banyak responden yang mengalami insomnia disebabkan
insomnia yang mereka alami terlalu mengganggu kualitas tidur mereka dan
hanya berlangsung beberapa hari saja. Bentuk gejala insomnia yang jarang
dialami responden tersebut seperti jarang bermimpi buruk, waktu yang
31

dibutuhkan untuk jatuh tidur tidak terlalu lama, dan tidak merasa segar setelah
bangun pagi dalam waktu 2 – 7 hari. Terjadinya insomnia tersebut karena
responden memiliki kebiasaan buruk tidur siang hari dalam waktu yang lama,
sehingga pada malam hari mereka sulit untuk memejamkan mata dan tidur. Rasa
gelisah sebelum tidur dan rasa tidak segar setelah bangun tidur terjadi karena
adanya penyakit fisik yang diderita seperti rasa pusing karena darah tinggi,
sering berkemih di malam hari, rasa gatal pada salah satu bagian tubuh26
Keseulitan untuk tidur pastinya pernah dialami oleh semua
orang.Kesulitan dalam memulai tidur ini disebut dengan istilah
insomnia.Beberapa faktor penyebab Insomnia dapat dilihat misalnya perubahan
zona waktu, stres, kebiasaan tidur yang buruk, atau jadwal tidur yang sering
berubah-ubah. Insomnia sering bertindak sebagai lampu kuning dalam masalah
tidur.15
Sedangkan menurut Japarni insomnia ialah ketidak mempuan tubuh

dalam mencukupi kebutuhan tidur baik dilihat dari kuantitas ataupun kualitas.

Sesorang yang bangun namun merasa belum cukup tidur dapat diindikasikan

mengalami gajala insomnia atau bahkan telah menderita insomnia.15

Keadaan seseorang yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur pada


malam hari serta saat tertidur sering terbangun atau gelisah juga dapat dikatakan
sebagai insomnia. Bahkan ketika seseorang tidur dalam jumlah jam yang
cenderung mencukupi, mereka belum merasa cukup tidur atau beristrahat ketika
bangun keesokan harinya atau lebih sering disebut dengaan tidur yang
nonrestoratif. Setiap orang diperkirakan pernah mengalami kesulitan untuk
memulai untuk tidur dimalam hari.15

3. Hubungan Stres Kerja dengan Kejadian Insomnia


Hasil peneltian menunjukkan bahwa dari 44 responden terdapat 39 orang
yang mengalami stress ringan yang menderita insomnia sedang sebanyak 36
orang(92,3%) dan yang mengalami insomnia ringan sebanyak 2 orang(5,1%)
serta yang tidak mengalami insomnia sebanyak 1 orang(2,6%) sedang dari 5
32

responden yang mengalami stres sedang yang tidak mengalami insomnia


sebanyak 3 orang(60%) dan yang mengalami insomnia sedang 2 orang(40%)
Menurut asusmsi peneliti adanya hubungan antara stres kerja dengan
kejadian insomnia disebabkan adanya beban kerja yang memiliki resiko tinggi
sehingga menimbulkan kecemasan dan ketakutan akan resiko serta dampak yang
akan dialami. Hal tersebut akan berdampak pada fisik seperti kaku otot leher dan
bahu serta menjadi pemicu terjadinya insomnia akibat tidak teraturnya jam tidur
yang menyebabkan pada malam hari sulit untuk tertidur dan saat bangun akan
merasa tidak segar. Adanya hubungan antara stress kerja dengan insomnia juga
dapat dibuktikan dengan hasil yang didapatkan bahwa dari 44 responden
terdapat 39 orang yang mengalami stress dan mengalami insomnia diantaranya
36 orang (92,3%) yang mengalami insomnia sedang, 2 orang(5,1%) yang
mengalami insomnia ringan dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 1
orang(2,6%). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang
mengalami stress kerja akan berdampak pada kualitas tidurnya yang akan
menyebabkan insomnia. Hal ini didukung dengan nilai p-value 0,000 yang
berarti ada hubungan antara stress kerja dengan insomnia dengan tingkat
hubungan cukup.
Reaksi Stres merupakan kondisi atau keadaan yang tercipta adanya
interaksi seseorang yang sedang mengalami keadaan yang tidak menguntungkan
dirinya yang mempresepsikan bahwa keadaan tersebut membuat kerugian baik
secara biologis, psikis, serta lingkungan sosial yang ada disekitarnya. Reaksi
tubuh yang ditimbulkan pada individi yang mengalami stres yaitu adanya reaksi
tegang, saat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.11
Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang
mengganggu keseimbangan seseorang.stresjuga dapat diartikanadanya gangguan
tehadap pikiran yang berdampak pada fisik individu yang mengalami stres yang
menjadikan perubahan gaya hidup, serta adanya tuntutan lingkungan yang harus
dipenuhi.10
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novianti dan

Pepin (2015) yang menyatakan bahwa teradapat hubungan stress dengan


33

insomnia pada lansia di Desa Gambiran Kecamatan Mojoagung Kabupaten


Jombang dengan hasil dari uji rank spearman didapatkan bahwa 0,000 < 0,005.26
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Finanta G dan
Tri Martiana (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara stresor kerja
dengan insomnia pada pekerja bergilir bagian central processing area dengan p-
value 0,000.27
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arisma Y
(2019) yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat stress dengan gangguan
insomnia pada mahasiswa/I bimbingan penyuluhan islam dengan p-value
0,026.28

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
34

Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan stres kerja


dengan kejadian insomnia pada perawat covid-19 dapat ditarik kesimpulan :
1. Sebagian besar responden dengan insomnia sedang
2. Sebagian besar responden dengan mengalami stress ringan
3. Terdapat hubungan stress kerja dengan kejadian insomnia pada perawat covid-19
di RSUD Undata Palu dengan tingkat hubungan antara variabel cukup
B. SARAN
1. Bagi STIKes Widya Nusantara Palu
Dapat menambah informasi ilmiah pada mahasiswa mengenai stres kerja dengan
kejadian insomnia pada perawat dan dapat dijadikan rujukan atau referensi
sebagai penelitian selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat mengenai stres yang
dialami oleh tenaga perawat khususnya perawat Covid-19 yang mengakibatkan
terjadinya insomnia sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap stres kerja
dan insomnia
3. Bagi RSUD Undata Palu
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi
Pimpinan RSUD Undata Palu dalam penanganan stres kerja yang menyebabkan
terjadinya insomnia pada perawat khsusnya perawat Covid-19

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Prevalence Coronavirus Disease Oktober 2020. WHO.Int/ .2020
35

2. Kementrian Kesehatan Indonesia. Penyebaran Kasus Covid-19 DI Indonesia.


Www.Kemkes.go.id. 2020
3. Handoko, Hani, dkk. Manajemen stres, personalia dan Sumber daya
Manusia. Handoko, Hani, dkk , editor Yogyakarta: Penerbit Buku BPFE
Yogyakarta. 2014
4. Rahman, Salmawati, Suatama, dkk. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja
Perawat DI Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bayangkara Palu. Jurnal
Kesehatan Tadulako. 2018 Juli :1-75
5. Endang, Lanywati, dkk. Insomnia, Gangguan Sulit Tidur. Endang, Lanywati,
dkk , editor. Yogyakarta: Penerbit Buku Kanisius, 2010
6. Rina, Saras, Aquartuti, dkk. Faktor Penyebab Stres Pada Tenaga Kesehatan Dan
Masyarakat Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Universitas
Muhamaadiyah Semarang. 2020 November 4-34
7. American National Association For Occupational Health Nurses (AAOHN).
Managing Professional risk inoccupational and environmental health nursing
practice. Official journal of the American National Association For
Occupational Health nurses. 2017 Juli 48 (7). 324A
8. Haryati, Farida, Puji, dkk. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres kerja
Perawat Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal
Universitas Muhammadiyah Semarang. 2013 Oktober 3-03
9. Mulat Hendarwati. Hubungan Antara Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan
Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri. Jurnal Stikes
Kusuma Husada Surakarta. 2016 November 1-32
10. Hardiyanti. Hubungan Tingkat Stres Dengan Gangguan Insomnia Pada
Mahasiswa/Mahasiswi Bimbingan Penyuluhan Islam Semester Delapan Tahun
Akademik 2019/2020 IAIN Ponorogo. Jurnal Fakultas Ushuludin 2020
September 6-12
11. Wijayaningsih. Psikologi Keperawatan. Wijayaningsih, editor. Jakarta: Penerbit
Buku Trans Info Media, 2012
36

12. Hawari. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan


Zat Adiktif). Hawari, editor. Jakarta: Penerbit Buku FK. Universitas Indonesia,
2013
13. Hildayanti. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Siti Aisyah Madiun Tahun 2018 [skripsi],Madiun: Stikes
Bhakti Husada Mulia; 2018.
14. Andhito. Peranti CPAP dan Tidurpun Bisa Sampai Siang. Andhito, editor.
Jakarta: Penerbit Buku Nasmedia, 2012 04 (1)
15. Hidayat & Bahrul. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada
Mahasiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Undip
Institutional Repository. 2012
16. Hidayat, Alimul. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika. 2013
17. Nursalam. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika. 2011
18. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P.P
Lestari, Ed). (4th ed). Jakarta: Salemba Medika. 2017
19. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV. 2017
20. Noor H. Hubungan Antara Derajat Insomnia Dengan Tingkat Kelelahan Pada
Mahasiswa PSIK UMY Semester 8 [skripsi], Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta; 2014
21. Notoadmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2012.
22. Sugiyono.Statistik Non Parametrik untuk Penelitian. Bandung Alfabeta.2015
23. Hasibuan, A. N. Faktor Yang Berhubungan Dengan Stress Petugas Kesehatan
Dalam Penanganan Covid-19.2021
24. Indriana, P. Analisis Korelasi Faktor Risiko Kejadian Covid19 di Ruang Isolasi
RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Kota Waringin Barat Kalimantan
Tegah. 2020
25. Satria, R. M. Analisis Faktor Risiko Kematian dengan Penyakit Komorbid
Covid-19. Jurnal Keperawatan Silampari, Vol 4, No 1. 2020
37

26. Novianti. Hubungan Stres Dengan Insomnia Pada Lansia Di Desa Gambiran
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. STIKES Pemkab Jombang. 2015
27. Finanta G dan Tri Martiana. Hubungan Antara Stresor Kerja Dengan Insomnia
Pada Pekerja Bergilir Bagian Central Processing Area Di Job P-Pej Tuban. The

Indonesian Journal of Occupational Safety and Health , Vol. 3, No. 1. 2014


28. Arisma Yuli. Hubungan Tingkat Stres Dengan Gangguan Insomnia Pada
Mahasiswa/Mahasiswi Bimbingan Penyuluhan Islam Semester Delapan Tahun
Akademik 2019/2020. Ponorogo. Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. 2020
38

KUESIONER INSOMNIA
A. Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
B. Petunjuk pengisian :
Berilah tanda ( √ ) pada kotak bagian yang disediakansesuai dengan yang anda
rasakan.
C. Kuesioner
1. Berapa lama jumlah jam tidur yang anda perlukan dalam sehari?
lebih dari 6 jam 30 menit
antara 5 jam 30 menit – 6 jam 29 menit
antara 4 jam 30 menit – 5 jam 29 menit
kurang dari 4 jam 30 menit
2. Apakah anda bermimpi pada saat tidur?
tidak bermimpi
kadang-kadang bermimpi
sering bermimpi
mimpi buruk
3. Bagaimana kualitas tidur yang anda rasakan setelah anda bangun tidur?
tidur sangat nyenyak dan sulit terbangun
tidur nyenyak dan sulit terbangun
tidur nyenyak dan mudah terbangun
tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun
4. Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk memulai tidur?
kurang dari 5 menit
antara 6 – 29 menit
antara 30 – 60 menit
lebih dari 60 menit
5. Berapa kali anda terbangun selama tidur?
tidak bangun sama sekali
39

terbangun 1 kali – 2 kali


terbangun 3 kali – 4 kali
terbangun lebih dari 4 kali
6. Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk kembali tidur jika anda terbangun
pada malam hari?
kurang dari 5 menit
antara 6 – 15 menit
antara 16 – 60 menit
lebih dri 60 menit
7. Apakah anda bangun terlalu awal pada pagi hari?
bangun pada waktu biasa
bangun 30 menit lebih cepat dari biasa dan tidak bisa tidur kembai
bangun satu jam lebih cepat dari biasanya dan tidak bisa tidur kembali
bangun lebih dari satu jam dari biasanya dan tidak bisa tidur kembali
8. Bagaimana kualitas kebugaran yang anda rasakan setelah bangun tidur pada
pagi hari?
segar sekali
segar sedang-sedang saja kadang-kadang
segar dan kadang-kadang tidak
tidak pernah segar sama sekali
40

KUESIONER STRES

D. Identitas Responden
4. No. Responden :
5. Umur :
6. Jenis kelamin :
E. Petunjuk pengisian :
a. Berilah tanda ( √ ) pada kotak bagian samping pernyataan sesuai dengan yang
anda rasakan.
b. Keterangan jawaban
SL:Selalu.

Jawaban selalu dipilih apabila ibu/bapak dalam melaksanakan pekerjaan


merasakan /mengalami setiap hari peristiwa seperti dalam kuesioner.
S : Sering

Jawaban sering dipilih apabila ibu/bapak dalam melaksankan


pekerjaan merasakan/mengalami minimal 1 kali dalam seminggu
peristiwa seperti dalam kuesioner.
J :Jarang

Jawaban jarangdipilih apabila ibu/bapak dalam melaksanakan


pekerjaan merasakan /mengalami minimal 1 kali dalam sebulan
peristiwa seperti dalam kuesioner.
TP : TidakPernah

Jawaban tidak pernah dipilih apabila Ibu/Bapak dalam


melaksanakan pekerjaan , Tidak pernah merasakan /mengalami
peristiwa seperti dalam kuesioner.
41

No. Pernyataan SL S J TP

Indikator Gejala Psikologis.

1. Saat menghadapi pasien yang kritis saya


menjadi tegang
2. Saat menghadapi pasien yang kritis saya
merasa berkeringat dingin
3. Cemas akan saya rasakan jika ada masalah
dalam pekerjaan saya
4. Saat bekerja di rumah sakit saya
mudah marah

5. Saat bekerja dirumah sakit saya


mudah tersinggung
6. Saat bekerja dirumah sakit saya
merasa bosan
7. Beberapa pekerjaan saya tunda yang
seharusnya dapat dikerjakan saat ini
Indikator gejala fisik.

8. Saya merasa bahu, punggung, otot leher, Kaku


setlah/saat bekerja di rumah sakit

No. Pernyataan SL S J TP

9. Saat menerima pasien kritis saya merasa


jantung berdebar
10. Saat bekerja diruang rawat inap saya
merasa sesak nafas
11. Saat menghadapi banyak pekerjaan yang
harus diselesaikan saya mengalami sakit
kepala/pusing
42

12. Saya merasa tegang, nyeri ulu hati, perut


mulas, dan kembung saat merawat pasien
di rumah sakit
Indikator Gejala Perilaku.

13. Saat masuk kerja saya merasa malas dan


tidak bersemangat masuk kerja
14. Saat berkomunikasi dengan sejawat atau
keluarga pasien saya mengalami kesulitan

15. Saat ingin memulai tidur saya mengalami


kesulitan untuk tertidur secara lelap
16. Saat ada masalah dalam pekerjaan saya
mengalami kehilangan nafsu makan
17. Saya sedang terlibat suatu masalah
denganrekan kerja di rumah sakit atau
teman sejawat
18. Saya terluka ketika melakukan tindakan
medis pada pasien (seperti tekena patahan
obat ampul tertusuk jarum, , dan lain lain)
43

Hasil Pengolahan Data


Analisa Univariat
Statistics

Umurr Jenis_Kelamin Insomnia Stress

N Valid 44 44 44 44

Missing 0 0 0 0

Umurr

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-25 Tahun 9 20.5 20.5 20.5

26-30 Tahun 23 52.3 52.3 72.7

31-35 Tahun 7 15.9 15.9 88.6

36-40 Tahun 5 11.4 11.4 100.0

Total 44 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 36 81.8 81.8 81.8

Perempuan 8 18.2 18.2 100.0

Total 44 100.0 100.0

Insomnia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Insomnia 4 9.1 9.1 9.1

Insomnia Ringan 2 4.5 4.5 13.6

Insomnia Sedang 38 86.4 86.4 100.0

Total 44 100.0 100.0


44

Stress

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sedang 5 11.4 11.4 11.4

Ringan 39 88.6 88.6 100.0

Total 44 100.0 100.0

Analisa Bivariat

Nonparametric Correlations

Correlations

Insomnia Stress

Spearman's rho Insomnia Correlation Coefficient 1.000 .511**

Sig. (2-tailed) . .000

N 44 44

Stress Correlation Coefficient .511** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 44 44

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Crosstabs

Stress * Insomnia Crosstabulation

Insomnia

Insomnia Insomnia
Tidak Insomnia Ringan Sedang Total

Stress Sedang Count 3 0 2 5

% within Stress 60.0% 0.0% 40.0% 100.0%

Ringan Count 1 2 36 39

% within Stress 2.6% 5.1% 92.3% 100.0%


Total Count 4 2 38 44

% within Stress 9.1% 4.5% 86.4% 100.0%


45

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 17.743a 2 .000


Likelihood Ratio 10.987 2 .004
Linear-by-Linear Association 14.593 1 .000
N of Valid Cases 44

a. 5 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is .23.
46

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Watubula Kecamatan Sigi Kota Kabupaten Sigi pada
tanggal 08 Agustus 1990 dari Ayah Imanuel dn Ibu Mina. Penulis adalah putri pertama
dari 3 bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SD BK Watubula lalu melanjutkan
SMP dan lulus pada tahun 2005 kemudian melanjutkan ke SMA dan lulus pada tahun
2008. Penulis sempat bekerja dan melanjutkan kuliah pada tahun 2010 di Akper Bala
Keselamatan Palu dan Penulis menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan di Akper
BK Palu. Penulis mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa di STIKES Widya
Nusantara Palu pada tahun 2019 dan diterima dengan mengambil program studi ilmu
Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai