Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Oleh :

AYU SRI DEWI (P07120016062)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
BERAT BADAN LAHIR RENDAH

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku
Nanda, (2013).
Jadi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah Bayi berat badan
lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
(berat lahir ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). Bila berat badan kurang dari
1500 gram disebut Bayi berta lahir sangat rendah (BBLSR atau Very Low Birth
Weight. Bila kurang dari 1000 gram disebut Extreemly Low Birt Weight atau
Berat Badan Lahir sangat rendah.

Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :


a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa
kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang
teratur).
b. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan
=KMK).
c. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

Menurut Ukuran Berat Badan Digolongkan :

KMK : Kecil masa kehamilan yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah kurve
pertumbuhan janin (Pertumbuhannya dalam rainan mengawali hambatan )

SMK : Sesuai masa kehamilan jika bayi lahir dengan BB sesuai kurve
pertumbuhan janin
BMK : Besar masa kehamilan jika bayi lahir dengan BB diatas kurve
pertumbuhan janin

Menurut Umur Kehamilan Digolongkan :

Menurut Umur Kehamilan Digolongkan :

Kurang bulan <37 minggu, Cukup bulan : 38-42 minggu dan lebih bulan > 42 minggu
dan lebih bulan > 42 minggu. Bayi premature adalah bayi yang lahir dengan
usia gestasi <37 minggu.

2. Penyebab / Faktor Predisposisi


Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), danpenyakit
jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <
20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi,
kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi
kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi
antara refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih
tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan
pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi
preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi
kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau
mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin
sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan
baik. Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus
ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna
pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya
terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya.

Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik


anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya :
a) Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya
jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas
dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang
b) Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang
belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah
c) Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat
dari motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah
d) Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi
urine berkurang
e) Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang
karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik.
f) Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur
sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi
menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini
menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan
oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga
mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang rapuh.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai
berikut:

a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni


b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :


a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks
hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya
lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang

Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
4. PATHWAY

Faktor Ibu Faktor Janin:


 Toksemia gravidarum  kehamilan ganda
 Kelainan bentuk uterus
 Tumor
 Hidramnion
 Ibu yang menderita penyakit  Ketuban pecah dini
 Usia ibu pada waktu hamil < 20 tahun atau  cacat bawaan
lebih dari 35 tahun.  Infeksi
 Plasenta (plasenta previa,solusio placenta)
 Ibu stres
 Insufisiensi plasenta
 Inkompatibilitas darah ibu
dan janin

Dk Inefektif Termoregulasi

(Proverawati, 2010)
6. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120
sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau
pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris,
cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara
40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi. Takipnea
sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi
bokong.
Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan
abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok,
pernafasan cuping hidung,
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB
(jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap
yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna,
berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap,
mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar
kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan
infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang
badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau
kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan
wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada
menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
(Pantiawati, 2010)
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.

8. Diagnosis
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) didiagnosis bila termasuk dalam golongan:
1. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang Bulan-
Sesuai untuk Masa Kehamilan (KMK).1
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
dan merupakan bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK).

9. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar
200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau
BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.

10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Surasmi ( 2003: 42 ) adalah :
3. Hipotermia
Tanda klinis hipoternia antara lain :
a. Suhu tubuh di bawah normal
b. Kulit dingin
c. Akral dingin
d. Sianosis
4. Sindrom gawat napas
Tanda klinis sindrom gawat napas :
a. Pernapasan cepat
b. Sianosis perioral
c. Merintih waktu ekspirasi
d. Retraksi substernal dan interkosta
5. Hipoglikemia
Tanda klinis hipoglikemia antara lain :
a. Gemetar atau tremor
b. Cianosis
c. Apatis
d. Kejang
e. Apnea intermiten
f. Tangisan lemah atau melengkung
g. Kelumpuhan atau letargi
h. Terdapat gerakan pusat mata
i. Keringat dingin
j. Hipotermia
k. Gagal jantung dan henti jantung ( Sering berbagai gejala muncul bersama –
sama )
6. Perdarahan intra kranial
Tanda dan gejala klinis perdarahan intrakranial :
a. Kegagalan umum untuk bergerak normal
b. Reflek moro menurun atau tidak ada
c. Tonus otot menurun atau tidak ada
d. Pucat dan cianosis
e. Apnea
f. Kegagalan menetek dengan baik
g. Muntah yang kuat
h. Tangisan bernada tinggi dan tajam
i. Kejang
j. Kelumpuhan
k. Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung
l. Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinis
sedikitpun
7. Rentan terhadap infeksi
Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler
masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi, selain itu karena kulit dan
selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan.
8. Hiperbilirubinemia
Tanda klinis hiperbilirubinemia antara lain :
a. Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut, ekstremitas berwarna
kuning
b. Letargi
c. Kemampuan menghisap menurun
d. Kejang
9. Kerusakan integritas kulit
Lemak subkutan kadang kurang sedikit, struktuir kulit belum matang dan rapuh,
sensibilitas yang kurang akan memudahkan kerusakan integritas kulit terutama
pada daerah yang sering tertekan.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas, Bayi sadar mungkin 2-3 jam
bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.
5)
6) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
i) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-
3 detik).
j) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi. Takipnea sementara dapat dilihat,
khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi bokong.
Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari
dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu
pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung,
k) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan mengisap yang lemah.
l) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
m) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
n) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
o) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
p) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
(Pantiawati, 2010)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Inefektif termoregulasi berhubungan dengan kegagalan mempertahankan
suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subcutan.
c. Resiko ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
3. RENCANA TINDAKAN

No Tanggal Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional Nama


keperawatan hasil ttd
1 Resiko NOC NIC
ketidakseimba Setelah dilakukan Management Management
ngan nutrisi: asuha Nutrition Nutrition
kurang dari keperawatan
kebutuhan 3x24jam 1. Monitor 1. Dengan
tubuh diharapkan pasien intake dan mengevaluasi
berhubungan memenuhi criteria output asupan intake
dengan reflek hasil sebagai 2. Berikan perhari
isap dan berikut : minum sedikit memungkinkan
menelan lemah 1. BB normal – sedikit tapi semua
sesuai umur sering modifikasi
dan tinggi 3. Monitor yang
badan yakni penurunan dan diperlukan
1300 gram peningkatan dapat
2. Tidak BB dilakukan
menunjukkan 4. Berikan dengan tepat
tanda lingkungan 2. Mencegah
malnutrisi yang nyaman terjadinya
3. Berat badan dan tenang mual, muntah
meningkat untuk 3. Mengetahui
hingga 1800 mendukung status gizi
gram pasien pasien
4. Lingkungan
akan
mempengaruhi
asupan makan
pasien karena
dengan
menciptakan
lingkungan
yang tenang,
pasien akan
2 Inefektif Setelah dilakukan Penanganan
termoregulasi asuhan demam
berhubungan keperawatan 2x24 1. Lakukan 1. Memantau
dengan jam pasien dapat monitoring adanya
kegagalan mencapai suhu secara peningkatan
mempertahank termoregulasi kontinyu atau
an suhu tubuh, yang baik. 2. Monitor penurunan
penurunan warna dan suhu tubuh
jaringan lemak NOC label : suhu kulit 2. Memantau
subcutan · Termoregulasi 3. Monitor, adanya tanda
· Termoregulasi nadi dan RR dan gejala
newborn 4. Monitor hipotermi
tingkat 3. Memantau
Kriteria hasil: kesadaran tanda – tanda
1. Tanda – tanda Pengaturan vital klien.
vital dalam suhu 4. Memantau
batas normal kondisi klien
(36 – 37 ) 5. Monitor, agar terapi
2. Kulit tidak nadi, RR yang
panas 6. Monitor diberikan
tanda-tanda sesuai
hipertermi 5. Memantau
dan tanda – tanda
hipotermi vital klien
7. Tingkatkan 6. Mampu
intake cairan memberikan
dan nutrisi penanganan
yang tepat
7. Mencegah
terjadinya
dehidrasi
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Infection 1. Dengan
berhubungan asuhan Control mencuci
dengan keperawatan 2x24 (Kontrol tangan
ketidakadekuat jam pasien dapat infeksi) sebelum dan
an system mengurangi setelah
kekebalan resiko infeksi 1. Instruksika berkunjung
tubuh dengan baik n pada mampu
pengunjung mencegah
NOC Label untuk adanya
1.Immune mencuci infeksi
Status tangan saat nosokomial
2.Knowledge : berkunjung 2. Sabun
Infection control dan setelah antimikroba
Kriteria Hasil : berkunjung mampu
1. Klien bebas meninggalk membunuh
dari tanda an pasien kuman
dan gejala 2. Gunakan secara
infeksi sabun efektif.
yakni dolor, antimikrobi 3. Mencuci
kalor, a untuk cuci tangan
tumor, tangan sebelum dan
rubor, 3. Cuci tangan sesudah
fungsio setiap tindakan
laesa. sebelum dapat
2. Integritas dan sesudah mencegah
kulit pasien tindakan adanya
baik. keperawtan infeksi
4. Tingktkan nosokomial
intake 4. Mencegah
nutrisi terjadinya
5. Berikan dehidrasi
terapi 5. Antibiotik
antibiotik mampu
bila perlu mengobati
maupun
mencegah
penyakit
NANDA International. (2015). Nursing Outcomes Classification.(2015). Nursing
Interventions Classification. (2016)

4. IMPLEMENTASI
Dilakukan berdasarkan intervensi

5. EVALUASI
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu)
1. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dri kebutuhan tidak terjadi
2. Dapat mempertahankan suhu tubuh
3. Resiko infeksi dapat dicegah
4. Pola napas efektif
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC


Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta :
YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika

Ribek, Nyoman, dkk.2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik


Keperawatan Anak.Denpasar : Departemen Keperawatan Anak Poltekkes
Denpasar.

Sofian,Amru.2012.Sinopsis Obstetri Edisi 3.Jakarta:EGC.

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai