Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR AMAT SANGAT RENDAH ( BBLASR)

OLEH :

SEPTIAN VALENTINO

NIM 20.300.0057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA

TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR AMAT SANGAT RENDAH ( BBLASR)

OLEH :

SEPTIAN VALENTINO

NIM 20.300.0057

Palangkaraya, 10 Februari 2021

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )
STASE KEPERAWATAN ANAK BERAT BADAN LAHIR AMAT SANGAT
RENDAH ( BBLASR)
LAPORAN PENDAHULUAN BBLASR

I. Tinjauan Teori
1. Definisi
Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir (Huda dan Hardhi, 2013).
Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau biasa disebut juga
dengan berat badan lahir ekstrim rendah (BBLER) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan dibawah nornal (kurang dari 1000 gr).
Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 1000 gram (Proverawati,2010)
Kejadian BBLASR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak
faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan konsumsi makanan pun kurang.
Kesimpulannya BBLASR adalah bayi baru lahir dengan berat badan dibawah
normal yaitu kurang dari 1000 gram

2. Etiologi
Setiap tahun diperkirakan terjadi 4,3 juta kasus kelahiran mati dan 3,3 juta
kematian neonatal pada kematian neonatal seluruh dunia. Meskipun AKB diseluruh
dunia telah mengalami penurunan namun kematian neonatal pada kematian bayi
semakin meningkat. (Prameswari, 2007). Secara global penyebab langsung kematian
neonatal diperkirakan karena kelahiran prematur (28%), infeksi berat (26%) dan
asfiksia (23%) sedangkan tetanus neonatus dengan proporsi kecil (7%). Menurut
Azimul (2008) 50% kematian perinatal secara langsung dan tidak langsung berkaitan
dengan berat lahir rendah
Menurut Proverawati (2010) Penyebab terbanyak penyebab terjadinya BBLR
adalah kelainan premature. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko
jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Berikut adalah factor-faktor yang
berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu Faktor ibu
2.1 Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2.2 Ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
2.3 Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), ketuban pecah dini, gawat janin,
dan kehamilan kembar .
2.4 Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion (keadaan di mana
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc), plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
2.5 Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLASR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya
bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya
lebih kecil ketimbang masa kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya
hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal,tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLASR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih
lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada di
bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling
sering tyerjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat
kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian
janin didalam kandungan,abortus,cacat bawaan,BBLR,anemia pada bayiyang
dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLASR dan premature juga lebih besar.
4. Klasifikasi
4.1 Berdasarkan berat badan :
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari 1500
gram.
3) Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
4.2 Berdasarkan masa gestasinya
1) Prematuritas murni
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa
gestasi itu.Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

3) Bayi Premature Sesuai Masa Kehamilan (SMK)


Terdapat derajat prematuritas, menurut Usher digolongkan menjadi 3
kelompok:
Bayi sangat prematur(extremely premature): 24-30 minggu
Bayi prematur sedang (moderately prematur): 31-36 minggu
Bayi yang mempunyai sifat premature atau matur (Borderline
prematur): 37-38 minggu
5 Manifestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi, (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir
amat sangat rendah adalah:
5.1 Sebelum Bayi Lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
3) Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum.
5.2 Setelah Bayi Lahir
1) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3) Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan
intrauterine.
4) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.

Selain itu ada gambaran klinis BBLASR secara umum adalah :


1) Berat kurang dari 1000 gram.
2) Panjang kurang dari 45 cm.
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6) Kepala lebih besar.
7) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8) Otot hipotonik lemah.
9) Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10) Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11) Kepala tidak mampu tegak.
12) Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13) Nadi 100 – 140 kali / menit.

6 Pathway

7. Komplikasi
7.1 Sindroma distress respiratorik idiopatik
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif
akibat kurangnya  surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di
alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi
akan mengalami :
1) Rintihan waktu inspirasi
2) Napas cuping hidung.
3) Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
4) Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
5) Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan
pemeriksaan gas darah menunjukkan :
6) Kadar oksigen arteri menurun
7) Konsentrasi CO2 meningkat
8) Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas
intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan
positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya
dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan
pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
7.2 Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap
edematosus untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea.
Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak menyebabkan tanda- tanda
distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya
lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma
distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia
pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami
serangan apnea.

7.3 Fibroplasias Retrorental


Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan
jaringan serat atau fibrosa dibelakang lensa dan pelepasan retina yang
menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan
konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih
dari 40 %).sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah
konsentrasi oksigen naik  melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan
pemantau oksigen perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau
tekanan oksigen arteri bayi.
7.4 Serangan Apnea
Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat pernapasan
atau ada hubunganya dengan hipoglikemi atau perdarahan intracranial.
Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan
mengunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen pada bayi dengan
pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat
bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut
selama beberapa hari atau mingu. Perangsang pernapasan seperti
aminofilin mungkin bermanfaat.
7.5 Enterokolitis Nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat
asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung,
muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus
mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan
gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan
pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan.

8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain
8.1 Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah
bayi itu prematuritas atau maturitas
8.2 Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
8.3 Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuK melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau dapat / diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
8.4 Test Kocok (shake Test) Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1jam
dengan mengambil cairan amnion yang tertelan dilambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 cc, kemudian
ditambah 1 cc alcohol 95 % dicampur dalam tabung kemudian kocok 15 detik,
kemudian diamkan selama 15 menit dengan tabung tetap berdiri ,
1) (+) , bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya
surfaktan terdapat dalam paru dalam jumlah yang cukup.
2) (-) , bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya
paru – paru belum matang / tidak ada surfaktan.
3) ragu , bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin jika hasilnya ragu maka
tes harus diulang.
8.5 Radiologi
1) foto thoraks / baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan. Dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto toraks pad bayi dengan
penyakit membran hyaline karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranularpada parenkin dan grukogram udara. Pada kondisi berat hanya
tampak gambaran white long (mansjoer,dkk,2000)
2) USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai
pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intra
cranial dengan menyisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan
fontanel anterior yang terbuka.(merensten,2002)
8.6 Laboratorium
1) Darah rutin
Hematokrit ( HCT) :
1. bayi usia 1 hari 48 – 69 %
2. bayi usia 2 hari 48 – 75%
3. bayi usia 3 hari 44 – 72 %
Hemoglobin (Hb) :
1. bayi usia 1-3 hari 14,5 – 22,5 g/dl
Jumlah Leukosit :
1. bayi baru lahir 9,0 - 30,0 x 103 sel/mm3(NL)
2. bayi usia 1 hari / 24 jam 9,4 - 43,0x 103 sel/mm3(NL)
3. bayi usia 1 bulan 9,0 - 19,5 x103 sel/mm3 (NL)
Bilirubin :
1. kadar setelah 1 bulan sebagai berikut :
2. terkonjungsi 0 - 0,3 mg/dl (0,5 Nmol/L)
3. tak terkonjungsi 0,1 - 0,7 mg/dl (2-12 Nmol/L)
4. Glukosa ( 8 - 12 jam post natal ) disebut hipoglikemia bila kosentrasi
glukosa plasma < 50 ml/dl
5. Analisa gas darah
Tekanan potensial CO2 (PCO2) :
1. bayi baru lahir 27-40mmHg
a. Tekanan potensial O2 (PO2) :
lahir 8-24mmHg
5-8 menit 33-75 mmHg
30 menit 31-85 mmHg
71 jam 55-80 mmHg
1 hari 54-95 mmHg
kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg
b. saturasi oksigen
bayi baru lahir 85 - 90 %
kemudian 95 - 99 %
PH bayi premature (48 jam) 7,35 – 7,50
2) Elektrolit Darah
1. Natrium
a. Serum atau Plasma
bayi baru lahir 136 – 146 mEa/L
bayi 139 – 146 mEa/L
Urin 24 jam 40 – 220 mEa/L
b. Kalium
Serum bayi baru lahir 3,0 – 6,0 mEa/L
Plasma (heparin) 3,4- 4,5 mEa/L
Urin 24 jam 2,5 – 125 mEa/L
c. Klorida
Serum/Plasma
Tali pusat 96 – 104 mEa/L
Bayi baru lahir 97- 110 mEa/L

9. Penatalaksanaan
9.1 Pada Penatalaksanaan BBLASR menurut Proverawati, (2010):
1) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
2) Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat
dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator
maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi
dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai
popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,
warna kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit dapat
dikenali sedini mungkin.

3) Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih
dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7
kg dan 32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.
4) Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head
box.
5) Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
1. Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit.
2. Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah
memegang bayi.
6) Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk
membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan
pilihan utama, dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan
glucose 5% yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000
gram.

II. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan diagnosa Sellulitis


2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan. Pengkajian penting untuk upaya penatalaksanaan yang
afektif. Karena pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda
pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor
yang mempengaruhi seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku,
emosional, dan sosiokultural. Pengkajian terdiri atas dua komponen utama,
yakni (a) riwayat untuk mendapatkan data dari klien dan (b) observasi
langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian
adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman
subjek.
a. Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b. Orang tua      : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan dan alamat.
c. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat antenatal :
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi
buruk,merokok, ketergantungan obat-obatan, DM, penyakit
kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan congenital.
c) Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengat permasalahan pada bayi baru lahir.
d) Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
e) Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat  menekan
system pusat pernafasan.

2) Riwayat post natal :


a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua
(0-3), asfiksia berat (4-6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia
ringan.
b) Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk
aterm 2500 gram,  LK  kurang atau lebih dari normal (34-36)
c) Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR
gangguan absorbsigastrointestinal, muntah, aspirasi,
kelemahan  menghisap sehingga perlu diberikan cairan
parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.
d) Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB :
frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
e) Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh
terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis
psikotropika, kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman
beralkohol, dan kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantangan makanan tertentu.
f) Hubungan psikologis. sebaiknya segera setelah bayi baru alhir
dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan.
g) Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya
lemah dan hanya merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil,
panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran
lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos yang baik.
h) Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan
baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu
normal pada tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal antara
(120-140 x/m), untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m),
sering pada bayi post asfiksia berat respirasi sering tidak
teratur.
i) Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas
berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
j) Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau
cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung
kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
k) Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukan refleksi terhadap cahaya.
l) Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lender.
m) Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau
tidak.
n) Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
o) Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates
pendek.
p) Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan
intercostals,perhatikan suara wheezing dan ronchi,frekwensi
bunyi jantung lebih dari 100x/m.
q) Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah
ascus costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract belum
sempurna.
r) Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau
tidak adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
s) Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates
perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
t) Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang
air besar serta warna dari feces.
u) Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin,
perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf
atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
v) Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro
dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan
mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah
tulang.

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat


pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
2. Hipotermi berhubungan dengan paparan lingkungan dingin
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
2.3 Nursing Care Planning (NCP)
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Observasi pola Nafas.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Diagnosa 1 : 2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
1x24 jam diharapkan pola napas menjadi efektif.
Pola nafas tidak efektif 3. Observasi adanya sianosis.
Indikator IR ER
berhubungan dengan maturitas 4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
1. RR 30-60 x/mnt
pusat pernafasan, keterbatasan 5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
2. Sianosis (-)
perkembangan otot, penurunan 6. Beri O2 sesuai program dokter
3. Sesak (-)
energi/kelelahan, 7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi
4. Ronchi (-)
ketidakseimbangan metabolik. O2.
5. Whezing (-)
8. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya

Diagnosa 2 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Observasi tanda-tanda vital.


Hipotermi berhubungan dengan 1x24 jam diharapkan suhu tubuh dalam rentang 2. Tempatkan bayi pada incubator.
paparan lingkungan dingin normal. 3. Awasi dan atur control temperature dalam
Indikator IR ER incubator sesuai kebutuhan.
1. Suhu 36-37C. 4. Monitor tanda-tanda Hipertermi.
2. Kulit hangat. 5. Hindari bayi dari pengaruh yang dapat
menurunkan suhu tubuh.
3. Sianosis (-)
6. Ganti pakaian setiap basah
4. Ekstremitas hangat
7. Observasi adanya sianosis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Observasi intake dan output.


Diagnosa 3 : 3x24 jam diharapkan nutrisi dapat terpenuhi suhu 2. Observasi reflek hisap dan menelan
Ketidakseimbangan nutrisi tubuh dalam rentang normal. 3. Beri minum sesuai program
kurang dari kebutuhan tubuh Indikator IR ER 4. Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan
berhubungan dengan ketidak 1. Reflek hisap dan tidak ada.
mampuan mencerna nutrisi menelan baik 5. Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi
karena imaturitas. 2. Muntah (-) parenteral.
3. Kembung (-) 6. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
4. BAB lancar 7. Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
5. Berat badan 8. Timbang BB setiap hari.
meningkat 15 gr/hr
6. Turgor elastis
Diagnosa 4 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Resiko infeksi berhubungan 3x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi. 1. Kaji tanda-tanda infeksi.
dengan pertahanan imunologis Indikator IR ER 2. Isolasi bayi dengan bayi lain.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
bayi.
1. Suhu 36-37C
4. Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
2. Tidak ada tanda-
5. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
yang kurang. tanda infeksi.
6. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi
3. Leukosit 5.000-
dalam keadaan bersih/steril.
10.000
7. Berikan antibiotic sesuai program.
8. Kolaborasi dengan dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma.2015.Aplikasi NANDA NIC NOC,


Yogyakarta :Mediaction Publishing

Proverawati, 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Muha Medika

Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan
Anak.:

Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI

Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:


Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai