OLEH :
SEPTIAN VALENTINO
NIM 20.300.0057
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH :
SEPTIAN VALENTINO
NIM 20.300.0057
Mengetahui,
( ) ( )
STASE KEPERAWATAN ANAK BERAT BADAN LAHIR AMAT SANGAT
RENDAH ( BBLASR)
LAPORAN PENDAHULUAN BBLASR
I. Tinjauan Teori
1. Definisi
Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir (Huda dan Hardhi, 2013).
Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau biasa disebut juga
dengan berat badan lahir ekstrim rendah (BBLER) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan dibawah nornal (kurang dari 1000 gr).
Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 1000 gram (Proverawati,2010)
Kejadian BBLASR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak
faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan konsumsi makanan pun kurang.
Kesimpulannya BBLASR adalah bayi baru lahir dengan berat badan dibawah
normal yaitu kurang dari 1000 gram
2. Etiologi
Setiap tahun diperkirakan terjadi 4,3 juta kasus kelahiran mati dan 3,3 juta
kematian neonatal pada kematian neonatal seluruh dunia. Meskipun AKB diseluruh
dunia telah mengalami penurunan namun kematian neonatal pada kematian bayi
semakin meningkat. (Prameswari, 2007). Secara global penyebab langsung kematian
neonatal diperkirakan karena kelahiran prematur (28%), infeksi berat (26%) dan
asfiksia (23%) sedangkan tetanus neonatus dengan proporsi kecil (7%). Menurut
Azimul (2008) 50% kematian perinatal secara langsung dan tidak langsung berkaitan
dengan berat lahir rendah
Menurut Proverawati (2010) Penyebab terbanyak penyebab terjadinya BBLR
adalah kelainan premature. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko
jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Berikut adalah factor-faktor yang
berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu Faktor ibu
2.1 Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2.2 Ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
2.3 Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), ketuban pecah dini, gawat janin,
dan kehamilan kembar .
2.4 Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion (keadaan di mana
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc), plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
2.5 Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLASR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya
bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya
lebih kecil ketimbang masa kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya
hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal,tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLASR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih
lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada di
bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling
sering tyerjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat
kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian
janin didalam kandungan,abortus,cacat bawaan,BBLR,anemia pada bayiyang
dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLASR dan premature juga lebih besar.
4. Klasifikasi
4.1 Berdasarkan berat badan :
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari 1500
gram.
3) Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
4.2 Berdasarkan masa gestasinya
1) Prematuritas murni
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa
gestasi itu.Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
6 Pathway
7. Komplikasi
7.1 Sindroma distress respiratorik idiopatik
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif
akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di
alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi
akan mengalami :
1) Rintihan waktu inspirasi
2) Napas cuping hidung.
3) Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
4) Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
5) Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan
pemeriksaan gas darah menunjukkan :
6) Kadar oksigen arteri menurun
7) Konsentrasi CO2 meningkat
8) Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas
intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan
positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya
dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan
pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
7.2 Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap
edematosus untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea.
Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak menyebabkan tanda- tanda
distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya
lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma
distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia
pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami
serangan apnea.
8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain
8.1 Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah
bayi itu prematuritas atau maturitas
8.2 Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
8.3 Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuK melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau dapat / diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
8.4 Test Kocok (shake Test) Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1jam
dengan mengambil cairan amnion yang tertelan dilambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 cc, kemudian
ditambah 1 cc alcohol 95 % dicampur dalam tabung kemudian kocok 15 detik,
kemudian diamkan selama 15 menit dengan tabung tetap berdiri ,
1) (+) , bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya
surfaktan terdapat dalam paru dalam jumlah yang cukup.
2) (-) , bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya
paru – paru belum matang / tidak ada surfaktan.
3) ragu , bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin jika hasilnya ragu maka
tes harus diulang.
8.5 Radiologi
1) foto thoraks / baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan. Dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto toraks pad bayi dengan
penyakit membran hyaline karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranularpada parenkin dan grukogram udara. Pada kondisi berat hanya
tampak gambaran white long (mansjoer,dkk,2000)
2) USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai
pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intra
cranial dengan menyisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan
fontanel anterior yang terbuka.(merensten,2002)
8.6 Laboratorium
1) Darah rutin
Hematokrit ( HCT) :
1. bayi usia 1 hari 48 – 69 %
2. bayi usia 2 hari 48 – 75%
3. bayi usia 3 hari 44 – 72 %
Hemoglobin (Hb) :
1. bayi usia 1-3 hari 14,5 – 22,5 g/dl
Jumlah Leukosit :
1. bayi baru lahir 9,0 - 30,0 x 103 sel/mm3(NL)
2. bayi usia 1 hari / 24 jam 9,4 - 43,0x 103 sel/mm3(NL)
3. bayi usia 1 bulan 9,0 - 19,5 x103 sel/mm3 (NL)
Bilirubin :
1. kadar setelah 1 bulan sebagai berikut :
2. terkonjungsi 0 - 0,3 mg/dl (0,5 Nmol/L)
3. tak terkonjungsi 0,1 - 0,7 mg/dl (2-12 Nmol/L)
4. Glukosa ( 8 - 12 jam post natal ) disebut hipoglikemia bila kosentrasi
glukosa plasma < 50 ml/dl
5. Analisa gas darah
Tekanan potensial CO2 (PCO2) :
1. bayi baru lahir 27-40mmHg
a. Tekanan potensial O2 (PO2) :
lahir 8-24mmHg
5-8 menit 33-75 mmHg
30 menit 31-85 mmHg
71 jam 55-80 mmHg
1 hari 54-95 mmHg
kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg
b. saturasi oksigen
bayi baru lahir 85 - 90 %
kemudian 95 - 99 %
PH bayi premature (48 jam) 7,35 – 7,50
2) Elektrolit Darah
1. Natrium
a. Serum atau Plasma
bayi baru lahir 136 – 146 mEa/L
bayi 139 – 146 mEa/L
Urin 24 jam 40 – 220 mEa/L
b. Kalium
Serum bayi baru lahir 3,0 – 6,0 mEa/L
Plasma (heparin) 3,4- 4,5 mEa/L
Urin 24 jam 2,5 – 125 mEa/L
c. Klorida
Serum/Plasma
Tali pusat 96 – 104 mEa/L
Bayi baru lahir 97- 110 mEa/L
9. Penatalaksanaan
9.1 Pada Penatalaksanaan BBLASR menurut Proverawati, (2010):
1) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
2) Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat
dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator
maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi
dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai
popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,
warna kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit dapat
dikenali sedini mungkin.
3) Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih
dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7
kg dan 32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.
4) Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head
box.
5) Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
1. Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit.
2. Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah
memegang bayi.
6) Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk
membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan
pilihan utama, dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan
glucose 5% yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000
gram.
Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan
Anak.:
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI