I I
S T I K E S
A
E
OLEH :
SUTARI
NIM.18.31.1333
I I
S T I K E S
A
E
OLEH :
SUTARI
NIM.18.31.1333
1
2
C. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
factor presdiposisi yaitu:
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi di:
a. Hyperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya fekolit dalam lumen apendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian.
d. Striktura limen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.Coli dan
Streptococcus.
3. Laki-laki lebih banyak daripada wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan karena peningkatan jaringan
limfoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Apendiks yang terlalu panjang.
b. Masa apendiks yang pendek.
c. Penonjolan jaringan limfoid pada lumen apendiks.
d. Kelainan katup di pangkal apendiks.
D. Manifestasi Klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah
nyeri samar atau nyeri tumpul di daerah epigastrum disekitar umbilikus atau
periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan
terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc
Burney. Di titik ini nyeri akan terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang tidak dirasakan adanya
nyeri di daerah apigastrium, tetapi terdapat konstipasi yang akan
menyebabkan penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini
dianggap cukup berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.
3
Pathway
ganggren
Peradangan meluas Mual dan muntah Mekanisme
Apendiks ke peritonium konpensasi tubuh
ganggrenosa
Absorbs makanan
Pembedahan tidak adekuat, Peningkatan leukosit dan
pengeluaran cairan peningkatan suhu tubuh
aktif
Luka insisi post
Cemas pasien pembedahan Hipertemia
dan keluarga, Resiko
pengungkapan infeksi
cemas
Nyeri saat ekstremitas kanan
digerakkan, saat istirahat
dan beraktivitas Resiko kekurangan
volume cairan
1. Ansietas
2. Defisiensi
Nyeri Akut
Pengetahuan
6
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara
10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan
pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah
satu komponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah
terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis
serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan
90%.
2. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan
bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks,
sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang
dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi
serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan
angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
3. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan
infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
4. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
5. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa
adanya kemungkinan kehamilan.
6. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan
Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk
kemungkinan karsinoma colon.
7
e. Psoas sign (+) terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
peradangan yang terjadi pada apendiks.
f. Obturator sign (+) adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan
lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara
pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada
daerah hipogastrium (Departemen Bedah UGM, 2010).
Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok pada auskultasi akan
terdapat peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik
karena peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata. Auskultasi
tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi
kalau sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik
usus. Pada pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) akan terdapat
nyeri pada jam 9-12.
Apendisitis dapat didiagnosis menggunakan skor alvarado yang dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Gambaran klinis apendisitis akut berdasarkan skor alvarado
Tabel Skor Alvarado Skor Skor
Gejala Klinis
Nyeri perut yang berpindah ke kanan bawah 1
Nafsu makan menurun 1
Mual dan atau muntah 1
Tanda Klinis
Nyeri lepas Mc. Burney 1
Nyeri tekan pada titik Mc. Burney 2
Demam (suhu > 37,2° C) 1 1
Pemeriksaan Laboratoris
Leukositosis (leukosit > l 0.000/ml) 2
Shift to the left (neutrofil > 75%) 1
TOTAL 10
Sumber: www.alvarado score for appendicitis.co.id
Interpretasi:
Skor 7-10 = apendisitis akut,
Skor 5-6 = curiga apendisitis akut,
Skor l-4 = bukan apendisitis akut.
6. Aktivitas/istirahat: Malaise.
10
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
7. Defisiensi Setelah dilakukan asuhan Teaching: disease
Pengetahuan keperawatan selama ….x…. Process
diharapkan pengetahuan meningkat. 1. Berikan penilaian
berhubungan dengan
Kriteria hasil: tentang tingkat
Interpretasi terhadap Kowlwdge : disease process pengetahuan pasien
informasi yang salah Kowledge : health Behavior tentang proses
Indikator IR ER penyakit yang spesifik
1. Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi
menyatakan dari penyakit dan
pemahaman tentang bagaimana hal ini
penyakit, kondisi, berhubungan dengan
prognosis dan anatomi dan fisiologi,
program dengan cara yang
pengobatan tepat.
2. Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda dan
mampu gejala yang biasa
melaksanakan muncul pada
prosedur yang penyakit, dengan cara
dijelaskan secara yang tepat
benar 4. Gambarkan proses
3. Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara
mampu yang tepat
menjelaskan 5. Identifikasi
kembali apa yang kemungkinan
dijelaskan penyebab, dengna
perawat/tim cara yang tepat
kesehatan lainnya 6. Sediakan informasi
Keterangan : pada pasien tentang
1. Tidak pernah menunjukkan kondisi, dengan cara
2. Jarang menunjukkan yang tepat
3. Kadang-kadang menunjukkan 7. Hindari harapan yang
4. Sering menunjukkan kosong
5. Selalu menunjukkan 8. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
19
Wibowo, Doni dkk. 2017. Ringkasan Diagnosa NANDA, NOC dan NIC.
Banjarmasin: Sekolah Tinggi Kesehatan Cahaya Bangsa